Perkembangan Pada Usia Lanjut.docx

  • Uploaded by: Shindy
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perkembangan Pada Usia Lanjut.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,945
  • Pages: 11
Perkembangan Pada Usia Lanjut / Masa Dewasa Akhir Masa lanjut usia (Lansia) merupakan periode terakhir dalam kehidupan manusia. Masa lansia ditandai dengan adanya perubahan fisik, psikologis maupun sosial, dimana perubahan ini mempengaruhi kondisi fisik dan mental pada lansia. Seseorang dikatakan lansia dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik, mental age, chronological age. Contohnya adalah rambut memutih, kulit berkeriput, gigi mulai tanggal, tulang yang sudah keropos (osteoporosis) merupakan ciri-ciri fisik yang sering muncul pada individu yang lanjut usia meski sebenarnya tidak terlalu jelas kapan mulai terjadinya proses menjadi tua. Menurut Hurlock (2002) dalam bukunya “Psikologi Perkembangan”, usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seseorang dikatakan memasuki usia lanjut (Elderly), yaitu pada usia antara 60-74 tahun. Di usia ini, seseorang akan mengalami penurunan baik faktor fisik maupun psikisnya. Tetapi, kita harus ingat bahwa perkembangan seseorang berbeda-beda meskipun usia mereka sama. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu faktor ekonomi, kesehatan, pendidikan, pola hidup, dan lain sebagainya. Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan dibagi menjadi usia lanjut dini yang berkisar antara 60-70 tahun dan usia lanjut yang mulai pada usia 70akhir kehidupan seseorang. Penuaan adalah serangkaian proses yang dimulai dengan hidup dan berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Penuaan mewakili waktu akhir rentang hidup, waktu ketika individu melihat masa lalu dalam kehidupannya, prestasi hidup masa lalu dan mulai menyelesaikan tugas kehidupannya. Penuaan adalah serangkaian proses yang dimulai dengan hidup dan berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Penuaan mewakili waktu akhir rentang hidup, waktu ketika individu melihat masa lalu dalam kehidupannya, prestasi hidup masa lalu dan mulai menyelesaikan tugas kehidupannya. Upaya menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada usia tua memperlihatkan bahwa seorang individu fleksibel dan

berusaha mengembangkan keterampilan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka (Warnick, 1995). Pernyataan tersebut didukung oleh teori biologis mengenai proses penuaan yaitu tentang teori evolusioner, menyatakan bahwa seleksi evolusioner menurun seiring bertambahnya usia (Baltes, 2003) dalam teori evolusioner tentang penuaan, seleksi alami tidak mengeliminasi banyak kondisi berbahaya dan karakteristiknonadaptif pada orang-orang dewasa lanjut usia (Austad, 2009), maka keuntungan yang diberikan dari teori evolusioner menurun dengan usia karena seleksi alam berkaitan dengan kebugaran reproduktif (Santrock, 2012: 141)

Perkembangan Fisik dan Psikomotorik Perkembangan fisik merupakan menurunnya dan memburuknya fungsi dan keadaan fisik atau perubahan fisik yang dapat dilihat dan dirasakan pada lansia. Perubahan ini pasti terjadi pada masa dewasa akhir / lansia, yang mana tidak ada seorangpun yang bisa menghindari dan menutupinya. Banyak perubahan fungsi organ yang semakin menurun dalam masa dewasa akhir ini, seperti menurunnya beberapa sistem saraf, kemampuan berfikir otak seperti pada penjelasan berikut ini yaitu sebagai berikut. 1) Daya Ingat (Memori) Penurunan kemampuan mengingat pada lansia semakin lama akan semakin menurun, kecepatan dalam mengingat suatu kejadian sangat lambat. Untuk mencegah terlalu banyak fungsi memori yang melemah, bisa dilakukan dengan melatih memori dengan memperbanyak membaca, dan mendengar cerita dari berbagai macam media, atau seorang pendamping. 2) Indera Penglihatan (Mata) Penurunan penglihatan akan semakin dirasakan pada masa lansia bahkan pada masa sebelum lansia atau masa dewasa tidak sedikit dari seseorang mengalami rabun jauh ataupun rabun dekat, Pada umumnya dimasa ini lansia akan menderita presbyopi atau tidak bisa melihat objek dalam jarak jauh. 3) Indra Pendengaran (Telinga)

Dimasa dewasa akhir ini seseorang akan kehilangan kemampuan mendengar suatu ucapan atau bunyi dengan jelas, karena dimasa ini penurunan pertumbuhan saraf dan organ basal, penurunan tersebut mengakibatkan matinya rumah siput yang terletak didalam telinga. 4) Indra Peraba Berkurangnya kepekaan yang diperoleh oleh kulit pada masa lansia, karena perubahan yang dialami seorang lansia. Kulit menjadi semakin kasar dan mengkerut, sehingga seorang lansia sulit membedakan benda yang ia pegang. 5) Daerah bagian kepala Berubahnya daerah pada bagian kepala, merupakan hal yang wajar yang dialami seorang lansia, dan perubahan demikian merupakan perubahan yang paling mudah untuk kita dapati atau kita lihat dengan mata telanjang, perubahan daerah kepala yang terlihat seperti : a.

Rambut yang mulai memutih

b.

Rambut mulai menipis

c.

Pipi yang hilang atau bisa disebut dengan kempong

d.

Gigi mulai tanggal satu persatu, sehingga akan menjadi ompong

e.

kerutan yang tak bisa disembunyikan pada kulit wajah yang mengalami kekeringan

f.

dan banyak tumbuh tai lalat pada bagian kepala.

6) Daerah Tubuh Daerah pada tubuh seorang lansia akan nampak perubahannya, seperti : a) perubahan pada bahu yang dulunya tegak, akan berubah menjadi membungkuk, b) tubuh yang dulunya gagah, akan berubah menjadi lemas dan tidak bisa membawah beban yang berat, c) berat badan bertambah, karena adanya penumpukan lemak pada bagian perut dan paha, d) perubahan kulit pada tubuh seorang lansia sama halnya dengan kuliat pada wajah, yang mengalami kerutan, dan kekeringan pada kulit. 7) Daerah Persendian

Persendian tangan dan kaki ini memiliki fungsi yang banyak dalam mengatur seluruh rutinitas yang dijalaninya, karena tangan dan kaki merupakan alat atau fungsi gerak dari anggota tubuh. menurunnya fungsi dari anggota gerak ini akan berakibat melemahnya seorang lansia untuk melakukan banyak aktivitas dan kaki menjadi berat untuk berjalan. Perubahan lain terjadi pada kuku tangan dan kuku kaki pada seorang lansia, perubahan dari kedua kuku yang semakin menebal, mengeras dan mengkapur. 8) Perubahan pada kesehatan Usia sama dengan lansia ditandai dengan menurunnya fungsi fisik secara umum dan memburuknya kesehatan seorang lansia. Masalah kesehatan yang terjadi pada masa lansia diantaranya mudah lelah, telinga berdengung, sakit pada otot,pusingpusing biasa, sakit pada lambung serta insomnia. Biological Aging adalah perubahan fisik yang menyertai peningkatan usia pada usia lanjut (Suardiman, 2011). 1. Appeareance, contohnya yaitu keriput (resiko percepatan keriput adalah paparan sun-ray dan merokok), bercak-bercak pada kulit, varises, rambut yang memutih/kelabu, kerontokan rambut (tapi tidak pada bagian wajah lelaki), tumbuhnya rambut-rambut halus di telinga (laki2) atau dagu (perempuan), suara bervolume rendah dan lemah, pengucapan yang kurang akurat sistem pernafasan, laring, otot bicara melemah, tinggi badan berkurang (laki-laki sekitar 1 inch, perempuan sekitara 2 inch) pengurangan massa tulang, berat badan bertambah mobilitas dan metabolisme berkurang. 2. Sensory Function, atau kemampuan sensori yang menurun. Contohnya seperti penyakit mata (katarak, glaukoma, degenerasi makular), penciuman & perasa (kemampuan untuk mencium & merasakan menurun), sentuhan & rasa sakit (kurang peka terhadap sentuhan terutama bagian bawah seperti siku, lutut, dll). 3. Vital Function, contohnya yaitu Cardiovasculer seperti otot jantung yang melemah, kolesterol dan lemak yang menumpuk di pembuluh darah, penebalan kapiler darah. Laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap Cardiovasculer. Respiratory merupakan kemampuan bernafas yang berkuang

(jumlah udara yang terhirup, kemampuan mengubah O2 menjadi CO2). Penyakit kronisi yang terkait dengan sistem pernafasan misalnya bronchitis. 4. Motorik, contohnya seperti kekuatan otot tubuh berkurang pesat, utamanya di kaki (sehingga menyebabkan keseimbangan badan berkurang drastis, mudah jatuh, keseleo, terpeleset), massa tulang berkurang drastis (prosesnya sudah terjadi di masa dewasa awal dan memuncak di masa dewasa akhir, perempuan lebih cepat mengalami pengurangan massa tulang dibanding laki-laki khususnya ketika memasuki menopause). Fakor yang mempengaruhi: genetic dan gaya hidup (misal: alcohol dan rokok). 5. Reproductive Function, contohnya adalah pada perempuan yang mengalami climacteric (meninggalkan masa reproduktif ke masa non-reproduktif) yang diawali oleh perimenopause diakhiri oleh menopause. Menopause adalah masa dimana ovarium tidak lagi mematangkan sel telur yang diiringi dengan berbagai gejala, misalnya berkeringat, sulit tidur, menurunnya gairah seks, daerah kemaluan mengering, dll. Sedangkan pada Laki-laki yaitu lemah dalam ereksi, kesulitan ejakulasi tetapi kesuburannya masih baik bahkan di usia 80-an. 6. Nervous System adalah berkurangnya neuron dan bagian-bagiannya dan terbentuknya beberapa bagian, misalnya neurofibrillary tangles, amyloid plaques berkaitan dengan gejala Alzheimer. Dan menurunnya beberapa neurotransmitter, misalnya dopamine yang berkaitan dengan Penyakit Parkinson.

Perkembangan Kognitif Menurut david Wechsler dalam demista (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme secara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia. Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tetapi kemampuan intelektual lansia

tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan. Fungsi Kognitif pada Orang Lanjut Usia Fungsi kognitif pada orang lanjut usia dibagi dalam 5 pokok bahasan, yaitu: A. Multidimensionalitas dan multidireksionalitas Multidimensionalitas dan Multidireksionalitas Kognisi merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional (Margrett & Deshpande-Kamat, 2009), artinya terdapat beberapa dimensi kognisi yang mengalami kemunduran seiring dengan bertambahnya usia. Pada beberapa orang dimensi ini mungkin tetap stabil atau bahkan mengalami kemajuan (Santrock, 2012: 171). Baltes menekankan pembedaan antara mekanika kognitif (arsitektur neurofisiologis, termasuk otak) dan pragmatik kognitif (perangkat lunak berbasis budaya dari pikiran). Pada orang-orang lanjut usia, mekanika kognitif cenderung mengalami kemunduran dibandingkan pragmatik kognitif. Para peneliti telah menemukan bahwa dimensi sensori/motor dan dimensi kecepatan pemrosesan cenderung mengalami kemunduran di usia lanjut. Baru-baru ini istilah fluid mechanics dan crystallized pragmatics sudah digunakan masingmasing untuk menjelaskan mekanika kognitif dan pragmatik kognitif (Santrock, 2012: 202) Perbedaan antara mekanika kognitif dan pragmatika kognitif serupa dengan perbedaan antara fluid intelegence (kognitif mekanik) dan crystallized intelligence (kognitif pragmatik). Faktor-faktor yang paling mungkin berkontribusi terhadap penurunan fluid mechanics di masa dewasa akhir, kemungkinan besar adalah penurunan kecepatan pemrosesan, kapasitas working memory, dan menekan informasi yang tidak relevan (kekangan) (Lovden & Lindenberg, 2007) (Santrock, 2012: 172). Kecepatan pemrosesan, menurunnya kecepatan pemrosesan informasi yang dialami orang lanjut usia cenderung beerkaitan dengan penurunan fungsi otak dan sistem saraf pusat (Finch, 2009). Kesehatan dan olahraga dapat mempengaruhi seberapa besar penurunan dalam kecepatan pemrosesan itu terjadi. Sebuah studi menemukan bahwa setelah enam bulan mengikuti senam aerobik, orang lanjut usia memperlihatkan kemajuan dalam tugas-tugas waktu reaksi (Santrock, 2012:

173) Memori, juga mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia, namun tidak semua memori berlangsung dengan cara yang sama (Barba, Attali, & La Corte, 2010). Dimensi-dimensi utama dari memori dan, proses menjadi tua meliputi episodic memory, semantic memory, sumber daya kognitif (seperti working memory dan kecepatan perseptual), memory beliefs, dan faktor-faktor non kognitif seperti faktor kesehatan, pendidikan dan sosioekonomi (Santrock, 2012: 174) B. pendidikan, pekerjaan dan kesehatan Pendidikan, Pekerjaan dan Kesehatan Pendidikan, pekerjaan dan kesehatan merupakan tiga komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada orang lanjut usia. Ketiga komponen ini juga merupakan faktor-faktor yang sangat penting untuk memahami mengapa pengaruh kelompok usia (kohort) perlu dimasukkan dalam laporan ketika mempelajari fungsi-fungsi kognitif dari orang-orang lanjut usia. Memang efek kohort sangatlah penting diperhitungkan dalam studi tentang penuaan kognitif (Margrett & Deshpande-Kamat, 2009) (Santrock, 2012: 180). Hal ini memperlihatkan bahwa pendidikan berkorelasi secara positif dengan skor intelegensi. Orang dewasa lanjut usia bisa kembali mengenyam pendidikan untuk berbagai alasan. Generasi-generasi selanjutnya sudah memiliki pengalaman pekerjaan yang mencakup penekanan yang lebih kuat pada pekerjaan yang berorientasi kognitif. penekanan pada pemrosesan informasi mengalami peningkatan terutama dalam pekerjaan dapat meningkatkan kemampuan intelektual individu. Kesehatan yang baru berhubungan dengan performa tes intelegensi yang menurun pada orang dewasa lanjut usia. Latihan dan olahraga dihubungkan dengan keberfungsian kognitif yang lebih tinggi pada orang dewasa lanjut usia (Santrock, 2012: 202) C. Gunakanlah atau anda akan kehilangan Gunakanlah atau Anda akan Kehilangan Perubahan-perubahan dalam pola aktivitas kognitif mengakibatkan adanya keterampilan-keterampilan kognitif yang tidak terpakai dan mengalami atropi (Hughes, 2010). Konsep tersebut sesuai dengan peribahasa yang mengatakan “gunakanlah atau anda akan kehilangan” (use it or lose it). Aktivitas mental yang dapat membina keterampilan kognitif

pada orang-orang lanjut usia adalah aktivitas-aktivitas seperti membaca buku, mengisi teka-teki silang, mengikuti kuliah dan menonton konser. “gunakanlah atau anda akan kehilangan” juga merupakan komponen signifikan dari model keterlibatan optimasi kognitif yang menekankan tentang bagaimana keterlibatan intelektual dan sosial bisa memperlambat penurunan terkait usia untuk perkembangan intelektual (La Rue, 2010; Park & Reuter-Lorenz, 2009; Stine-Morrow dan kawan-kawan, 2007) (Santrock, 2012: 182) D. Pelatihan keterampilan kognitif Pelatihan Keterampilan Kognitif Terdapat dua kesimpulan utama yang diperoleh dari penelitian mengenai pelatihan keterampilan kognitif pada orang-orang lanjut usia: (1) pelatihan dapat meningkatkan keterampilan kognitif orang-orang lanjut usia, (2) di masa dewasa akhir terjadi sejumlah kemunduran dalam hal kekenyalan (Santrock, 2012: 202) E. Neurosains kognitif dan proses menjadi tua. Neurosains Kognitif dan Proses Menjadi Tua Perubahan-perubahan yang berlangsung di otak dapat memengaruhi fungsi kognitif dan perubahan-perubahan fungsi kognitif dapat memengaruhi otak (Smith, 2007). Artinya apabila orang lanjut usia tidak menggunakan working memory mereka secara teratur (pembahasan use it or lose it). Koneksikoneksi yang terjadi di lobus prefrontal dapat mengalami atropi. Selain itu, intervensi kognitif yang mengaktifkan working memory orang dewasa dapat meningkatkan koneksi-koneksi neural (Santrock, 2012: 184)

Perkembangan Bahasa Banyak orang tua merasakan pengalaman kesepian dan depresi di usia tua, disebabkan karena hidup sendirian atau karena kurangnya ikatan keluarga dekat dan adanya pengurangan hubungan dengan budaya asal mereka, sebab mereka tidak memiliki kemampuan untuk secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan komunitas. Pada usia lanjut, tak dapat dielakkan bahwa orang kehilangan koneksi dengan jaringan persahabatan dan bahwa mereka lebih susah menemukan dan memulai persahabatan yang baru. Sulitnya menemukan dan memulai persahabatan yang baru

berkaitan dengan aspek keterampilan fonologi orang dewasa lanjut usia berebda dengan keterampilan orang dewasa yang lebih muda (Clark-Cotton dkk., 2007). Cara bicara orang dewasa lanjut usia biasanya volumenya lebih rendah, tidak terartikulasi dengan tepat dan tidak begitu lancar (lebih banyak jeda, pengulangan dan koreksi). Terlepas dari perbedaan usia keterampilan berbicara orang dewasa lanjut usia masih memadai untuk berkomunikasi sehari-hari. Para peneliti telah menemukan informasi yang bertentangan tentang perubahan dalam cara bicara (ekspresi verbal yang diperluas dalam pembicaraan atau tulisan) dengan penuaan. Satu aspek dari cara berbicara dimana perbedaan usia ditemukan mencakup menceritakan kembali sebuah kisah atau memberikan instruksi untuk menyelesaikan sebuah tugas. Ketika terlibat dalam cara berbicara jenis ini, orang dewasa lanjut usia cenderung menghilangkan elemen kunci, menciptakan percakapan yang kurang lancar dan lebih sulit untuk disimak (Clark Cotton, dkk., 2007) Faktor-faktor nonbahasa dapat merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran keterampilan bahasa pada orang-orang lanjut usia (Obler, 2005). Menurunnya kecepatan dalam pemrosesan informasi dan meurunnya working memory, khususnya dalam hal kemampuan menyimpan informasi di dalam pikiran ketika melakukan pemrosesan, cenderung berkontribusi terhadap kurangnya efisiensi berbahasa pada orang-orang lanjut usia (Stine-Morrow, 2007) (Santrock, 2012: 186)

Perkembangan Sosial dan Emosi Banyak dari seorang lansia terutama kaum wanita, merasa sangat kesepian karena anak-anaknya telah beranjak dewasa dan berkeluarga. Dari masalah itulah seorang lansia lebih suka berkumpul dengan temannya, bahkan mencari teman diluar rumah ketika mereka merasa kesepian selain membut seorang lansia tidak merasa kesepian, penyesuaian sosial ini juga memiliki dampak negatif yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial pada masa lansia ini, berikut dampaknya : 1) lupa akan waktu yang dimiliki yang semakin sedikit, karenakan keasyikan bersendau gurau dengan teman, kerabat diluar sana. 2) Jika tidak memiliki jiwa religius yang kuat maka seorang lansia lalai dengan ibadahnya, kewajibannya untuk memenuhi hak Allah Swt.

3) Mudah terpengaruhnya seorang lansia, hal ini kembali kepada lingkungan, dan teman yang berada disekitrnya. 4) cenderung egois, karen diluar sana seorang lansia bebas menentukan pilihannya sendiri sesuai dengan apa yang ia lihat. Sebagai penjaga/seorang anak kita harus selalu mengawasi perkembangan yang dialami oleh seorang lansia, penjagaan dari jauh yang tidak membuat mereka terganggu lebih memudahkan kita untuk mengawasi setiap perubahan prilaknya. Karena dimasa ini adalah masa penutupan usia yang mana tidak lama lagi mereka akan mengalami kematian, jika seseorang yang berda disekitarnya baik maka akan baik pula saat ia meninggal. Selain itu kita harus berada disampingnya untuk selalu memberi dukungan, motivasi religius yang akan meningkatkan keagamaannya demi mempersiapkan kematiannya yang baik. Motivasi ini memiliki peran penting dalam mendorong timbulnya hal baik dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan dari jalan yang kurang baik menuju kehidupan yang lebih baik. banyak fungsi motivasi untik perubahan hidup seseorang khususnya di masa lansia ini, berikut beberapa fungsinya : 1) Motivasi sebagai penggerak. Motivasi dalam hal ini merupakan suatu alat penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan seorang, jadi di masa lansia ini mereka lebih banyak membutuhkan dorongan / motivasi untuk bisa bergerak menuju jalan yang lebih baik. 2) Motivasi sebagai pengarah dalam suatu kehidupan : Artinya menggerakkan perbuatan ke arah pencapaian tujuan yang di inginkan, seperti kebanyakan yang diinginkan kebanyakan seorang lansia untuk bisa menghadapi datangnya kematian dengan baik.

Perkembangan Spiritual

Banyak orang yang berusia madya, baik pria maupun wanita yang trtarik pada kegiatan yang berhubuungan dengan keagamaan dari pada yang pernah mereka kerjakan pada waktu masih muda. Walaupun keinginannya ini mungkin bukan karena

alasan keagamaan contohnya banyak orang usia madya, terutama wanita yang karena mempunyai banyak waktu luang menganggap bahwa kegiatan keagamaan atau sosial dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Keinginanya untuk lebih terlibat dengan kegiatan keagamaan akan semakn besar setelah seseorang kehilangan anggota keluarga atau teman dekatnya. Banyak juga wanita dan pria usia madya menemukan agama sebagai sumber kesenangan dan kebahagiaan yang lebih besar dari pada yang pernah diperoleh dahulu sewaktu usianya

masih

muda.

Secara

keseluruhan,

orang

yang

berusia

madyaa

kekhawatirannya berkurang karena agamanya, kepercayaan kurang dogmatis, kurang yakin kalau dikatakan bahwa ada satu agama yng yakin benar di duia ini dan mempunyai pandangan yang skeptis tentang setan, neraka, dan keajaiban dari pada kepercayaan yang dimiliki oleh anak muda yang masih di perguruan tinggi. Hidup mereka tidak diganggu oleh hal-hal yang berbau keagamaan dan mempunyai toleransi agama yang lebih baik dari anak muda. Aspek dari keterlibatan religius/spiritual dapat ditemukan pada orang dewasa lanjut. Berdasarkan karakteristik tersebut, Idler (1987), menemukan fakta bahwa populasi

lansia

wanita

yang

melakukan

kegiatan

agama

di

masyarakat

memperlihatkan tingkat depresi yang lebih rendah dibandingkan dengan pria, mereka melakukan perilaku beragama secara pribadi dan berpengaruh terhadap tingkat depresi yang rendah. Perbedaan gender memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan. Perasaan terisolir juga biasanya dialami oleh lansia, mereka juga kehilangan mobilitas dan merasa kehilangan akan kematian keluarga dan teman dekat. Koenig, George dan Siegler (1988) melaporkan hasil penelitiannya bahwa agama dan spiritual adalah sumber coping yang biasanya digunakan oleh lansia ketika mengalami sedih, kesepian dan kehilangan. Krause dan Tran (1989) menemukan bahwa keyakinan beragama dan spiritual dapat menangani individu yang mengalami stress.9 Rohrbaugh & Jessor menyatakan bahwa religiusitas mengacu kepada pemahaman total terhadap agama dalam kehidupaan sehari-hari, kehidupaan di dunia, seperti kehidupan ritual agama. Berdasarkan pengertian yang lebih umum, religiusitas merupakan kepercayaan terhadap adanya Tuhan serta mempercayai agama.

Related Documents


More Documents from "Dewi Sasma Fath"