GEOLOGI STRUKTUR INDONESIA “Tektonik Indonesia Bagian Barat dan Timur Dan Patahan Semangko ”
Oleh Jamjam Mursyidin Garliska (1015006)
Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Mineral Indonesia Bandung 2018
Pola Tektonik Indonesia
Tektonik di Indonesia terbagi menjadi dua karena terdapat adanya perbedaan lempeng penyusun. Indonesia bagian timur tersusun oleh lempeng-lempeng mikro kecuali daerah Nusa Tenggara, Irian Utara Timur dan Sulawesi Utara yang berbenturan dengan lempeng makro. Sedangkan Indonesia bagian barat merupakan daerah interaksi antara lempeng makro. Karena perbedaan tersebut maka pola atau tatanan tektoniknya pun akan berbeda pula. Pada wilayah Indonesia bagian barat, tatanan tektoniknya lebih sederhana daripada tatanan tektonik wilayah Indonesia bagian timur yang lebih rumit.
Struktur Geologi di Wilayah Indonesia Bagian Barat didominasi oleh Strike-Slip Indonesia bagian barat merupakan pencerminan dari interaksi antara lempeng samudera hindiaaustralia yang bergerak ke utara, dengan lempeng asia (lempeng mikro sunda). Pada eosen awal, pergerakan Australia-Sundaland menyebabkan terbentuknya subduksi sepanjang barat tepi Sundaland, dibawah P.Sumba dan Sulawesi Barat dan mungkin menerus ke utara. Batas antara lempeng Australia-Sundaland pada bagian selatan Jawa merupakan zona strike-slip sedangkan selatan Sumatera berupa zona strike-slip tangensional. Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep escape tectonic atau tektonik ekstrusi. Tektonik ekstrusi merupakan collision-related strike slip motion dimana sebagian kerak kontinen atau busur kepulauan bergerak karena buoyancy nya menuju kerak samudera (palung) setelah terjadinya collision continent vs continent atau continent vs island arc. Regional strike-slip fault mengakomodasi pergerakan ini. ciri lain tectonic ekstrusi adalah juga pembentukan rift
basins akibat penipisan kerak dan localized compressional mpuntains dan related forelandthrough basins. Berdasarkan konsep tektonik ekstrusi tersebut dari benua asia, perkembangan tektonik dari wilayah asia tenggara (termasuk Indonesia bagian Barat), sangat dipengaruhi oleh gerak-gerak “fragmen benua asia” (Cina Timur dan Indo China) yang melejit ke timur dan tenggara sebagai akibat daripada tumbukan antara kerak benua India dan Asia. Dengan gerak-gerak fragmen benua Asia ke tenggara dan timur, maka mekanisme ini akan diiimbangi oleh gerak rotasi dari IndoChina dan Paparan Sunda searah dengan putaran jarum jam melalui strike slip fault sinistral. Pengamatan di lapangan justru menunjukkan gerak dextral. Hal ini hanya dapat diterangkan apabila Indochina dan Paparan Sunda telah mengalami rotasi kearah yang berlawanan dengan gerak jarum jam. Terhambatnya gerak rotasi kea rah jarum jam itu ada hubungannya dengan menyentuhnya Benua Australia dengan Indonesia dalam interaksi lempeng Samudera Hindia-Australia dengan lempeng Asia. Trench di Indonesia bagian Barat dinamakan juga sebagai oblique subduction
Tectonic setting daerah Indonesia bagian barat didominasi oleh pergerakan lempeng IndoAustralia yang menunjam dibawah lempeng Sunda. Lempeng Indo-Australia menunjam dari palung Sunda yang berada di Samudera Indonesia. Di sebelah selatan pulau Jawa lempeng Indo-Australia menunjam pada posisi tegak lurus sedangkan disebelah barat Sumatera, lempeng Indo Australia menunjam lempeng Sunda pada posisi oblique. Maka dari itu, trench (palung) di Inonesia bagian barat dapat dikatakan juga sebagai oblique subduction karena trench tersebut merupakan hasil dari subduksi yang berbentuk/berarah oblique.
Paparan Sahul
Paparan Sahul merupakan lempeng bumi yang bergerak dari kawasan Australesia (Benua Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Paparan Sahul merupakan bagian dari lempeng landas kontinen benua Sahul (Benua Australia-Papua) yang terletak di lepas pantai utara Australia dan lautan selatan pulau Papua. Paparan sahul membentang dari Australia Utara, meliputi laut Timor menyambung ke Timur di laut Arafura yang menyambung dengan pualu Papua. Kepulauan Aru menon jol diatas paparan Sahul. Paparan Sahul juga mencakup Paparan Rowley yang terletak disisi Samudera Hindia di Barat Laut Australia membentang hingga tanjung di Barat LAut Australia.
Struktur Geologi di Wilayah Indonesia Bagian TImur lebih rumit dibandingkan wilayah Indonesia di bagian barat
Tatanan tektonik Indonesia di bagian barat menunjukkan pola tektonik yang relative lebih sederhana dibandingkan Indonesia bagian timur. Kesederhanaan tatanan tektonik tersebut dipengaruhi oleh keberadaan Paparan Sunda yang relative stabil. Pergerakan dinamis mencolok hanya terjadi pada perputaran Kalimantan serta peregangan selat makassar. Hal ini terlihat pada pola sebaran jalur subduksi Indonesia Barat. Sementara keberadaan benua mikro yang dinamis karena dipisahkan oleh banyak system sasar sangat mempengaruhi bentuk kerumitan tektonik Indonesia bagian timur. Berdasarkan konsep ini pula, Indonesia terbentuk tujuh jalur orogenesa, yaitu: jalur orogenesa Sunda, Barisan, Taulud, Sulawesi, Banda, Malanisia, dan Dayak. Kondisi struktur geologi wilayah Indonesia timur sangat rumit juga karena disebabkan Indonesia timur merupakan tempat terbentuknya system busur kepulauan yang unuk dengan asosiasi palung samudera, zona akresi, busur gunung api, dan cekungan busur belakang. Selain itu yang membuat rumit juga adalah busur-busur kepulauan nya yang dibatasi oleh lautan dengan kedalaman mencapai ribuan meter dengan palung-palung dalam yang terdapat diantara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam. Secara tektonis, wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke barat, Lempeng Australia yang bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara. Pertumbukan ketiga lempeng ini menghasilkan pola tektonik rumit yang menyebar dari Pulau Sulawesi, Maluku sampai Irian Jaya. Pergerakan Lempeng Pasifik dari timur ke arah barat mengakibatkan terbentuknya Patahan Sorong yang berupa patahan geser memanjang sepanjang pantai utara Irian Jaya, utara Serui dan Biak, bercabang di wilayah Kepala Burung, Irian Jaya kemudian bercabang lagi di sekitar Kepulauan Banggai dan Sula di Maluku. Semua hal ini berpengaruh pada kondisi struktur geologinya.
Pulau di wilayah Indonesia bagian timur relative berukuran lebih kecil dibandingkan di wilayah Indonesia bagian barat Menurut teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia bagian Timur diketahui sebagai zona interaksi antara lempeng Eurasia – Hindia, Australia, dan Pasifik. Lempeng-lempeng ini memperagakan zona-zona penunjaman aktif dengan arah gerak agak membujur dibagian utara, seperti misalnya palung-palung di Filipina, Halmahera dan Minahasa serta Timor di selatan yang agak melintang. Wilayah Indonesia timur juga tersusun oleh lempeng-lempeng mikro yang sifatnya lemah terhadap akumulasi energy dan mudah melepaskan energy dalam wujud gempa. Pada bagian utara wilayah Indonesia timur, lempeng pasifik menabrak sisi barat dan selatan Indonesia. Tekanan dahsyat karena pergerakan tiga lempeng besar bumi: Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik ini menyebabkan interior lempeng bumi dari kepulauan Indonesia ini terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil kerak bumi yang bergerak antara satu terhadap lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan aktif. Sedangkan wilayah Indonesia bagian barat, daerahnya relative stabil dibandingkan wilayah Indonesia bagian timur, maka dari itu pulau-pulaunya berukuran lebih besar daripada yang berada di wilayah bagian Indonesia timur.
PATAHAN SEMANGKO
Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatera dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan Semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat Kota Bukittinggi. Patahan ini merupakan patahan geser, seperti patahan San Andreas di California. Patahan Semangko terletak di antara Zona Semangko patahan Lampung. Bagian selatan dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Teluk Belitung. Sedangkan bagian utara blok Semangko berbentuk seperti Dome (diameter +40 Km). Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di pulau Sumatera dari selatan ke utara. Patahan inilah yang membentuk pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau Sumatera. Patahan ini relatif lebih muda dan paling mudah terlihat di daerah ngarai Sianok dan Lembah Anai di dekat kota Padang Panjang. Terbentuknya Patahan Semangko bermula sejak jutaan tahun lampau saat Lempeng (Samudra) Hindia-Australia menabrak secara menyerong bagian barat Sumatera yang menjadi bagian dari Lempeng (Benua) Eurasia. Tabrakan menyerong ini memicu munculnya 2 komponen gaya. Komponen pertama bersifat tegak lurus, menyeret ujung Lempeng Hindia masuk ke bawah Lempeng Sumatera. Batas kedua lempeng ini sampai kedalaman 40 kilometer umumnya
mempunyai sifat regas dan di beberapa tempat terekat erat. Suatu saat, tekanan yang terhimpun tidak sanggup lagi ditahan sehingga menghasilkan gempa bumi yang berpusat di sekitar zona penunjaman atau zona subduksi. Setelah itu, bidang kontak akan merekat lagi sampai suatu saat nanti kembali terjadi gempa bumi besar. Gempa di zona inilah yang sering memicu terjadinya tsunami, sebagaimana terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004. Adapun komponen kedua berupa gaya horizontal yang sejajar arah palung dan menyeret bagian barat pulau ini ke arah barat laut. Gaya inilah yang menciptakan retakan memanjang sejajar batas lempeng, yang kemudian dikenal sebagai Patahan Besar Sumatera. Geolog Katili dalam The Great Sumatran Fault (1967) menyebutkan, retakan ini terbentuk pada periode Miosen Tengah atau sekitar 13 juta tahun lalu. Lempeng Bumi di bagian barat Patahan Sumatera ini senantiasa bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 10 milimeter per tahun sampai 30 mm per tahun relatif terhadap bagian di timurnya. Sebagaimana di zona subduksi, bidang Patahan Sumatera ini sampai kedalaman 10 kilometer-20 km terkunci erat sehingga terjadi akumulasi tekanan. Suatu saat, tekanan yang terkumpul sudah demikian besar sehingga bidang kontak di zona patahan tidak kuat lagi menahan dan kemudian pecah. Batuan di kanan-kirinya melenting tiba-tiba dengan kuat sehingga terjadilah gempa bumi besar. Setelah gempa, bidang patahan akan kembali merekat dan terkunci lagi dan mengumpulkan tekanan elastik sampai suatu hari nanti terjadi gempa bumi besar lagi. Pusat gempa di Patahan Sumatera pada umumnya dangkal dan dekat dengan permukiman. Dampak energi yang dilepas dirasakan sangat keras dan biasanya sangat merusak. Apalagi gempa bumi di zona patahan selalu disertai gerakan horizontal yang menyebabkan retaknya tanah yang akan merobohkan bangunan di atasnya. Topografi di sepanjang zona patahan yang dikepung Bukit Barisan juga bisa memicu tanah longsor. Adapun lapisan tanah yang dilapisi abu vulkanik semakin memperkuat efek guncangan gempa. Beberapa tempat di Patahan Semangko merupakan pula zona lemah yang ditembus magma dari dalam bumi. Getaran gempa bumi bisa menyebabkan air permukaan bersentuhan dengan magma. Karena itu, pada saat gempa bumi, kerap terjadi letupan uap (letupan freatik) yang dapat diikuti munculnya gas beracun, sebagaimana terjadi di Suoh, Lampung, pada 1933