Perkembangan Arsitektur di Eropa pada Abad Pertengahan sebelum Renaisans 2016/01/10 by aldisamosa Arsitektur bisa dikatakan sebagai sekumpulan ide manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya berdasarkan kegiatan yang dilakukan dalam keseharian yang kemudian menghasilkan produk kebudayaan seperti tempat hunian, tempat ibadah, dan sebagainya. Oleh karena itu, arsitektur berkembang seiring dengan perubahan pola pikir, gaya hidup, perubahan alam, dan perkembangan ilmu pengetahuan yang secara langsung dan tidak langsung mengubah kebudayaan yang hadir dalam masyarakat sehingga produk yang dihasilkan dari kebudayaan juga akan berubah sesuai dengan perkembangan aspek-aspek tersebut. Berikut akan dipaparkan perkembangan arsitektur di Eropa pada abad pertengahan sebelum renaisans. Dalam sejarah Eropa, abad pertengahan atau yang juga disebut dengan periode medieval berlangsung dari akhir abad ke-5 sampai dengan sekitar abad ke-15. Ditandai dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat hingga munculnya renaisans dan abad penjelajahan. Gaya arsitektur yang berkembang pada abad ini antara lain, adalah: Byzantin, romanesque, dan gothik.
Byzantin Gaya arsitektur Byzantin berkembang di Eropa dan mencapai puncaknya di sekitar tahun 527–565 Masehi. Diawali dengan Kaisar Konstantinus I yang memindahkan ibu kota Kekaisaran Romawi dari Roma ke Byzantium pada tahun 330 Masehi. Kota tersebut pun berganti nama menjadi Konstantinopel, tetapi sekarang dikenal sebagai Istanbul yang merupakan kota terbesar di Turki. Arsitektur Byzantin mendominasi bagian timur Kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Justinian, tetapi pengaruh dari Kekaisaran Romawi membentang berabad-abad, dari 330 Masehi sampai jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 Masehi. Gaya arsitektur Byzantin yang kita kenal secara umum merupakan gaya arsitektur gerejawi atau yang berhubungan dengan kerohanian. Karakteristik umum dari gaya arsitektur tersebut adalah, antara lain: denah terpusat dengan bentuk persegi, memiliki kubah pusat yang besar dan menjulang di antara pilar-pilar setengah kubah, memilki dekorasi mosaik, memilki jendela-jendela clerestory, menggunakan impost block dekoratif, serta eksperimentasieksperimentasi dalam metode pembangungan. Berikut adalah beberapa contoh bangunan dengan gaya arsitektur Byzantin yang masih berdiri hingga sekarang.
Gambar 1. Hagia Sophia, Istanbul, Turki. Sumber: http://www.sacred-destinations.com/
Gambar 2. Hagia Irene, Istanbul, Turki. Sumber: http://www.turkeydesk.com Dapat disimpulkan bahwa gaya arsitektur Byzantin menggabungkan tradisi kebudayaan Barat dan Timur. Kubah-kubah bertemu dengan menara-menara gereja yang menjulang.
Romanesque Gaya arsitektur romanesque secara umum tidak memiliki distingsi yang jauh dari gaya-gaya arsitektur yang mendominasi Eropa. Gaya arsitektur tersebut berkembang sekitar tahun 800– 1200 Masehi. Istilah romanesque tersebut sesungguhnya digunakan untuk menggambarkan evolusi bertahap dari teknik pembangungan. Di awal tahun 800-an, perkembangan dan kemajuan dari desain-desain sebelumnya didorong pada masa pemerintahan Karel Agung, Kaisar Romawi Suci yang pertama. Pengaruh lokalitas membuat bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur ini tidak semua terlihat sama. Meskipun demikian, beberapa ciri umum yang terdapat dalam bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur tersebut antara lain, adalah: memiliki busur-busur yang melingkar untuk menopang konstruksi dan dekorasi, pengembangan bentuk kubah (misalnya: kubah barel), pintu-pintu besar disisipi dalam busur melalui dinding-dinding besar, menara-menara mulai perlahan menggantikan kubah, serta jendela-jendela kecil. Romanesque bisa disebut sebagai gaya arsitektuk transisi yang seringkali memiliki ciri dari gaya arsitektur Byzantin, Gothik, atau keduanya. Memang gaya arsitektur ini merupakan peralihan dari gaya Byzantin menuju Gothik. Gaya arsitektur ini memiliki sebutan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, di Inggris gaya arsitektur romanesque biasanya disebut Norman, dinamai berdasarkan orang-orang Normandia yang menyerbu dan menaklukan Inggris di tahun 1066. Berikut adalah contoh-contoh bangunan dengan gaya arsitektur romanesque yang masih berdiri di Eropa hingga sekarang.
Gambar 3. Basilica of St. Sernin, Toulouse, Prancis. Sumber: http://www.getintravel.com/
Gambar 4. Torre di Pisa, Pisa, Italia. Sumber http://www.travellingmoods.com/
Kedua bangunan di atas masih memiliki ciri-ciri gaya arsitektur Byzantin dengan masih memilki kubah, tetapi bentuk kubahnya telah bertransformasi dan tidak sebesar kubah Byzantin.
Gothik Gaya arsitektur gothik berkembang sekitar tahun 1100–1450 Masehi. Pada awalnya berkembang di Prancis, selain dipengaruhi oleh gaya romanesque yang sudah berkembang sebelumnya, gaya arsitektur tersebut juga dipengaruhi oleh gaya arsitektur Moor di Spanyol dengan busur-busur runcing dan hiasan batu yang terperinci. Pada awalnya, gaya arsitektur Gothik disebut sebagai gaya Prancis. Namun selama renaisans, setelah gaya Prancis dilupakan, para artisan mencemooh gaya tersebut dengan kata Gothik yang menunjukkan bahwa bangunan-bangunan tersebut adalah karya mentah bangsa Goth yang barbar. Meskipun label tersebut tidak akurat, tetapi masih digunakan hingga sekarang. Secara umum, bangunan dengan gaya arsitektur Gothik memiliki ciri antara lain: memiliki busur-busur runcing karena pada saat itu ditemukan bahwa busur runcing dapat mendukung beban lebih berat daripada dinding lurus sehingga dinding dapat lebih tipis, memilki kubah berusuk, memilki penopang layang, memiliki jendela dengan kaca patri, serta hiasan patungpatung batu. Berikut adalah contoh-contoh bangunan dengan gaya arsitektur gothik yang masih berdiri di Eropa hingga saat ini.
Gambar 5. Katedral Chartres, Chartres, Prancis. Sumber: http://www.discover-chartres.com/
Gambar 6. St. Patrick’s Cathedral, Dublin, Irlandia. Sumber: http://www.tripadvisor.com/ Berdasarkan paparan di atas, bila dilihat dari periode tahun berkembangnya dapat disimpulkan bahwa periode perkembangan gaya arsitektur di Eropa sesungguhnya agak acak dan saling tumpang tindih. Ini menunjukkan bahwa transformasi budaya sifatnya adalah bertahap dan tidak tiba-tiba. Meskipun demikian, kejadian-kejadian historis seperti peralihan kekuasaan seringkali digunakan sebagai penanda mulai atau berakhirnya suatu periode. Selain itu, pengaruh geografis dan munculnya ilmu pengetahuan juga dapat memengaruhi produk-produk kebudayaan seperti gaya arsitektur.