Perkataan Mereka

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perkataan Mereka as PDF for free.

More details

  • Words: 613
  • Pages: 3
Perkataan Mereka Semua orang di kota Malang tahu, bahwa seragam hari Senin untuk siswa mts adalah kemeja warna putih, rok panjang warna biru tua dan kerudung warna putih. Pada saat Senin malam temanku bernama Faidah meneleponku dan dia berkata bahwa hari Senin tidak ada pelajaran. Biasanya kalau tidak pelajaran, temantemanku memakai seragam olah raga, akhirnya aku memutuskan untuk memakai seragam olah raga. Jujur saja, diriku lebih suka memakai seragam olah raga yang bercelana ketimbang seragam hari Senin yang memakai rok. Senin pagi pada saat aku melangkahkan kaki ke dalam sekolah, tak ada satupun yang memakai seragam olah raga kecuali murid 9G. Aku terus saja jalan tanpa mempedulikan perkataan orang lain, dan akhirnya aku sampai di depan kelasku dan bertemu Mira. “Tan, bajumu nggak apa-apa kan?” “oh…. Nggak apa-apa, tapi kok nggak ada yang pakai seragam olah raga ya?” diriku menjawab. “Kenapa kamu nggak ngajak aku pakai seragam olah raga?” Tanya Mira. “Aku kira kamu pakai seragam olah raga juga!” diriku menjawab lagi. Beberapa menit kemudian Inas datang. Aku sedikit bingung, karena biasanya seorang Inas jarang datang pagi. Tiba-tiba dia kaget, “Kenapa tan, seragammu?” Tanya Inas. “Aku salah kostum. Lha, kemarin Faidah bilang kalau hari ini nggak ada pelajaran. Lagi pula aku lebih suka pakai seragam olah raga dari pada hari Senin yang agak nggak nyaman, soalnya pakai rok, udah gitu rokku juga agak pendek. Mending juga pakakai celana.”

“Hati-hati lho tan! Ntar diolokin anak-anak mending kamu sekarang ganti seraagam hari Senin aja.” Inas memperingati. “Tapi enakkan pakai seragam olahraga” “ Ya, terserah kamu, aku kan Cuma ngingetin” Sepuluh menit kemudian, bel yang menandakan jam pelajaran dimulai berdering. Jam pertama kulalui tanpa ada satupun pertanyaan yang menyangkut seragamku. Tapi pada saat pergantian jam pelajaran, Ririt bertanya “Tan, kenapa seragammu?” “seragamku? Salah kostum aku.” Diriku menjawab. “Oohhhh…..” Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku, setelah diriku menoleh ke kanana dan kiri, ternyata juriffa yang memanggilku. Dia bertanya “Tan, ngapain kamu pakai seragam olah raga?” Karena aku sudah lelah dengan semua pertanyaan tentang seragamku akhirnya, aku menjawab dengan ketus “Bukan urusanmu jur!” “Wa… jangan-jangan itu seragam olah raga yang kamu pakai itu, seragam yang hari sabtu kemaren kamu pakai” kata juriffa. “Wa… berarti seragamnya Tantri bau kecut!” kata hifmi. “MAAF YA!!! SAYA PUNYA SERAGAM OLAH RAGA 2. lagi pula rokku yang biru agak pendek” diriku menjawabnya. “Wa… melas banget sih kamu tri! Tantri miskin…” Kata Tuti. “Iya…. Tantri miskin” Kata Anshor. Saat itu diriku benar-benar ingin teriak sekeras mungkin, tapi tidak ada yang membantuku. Aku tahu kalau mereka anak orang kaya, tapi tidakkah kalian bisa untuk tidak melontarkan kata-kata kasar tersebut secara langsung keluar dari bibir kalian. Apakah kalian berdua sadar kalau kalian berdua telah menyakiti hati orang lain. Apakah diriku membuat kesalahan besar sehingga kalian mengataiku seperti itu. Akhirnya, aku keluar kelas, memutuskan untuk mengganti seragam olah ragaku dengan seragam hari Senin. Begitu aku kembali ke kelas dengan seragam hari Senin,

“We…. anak miskin udah ganti baju rek…..” Kata seorang anak. “Kayaknya Tantri masih bau kecut deh….. TANTRI BAU KECUT… TANTRI BAU KECUT….” Kata Hifmi. Aku benar-benar tidak tahan dengan perkataan mereka. “HEY, HIF!!! Asal kamu tau aja y? Seragamku ini sudah dicuci lagi pula seragam olah raga yang tadi kupakai itu seragam yang berbeda dengan yang kupakai pada hari Sabtu! Tapi bisakah kau sadar diri kalau aku sama kamu itu lebih jorok kamu!!” Dari perkataanku barusan, itu memang sangat dibenarkan. Aku pernah melihat seragam olah raga miliknya di laci mejanya, dan itu sudah berharihari. Bisakah kau bayangkan, baju yang dipakai saat keringat bercucuran tidak langsung dicuci tapi disimpan di laci meja. Jujur saja sampai sekarang masih tersisa amarah dalam hatiku. Dan sampai sekarang mereka juga belum mengakatakan kata maag kepadaku. Diriku benar-benar tidak suka perkataan mereka.

Related Documents

Perkataan Mereka
July 2020 6
Mereka
June 2020 27
Pemprosesan Perkataan
May 2020 12
Mereka Bilang Aku Gila
June 2020 31
Perkataan Bertuah Anda
November 2019 18