Perkembangan Seni Di Indonesia.docx

  • Uploaded by: wasil
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perkembangan Seni Di Indonesia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,984
  • Pages: 9
BAB III Penutup

A. kesimpulan secara garis besar fase perkembangan sejarah seni rupa Indonesia dapat dikategorikanke dalam & fase yaitu:

Pendudukan J

1.

Massa perintisan 1817-1880

2.

Indonesia berita

3.

Cita nasional

Kata pengantar Puji syukur kami hadiahkan kehadiran allah swt yg telah memberikan rahmat serta karunia nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yg alhamdulilah tepat pada waktunya yg berjudul perkembangan seni budaya di nusantara. Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian seni budaya,cirri ciri,unsur,serta fungsi dan tujuan seni,serta membahas seni budaya nusantara kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleg karna itu keritik dan saran dari semua pihak yg bersifat membangun slalu kami harapkan dari ke kempurnaa makalah ini. Akhirkata,kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yg telah berperan serta dalam pemnyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.semoga allah swt senatiasa meridhoi segala usaha kita.aminnnn

Jambi,03 februari 2019-03-02

Penyusun

Bab I Pendahuluan A.

Latar belakang dalam makalah yg singkat ini,saya akan membahas tentang perkembangan seni rupa nusantara.hal ini bertujuan untukmenambah wawasan kita mengenai perkembangan seni budaya nusantara. Seni budaya nusantara adalah beragam bentuk kesenian yg bertumbuh kembangan di masing masing daerah yg ada di seluruh wilayah Indonesia.ragam bentuk kesenian budya nusantara tumbuh sebagai hasil oleh masyarakT yg hidup di suatu wilayah sesui dengan adat istiadat dan kondisi lingkungan nya.dari sekian banyak bentuk kesenian yang berkembang,salah satunya adalah bentuk karya seni nusantara.

B.

Rumusan masalah 1. Perkembangan seni di Indonesia 2. Perkembangan seni prasejarah 3. Perkembangan seni zaman klasik 4. Perkembangan seni zaman masuknya islam diindonesia

*Perkembangan Seni di Indonesia Sejarah perkembangan seni tidak berdiri sendiri melainkan terintegrasi dalam bentuk kebudayaan itu sendiri, karena seni merupakan unsur dari kebudayaan. Oleh karena itu, membahas tentang perkembangan seni dilakukan dengan mempelajari perkembangan kebudayaan melalui pendekatan pengamatan bidang seni. Fakta menunjukkan bahwa salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia dibandingkan kebudayaan negara lain adalah keseniannya. Banyak wisatawan mancanegara yang mengagumi Indonesia melalui kesenian. Sangatlah tepat kiranya, jika pemerintah selalu mengirimkan duta seninya ke manca negara untuk menarik wisatawan asing agar menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata. Dalam bab berikut ini secara ringkas akan kita telusuri bersama jejak perkembangan seni, khususnya yang mencakup seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan sebagai bagian dari sejarah kebudayaan Indonesia.

*Masa Prasejarah Kebudayaan ada sejak manusia ada, karena manusialah yang menciptakan suatu bentuk kebudayaan. Seperti diungkapkan oleh para ahli purbakala, bahwa kehidupan manusia telah mengalami proses evolusi yang sangat panjang dengan memakan waktu jutaan tahun untuk membentuk pola kehidupan manusia seperti yang ada sekarang. Menurut penelitian para ahli purbakala, manusia merupakan satu jenis makhluk yang telah mengalami proses evolusi dari sejenis makhluk primata sejak sekitar 70.000.000 tahun yang lalu.

Keberadaan manusia purba banyak diketahui para ahli purbakala melalui penemuanpenemuan fosil manusia purba. Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia sebagai berikut. 1. Pada tahun 1898, Eugene Dubois, seorang dokter Belanda menemukan fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo, dekat Desa Kedung Brubus, kemudian ditemukan lagi di daerah Trinil, Jawa Timur. Fosil manusia purba penemuan Dubois tersebut diberi nama Pithecanthropus Erectus, yang berarti manusia kera yang berjalan tegak. 2. Pada tahun 1931 dan 1934, seorang ahli geologi Jerman GHR von Koenigswald menemukan fosil serupa di dekat Desa Ngandong, di lembah Bengawan Solo, sebelah utara Trinil. 3. Pada tahun 1941 di dekat Sangiran, Surakarta, GHR Von Koenigswald menemukan fosil serupa, tetapi memiliki struktur tubuh dengan ukuran yang luar biasa besarnya, sehingga disebut sebagai fosil Meganthropous Palaeojavanicus. Penemuan-penemuan fosil disertai dengan adanya penemuan alat-alat sebagai bagian dari kehidupannya. Hal itu menunjukkan bahwa manusia purba telah mengenal kebudayaan. Adanya peralatan batu yang ditemukan di dekat penemuan fosil manusia purba menunjukkan bahwa manusia purba telah memiliki kebudayaan dalam bentuk peralatan yang terbuat dari batu. Lebih jauh penguasaan manusia purba terhadap unsur-unsur kebudayaan lama (primitif), nampak dengan ditemukannya berbagai gambar-gambar sederhana yang terlukis di dinding langit-langit gua tempat kediaman manusia purba. 1. Gua-gua di teluk Mc Cluer dan Teluk Triton, Papua. Pada bagian dinding gua dan karang dijumpai banyak lukisan yang beraneka ragam, seperti: cap tangan, gambar orang, ikan, perahu, binatang melata, cap kaki, garis-garis geometrik maupun coretan lukisan abstrak. 2. Gua-gua di Kepulauan Kai, Pulau Seram, dan Maluku. Di tempat tersebut banyak dijumpai lukisan di dinding gua dengan dominasi warna merah dan putih. Adapun objek lukisannya tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan di Papua. 3. Gua leang-leang di Sulawesi Selatan. Pada dinding langit-langit gua ditemukan berbagai corak lukisan dari gambar hewan atau bentuk organ tubuh yang konkret juga coretan-coretan abstrak dengan dominasi warna merah. Sementara temuan lukisan yang serupa pada dinding gua di Pulau Muna, Sulawesi tengah banyak di dominasi warna coklat. 4. Gua Sodong di Besuki-Jawa Timur. Gambar-gambar sederhana yang terdapat di dinding gua tempat kediaman manusia purba tersebut menunjukkan bahwa manusia purba telah mulai mengenal seni lukis sebagai bentuk ungkapan perasaan. Gambar-gambar tersebut merupakan bagian dari wujud kebudayaan.

Di samping temuan gambar atau coretan di gua, juga ditemukan objek lukisan dalam bentuk relief, antara lain manusia, binatang dan pola-pola geometris yang terdapat pada sarkofagus yang ditemukan di Bondowoso dan Bali. Relief serupa juga ditemukan pada tutup dolmen yang ditemukan di Desa Tlogosari, Bondowoso. Penemuan berbagai jenis patung batu maupun patung perunggu menunjukkan kemajuan seni patung yang merupakan bagian dari seni rupa. Benda-benda seni yang merupakan bentuk kebudayaan manusia proto sejarah, banyak ditemukan di Indonesia dalam bentuk bangunan megalitik. Bangunan megalitik, yaitu bangunan batu besar yang dibuat berkaitan dengan unsur kepercayaan pada waktu itu, yaitu menyembah roh nenek moyang. Peninggalan tersebut antara lain berupa: 1. Menhir, yaitu bangunan berwujud tugu batu. 2. Dolmen, yaitu bangunan batu menyerupai meja besar. Dolmen diduga sebagai tempat sesaji. 3. Sarkofagus adalah bangunan yang berfungsi sebagai keranda jenazah. Sarkofagus terbuat dari batu dengan cekungan di dalamnya. Di samping benda-benda tersebut juga ditemukan perhiasan dari batu ataupun manik-manik yang diduga sebagai bagian dari benda-benda perhiasan, benda-benda keperluan sehari-hari, dan rangkaian dari benda-benda upacara ritual. Keberadaan benda-benda tersebut sekaligus menunjukkan perkembangan seni kerajinan sebagai bagian dari seni rupa pada masa prasejarah. Manik-manik yang terbuat dari bahan kaca banyak ditemukan di daerah: Sumatra Selatan, Jawa, Timur, dan Bali. Adapun manik-manik yang ditemukan di guagua pada umumnya terbuat dari kulit kerang. Beberapa jenis gelang, cincin perunggu banyak ditemukan di daerah Pasemah, Sumatra Selatan. Perkembangan zaman mengakibatkan pula perkembangan tingkat kecerdasan manusia. Hal itu diwujudkan dalam bentuk peningkatan kemampuan manusia membuat alat-alat yang semula terbuat dari batu ke logam. Berbagai benda-benda peninggalan zaman perunggu di kawasan Asia Tengara, pertama kali ditemukan di Dongson, Vietnam Utara berupa kuburan tua berisi benda-benda dari perunggu dan besi. Di antara benda-benda tersebut, antara lain nekara (genderang perunggu), alat-alat berupa kapak perunggu dengan aneka bentuk, warna dan ukuran, alat-alat perunggu, bejanabejana perunggu, perhiasan berupa gelang dan manik-manik, serta arca-arca perunggu. Hal yang menarik dari benda-benda tersebut adalah adanya hiasan bergambar terutama pada nekara. Keberadaan hiasan pada benda-benda yang terbuat dari logam tersebut menunjukkan telah terjadi perkembangan kebudayaan manusia, khususnya dalam bidang seni rupa. Nekara yang berukuran kecil dan berbentuk ramping disebut moko atau mako. Di Indonesia benda-benda perunggu dari zaman protosejarah ditemukan di daerah:

Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara , Sangean (Sumbawa), Rote, Leti, Selayar, Kei, Alor, Timor, dan Papua (Sentani).

*perkembangan seni di zaman klasik Perkembangan seni rupa zaman klasik didasari atas berkembangnya kebutuhan dan kepercayaan.Kepercayaan yang hidup pada zaman prasejarah berkembang pesat pada zaman klasik.Kepercayaan awal pemujaan terhadap arwah (roh nenek moyang) berkembang menjadi kepercayaan kepada para dewa. Kebutuhan sarana ibadah baik bentuk dewa maupun tempat peribadatan menjadi alasan mereka menciptakan karya seni rupa, berupa kuil, candi, vihara, dan patungpatung perwujudan dari dewa dan dewi, serta piramid. Didorong oleh perkembangan ilmu dan teknologi, serta ditemukannya bahan logam, menjadikan karya-karya mereka mencapai tahap perkembangan yang dapat mencapai puncak (klasik). Seni rupa pada zaman klasik ini di seluruh dunia hampir mengalaminya, di Yunani, Romawi, Mesir, India, Mesopotamia, dan Indonesia.Perbedaanya hanya terletak pada waktu. Bisa diambil Seni Klasik di Mesir dengan didasari pada pemujaan terhadap dewa.Fir'aun sebagai raja yang dipercaya turunan dewa, maka setelah meninggal dipatungkan dalam wujud dewa.Pemujaan terhadap Fir'aun setelah mati bukan sekedar dipatungkan, tetapi juga dibuat mummi (mayat yang diawetkan). Mummi ini didasari atas kepercayaan bahwa manusia setelah mati rohnya akan bersemayam melindungi manusia yang hidup asalkan jasadnya diawetkan. Kebutuhan kepercayaan itulah maka dibuat mummi. Karya seni bentuk lain adalah piramid. Piramid adalah tempat makam Fir'aun.Piramid ini merupakan karya klasik dan monumental. Pada bagian tempat menyimpan mummi, didalam piramid dibuat kamar (cela): Pada Dinding cela ini digambarkan si mati ketika semasa hidupnya dan kendaraan kapal sebagai kendaran roh si mati menuju nirwana. Karya seni rupa yang lahir adalah relief. Di depan piramid dibangun pintu gerbag (pylon) yang diapit oleh dua tugu(obelix), yang terbuat dari batu utuh dengan ketinggian puluhan meter. Dibelakangnya dibuat patung yang berbadan singa berkepala manusia (sphink), yang mengandung makna simbolis. Piramid, patung, tugu, dan sphink, serta mummi adalah karya seni rupa yang mencapai tahap klasik (puncak) karya seni rupa mesir.Itu semua didasari oleh kebutuhan kepercayaan. Contoh lain seni rupa klasik yang lahir di Yunani dan Romawi. Karya seni rupa mereka mencapai klasik sebab menciptakan karya-karya yang monumental seperti kuil, patung dewa dewi, dan tempat olahraga olimpiade.

Karya-karya mereka pun lahir didasari oleh kebutuhan kepercayaan kepada para dewa.Dewa-dewa diciptakan dalam bentuk patung manusia yang sempurna dalam bentuk fisik (idial).Lahirlah patung dewa Zeus, Dewa Appolo, Dewa Olahraga, dan dewa - dewa lainnya dalam bentuk patung yang menggunakan bahan batu, logam dan emas.Ketelitian, keuletan, kesungguhan dalam membuat patung sangat telliti dan tinggi, sehingga melahirkan karya-karya patung yang sempurna (klasik). Selain patung seni rupa yang didasari kepercayaan terhadap dewa ini berupa sarana ibadah atau kuil.Kuil-kuil ini mencapai tahap klasik sebab didukung oleh tiang-tiang yang indah dan dihiasi dengan patung-patung dewa dan relief yang agung.Karena teknik yang tinggi dan kecermatan yang luar biasa, maka terciptalah kuil-kuil yang monumental (klasik). Seni klasik yang lahir di Indonesia, didasari oleh kepercayaan agama Hindu dan Budha.Ajaran agama Hindu yang percaya kepada para Dewa melahirkan perwujudan dewa-dewa dalam bentuk patung, dewa syiwa, dan brahma.Raja dianggap sebagai turunan dewa, maka raja biasanya dipatungkan dalam wujud dewa.Tempat pemakaman para raja biasanya dibuatkan bangunan candi asal kata dari Candika (Dewa Kematian).Dinding bangunan candi dihias dengan relief yang berisi ajaran agama. Patung, relief dan candi yang dibangun untuk kebutuhan kepercayaan di Indonesia mencapai tahap klasik dan monumental seperti Candi Prambanan, Borobudur dan Penataran

*Perkembangan Seni Rupa Masa Islam di Indonesia Dalam kesenian Islam, utamanya seni rupa, menampilkan ragam seni tulisan yang dibuat indah menggunakan pola-pola tertentu, disebut kaligrafi. Pola gambar yang paling awal berkembang pada kesenian Islam adalah pola-pola yang diambil dari dunia tumbuhan (floralisik) dan pola-pola geometrik. Sejak awal seni rupa Islam tidak membuat pola yang diambil dari bentuk hewan, manusia, atau perwujudan dari makhluk hidup. Terdapat dua pendapat mengenai pola makhluk hidup yang digunakan dalam kesenian Islam. Pertama, meyakini bahwa pembuatan pola makhluk hidup, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an tidak diperbolehkan. Dan kedua, berpendapat bahwa pembuatan pola makhluk hidup pada lukisan, gambar, atau patung tidak akan menjadi objek pemujaan seperti berhala. Sejak abad ke-13, di Timur Tengah terdapat pola kaligrafi yang menggambarkan dunia binatang, seperti burung, kuda, dan lain sebagainya. Jika masjid-masjid kuno di Timur Tengah banyak menampilkan beragam jenis kaligrafi di dinding utamanya, di Indonesia perkembangan kaligrafi di masjid-masjid baru muncul ketika abad ke20. Berbeda dengan perkembangan kaligrafi di masjid-masjid, perkembangan kaligrafi pada nisan-nisan kubur di Indonesia diketahui berasal dari abad ke-11. Nisan kubur pertama yang terdapat kaligrafi di dalamnya adalah nisan kubur Fatimah binti Maimun binti Hibatullah yang wafat tahun 1082 M. Makam tersebut ditemukan di Leran Gersik, Jawa Timur. Nisan tersebut ditulis dalam huruf Arab dengan tulisan

kaligrafi Kufik Timur. Kemudian nisan kubur Sultan Malik as-Salih yang wafat pada 1297 M di situs kerajaan Samudera Pasai. Bentuk tulisan kaligrafi pada nisan tersebut adalah kaligrafi Thuluth. Seni rupa Islam selain dalam bentuk tulisan-tulisan indah, ada dalam bentuk polapola gambar. Seperti pada beberapa nisan kubur akan ditemukan hiasan berpola dedaunan dan juga geometrik. Di Indonesia yang banyak menggunakan pola-pola tersebut adalah batu nisan dari kerajaan Aceh, dan dari pecahan hiasan dari situs kerajaan Banten Lama. Berbagai barang pun ditemukan menggunakan hiasanhiasan berbagai pola, seperti yang ditemukan pada kain batik, pusaka-pusaka, atau benda-benda keperluan sehari-hari

Related Documents


More Documents from "Aditya Dwi Cahyo Nugroho"