Perilaku Reproduksi

Prof. dr. S. Aswin, PhD

PENGANTAR PL REPRODUKSI vs PL SEKSUAL PL Reprod. lebih luas daripada PL Seksual •1.TIDAK UNTUK MEMENUHI: - KEBUTUHAN JARINGAN VITAL

PERILAKU SEKSUAL (SEXUAL BEHAVIOR)

- SURVIVAL INDIVIDU (SELF PRESERVATION) •2. PERSPEKTIF EVOLUSI: SALAH SATU AKTIVITAS TERPENTING YANG KITA LAKUKAN TANPA PL SEKSUAL: TIDAK BISA BEREPRODUKSI (KEMBANG BIAK) TIDAK MENGHASILKAN ANAK UNTUK MELANJUTKAN SURVIVAL OF THE SPECIES PUNAH (EXTINCT)

PERILAKU SEKSUAL  I. DORONGAN AKTIVITAS SEKSUAL: SANGAT KUAT

 II. BANYAK MANIFESTASINYA: 1. EVOLUSI: - MASALAH BESAR EVOLUSI DALAM PENGEMBANGAN DUA SEKS (JENIS KELAMIN) BERBEDA - TERLIBAT DALAM PROSES COURTSHIP (CUMBURAYU) YANG DILAKUKAN PADA WAKTU SEXUAL INTERCOURSE (KOPULASI) 2. PADA BINATANG TINGGI: ASUHAN ORANG TUA UNTUK MENJAMIN ANAK2NYA MENCAPAI TAHAP DAPAT MEMELIHARA DIRINYA SENDIRI

 III. TERPROGRAM DI OTAK MERUPAKAN TANTANGAN DALAM PSIKOLOGI FAAL: PEMAHAMAN BAGAIMANA OTAK MENGENDALIKAN PL SEKSUAL (terutama seksualitas manusia): jauh melampaui sekedar prokreasi: penciptaan generasi baru)

Haas & Haas (1993) The well-being of individuals, couples, families, and even entire societies depend on matters that are fundamentally sexual

WHY HAVE SEX ? 1. ENJOYABLE ! 2. SEXUAL BEHAVIOR IS NECESSARY FOR THE CONTINUATION OF THE SPECIES Jawaban ini belum memuaskan Ada reproduksi tanpa seks (asexual reproduction).

REPRODUKSI

SEKSUAL (melalui konsepsi/fertilisasi/pembuahan: bersatunya spermatozoon dengan ovum) PEMBELAHAN SEL ASEKSUAL KLONING

REPRODUKSI ASEKSUAL  Banyak tumbuhan menghasilkan biji yang dapat “cloned themselves” (mis. dandelions) Tumbuhan laut (hydra): melepaskan bagian tubuhnya Tumbuh menjadi hydra baru Mikroorganisme bersel tunggal (mis. bakteri): membelah diri menjadi dua sel Lalat hijau (greenfly) betina (“virgin” young) Menghasilkan beberapa generasi (semua betina)  Whiptail lizard (ikan Amazon Molly: bisa bereproduksi sendiri dengan sukses)

REPRODUKSI SEKSUAL  Lebih memusingkan (kompleks) !  Tidak tanpa risiko Menyebabkan

mutasi yang merugikan sexually transmitted diseases (pada waktu kopulasi)

YET THE SEXUAL BEHAVIOR IS THE NORM IN NATURE WHY ? ALASAN UTAMA: PERKEMBANGAN EVOLUSIONER SEKS

PADA REPRODUKSI SEKSUAL: TERLETAK PADA SANGAT BERVARIASINYA KOMBINASI GEN* Menjamin anaknya berbeda dengan: -1. orang tuanya - 2. saudara-saudaranya (kecuali: kembar identik) (* Satu kromosom mengandung kira-kira 50.000 gen; manusia mengandung 46 kromosom

Kombinasi: ?)

TEORETIS: satu pasangan menghasilkan tak terbatas kombinasi pada individu yang dihasilkan

EVOLUTIONARY ADVANTAGE FOR THE SPECIES

Jika sekiranya kita semua identik atau hampir sama secara genetis maka: kita semua sama rentannya terhadap penyakit, tantangan/perubahan lingkungan yang sama jika terjangkit penyakit tertentu

semua akan menderita/ mati

PUNAH

Tetapi karena kita secara genetis berbeda-beda (bervariasi) (karena gen-gen diacak/dikocok secara terus-menerus Manusia bervariasi

EVOLUTIONARY ADVANTAGE

VARIABILITAS ANTARINDIVIDU BEBERAPA COCOK (beradaptasi) DENGAN TANTANGAN/PERUBAHAN LINGKUNGAN SURVIVE (terhindar dari bencana/catastrophe)

SURVIVAL OF THE “FITTEST” ENSURES THAT THE SPECIES IS ABLE TO ADAPT OPTIMALLY TO ITS OWN ECOLOGICAL NICHE

Terlihat bahwa: THE SEXUAL REPRODUCTION GREATLY ASSISTS THE PROCESS OF EVOLUTION

• SALAH SATU PL SOSIAL SANGAT PENTING • TANPA PL REPROD. SPESIES TIDAK SURVIVE Contoh:

- Courting

- PL maternal

- Mating

- Kebanyakan PL agresif

PL REPROD.

SEXUALLY (berkaitan) DIMORPHIC BEHAVIORS* LAKI-LAKI/ JANTAN

PEREMPUAN/ BETINA

PENGARUH HORMON-HORMON PRENATAL DAN POSTNATAL

* Secara seksual ada dua bentuk perilaku

PERKEMBANGAN SEKSUAL PRODUKSI GAMET

KELENJAR KELAMIN

(SEL KELAMIN: kromosom tunggal)

OVASEL TELUR/OVUM (n:23) (produksi) RIUM

GAMET SPERMATOZOA (n:23) KROMOSOM MANUSIA (2n) 23 pasang: 46 KROMOSOM SEKS (X dan Y) (1 pasang) Laki2: XY Peremp.: XX

(produksi) TESTIS

KROM. SOMATIK/AUTOSOM/ KROM. NONSEKS (22 pasang)

PEMBUAHAN (FERTILASI/ KONSEPSI)

Ovum

n:23 (haploid)

PERISTIWA BERSATUNYA SPERMATOZOON DAN OVUM

I. PERKEMBANGAN SEL2 SOMATIK (diploid: 2n)

* Spermatozoon n:23 (haploid)

* **

Fertilisasi

Organ

Sistem

Spesialisasi Zigot (n:46/diploid) Mitosis diploid (n:46)

ORGANISME Diferensiasi

Pertambahan sel secara eksponensial (1 2 4 8 16

milyaran sel)

II. PERKEMBANGAN SEL2 KELAMIN (GAMET) OOGENESIS

SPERMATOGENESIS (terbentuknya spermatozoa) Spermatogonium

(terbentuknya ovum) Meiosis Oogonium

(diploid: 46) (diploid: 46) Oosit I Meiosis Spermatosit I (haploid:23) (haploid: 23) Mitosis Oosit II Spermatosit II haploid:23 (haploid: 23)) 1 Ovum 4 spermatozoa (haploid:23)

Mitosis

Menghilang

KROMOSOM *

* MATERI GENETIK YANG DIWARISKAN (terdapat di dalam nukleus sel) * TERDIRI ATAS: RANTAI DNA + PROTEIN

AUTOSOM (KROM. SOMATIK) (2n)

X KROMOSOM SEKS (1n)

Y

OVUM: mengandung X SPERMATOZOON: mengandung X atau Y OVUM (X) x SPERMATOZOON (Y)

(XY): laki2

OVUM (X) x SPERMATOZOON (X)

(XX): perempuan

PERKEMBANGAN ORGAN SEKS/KELAMIN LAKI2 PEREMPUAN

BERBEDA (DIMORFISME SEKSUAL)

FISIK OTAK PL REPROD.

HORMON SEKS (pre- & postnatal) GONAD (kelenjar seks/kelamin)

OVARIUM

HORMON (Estr. , Progest.)

ORGAN SEKS ORGAN SEKS LAINNYA

OVUM

TESTIS

SPERMATOZOA HORMON (Androgen)

FUNGSI GONAD

OOGENESIS

OVUM

SPERMATOGENESIS

SPERMATOZOA

PRODUKSI HORMON MINGGU IV: GONAD IDENTIK (UNDIFFERENTIATED)

PERKEMBANGAN PRENATAL

MINGGU VI: DIFFERENTIATED GONAD

OVARIUM

TESTIS Enzim TDF

Gen SRY: -

Gen SRY (di krom. Y)

TDF: Testis Determining Factor

Koopman dkk. (1991) REKAYASA GENETIK (Genetic engineering) GEN SRY DISISIPKAN KE DALAM KROM. X EMBRIO MENCIT BETINA

(X*X): MENCIT JANTAN X*: kromosom X yang disisipi gen SRY

SETELAH TERBENTUK ORGAN SEKS (GONAD) OVARIUM

HORMON

PEREMP./BETINA

TESTIS

HORMON

LAKI2/JANTAN

HORMON* TSB. MEMBERI EFEK ORGANISASIONAL YANG PERMANEN TERHADAP: - ORGAN SEKS - OTAK

SETELAH ORGAN SEKS BERKEMANG

GONAD

ORGAN SEKS

HORMON

LAKI2: - PRODUKSI SPERMATOZOA - EREKSI - EJAKULASI

Efek aktivasional PEREMPUAN: OVULASI

INTERNAL Fig. 20 -(1-2)

EKSTERNAL

ORGAN SEKS INTERNAL (Fig. 10-2)

EMBRIO

BISEKSUAL: mempunyai prekursor (bakal/calon) organ seks laki2 dan perempuan

BULAN KE-3 KEHAMILAN

MONOSEKSUAL: hanya 1 yang berkembang, lainnya menghilang/degenerasi laki2 atau peremp.

PREKURSOR ORGAN SEKS PEREMPUAN: SISTEM MULLER •Fimbria •Tuba uterina •Uterus/rahim •Vagina (2/3 bagian dalam) PREKURSOR ORGAN SEKS LAKI2: SITEM WOLFF •Epididimis •Vas/duktus deferens •Vesikula/glandula seminalis •Prostat

MIH* A

MALE (XY)

Mullerian system withers away

I.Defeminization

Primordial gonads develop into testes Androgen

Wolffian system develops into vas deferens, seminal vesicles., prostate

II.Masculinization Androgen *MIH: Mullerian inhibiting hormone

Primordial external genitalia develop into penis and scrotum

Mullerian system develops into fimbriae, tubes, uterus, inner vagina

B

FEMALE (XX)

Primordial gonads develop into ovaries

Wolffian system, without androgens withers away Primordial external genitalia develop into clitoris, labia, outer vagina

Fig. 10-4 (A, B) Normal control of masculinization and defeminization of the internal sex organs and external genitalia

EXTERNAL GENITAL ORGANS (male & female)

1. HORMON ANDROGEN TESTIS

MASCULINIZING EFFECT

2. MULLERIAN INHIBITING HORMONE (MIH)

DEFEMINIZING EFFECT

•Hormon androgen: - testosteron (banyak!) - dihidrotestosteron

EKSPERIMEN BIN. LAB.

OVARIUM TIDAK PERLU UNTUK PERKEMBANGAN SIST. MULLER (Dictum:” Nature’s impuls is to create a female) Tanpa modifikasi/pengaruh faktor2 lain secara alami akan tercipta perempuan/betina

SINDROMA GENETIK

GANGGUAN GENETIK

PADA MANUSIA

SINDROMA TURNER

-HANYA PUNYA 1 KROM. SEKS: X (XO; bukan XX; O: krom. seks yang hilang) -KROM. X-nya dari ibu (XM: X Maternal ) -PENYEBAB GANGGUAN INI TERLETAK PADA SPERMATOZOON YANG DEFEKTIF/ TERGANGGU (Spermatozoon tidak memberikan krom. Y atau XP) (XP : X Paternal )

PENDERITA TIDAK MEMP. GONAD 1. Krom. Y: -

Testis tidak berkembang

2. Ovarium tidak terbentuk

Untuk pembentukan ovarium diperlukan XX

PENGENDALIAN SARAFI PL SEKSUAL Binatang: kucing/tikus MEKANISME SPINAL MED. SPIN.

PL SEKSUAL (gerakan/sikap)

STIMULASI GENITAL (-jantan: stim. glans penis -betina: stim. glans clitoris/ vagina

REFLEKS

TRANSEKSI* MED. SPIN.

STIM. GENITAL

EREKSI: + EJAKULASI: + *Transeksi: potong melintang

KERUSAKAN ME. SPIN. (Manusia)

STIM. GENITAL REFLEKS EJAKULASI TIDAK TERGANT. PADA HORMON! NORMAL/ OVARIEKTOMI STIM. GENITAL

EJAKULASI: + (Orgasmus: ? “Phantom erection”: +)

TIKUS (NORMAL/KASTRASI) STIM. GENITAL (ujung uretra) KONTRAKSI RITMIK VAGINA (ORGASMUS?)

EJAKULASI

PERBEDAAN JENIS KELAMIN/ GENDER

PADA MED. SPIN. & OTAK

TIKUS I. DI MED. SPIN.: Kornu anterius (daerah lumbal): nukleus spinalis bulbokavernosus (NSB) Pada manusia: Onuf’s nucleus; seperti NSB

Jantan/laki2: m. bulbokavernosus Betina/peremp.:

inervasi

m. sfingter vaginae

NSB

BETINA + TESTOSTERON (hari ke-2 postnatal)

BETINA HAMIL + ANTIANDROGEN

NSB berkembang

POSTNATAL: BAYI LAKI2 DIKASTRASI

NSB Tidak berkembang

NSB JANTAN NORMAL: - Ukuran: lebih besar

(Juml. neuron: 200; Neuron: besar2) NSB BETINA NORMAL:

- Ukuran: lebih kecil

(Juml. neuron: 70; Neuron lebih kecil)

MEKANISME OTAK

AREA PREOPTIKA MEDIALIS (APM)/MPA (medial preoptic area) (di hipotalamus)

PL SEKSUAL JANTAN STIMULASI

PL SEKSUAL DIMORFIK (Betina: PL maternal Jantan: agresi teritorial)

PL KOPULASI: +

APM

LESI

PL SEKSUAL JANTAN: -

APM

•MENGANDUNG RESEPTOR ANDROGEN (konsentrasi reseptor androgen: Pada laki2: 5 x lebih banyak dibanding peremp.) •DIMORFISME STRUKTURAL (Laki2: 3-7 lebih besar) (disebut sexually dimorphic nucleus/SDN) Karena pengaruh androgen (waktu perkembangan fetus)

MASKULINISASI SDN (pada tikus)

TESTOSTERON ESTRADIOL (aromatisasi)

SINDROMA INSENSITIVITAS ANDROGEN (SIA)

SDN MENGALAMI MASKULINISASI (SDN: sexually dimorphic nucleus)

- Sindroma (kumpulan gejala2) yang timbul akibat tidak pekanya terhadap stimulasi oleh androgen - Proses ini memerlukan reseptor estrogen (bukan reseptor androgen) PADA MANUSIA

PEREMP. SIA - HETEROSEKSUAL - PL SOSIAL: FEMININ SDN

1. Tidak relevan untuk orientasi seksual pada manusia 2. Mengalami maskulinisasi langsung oleh testosteron

AREA PREOPTIKA MEDIALIS (APM) 1

PL SEKSUAL

APM KOPULASI: -

LESI 2

APM

LESI

3

ATL: area tegmenti lateralis

akson

ATL

(di mesensefalon)

PL SEKSUAL: TERGANGGU

AKTIVITAS NEURON2 APM:

PL KOPULASI

(input) AMIGDALA MEDIALIS*

TIKUS

LESI * Satu daerah di amigdala med.: -Banyak mengandung reseptor androgen - Laki2: 85% lebih banyak

ORGAN VOMERONASAL (berkaitan dengan Feromon) (input)

*GANGGUAN EFEK FEROMON •GANGGUAN PL SEKSUAL ( waktu untuk: -Mounting -Ejakulasi -Latensi)

BULBUS OLFAKTORIUS (saraf pembau)

MANUSIA DISFUNGSI LOBUS TEMPORALIS* (*terdapat: amigdala/hipokampus/

LAKI2

korteks temporalis) SEX DRIVE PEREMP.

LESI

HIPOTALAMUS (HPT): VENTROMEDIAL NUC. OF HPT (VMH)

PL KOPULASI: -

PL SEKSUAL PL KOPULASI:

STIMULASI

VMH (ventromedial hypothalamus) •VMH PAG FR (di mesensefalon) PL SEKS. •MENGANDUNG: RESEPTOR ESTROGEN & PROGESTERON (efek estrogen/progesteron bekerja pada VMH PL SEKSUAL (PAG: periaquaductal gray matter; FR: formasio retikularis)

OVARIEKTOMI + INJEKSI ESTROGEN (diikuti inj. PROGESTERON) VMH* PL SEKSUAL (* bagian kritis: 1/3 bag. anterior) Estr. ‘primes’(meningkatkan sensitivitas/jumlah reseptor) terhadap progr. (estr. reseptor progr.)

VMH akson

PAG Stimulasi

Tikus betina

Lordosis

PAG Lesi akson

VMH Lesi VMH

PAG

Lordosis: PAG

PL seks.: FR (di mesensefalon & med. oblongata Med. spin.

OTOT2 (lordosis)

GONAD

PL SEKSUAL MANUSIA

HORMON

I. EFEK ORGANISASIONAL ( Prenatal) II. EFEK AKTIVASIONAL (Postnatal) EFEK ORGANISASIONAL

*Orientasi seksual:

ANDROGEN PRENATAL

kepada jenis kel. lain

LAKI2 HETEROSEKS.* Kastrasi + testost.

-Tidak segera tertarik pada peremp. -Kehilangan kemampuan sanggama (sexual intercourse) - Orientasi seks. tidak berubah

PEREMPUAN HETEROSEKS.

Ovariektomi + testost.

-Orientasi seks.tidak berubah -Minat seks. terhadap laki2 tidak hilang (tidak berminat terhadap peremp. lain) -Dorongan seks. tidak hilang (bahkan ) (Side effects: janggut/kumis + suara: laki2

ANDROGENISASI PRENATAL PEREMP.

SINDROMA ANDROGENITAL ANDROGEN (androgenisasi prenatal)

PERILAKU SEKSUAL ORIENTASI SEKSUAL ANATOMI  Anak laki2: normal  Anak perempuan: 1. Genital: - klitoris membesar - labia sebag. bersatu (maskulinisasi genital!)

KELENJAR ADRENALIS PRENATAL

2. Orient. seks.: 37% (biseks./homoseks.); 40% heteroseks

(23% menolak menjawab; jika ini Terapi: - Obat yang menekan tidak diperhitungkan: sekresi androgen oleh kel. adrenal - Bila perlu: operasi genital 48% homoseks. /biseks.)

EFEK ANDROGENISASI OTAK 1. PADA PEREMP. 2. PADA LAKI2

ORIENT. SEKS. GENITAL

(MASKULINISASI + DEFEMINISASI) Percobaan pada monyet (Goy dkk, 1988) MONYET HAMIL TESTOST.

FETUS: MASKULINISASI (BAYI BETINA: GENITAL MASKULIN)

KEGAGALAN ANDROGENISASI

EKSPERIMEN ALAM PADA MANUSIA  KASTRASI PRENATAL (ekivalen) SINDROMA INSENSITIVITAS ANDROGEN MUTASI GEN

-Tidak terbentuk reseptor androgen

(lokasi: krom. X)

-Gonad primitif (pada fetus laki2)

*MIS mencegah terbentuknya organ seks internal (Uterus: tidak tumbuh; vagina: dangkal)

TESTIS

Sekresi MIS* (aktif) MIS: Mullerian Inhibiting Substance

Sekresi androgen** (** tidak berefek, karena insensitif (reseptor: -)

•TUMBUH NORMAL - Testis harus diambil

bersifat cancerous

PENDERITA

-Testis tidak diambil

SINDROMA

Tubuh mengalami feminisasi pada waktu pubertas (karena testis menghasilkan sedikit

INSENSITIV. ANDROGEN

estrogen) -Pada waktu dewasa: - Fungsi seksual seperti peremp. (perlu operasi untuk memperpanjang vagina) -Hasrat seks: normal (frekuensi orgasmus: normal) -Kebanyakan kawin -Kehidupan seks: normal -Tidak bisa punya anak

Ovarium/uterus: -

KONTROVERSI PADA OLIMPIADE MUSIM PANAS 1992 PENERAPAN TEST JENIS KELAMIN/GENDER PADA ATLET PEREMPUAN (LAKI2 MENYAMAR SEBAGAI PEREMP.) TEST KROMOSOM:- Hanya dengan genotipe XX yang dianggap sebagai perempuan Peremp. dengan sindr. insensitivitas androgen (SIA)

DISKUALIFIKASI

Peremp. dengan genotipe XY Sindr. Turner (peremp.: XO) TIDAK ADIL!

- SIA: hanya karena insensitif reseptor androgen, tidak mempunyai efek terhadap OTOT/KEKUATAN ATLET

PENGENDALIAN HORMNAL PL SEKSUAL DIMORFISME SEKSUAL

LAKI2

II Efek aktiv.

I

HORMON Efek organisasional

PEREMP.

•FISIK (BODY)

(interaksi)

•ORGAN SEKSUAL •PL SEKSUAL •OTAK

SIST. SARAF

PENGENDALIAN HORMONAL SIKLUS REPRODUKSI

(Fig. 28.18)

MANUSIA: SIKLUS MENSTRUASI SIKLUS REPRODUKSI

(mensis: bulan

siklus: 1 bulan)

MAMALIA LAIN: SIKLUS ESTRUS (Tikus: 4-5 hari) Fig. 10.6 Pengendalian neuroendokrin siklus menstruasi 1. LAKI2

: PL SEKSUAL MANUSIA: variatif KOPULATORIS: -intromission/pelvic thrust/ ejaculation NONKOPULATORIS (mis. sex play)

2. TIKUS JANTAN: nuzzling (mengendusendus)/ sniffing (membau)/licking (menjilatjilat)/mounting (naik)/pelvic thrust/intromission (berulangulang)/ejaculation TIKUS JANTAN 1. PERAN TESTOST.

TESTOST. KASTRASI

PL SEKSUAL

PL SEKS.: -

TIKUS JANTAN KASTRASI +TESTOST.

PL SEKS.: +

Siklus ovarium

TESTOST.

AROMATISASI (oleh enzim aromatase)

Obat2 pemblok enz. aromatase

2. PERAN OKSITOSIN

PL SEKS.: (tidak hilang)

ESTROGEN (estradiol)

PL SEKSUAL: +

OKSITOSIN dihasilkan oleh hipotalamus (nuk. paraventrikuaris), kemudian diangkut melalui akson menuju ke neurohipofisis (hipofisis post.) Pada waktu

orgasmus partus(melahirkan) laktasi (menyusui): milk letdown

Nuc. paraventricularis Nuc. supraopticus

Adenohypophysis

Neurohypophysis

HIPOTAL.: NPV/NSO* LAKI2/JANTAN: OKSITOSIN NEUROHIPOFISIS (Pituitaria/hipofisis posterior)

PEREMP./BETINA: -Kontraksi otot polos: vagina/uterus OTAK

SESUDAH EJAKULASI: PITUITARIA ANTERIOR (Adenohipofisis)

-Kontraksi otot polos sist. ejakulasi

PROLAKTIN

PL SEKSUAL (Inhibisi Periode refrakter)

*NPV: Nukleus paraventrikularis; NSO: nuk. supraoptikus; keduanya menghasilkan oksitosin (disamping ADH: antidiuretic hormone/pitresin) dituangkan ke neurohipofisis sirkulasi)

BINATANG LAB. BETINA •PL SEKSUAL: Lordosis (bent backward) •Tikus: - Pada waktu proestrus (terjadi ovulasi): menerima (reseptif: aktif/pasif) (Aktif: nuzzling/sniffing genital jantan; melompat-lompat kecil & cepat) - Pada waktu estrus: menolak/lari PL SEKS. BETINA

ESTROGEN (estradiol)

(waktu estrus)

OVARIUM

(24 jam kemudian)

PROGESTERON RESEPTIF

ESTROGEN (estradiol/E) OVARIUM (folikel masak)

HPT

GnRH

ADENOHIPOFISIS (LH: luteinizing hormone)

Folikel (setelah ovulasi berubah menjadi korpus luteum) TIKUS BETINA OVARIEKTOMI

PROGESTERON/P Reseptivitas: Reseptivitas:normal

E dosis tinggi

Reseptivitas: + (kurang normal)

E dosis rendah + 6-24 j. kemudian + P

P sendiri: tidak efektif Agar P efektif: harus di-primed oleh E

RESEPTIVITAS(ability and willingness to copulate) PEMBERIAN E DIIKUTI PEMBERIAN P

PROGRESIVITAS (eagerness to copulate: hasrat/gairah) ATRAKTIVITAS (physiological & behavioral changes that affect the male): Jantan lebih tertarik pada betina yang sedang estrus/heat

TIKUS BETINA

DIJAUHI JANTAN

OVARIEKOMI PEMBERIAN E

P

SEX APPEAL (menarik bagi jantan)