Perbaikan Makalah Kmb.doc

  • Uploaded by: Febriyenisusilawati
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perbaikan Makalah Kmb.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 6,734
  • Pages: 43
TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II Asuhan Keperawatan pada Pasien Obstruksi Ileus

Disusun Oleh : Kelompok 4 Putri Rahmadini (1711311016) Fadilah Lukvianti (1711312012) Velia Atika Areny (1711313016) Rahtu Suzi Amelia (1711313028)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang 2019

KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum Wr. Wb Puji dan syukur Tim Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya yang telah dilimpahkan kepada Tim Penulis sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Obstruksi Ileus ” yang merupakan salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah pada semester empat. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi junjungan kita Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya. Dalam menyelesaikan makalah ini, Tim Penulis telah banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Tim Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1.

Ibu Leni Mardawati. Ns. S.Kep. M.Kep selaku Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah memberikan tugas mengenai “Asuhan Keperawatan pada Pasien Obstruksi Ileus” ini sehingga pengetahuan Tim Penulis dalam penulisan makalah ini makin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat.

2.

Pihak-pihak yang tidak dapat Tim Penulis sebutkan satu persatu yang telah turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun

demikian telah memberikan manfaat bagi Tim Penulis. Akhir kata Tim Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat menbangun akan Tim Penulis terima dengan senang hati. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Padang, 8 Maret 2019 Kelompok 4

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................

i

Daftar Isi .......................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................

1

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................

2

1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

3

2.1 Anatomi Fisilogi Organ ...............................................................................

3

2.2 Landasan Teoritis Penyakit ...........................................................................

8

2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan ........................................................

25

BAB III PENUTUP...................................................................................... ..........

42

4.1 Kesimpulan ..............................................................................................

42

4.2 Saran ....................................................................................................... ........

42

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

43

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan sumber energy utama bagi tubuh yang membantu fungsi fisiologis tubuh. Untuk mengubah makanan menjadi energy harus melewati proses pencernaan makanan terlebih dahulu yang nantinya akan mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta mengubahnya dari molekul kompleks menjadi molekul yang sederhana menggunakan enzim. (Dona L.Wong,2008) Ileus obstruksi merupakan bentuk kelainan pada traktus digestivus yang sering dijumpai. Setiap tahunnya 1 dari 1.000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di Amerika ada sekitar 300.000ribu sampai 400.000ribu orang yang menderita ileus setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia menurut data depkes RI tahun 2004 menunjukan bahwa ada sekitar 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif yang dirawat inap. Lalu sekitar 7.024 pasien yang rawat jalan. (Davidson,2006) Menurut WHO (2014), saluran cerna masuk 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Sedangkan di Indonesia kematian yang disebabkan penyakit saluran cerna berada diurutan ketiga dan berada diurutan 107 di dunia. 1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Apa anatomi dan fisiologi organ usus? Apa definisi dari Ileus Obstruksi? Apa etiologic dan patofisiologi dari Ileus Obstruksi? Bagaimana manifestasi atau tanda dan gejala dari Ileus Obstruksi? Apa saja pemeriksaan penunjang dan diagnostic Ileus Obstruksi? Bagaimana penatalaksanaan medis Ileus Obstruksi? Apa saja komplikasi yang disebabkan Ileus Obstruksi? Apa landasan teoritis asuhan keperawatan dari Ileus Obstruksi?

1.3 Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui apa itu ileus obstruksi secara luas. 2. Tujuan Khusus 1

a. b. c. d. e. f. g. h.

Mengetahui anatomi dan fisiologi organ usus? Mengetahui definisi dari Ileus Obstruksi? Mengetahui etiologic dan patofisiologi dari Ileus Obstruksi? Mengetahui manifestasi atau tanda dan gejala dari Ileus Obstruksi? Mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnostic Ileus Obstruksi? Mengetahui penatalaksanaan medis Ileus Obstruksi? Mengetahui komplikasi yang disebabkan Ileus Obstruksi? Mengetahui landasan teoritis asuhan keperawatan dari Ileus Obstruksi?

1.4 Manfaat Penulisan 1. Untuk menambah pengetahuan tentang Ileus Obstruksi 2. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran di bidang pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Organ Fungsi saluran pencernaan adalah untuk mencerna makanan, dan penyerapan nutrisi, dan pengosongan hasil pencernaan. Pencernaan adalah pemecahan makanan menjadi molekul nutrisi 2

sederhana yang dapat digunakan oleh sel. Proses pencernaan membutuhkan (1) asupan makanan dan cairan yang memadai, (2) pemecahan makanan secara mekanis dan kimiawi, dan (3) pergerakan makanan melalui saluran pencernaan. Penyerapan adalah transfer molekul makanan yang dicerna dari saluran pencernaan ke dalam aliran darah. Eliminasi adalah pembuangan makanan padat dari tubuh.

Sumber : Introduction to Medical Surgical Nursing

Saluran pencernaan juga disebut saluran gastrointestinal (GI) dan saluran pencernaan. Bagian utama saluran pencernaan adalah mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar, dan anus. Organ lain yang berada di luar saluran pencernaan tetapi dianggap sebagai bagian dari sistem pencernaan disebut organ aksesoris. Organ aksesoris termasuk kelenjar ludah, hati, kandung empedu, dan pankreas. Masing-masing organ mengeluarkan cairan yang mengandung enzim khusus ke dalam saluran pencernaan. Enzim ini berperan dalam penguraian atau metabolisme bahan makanan (Adrianne Dill Linton, 2012).

3

2.1.1. Mulut Makanan dimasukkan ke dalam mulut, di mana gigi, lidah, dan kelenjar ludah memulai proses pencernaan makanan. Saat gigi memotong dan menghancurkan makanan, kelenjar ludah mengeluarkan air liur yang mengandung amilase (ptyalin). Amilase adalah enzim yang memulai pemecahan karbohidrat. Lidah membantu menghancurkan makanan dengan campuran air liur lalu menekannya ke gigi. Ketika bolus ditelan, lidah memasukan makanan ke faring (Adrianne Dill Linton, 2012). 2.1.2. Faring Faring adalah struktur otot yang dimiliki oleh saluran pencernaan dan pernapasan. Faring menyatu dengan mulut dan saluran hidung ke kerongkongan. Selama menelan, epiglotis menutup jalan napas untuk mencegah makanan memasuki saluran pernapasan (Adrianne Dill Linton, 2012). 2.1.3. Kerongkongan Makanan bergerak dari faring ke kerongkongan, yaitu tabung berotot panjang yang melewati diafragma ke lambung. Kontraksi melingkar seperti gelombang pada otot-otot saluran pencernaan mendorong makanan di saluran tersebut yang disebut dengan disebut peristaltis (Adrianne Dill Linton, 2012).

2.1.4. Lambung Lambung adalah bagian terluas dari saluran pencernaan. Lambung kerongkongan oleh sphincter jantung. Lambung akan

dipisahkan dari

mengembang ketika terisi makanan.

Lambung terdiri dari tiga bagian: fundus, badan, pilorus. Susunan lapisan otot yang unik memungkinkan lambung untuk mengocok makanan, mencampurnya dengan sekresi lambung sampai menjadi kim sel bersel besar. Sekresi lambung termasuk rennin, pepsin, asam hidroklorat, dan lipase. Rennin berfungsi memecah protein susu, lipase memecah lemak, dan pepsin serta

4

asam hidroklorik mencerna sebagian protein. Sfingter pilorus antara lambung dan usus kecil menyimpan makanan di lambung sampai tercampur dengan baik (Adrianne Dill Linton, 2012). 2.1.5. Usus Halus Chyme meninggalkan lambung dan memasuki usus kecil yaitu tempat pencernaan kimiawi dan penyerapan nutrisi berlangsung. Usus kecil terdiri dari tiga bagian: duodenum, jejenum, dan ileum. Sekresi hati dan pankreas memasuki saluran pencernaan di duodenum. Empedu, diproduksi di hati dan disimpan di kantong empedu, memecah gumpalan lemak besar. Enzim pankreas selanjutnya mengubah lemak menjadi gliserol dan asam lemak agar dapat dengan mudah diserap. Tiga lapisan jaringan membentuk dinding usus kecil. Lapisan membran mukosa mengeluarkan enzim pencernaan sukrase, laktase, maltase, karboksipeptidase, aminopeptidase, dipeptidase, nukleosidase, lipase, dan enterokinase. Lapisan dalam dilapisi dengan ribuan proyeksi mikroskopis yang disebut vili. Molekul makanan yang dicerna diserap melalui vili ke dalam aliran darah. Lapisan otot berkontraksi untuk terus mencampurkan chyme, menggerakkannya menuju usus besar (Adrianne Dill Linton, 2012). 2.1.6. Usus Besar Chyme memasuki usus besar melalui katup ileocecal. Bagian pertama dari usus besar adalah sekum tempat melekatnya apendiks. Usus besar naik ke sisi kanan perut (kolon asendens), melintasi perut tepat yang berasa tepat dibawah pinggang (kolon trasverse), dan di sisi kiri perut (kolon desendens) (Adrianne Dill Linton, 2012). 2.1.7. Rektum dan Anus Bagian dari usus yang turun di antara iliac dan rektum disebut kolon sigmoid. Bagian terakhir dari usus besar adalah rektum yang berakhir di anus yaitu tempat pengeluaran kotoran (feses). Dengan adanya spingter di anus memungkinkan kotoran disimpan sampai eliminasi sukarela terjadi (Adrianne Dill Linton, 2012).

5

Organ Yang Terdapat Pada Kuadran Perut: (tambahin gambar sama velia)

Sumber : Introduction to Medical Surgical Nursing a. Kuadran kanan atas Terdiri atas: - Kelenjer adrenal (kanan) - Kolon ( fluks hepatic dan bagian naik dan melintang) - Duodenum - Ginjal (bagian kanan) - Kantung empedu - Pancreas ( kepala) - Pylorus b. Kuadran kanan bawah Terdiri atas: - Apendiks - Kandung kemih (jika membesar) - Secum - Kolon asenden bagian atas - Ginjal ( bagian kanan bawah) - Ovarium (kanan) - Salpinx (tabung rahim; kanan) - Saluran sperma (kanan) - Ureter (kanan) - Rahim (kanan) c. Kuadran kiri bawah Terdiri atas : - Kelenjer adrenal (kanan) 6

d. -

Colon Ginjal (bagian kiri) Hati (bagian kiri) Pancreas Limpa Lambung Kuadran kiri bawah Terdiri atas : Kandung kemih ( jika buncit ) Colon ( sigmoid dan bagian bawah) Ginjal ( bagian kiri bawah) Ovarium (kiri) Salpinx (tabung rahim; kiri ) Saluran sperma (kiri) Ureter (kiri) Uterus (jika membesar)

2.2. Landasan Teoritis Penyakit 2.2.1. Definisi Obstruksi usus terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati saluran gastrointestinal. Obstruksi usus dapat terjadi pada usus kecil ataupun usus besar, dan bisa sebagian atau lengkap. Penyebab obstruksi usus dapat diklasifikasikan menjadi : -

Obstruksi mekanis adalah penyumbatan pada lumen usus yang dapat dideteksi. Sebagian besar obstruksi usus terjadi di usus kecil. Adhesi bedah adalah penyebab paling umum dari obstruksi usus halus dan dapat terjadi dalam beberapa hari setelah pembedahan atau beberapa tahun kemudian . Hernia dan tumor adalah penyebab paling umum berikutnya. Karsinoma adalah penyebab paling umum dari obstruksi usus besar, diikuti oleh volvus dan penyakit divertikular.

-

Obstruksi nonmekanis atau ileus paralitik atau paling sering disebabkan oleh penanganan usus selama operasi perut; fungsi usus hilang selama beberapa jam hingga beberapa hari. Gangguan elektrolit, terutama hipokalemia, mempengaruhi pasien terhadap masalah ini. Ileus juga bisa menjadi konsekuensi dari paritonitis, karena kebocoran isi kolon menyebabkan iritasi parah dan memicu respons peradangan. Insufisiensi pembuluh darah ke usus, juga disebut sebagai iskemia usus, adalah penyebab potensial lain dari ileus. Ini terjadi ketika trombosis arteri atau vena atau embolus menurunkan aliran darah ke pembuluh darah mesenterika 7

yang mengelilingi usus, seperti pada gagal jantung atau syok berat. Kekurangan pasokan darah yang parah dapat menyebabkan infark organ di sekitarnya (mis., Infark usus). Obstruksi semu adalah obstruksi mekanis yang terdapat pada usus tanpa menunjukkan obstruksi dengan metode radiologis. Penyakit pembuluh darah kolagen dan gangguan neurologis dan endokrin dapat menyebabkan pseudo-obstraksi, tetapi sering kali penyebabnya tidak diketahui. Obstruksi pembuluh darah yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan suplai darah ke sebagian usus. Penyebab paling umum adalah emboli dan aterosklerosis arteri mesentrik. Emboli dapat berasal dari trombi pada pasien yang memiliki fibrilasi atrium kronis, katup jantung yang sakit, dan katup prostetik. Trombosis vena dapat terlihat pada kondisi aliran darah rendah, seperti gagal jantung dan syok (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010). 2.2.2. Etiologi Obstruksi usus adalah gangguan umum dan serius yang disebabkan oleh berbagai kondisi dan berhubungan dengan morbiditas yang signifikan yang dapat terjadi di mana saja pada saluran usus, meskipun ileum di usus kecil (bagian tersempit dari saluran usus) adalah tempat yang paling umum (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010). Obstruksi mekanik dapat disebabkan oleh: •

Adhesi (jaringan parut dari operasi atau phatologi). Adhesi (perlekatan usus) yang dapat terjadi pada seseorang yang memiliki riwayat operasi intra abdominal atau proses inflamasi citra abdominal. Adhesi dapat terjadi dalam bentuk tunggal ataupun multiple dan bisa terjadi pada daerah kecil maupun luas(Indrayani, 2013)



Tumor jinak atau ganas pada usus halus. Obstruksi usus halus jarang disebabkan oleh tumor usus halus kecuali jika menimubulkan invaginasi yang disebabkan karena adanya penyebaran kanker diperitoneum atau mesenterium yang dapat menekan usus (Indrayani, 2013).

8



Hernia Inkarserata yaitu suatu keadaan dimana usus masuk kedalam pintu hernia sehingga cinci hernia menjepit usus tersebut, yang mengakibatkan adanya gejala obstruksi dan strangulasi usus yaitu penyumbatan yang mengakibatkan aliran darah ke usus terhenti (Indrayani, 2013).



Impaksi tinja (terutama pada orang dewasa yang lebih tua) (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010).



Striktur akibat penyakit crohn atau terapi radiasi sebelumnya (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010).



Intususepsi (infaginalsi) merupakan intususepsi ileosekal yang masuk dan naik kekolon asenden lalu dapat keluar dari rektum yang mengakibatkan terjadinya nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Hal ini dapat ditemukan pada anak yang bersifat idiopatik karena penyebabnya tidak dapat ditemukan. Infaginasi sangat jarang ditemukan oleh orang dewasa (Indrayani, 2013).



Volvulus yaitu merupakan kelainan yang terjadi pada segmen usus yang mengakibatkan terjadinya gangguan perjalanan makanan pada saluran usus (Indrayani, 2013).



Fibrosis karena gangguan seperti endometriosis (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010).



Gangguan pembuluh darah (mis, Emboli dan arteriosklerotik pembuluh). Pada orang yang berusia 56 tahun atau lebih, tumbukan divertikulitus, tumor, dan tinja adalah penyebab obstruksi yang paling umum (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010).



Batu empedu yang masuk ke ileus. Batu empedu yang menyebabkan obstruksi dikarenakan batu empedu yang besar terjepit diusus halus, biasanya pada bagian ileum terminal atau katub ileocaecal (Indrayani, 2013). 2.2.3. Patofisiologi Obstruksi usus dapat terjadi sebagian atau lengkap dan diklasifikasikan sebagai

mekanik atau nonmekanis. Dalam gangguan mekanis, usus secara fisik tersumbat oleh masalah di luar usus (mis., Adhesi), di dinding usus (mis., Penyakit crohn), atau di lumen usus (mis., 9

Tumor). obstruksi (juga dikenal sebagai ileus paralitik atau ileus adinamik) tidak melibatkan obstruksi fisik di dalam atau di luar usus. Sebaliknya, peristaltik berkurang atau tidak ada sebagai akibat gangguan neuromuskuler yang mengakibatkan melambatnya pergerakan atau cadangan konten usus. Isi usus terdiri dari cairan yang dicerna, makanan, dan air liur; sekresi lambung, pankreas, dan bilier; dan udara. Baik pada obstruksi mekanik dan non mekanik, isi usus menumpuk di dan di atas area obstruksi. Hasil distensi dari kemampuan usus untuk menyerap konten dan dipindahkannya ke saluran usus. Untuk mengimbangi lag, peristaltik ditingkatkan untuk memajukan konten usus ke depan. Peningkatan ini lebih banyak terjadi sekresi yang kemudian muncul pada distensi tambahan. Usus kemudian menjadi edematosa dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Plasma yang bocor ke dalam rongga peritoneum dan cairan yang terperangkap dalam lumen usus mengurangi penyerapan cairan dan elektrolit ke dalam ruang

vaskular.

Berkurangnya

volume

darah

peredaran

darah

(Hypovolemia)

dan

ketidakseimbangan elektrolit biasanya terjadi. Hipovolemia berkisar dari ringan hingga ekstrem (syok hipovolemia) Masalah cairan dan elektrolit spesifik terjadi, tergantung pada bagian usus yang tersumbat. Obstruksi yang tinggi di usus kecil menyebabkan hilangnya hidroklorida lambung, yang dapat menyebabkan alkalosis metabolik. Obstruksi yang terjadi di bawah duodenum tepatnya di atas usus besar menyebabkan hilangnya asam dan basa, sehingga ketidakseimbangan asam-basa biasanya tidak terganggu. Obstruksi pada ujung usus halus dan lebih rendah pada saluran usus menyebabkan hilangnya cairan alkali, yang dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jika hipovolemia berat maka dapat terjadi insufisiensi ginjal atau bahkan kematian dapat terjadi. Peritionitis bakteri dengan atau tanpa perforasi yang sebenarnya juga dapat terjadi. Bakteri dalam isi usus akan membuat usus menjadi tersumbat. Ini bukan merupakan masalah, tetapi jiki aliran darah ke usus terganggu. Penyumbatan di dua area berbeda atau obstruksi strangulasi (obstruksi dengan aliran darah terganggu) dapat meningkatkan resiko peritonitis. Bakteri tanpa suplai darah dapat melepaskan endotoksin ke dalam peritoneum atau sirkulasi sistemik dan menyebabkan syok septik. Dengan obstruksi strangulasi, kehilangan darah pada usus besar dan peritoneum dapat terjadi (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010). 2.2.4. Manifestasi Klinis/ Tanda dan Gejala 10

Pasien dengan obstruksi mekanis di usus kecil sering mengalami nyeri atau kram pada pertengahan perut dengan rasa sakit yang hilang timbul. Jika nyeri terasa sakit seperti diremas, maka sakit lebih terlokasi dan stabil. Muntah sering menyertai obstruksi dan lebih banyak terjadi pada obstruksi diusus kecil proksimal. Muntah dapat mengandung empedu dan lendir atau dapat berwarna orange kecoklatan dan berbau busuk sebagai akibat dari tumbuhnya bakteri yang berlebihan pada obstruksi ileum yang rendah. Obstipasi (tidak ada fase) dan kegagalan untuk melewati flatus dapat menyebabkan obstruksi total. Diare dapat terjadi pada obstruksi parsial. Obstruksi kolon mekanik menyebabkan nyeri perut kolik yag lebih ringan dan lebih teratur seperti obstruksi usus halus. Distensi abdomen bagian bawah dan obstipasi mungkin terjadi atau pasien mungkin memiliki tinja seperti pita jika terjadi obstruksi parsial. Perubahan pola usus dan darah dalam tinja dapat terjadi jika kanker kolorektal atau difertikulitis menjadi penyebab terjadinya obstruksi. Pada tahap selanjutnya dari obstruksi mekanik, bunyi usus tidak ada, terutama distal dari obstruksi. Kelembutan dan kekakuan perut biasanya berkurang. Adanya usus yang tegang dan berisi cairan yang menyerupai massa abdomen yang teraba dapat menandakan terjadinya obstruksi usus kecil. Pada sebagian besar jenis obstruksi non-mekanis, nyeri digambarkan sebagai ketidaknyamanan konstan yang menyebar. Kram kolik bukan merupakan karakteristik dari jenis obstruksi ini. Nyeri yang terkait dengan obstruksi yang disebabkan oleh insufisiensi vaskular atau infark biasanya berat dan konstan. Hal lain yang akan dirasakan adalah kembung pada perut. Memuntahkan isi lambung dan empedu sering terjadi tetapi muntahnya jarang sekali berbau busuk (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010).

2.2.5. Pemeriksaan penunjang dan Diagnostik Tes/Tujuan

Persiapan Pasien

Perawatan Pasca Operasi

TES RADIOGRAFI Saluran pencernaan bagian atas (UGI)

Beritahu pasien bahwa Pantau tinja selama

atau saluran pencernaan (GI) :

dia perlu minum larutan kurang lebih 2 hari untuk

Mendeteksi abnomalitas barium pada

yang menggandug medi melihat warna tinja. Jika 11

esofagus dan lambung.

kontras. Radiografi akan tinja berwarna putih diambil

dari menunjukkan bahwa

kerongkongan, lambung, barium sedang dan duodenum melalui dihilangkan (warna tinja fluoroscope. Film akan akan normal kembali direplikasi

enam

jam dalam 3 hari). Obat

kemuadian untuk melihat pencahar dapat diberikan beapa

banyak

barium untuk memudahkan

yang

melewati

perut. eliminasi. Berikan

Pasien

tidak

meminum

boleh makanan, air putih, serta apapun istirahat yang cukup.

melalui mulut 6-8 jam sebelum prosedur, sesuai prosedur yang telah di Rangkaian usus kecil menentukan perut

tetapkan. Pasien minum larutan

Perawatan yang

dari usus kecil

kontras. Film diambil

dilakukan sama dengan

pada interval 20-30

perawatan pada saluran

menit saat larutan

pencernaan bagian atas

melalui usus kecil. Pasien akan diminta untuk mengambil berbagai posisi untuk radiograf. Prosedur ini mungkin memakan banyak waktu. Persiapannya sama seperti pada saluran Barium edema mendeteksi kelainan usus

pencernaan bagian atas. Media kontras diberikan

Perawatan yang

besar

untuk prenatalaksanaan

dilakukan sama dengan

enema, dan radiografi

perawatan pada saluran

12

diambil dengan berbagai

pencernaan bagian atas

posisi. Tes dapat memamakan waktu 11/4 jam untuk menyelesaikannya. Pasien hanya diperbolehkan meminum air putih pada malam hari sebelum prosedur dilakukan . Obat pencahar dan obat enema diberikan pada hari sebelumnya. Pemberian obat enema diberikan pada pagi hari sebelum prosedur dilakukan . Penjelasan : Media kontras yang digunakan dalam tes ini adalah barium sulfat yang dapat diberikan secara oral atau enema. Pada tes ini juga juga memasukan udara kedalam usus yang dikenal dengan kontras udara. Ketika radiografi diakukan, media kontras menguraikan organ berlubang dari saluran pencernaan . sebagian rumah sakit memiliki cara khusus untu memastikan saluran pencernaan bersih sebelum dilakukannya pemeriksaan. Jika pasien tidak siap untuk melakukan prosedur, maka hal tersebut harus diulang. Jika pasien menjadi lelah atau TTV berubah maka persiapan harus dihentikan, dan dokter harus diberi tahu. Setelah prosedur dilakukan, barium harus segera dikeluarkan dari saluran pencernaan. TES ENDOSKOPI

13

Saluran pencernaan bagian atas   





Esofagoskopi menggambarkan

Persiapan pasien untuk

Pasien harus menjadi

bentuk kerongkongan

pemeriksaan saluran

NPO sampai reflex

Gastroskopi menggambarkan

pencernaan bagian atas

muntah kembali. Pantau

bentuk lambung

meliputi : pasien

tanda-tanda trauma pada

Gastroduodenoscopy

dipuasakan selama 6-8

pasien : perdarahan pada

menggambarkan bentuk lambung

jam. Jika dibutuhkan,

tenggorokan atau dubur.

dan duodenum

berikan pasien obat

Pantau tanda-tanda

Esophagosastroduodenoscopy

penenang sesaat sebelum

pasien seperti deman,

menggambarkan bentuk

pemeriksaan dilakukan.

gangguan pencerna, nyeri

kerongkongan, lambung, dan

kram, dan ketidak

duodenum

nyamanan

Kolangiografi retrograde endoskopi menggambarkan bentuk saluran empedu dan galdbladder

Saluran pencernaan bagian bawah  Kolonoskopi memvisualisasikan 

Persiapan pasien untuk

Pantau tanda-tanda

usus besar

pemeriksaan saluran

pasien seperti demam,

Proktoskopi menggambarkan

pencernaan bagian

gangguan pencernaan,

bentuk rectum

bawah meliputi : pasien

nyeri kram, serta

dipuasakan selama 6-8

perdarahan pada dubur.

jam sebeum pemeriksaan. Pasien hanya boleh minum air putih pada malam hari sebelum pemeriksaan dilakukan. Pembersihan usus dapat dilakukan dengan menggunakan katarsik, supositoria, dan 14

enema

Sigmoidoskopi menggambarkan bentuk

supositoria katartik

rektum dan kolon sigmoid

biasanya diberikan malam pada malam hari sebelum tes dilakukan. Enema dapat dikaukan pada pagi hari saat tes akan dilakukan sampai usus besaar menjadi bersih.

Endoskopi kapsul Endoskopi kapsul mentransmisikan

Diperlukan puasa 10 jam

Kapsul biasanya

gambar video dari seluruh saluran

semalam untuk studi

dihilangkan tanpa rasa

pencernaan ke perekam yang dikenakan

usus kecil. Persiapan

sakit di tinja. Tidak

pada ikat pinggang. Ini sangat berguna

usus, jika ada, bervariasi

diperlukan perawatan

untuk mempelajari usus halus dan dapat

dengan agen dan dokter.

khusus. Jika usus kecil

mendeteksi perdarahan Gl yang tidak

Studi kerongkongan

tersumbat, maka kapsul

jelas, penyakit radang usus (BD),

membutuhkan puasa 2

dapat menjadi bersarang

gangguan malabsorpsi tumor usus kecil,

jam. Simethicone dapat

di situs, membutuhkan

dan peradangan yang disebabkan oleh

diberikan ketika kapsul

pengangkatan secara

obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

ditelan untuk mengurangi bedah. Pasien kembali ke

atau radioterapi.

gelembung dan

kantor dalam 6-10 jam

meningkatkan

untuk menyerahkan

visualisasi.

perekam.

Penjelasan : Komplikasi endoskopi yang paling serius adalah perforasi, atau tusukan, saluran pencernaan. Inovasi terbaru dalam endoskopi menggunakan kapsul kamera video sekali pakai yang kira-kira seukuran tablet vitamin besar. Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk menelan kapsul. 15

Leads diletakkan di perut dan terhubung ke alat perekam yang dikenakan di sabuk. Gambar akan ditransmisikan saat kapsul bergerak melalui saluran pencernaan. Pasien dapat melakukan aktivitas biasa saat kapsul dalam perjalanan. Hal ini sangat berguna untuk memperlihatkan usus kecil, yang tidak dapat diakses dengan endoskopi model lama. Dengan perangkat ini, timah melekat ke dada pasien dan mengirimkan gambar ke perekam. pasien menelan pil sambil berbaring secara bertahap lalu mengubah psosisi menjadi duduk. TES LABORATORIUM Tes Darah. Elektrolit serum mengukur elektrolit

Obat yang

Lanjutkan pengobatan

dalam darah untuk mendeteksi

mempengaruhi hasil

setelah darah diambil.

ketidakseimbangan.

dapat ditahan sampai

Elektroforesis protein serum mengukur

darah diambil. Obat-obatan yang dapat

Lanjutkan pengobatan

protein serum, yang dapat dikurangi

mengubah hasil tes

setelah darah diambil.

dengan tukak lambung, kolesistitis akut,

(aspirin, isoniazid,

dan malabsorpsi.

neomycin, esu bikarbonat, agen sulfonamid) dapat ditahan sampai sampel

Carcinoembryonic antigen (CEA)

darah diambil. Tidak diperlukan

Tidak diperlukan

mengukur CEA dalam darah yang

persiapan khusus. Catat

perawatan khusus.

mungkin mengindikasikan keganasan Gl, apakah pasien merokok: meskipun tes ini tidak spesifik. Tes ini

jika demikian,

juga digunakan untuk memantau respons

kemungkinan besar dia

pasien terhadap terapi kanker.

akan dinyatakan positif untuk CEA.

Analisis Lambung Uji sekresi basal mengukur asam klorida

Pasien harus NPO

Lepaskan tabung.

dan pepsin yang disekresikan di dalam

selama 12 jam sebelum

Lanjutkan makanan dan

lambung.

tes. Beri tahu pasien

obat-obatan. Tawarkan

bahwa tabung

langkah-langkah

16

nasogastrik akan

kenyamanan.

dimasukkan dan isi lambung disedot dan dibuang. Pada interval 15 menit selama 1 jam konten disedot lagi. Kumpulkan spesimen secara terpisah Tes stimulasi asam lambung mengukur

Persiapan sama dengan

sekresi yang meningkat dengan bisul dan untuk uji sekresi basal. menurun dengan kanker lambung

Perawatan sama dengan untuk tes sekresi basal.

Namun, obat akan diberikan untuk merangsang sekresi dan spesimen tambahan yang disedot dengan interval 15 menit selama 1-2 jam lagi

Penjelasan : Pada pemeriksaan ini tabung nasogastrik dimasukkan, dan sekresi lambung diambil setiap 15 menit selama 1 jam yang memungkinkan pengukuran sekresi lambung basal. Jika diminta tes stimulasi asam lambung, maka obat yang merangsang sekresi asam (misalnya, pentagastrin spedlon) diberikan kepada pasien dan spesimen akan dikumpulkan dengan interval 15 menit, lalu diberi label dan dikirim untuk dianalisis. Analisis lambung tubeless mendeteksi adanya asam hidroklorat lambung. stimulan lambung diberikan, lalu 1 jam kemudian diberikan pewarna resin secara oral yang akan bereaksi dengan asam hidroklorat lambung untuk melepaskan pewarna, yang diekskresikan dalam urin. Jika terdapat asam klorida di perut, maka pewarna muncul dalam urin 2 jam kemudian.

Tes Fungsi Esofagus 17

Pemantauan pH esofagus digunakan

Pasien harus menjadi

Tidak diperlukan

untuk mendeteksi refluks asam.

NPO selama 8 jam

aftercare khusus. Pasien

Manometry mengukur sphincter

sebelum tes. Prosedur ini

mungkin menderita sakit

esofagus yang lebih rendah (tekanan

memakan waktu sekitar

tenggorokan ringan.

LES dan untuk menilai gelombang

30 menit. Beri tahu

menelan esofagus. Untuk tes Bernstein,

pasien bahwa Anda perlu

asam hidroklorat dan salin normal secara

menelan beberapa tabung

berangsur-angsur ditanamkan di

kecil yang akan

esofagus untuk melihat apakah pasien

mengukur tekanan di

mengalami nyeri dengan tinja asam.

kerongkongan dan merekam gelombang kerongkongan saat menelan. Dalam beberapa situasi, sensor pH dibiarkan di tempat selama 24 jam.

Analisis tinja

Beri tahu pasien tentang

Tidak diperlukan

Darah tinja mendeteksi pendarahan

kebutuhan untuk

perawatan khusus.

darah Gl ketika darah tidak mudah

mendapatkan spesimen

terlihat.

feses (lihat pedoman teks untuk prosedur pengumpulan spesimen). Jika tes dilakukan di rumah. kemudian

Ova dan parasit feses mendeteksi infeksi

jelaskan prosedurnya. Perbanyakan tidak sama

Tidak diperlukan

parasit. Tes lemak tinja untuk peningkatan lemak

dengan untuk darah tinja Instruksikan pasien

perawatan khusus Beri tahu pasien untuk

dalam tinja yang terjadi dengan penyakit

tentang cara mengamati

melanjutkan diet normal

Crohn, malabsorpsi, dan penyakit

diet lemak 60 g selama 18

pankreas

3-6 hari diikuti dengan pengumpulan spesimen tinja. Tidak ada agen pencahar enema, atau supositoria dapat digunakan selama 3 hari sebelum tes. Lihat pedoman toksik untuk prosedur pengumpulan specimen.

Penjelasan : Tinja spesimen paling sering diperiksa untuk darah, empedu, organisme patogen, dan parasit ova (misalnya lemak tinja dan jumlah sel darah putih dapat ditentukan dalam keadaan tertentu. Beberapa poin penting harus diingat ketika pemeriksaan tinja : 1. 1.Kumpulkan spesimen dalam wadah yang bersih dan kering .Urin tidak boleh berada di dalam wadah karena dapat membunuh parasit .Tisu kamar mandi tidak boleh dibuang dalam wadah karena kertas berisi bismut yang mengganggu beberapa tes. 2. segera kirim spesimen tinja ke laboraturium. Jika penyimpanan sementara diperlukan, maka spesimen untuk ova dan parasit harus tetap hangat. Spesimen untuk patogen harus didinginkan 3. ketika spesimen tinja sedang diuji untuk darah gaib, pasien tidak boleh makan daging merah selama 2 - 3 hari sebelum spesimen dikumpulkan karena dapat mengganggu hasil tes 4. Contoh obat yang dapat mengganggu hasil adalah salisilat agen, asam askorbat, agen antikoagulan, dan agen steroid. 5. 5. jika ada darah atau lendir yang terlihat di tinja, maka masukkan dalam spesimen yang dikirim ke laboratorium (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010).

19

2.2.6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan a) Secara Medis 

Terapi obat Obat-obatan yang biasanya digunakan pada gangguan saluran pencernaan adalah agen emetik, agen antiemetik, agen pencahar, agen katarsik, agen antidiare, agen antasid, agen antikolinergik, penghalang mukosa, penghambat reseptor histamin (H2), penghambat pompa proton, 5- Agen antagonis reseptor HT, agen prostaglandin, dan agen antibiotik. Obat-obatan ini dibahas dengan kondisi yang diresepkan.



Bedah Gastrointestinal Pada pasien dengan obstruksi mekanik lengkap dan obstruksi mekanis tidak lengkap, intervensi bedah diperlukan untuk meringankan obstruksi, obstruksi strangulasi lengkap, adalah laparatomi eksplorasi (pembukaan bedah rongga perut untuk menyelidiki penyebab obstruksi) awalnya dilakukan untuk banyak pasien dengan obstruksi. Prosedur bedah yang lebih spesifik tergantung pada penyebab obstruksi. Prosedur operasi. Langkah awal yang dilakukan ahli bedah adalah membuat sayatan besar yang memasuki rongga perut, dan mencari tau penyebab terjadinya obstruksi jika mungkin (eksplorasi laparatomi). Jika obstruksi disebabkan karena adhesi maka akan dipecahkan (dipotong dan dilepaskan). Obstruksi yang disebabkan oleh tumor atau divertikulitis memerlukan reseksi usus besar dengan anastomosis primer atau kolostomi sementara atau permanen, jika obstruksi disebabkan oleh infark usus, trombektomi embolektomi atau reseksi usus kecil atau besar mungkin diperlukan. Pada kasus yang parah, mungkin diperlukan kolektomi (pengangkatan seluruh usus besar). Pembedahan invasif eitherminimall melalui laparaskopi. Ahli bedah yang terlatih khusus membuat beberapa sayatan kecil di perut dan menempatkan kamera video untuk melihat isi perut untuk menentukan sejauh mana obstruksi. Laparoskop (jenis endoskop) dengan ujung yang terang dimasukkan dengan berbagai instrumen bedah untuk menghilangkan masalah. Prosedur ini membutuhkan waktu lebih lama.

20

b) Secara Keperawatan 

Perawatan Preoperatif Pasien Memiliki Operasi Gastrointestinal Pemeriksaan radiografi dari saluran pencernaan sering dilakukan sebelum operasi. Ini dapat dilakukan secara rawat jalan atau setelah masuk ke rumah sakit. Saluran pencernaan biasanya dibersihkan sebelum operasi GI. Tingkat pembersihan tergantung pada lokasi operasi yang tepat. Sediaan oral seperti magnesium sitrat atau larutan laktatif (laksatif) volume-volume mungkin diresepkan. Penggunaan enema sampai cairan yang kembali jernih juga dapat diresepkan, proses ini melelahkan dan dapat melelahkan pasien yang sakit atau lebih tua. Perawat harus menawarkan bantuan dengan toileting dan kebersihan. Perubahan tanda-tanda vital (detak jantung tidak normal, hipotensi) atau keadaan mental selama proses pembersihan usus harus dilaporkan ke dokter. Pasien tidak boleh makan atau minum selama periode tertentu sebelum operasi. Cairan intravena dapat dipesan, terutama jika suction GI sedang digunakan. Antibiotik oral dapat diberikan untuk mengurangi tumbuhnya bakteri di usussehingga dapat mengurangi risiko kontaminasi rongga peritoneum selama operasi. Anestesi umum dan operasi perut menyebabkan hilangnya peristaltik sementara. Oleh karena itu sebelum atau selama operasi, nasogastrictube dapat dimasukkan dan dilekatkan pada penyedotan. Ini mencegah akumulasi cairan dan gas dalam saluran pencernaan sampai peristaltik kembali.



Perawatan Pasca Operasi dari Pasien yang telah menjalani Operasi Gastrointestinal Carr pasca operasi termasuk langkah-langkah untuk menghilangkan rasa sakit, mendeteksi komplikasi (perdarahan, infeksi), dan mencegah efek buruk dari imobilitas, anestesi, dan terapi obat. Hal ini dapat dilakukan setelah operasi saluran pencernaan, secara khusus berkaitan untuk mencegah distensi lambung atau perut, mengganti cairan yang hilang, dan mempertahankan eliminasi urin. Pasien biasanya memiliki tabung nasogastrik untuk dekompresi. Pengeluaran cairan dan gas secara terus-menerus mengurangi stimulasi saluran pencernaan dan mengurangi tekanan pada sayatan internal. 21

Penting untuk memantau hisap GI untuk memastikan itu berfungsi dengan cara periksa, gambarkan, dan ukur drainase. Periksa perut psien untuk memeriksa apakah ada distensi dan bising usus. Ikuti perintah dokter tentang irigasi. Setelah operasi lambung, jangan mengairi atau memposisikan ulang tabung karena kemungkinan trauma jaringan penyembuhan. Beri tahu dokter jika perut menjadi buncit. Cairan intravena diberikan sampai suction GI dilepaskan dan asupan oral adekuat. Pertahankan catatan asupan dan keluaran yang ketat. Pasien berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit ketika suction GI digunakan. Karena pasien sering mengalami kesulitan berkemih setelah operasi perut, kateter biasanya digunakan selama prosedur. Jika tidak ada kateter, maka tindakan keperawatan mungkin diperlukan untuk mengajarkan berkemih (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010). 2.2.7. Komplikasi -

Nekrosis usus, perforasi usus dikarenakan obstruksi yang terjadi terlalu lama pada organ

-

intra abdomen. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis yang tidak tertangani dengan baik dan cepat. Syok/dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma. Akses sinfrom usus pendek dengan malabstroksi dan malnutrisi, karena abstroksi toksin alam rongga peritoneum sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra

-

abdomen. Pneumonia aspirasi dari proses muntah. Gangguan elektrolit, karena terjadi gangguan abstroksi cairan dan elektrolit pada usus Kematian (Smeltzer. Suzana C, 2002) 2.2.8. WOC

22

3.1. Asuhan Keperawatan pada Pasien Obstruksi Ileus 3.1.1. Pengkajian a)

Demografi

1. Identitas : Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan 2. Keluhan utama : nyeri pada perut. 3. Riwayat penyakit sekarang : perubahan berat badan, masalah dalam menginsumsi makanan, gejala atau gangguan pencernaan, perubahan eliminasi usus. 4. Riwayat penyakit dahulu : pembedahan yang belum lama dilakukan, trauma, infeksi, diabetes melitus, gangguan kandung kemih, kanker, diet; jenis, jumlah, jadwal, perubahan pada tinja, alergi makanan atau obat-obatan. 23

5. Riwayat penyakit keluarga : diabetes melitus, kanker saluran pencernaan, hepatitis, anemia, tukak lambung, gangguan kandung kemih, alkoholisme, polip usus, obesitas. b) Fungsional gordon 1. Nutrisi : nutrisi terganggu karena adanya muntah dan mual. 2. Eliminasi : klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus dikarenakan peristaltic usus menurun. 3. Aktivitas : Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas. 4. Istirahat : tidak bisa tidur karena nyeri yang hebat, muntah dan kembung. c) Pemeriksaan fokus System gastrointestinal : penurunan nafsu makan, disfagia, mual, muntah, pencernaan yang terganggu, perubahan pola pengosonagn usus, nyeri, perut kembung, pendarahan, perubahan karakteristik tinja. d) Pemeriksaan penunjang 

HB (hemoglobin), hematokrit, kreatin, dan urea : ↑ disebabkan karena adanya dehidrasi.

  

Leukosit: Normal atau sedikit ↑ yang menunjukan adanya obstruksi stagulasi Amilasi : ↑ menyebabkan perusakan pada pankreas Natrium, klorida, dan kalium : ↓ karena kehilangan cairan dan elektrolit (Sharon L. Lewis, 2011)



Sinar X : Dalam menegakan diagnosa ileus obstruksi hal yang penting dilakukan yaitu foto polos abdomen yang dilakukan dengan posisi tegak dengan sinar yang mendekat. Posisi datar ini dilakukan distribusi gas, dan posisi tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak obstruksi. Biasanya lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas yang mana pada usus halus tidak kelihatan (Maulana, 2011).



Rontgen perut tegak dan lateral menunjukkan adanya gas dan cairan diusus (M. Ignatavicius dan Linda Workman, 2010).)



Enema Kontras Tunggal yaitu pemeriksaan radiografi dengan menggunakan suspensi barium sulfat yang dijadikan untuk

 

media kontras pada usus besar dengan tujuan

mengetahui tempat dan penyebab terjadinya obstruksi. CT Scan pada usus halus bertujuan untuk mencari tempat dan penyebab Sigmoidoskopi bertujuan untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu, 2012). 3.1.2. Perumusan Diagnosa Keperawatan, NOC, dan NIIC 24

No

Diagnosa

NOC

.

Keperawatan

1.

Nyeri Akut b.d peningkatan

NIC

 Kontrol Nyeri (1605) Hasil

tekanan

yang

diharapkan

intralumen

pada :

sensori

dan

emosional

tidak

ditingkatkan

berkaitan dengan kerusakan actual

atau

potensial

atau

yang

Indicator : (160502) kapan

nyeri

terjadi (160501) Menggambark an

faktor

Menggunakan

kerusakan

jurnal

(International

untuk

Pain);

Study

harian

memonitor dari

awitan

waktu

ke

atau

lambat

dengan intensitas ringan

hingga

berat,

dengan

berakhirnya

dan

intensitas

atau

keparahan dan

faktor presipitasinya. 2) Observasi non

verbal ketidaknyaman khususnya

pada

mereka

yang

tidak

mampu berkomunikasi

waktu (160504) Menggunakan

efektif 3) Berikan informasi

tindakan

tentang

pengurangan [nyeri]

kualitas

an,

gejala

tiba-tiba

lokasi,

isyarat

of

yang

termasuk

nyeri,

sebagai

the

secara

frekuensi,

penyebab (160510)

for

nyeri

durasi,

digambarkan

Association

pengkajian

karakteristik,

Mengenali

menyenangkan

jaringan

2

ke 5

pengalaman

n Nyeri (1400)

1) Lakukan

komprehensif

dipertahankan

Defenisi

 Manajeme

Aktivitas

tanpa

nyeri

seperti penyebab nyeri,

25

dapat diantisipasi atau dan durasi

diprediksi, dengan kurang

dari 3 bulan.

analgesic (160513) Melaporkan

lama

nyeri

akan

berkurang dan

perubahan

anitisipasi

terhadap gejala

berapa

ketidaknyaman nyeri

an 4) Ajarkan

pada professional

penggunaan

kesehatan (160511)

teknik farmakologi

Melaporkan nyeri

non

seperti

yang

terapi

musik 5) Kolaborasi

terkontrol

dengan pasien, orang terdekat dan

tim

kesehatan lainnya

untuk

memilih  Pemberian Analgesik (2210)

dan

mengimplemen tasikan tindakan penurun

nyeri

non farmakologi, sesuai kebutuhan 6) Ajarkan teknik non farmakologi seperti dalam 26

napas

7) Gunakan tindakan pengontrol nyeri

sebelum

nyeri bertambah berat 8) Evaluasi keefektifan dari tindakan  Kepuasan

pengontrol

klien

:

nyeri

yang

Manajemen

dipakai selama

Nyeri (3016) Kriteria hasil

pengkajian

dipertahanka n

pada

2

dilakukan 9) Dukung istirahat/tidur

ditingkatkan

yang

ke 5

untuk

adekuat

membantu

Indicator : (130601)

penurunan

Nyeri

nyeri 10) Beri

terkontrol (130602)

tahu

dokter

jika

Tingkat nyeri

tindakan

tidak

dipantau

berhasil

atau

secara reguler (130604)

jika

Mengambil

keluhan

pasien saat ini berubah

tindakan untuk mengurangi

signifikan dari pengalaman

nyeri (130617)

nyeri sebelumnya

Masalah 27

keamanan

11) Monitor

ditangani

kepuasan

dengan

pasien terhadap

penggunaan

manajemen

obat nyeri

nyeri

dalam

interval

yang

spesifik 1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas

dan

keparahan nyeri sebelum mengobati pasien 2) Cek perintah pengobatan meliputi

obat,

dosis,

dan

frekuensi

obat

analgesic yang diresepkan 3) Cek adanya riwayat

alergi

obat 4) Tentukan  Monitor tanda

analgesic –

sebelumnya,

tanda vital

rute pemberian,

(6680)

dan dosis untuk mencapai hasil pengurangan

28

nyeri

yang

optimal 5) Pilih

rute

intravena

dari

pada

rute

intramuscular, injeksi pengibatan nyeri

yang

sering,

jika

memungkinkan 6) Monitor tanda vital

sebelum

dan

sesudah

memberikan analgesic narkotik

pada

pemberian dosis

pertama

kali atau jika ditemukan tanda-tanda yang

tidak

biasanya 7) Berikan kebutuhan kenyamanan dan

aktivitas

lain yang dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi 29

penurunan nyeri 8) Evaluasi keefektifan analgesic dengan interval

 Tanda



tanda

Vital

(0802) Kriteria hasil dipertahanka n

pada

2

ditingkatkan

teratur

pada

setiap

setelah pemberian pertama

kali,

juga observasi adanya

tanda

dan gejala efek saping (misalnya

ke 5 Indicator : (080201) Suhu

depresi pernafasan, mual,

Tubuh (080203) Denyut

yang

dan

muntah, mulut Nadi

radial (080204)

kering

dan

konstipasi) 9) Dokumentasika

Tingkat

n respon pasien

Pernapasan (080205)

terhadap

Tekanan darah sistolik (080206) Tekanan darah diastolic

30

analgesic

dan

adanya

efek

samping 10) Kolaborasikan dengan

dokter

apakah

obat,

dosis,

rute

pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgesic 1) Monitor tekanan darah, nado, suhu, dan status pernapasan dengan tepat 2) Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda – tanda vital 3) Periksan secara berkala keakuratan instrument yang digunakan untuk perolehan data pasien 2.

 Keseimbanga

Defesiensi volume

cairan

n

Cairan 31

 Monitor Cairan

1) Tentukan jumlah

dan

b.d

kehilangan

cairan berlebih

(0601)

jenis intake /

Kriteria

hasil

asupan

dipertahankan pada Defenisi

:

serta kebiasaan 2

eliminasi 2) Periksa turgor

ditingkatkan ke 5

kulit 3) Monitor asupan

penurunan cairan intravascular, interstitial, intraselular, mengacu

dan

Indicator :

dan/atau ini pada

denyut jantung

kehilangan cairan

nadi radial

perubahan kadar natrium.

tekanan darah,

darah (060122) Denyut

tanpa

pengeluaran 4) Monitor

(060101) Tekanan

dehidrasi, saja

cairan

dan

status

pernapasan 5) Monitor

(060107)

membrane

Keseimbangan

mukosa, turgor

intake dan output

kulit,

dalam 24 jam (060116)

dan

respon haus 6) Berikan cairan

Turgor

dengan tepat 7) Pastikan bahwa

kulit

pemberian

(060117)

IV

berjalan benar 8) Cek grafik

Kelembaban membrane

asupan  Manajeme

mukosa

n Cairan

dan

peneluaran secara

berkala

untuk memastikan pemberian layanan baik 32

yang

1) Jaga intake/asupan  Integritas

yang akurat dan

Jaringan Kulit

:

catat

&

pasien 2) Monitor status

Membran Mukosa (1101) Kriteria hasil dipertahanka n

pada

2

ditingkatkan

 Manajeme n

Muntah

(1570)

hidrasi pasien 3) Monitor TTV pasien 4) Berikan

IV 5) Tingkatkan

asupan Indicator : (110104)

cairan

selama 24 jam 7) Monitor reaksi

Hidrasi (110113)

pasien terhadap terapi elektrolit

Integritas

yang diberikan

Kulit  Keparahan

1) Kaji &

Muntah

terkait

emesis dengan

warna,

(2107) Kriteria hasil dipertahanka n

terapi

asupan oral 6) Distibusikan

ke 5

Mual

output

pada

2

ditingkatkan

konsistensi, akan

adanya

darah,

waktu,

dan

sejauh

mana kekuatan

ke 5

emesis 2) Ukur

Indicator : (210701)

dan

pertimbangkan

Frekuensi

volume emesis 33

mual (210704) Frekuensi muntah

3) Identifikasi faktor-faktor yang

dapat

menyebabkan atau berkontribusi terhadap muntah 4) Posisikan untuk mencegah aspirasi 5) Pertahankan jalan

napas

lewat mulut 6) Bersihkan setelah episode muntah dengan memberikan perhatian khusus

untuk

menghilangkan bau 7) Tingkatkan pemberian cairan

secara

bertahap

jika

tidak

ada

muntah terjadi

yang selama

30 menit 8) Monitor keseimbangan cairan 34

dan

elktrolit 9) Dorong istirahat 10) Ajarkan yeknik non farmakologi untuk mengelola muntah

seperi

terapi music 11) Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh 3.

Ketidakseimban gan

nutrisi

kurang

 Berat Badan :

 Bantuan

1) Lakukan

:

Massa Tubuh

peningkata

pemeriksaan

dari

(1006) Kriteria hasil

n

diagnostic

kebutuhan tubuh b.d mual,

dipertahanka n

muntah

pada

2

ditingkatkan ke 5 Defenisi : asupan nutrisi

tidak

cukup

untuk

berat

badan

untuk

(1240)

mengetahui penyebab penurunan BB 2) Timbang pasien pada jam yang

Indicator : (100601)

sama setiap hari 3) Monitor mual

Berat badan

dan muntah 4) Monitor asupan

memenuhi kebutuhan

kalori

metabolic.

hari 5) Sediakan

setiap

variasi makanan yang tinggi 35

kalori

dan  Manajeme  Nafsu Makan (1014) Kriteria hasil dipertahanka n

pada

2

ditingkatkan

n

Nutrisi

(1100)

bernutrisi

tinggi 6) Sediakan suplemen makanan diperlukan 7) Gambarkan dalam

grafik

kenaikan berat

ke 5

badan Indicator : (101401) Hasrat/Keingi nan

jika

untuk

makan (101406)

pasien

dan

buat

rencana

yang

sesuai 1) Tentukan status gizi pasien dan

Intake

kemampuan

makanan (101407)

pasien

Intake nutrisi (101409) Rangsangan untuk makan

untuk

memenuhi kebutuhan gizi 2) Identifikasi alergi

atau

intoleransi makanan yang dimiliki pasien 3) Tentukan apa yang

menjadi

preverensi makanan

bagi

pasien 4) Instruksikan kepada mengenai 36

pasien

kebutuhan nutrisi 5) Bantu

pasien

dalam menentukan pedoman

atau

piramida makanan yang paling

cocok

dalam memenuhi kebutuhan nutrisi

dan

preverensi 6) Ciptakan lingkungan yang

optimal

pada

saat

mengonsumsi makan 7) Pastikan makanan disajikan dengan yang

cara menarik

dan pada suhu yang

paling

cocok

untuk

konsumsi secara optimal 8) Ajurkan keluarga untuk 37

membawa makanan favorit pasien 9) Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat

untuk

mencegah konstipasi 10) Monitor kalori dan makanan

BAB III PENUTUP 38

asupan

3.1 Kesimpulan Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut. Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. 3.2 Saran Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA Ignatavicius, M., Linda Workman. 2010. Medical Surgical Nursing : Patient Centered Collaborative Care. Saunders Elsevier. Sharon, L Lewis. 2011. Medical Surgical Nursing :Assessment and Management of Clinical Problems. Saunders Elsevier. Linton, Adrianne Dill. 2012. Introduction to Medical Surgical Nursing. Saunders Elsevier. Suzana, C Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 2. Jakarta : EGC.

39

Holijah, Yanti. 2018. Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Post Laparatomi Atas Indikasi Ileus Obstruktif Imobilisasi dengan Intervensi Inovasi Terapi Massage Punggung VCO Terhadap Penurunan Resiko Ulkus Decubitus Diruang ICU RSUD Abdul Whab Sjahranie Samarinda Tahun 2018. Karya Ilmiah Akhir Ners. Universitas Muhammadiyah. Kalimantan Timur. Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2012. Handbook for Health Student. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

40

Related Documents


More Documents from "Wahyu Dwi Putra"

Woc Amel.docx
June 2020 7