Perawatan Luka.docx

  • Uploaded by: ryuzaki
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perawatan Luka.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,085
  • Pages: 11
PERAWATAN LUKA I.

DEFINISI LUKA Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna dalam melindungi diri dari trauma luar dan masuknya benda asing. Trauma dapat menyebabkan luka pada kulit, yaitusuatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh karena gesekan, tekanan, suhu, infeksi, dan yang lainnya yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam bahasa indonesia dikenal dengan kata luka, borok, koreng, dekubitus, dan lain-lain. II.       

Tujuan Melakukan Perawatan Luka Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah : Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka. Absorbsi drainase. Menekan dan imobilisasi luka. Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis. Mencegah luka dari kontaminasi. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.

III. KLASIFIKASI LUKA A. Luka Berdasarkan sifat kejadiannya dibedakan menjadi 1. Luka yang disengaja misalnya terkena radiasi atau bedah. 2. Luka tidak disengaja misalnya luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja bisa dibagi menjadi luka tertutup (jika tidak terjadi robekan) dan luka terbuka (jika terjadi robekan dan kelihatan. Seperti luka abrasi (akibat gesekan), puncture (akibat tusukan), hautration (akibat alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka). Didalam kebidanan yang sering terjadi adalah luka episiotomi, luka bedah seksio caesarea atau luka saat persalinan. B. Luka Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi luka mekanik dan non mekanik. 1. Luka mekanik terdiri atas: a. Vulnus scissum, luka sayat benda tajam. Pinggir lukanya terihat rapi. b. Vulnus contusum, luka memar akibat cedera pada jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul. c. Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam. d. Vulnus punture, luka tusuk yang kecil dibagian luar (dibagian mulut lukanya) tetapi besar dibagian dalam luka. e. Vulnus sclopetorum, luka tembak akibat tembakan peluru. f. Vulnus morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagianluka. g. Vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke pembuluh darah. 2. Luka non mekanik terdiri a. luka akibat zat kimia b. Termik c. Radiasi d. Serangan listrik.

C. Luka berdasarkan lamanya proses penyembuhan luka dibagi menjadi luka akut dan luka kronis 1. Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu proses penyembuhan luka, diantaranya luka operasi, luka kecelakaan, dan luka bakar. Jika penanganan betul dan luka menutup dalam 21 hari maka dikatakan luka akut, jika tidak maka akan jatuh pada luka kronis. 2. Luka kronis adalah luka yang sulit sembuh dan fase penyembuhan lukanya mengalami pemanjangan. Misalkan pada luka dengan dasar luka merah sudah 1 bulan (>21 hari) tidak mau menutup. Diantaranya luka tekan (dekubitus), luka karena diabetes, luka karena pembuluh darah vena maupun arteri, luka kanker, luka dehiscene dan abses. salah satu ciri yang khas yaitu adanya jaringan nekroris (jaringan mati) baik yang berwarna kuning maupun berwarna hitam. IV.

      

KONSEP LEMBAB Pada tahun 1962 prof. Dr. George D. Winter melakukan penelitian tentang efektifitas perawatan luka antara perawatan secara terbuka (kering) dengan perawatan secara tertutup (lembab). Hasilnya menunjukan bahwa perawatan luka dengan menggunakan konsep tertutup (lembab) dua kali lebih cepat sembuh dibandingkan dengan perawatan luka terbuka (kering). Lembab yang harus diciptakan adalah lembab yang seimbang (moisture balance). Hal ini disebabkan jika lembab yang seimbang tidak tercipta, maka akan terlalu lembab (basah) yang membuat kulit sekitar luka maserasi atau bahkan kurang lembab (kering) sehingga proses penyembuhan luka tidak terjadi dengan optimal. Beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka diantaranya: mencegah luka menjadi kering dan keras meningkatkan laju epitelisasi menjaga pembentukan jaringan meningkatkan pembentukan jaringan dermis dapat menurunkan kejadian infeksi menurunkan nyeri mudah digunakan.

V.

PROSES PENYEMBUHAN LUKA Secara fisiologis luka akan sembuh dengan sendirinya karena tubuh dapat melakukan penyembuhan sendiri yang dikenal dengan istilah wound healing process atau proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa tahap yang terjadi secara tumpang tindih, artinya sebelum selesai fase pertama sudah masuk fase berikutnya.Proses penyembuhan luka yaitu: A. Tahap inflamasi akut terhadap cedera, berlangsung selama 0-5 hari Dimulai saat terjadinya luka dan terjadi proses hemostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak.tanda-tanda inflamasi disekitar luka antara lain : kemerahan, hangat, bengkak,dan nyeri. B. Tahap destruktif yaitu terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit, polimorfonuklear dan makrofag. C. Tahap poliferatif yaitu pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka. Berlangsung selama 5-21 hari, penampilan klinisnya antara lain dasar luka merah cerah

(granulasi dengan vaskularisasi baik), kadang ditemukan bekuan darah, adanya kulit baru (epitelisasi) bewarna merah muda pada tepi luka. D. Tahap maturasi yaitu terjadi repetelisasi, kontruksi luka, dan organisasi jaringan ikat. fase ini berlangsung selama 21 hari - 2 tahun dimana luka sudah menutup sempurna pada hari ke-21 dan akan muncul bekas luka (scar) atau keloid (scar yang menebal) selama proses maturasi berlangsung. VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA A. Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: 1. Vaskularisasi mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik utnuk pertumbuhan atau perbaikan sel. 2. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup. 3. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka. 4. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Seperti diabetes dan ginjal dapat memperlambat proses penyembuhan luka. 5. Nutrisi, merupakan unsur pertama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya, sebagai contoh vitamin A untuk membantu proses epitelisasi/penutupan luka dan sintesis kolagen, vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lainnya. 6. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi obat-obatan, merokok atau stres akan mengalami proses penyembuhan luka yang lebh lama. B. Faktor yang menghambat penyembuhan luka 1. Tehnik penanganan luka yang tidak tepat 2. Rasa sakit 3. Adanya penyakit lain misal : diabetes 4. Kondisi kesehatan buruk 5. Kondisi nutrisi buruk 6. Minum alkohol, merokok 7. Pemakaian obat-obatan 8. Sirkulasi tidak lancar 9. Lokasi luka sering bergerak VII.

PENATALAKSANAAN PERAWATAN LUKA Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan, hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi silang ( masuk melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka. A. Persiapan alat dan bahan :  Pinset anatomi 2  kasa steril  Pinset cirurghi 2  NaCl 0.9%  Gunting luka steril  Betadine 2%  Kom kecil 3  Alkohol 70%  Handscoon  Kapas penekan /deppers

 

Gunting plester Perlak dan alas

  

Plester Kapas lidi Tempat sampah basah dan kering

B. Prosedur kerja : 1. Persiapan pasien  Perkenalkan diri  Jelaskan tujuan  Jelaskan prosedur perawatan pada pasien  Persetujuan pasien 2. Persiapan alat 3. Memasang sampiran atau penutup tirai 4. Mengatur posisi passien senyaman mungkin 5. Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan 6. Mengoleskan bagian plester perban dengan baby oil /minyak kayu putih 7. Mencuci tangan 8. Menggunakan handscoon 9. Buka perban dengan pinset dan buang pada tempatnya serta kajilah luka bercubitus yang ada 10. Bersihkan plester dengan alkohol (bila tidak ada kontra indikasi) arah dari luar ke dalam. 11. Bersihkan luka dengan betadine menggunakan kasa 12. Bersihkan uka dengan NaCl 0.9% dan keringkan 13. Olesi luka / kompres luka dengan betadine 2% (sesuai advis dokter) dan tutup dengan kassa steril 14. Plester perban dengan plester 15. Rapikan pasien 16. Alat bereskan rendam peralatan bekas pakai dalam larut klorin 0.5% selama 10 menit 17. Cuci tangan 18. Catat kondisi dan perkembangan luka VIII. DOKUMENTASI A. Hasil observasi luka B. Balutan dan atau drainase C. Waktu melakukan penggantian balutan D. Respon klien

PERAWATAN LUKA BASAH A. Definisi

Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringanyang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat) B. Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridement C. Tujuan : 1. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik 2. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka 3. Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan D. Persiapan alat : 1. Bak steril berisi :  Kapas balut atau kasa persegi panjang  Kom kecil 2 buah  2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)  Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan  Sarung tangan steril jika perlu 2. Perlak dan pengalas 3. Bengkok 2 buah  Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas  Bengkok 2 untuk sampah 4. Larutan Nacl 0,9 % 5. Gunting plester dan sarung tangan bersih 6. Kayu putih dan 2 buah kapas lidi E. Prosedur : 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan 2. Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat 3. Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran 4. Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan 5. Cuci tangan 6. Pasang perlak pengalas di bawah area luka 7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit bersihkan dengan kayu putih 8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan, pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat balutan lapis demi lapis 9. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 % ) 10. Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan 11. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung, lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan 12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil. Tambahkan kassa ke dalam normal salin 13. Kenakan sarung tangan steril

14. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril ) 15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin. Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi 16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab 17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka. Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga 18. Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi, 19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam 20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali posisi yang nyaman 21. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien F. Perhatian : 1. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat menimbulkan rasa nyeri pada klien 2. Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan puncak efek obat 3. Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular seperti percikan dari luka

PERAWATAN LUKA KERING A. Definisi Balutan kering melindungi luka dengan drainase minimal dari kontaminasi mikroorganisme. Balutan dapat hanya berupa bantalan kasa yang tidak melekat kejaringan luka dan menyebabkan iritasi yang sangat kecil. Atau dapat menjadi bantalan telfa yang juga tidak melekat pada insisi atau lubang luka tetapi memungkinkan drainase melalui permukaan yang tidak melekat dibawah kasa lembut.

( Perry.Peterson.Potter, 2003 ) B. PRINSIP TINDAKAN Selama insisi atau luka tetap teerbuka, pemasangan balutan kering memerlukan teknik steril. ( Perry Potter, 1995 ) C. TUJUAN Adapun beberapa tujuan dari prosedur perawatan luka kering, sebagai berikut : 1. Menurunkan nyeri 2. Meningkatkan penyembuhan luka 3. Memperbaiki hasil kosmetik 4. Pemeliharaan lingkungan lembab 5. Perlindungan dari kontaminan luar 6. Perlindungan dari cidera lebih lanjut 7. Pencegahan penyebaran mikroorganisme 8. Peningkatan kenyamanan klien 9. Pengendalian perdarahan ( Perry.Peterson.Potter. 2003 ) 10. Pasien mendapatka terapi fisik dengan mendemonstrasikan penggunaan alat bantu yang nyaman setelah post operasi 11. Pasien mampu melakukan relaksasi 12. Pasien tidak demam dan nyeri pasien teratas. ( T.M. Marrelli, 2000 ) D. KONSEP TEORI Balutan yang ideal harus mudah digunakan, dapat mengikuti kontur tubuh, tahan lama tetspi fleksibel, efektif-biaya, dapat mengabsorpsi atau menampung eksudat, mudah dilepaskan tanpa merusak permukaan yang sedang proses penyembuhan, dan dapat diterima dalam hal penampilan. ( Perry,Peterson,Potter, 2003 ) E. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI Dilakukan pada pasien yang mengalami luka insisi atau luka tetap terbuka.luka bersih ataupun luka tak terkontaminasi. ( Perry Potter, 1995 ) Teknik pembalutan dilakukan bila klien mengalami perawatan luka secara tertutup. ( Aziz Alimul Hidayat, 2002 ) F. PERSIAPAN ALAT 1. Sarung tangan steril 2. Kasa/ balutan steril 3. Gunting steril 4. Plester 5. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter 6. Larutan garam faal atau air 7. Pengikat atau balutan sesuai kebutuhan 8. Kantung tahan air untuk sampah 9. Balutan kasa ekstra dan surpigad atau bantalan ABD 10. Selimut mandi 11. Pengangkat perekat (tidak menjadi keharusan ) 12. Alat pengukur ( tidak menjadi keharusan )

G. PROSEDUT DAN RASIONALISASI No.

Langkah-Langkah

Rasional

1.

Jelaskah prosedur pada klien dengan menggambarkan langkahlangkahperawatan luka.

Menghilangkan ansietas klien dan meningkatkan pemahaman proses penyembuhan.

2.

Susun semua peralatan yang diperlukan dimeja tempat tidur ( jangan membuka peralatan ).

Mencegah kesempatan merusak teknik steril dengan kelalaian tak disengaja pada peralatan yang diperlukan.

3.

Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya. Letakan kantung dalam jangkauan area kerja anda.

Mencegah kontaminasi tak disengaja pada bagian atas luar permukaan kantung. Jangan menyeberangi area steril untuk membuang balutan kotor.

4.

Tutup ruangan atau tirai tempat tidur atau atur partisi disekitar tempat tidur. Tutup semua jendela yang terbuka.

Memberikan klien privasi dan mengurangi udara yang dapat mentransmisikan mikroorganisme.

5.

Bantu klien pada posisi nyaman dan selimut pasien mandi hanya untuk memanjankan tempat luka. Instruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka peralatan steril.

Gerakan tiba-tiba dari klien selama penggantian balutan dapat menyebabkan kontaminasi luka atau peralatan. Penutupan memberikan jalan masuk pada luka dan meminimalkan pemanjaan yang tidak perlu.

6.

Cuci tangan secara menyeluruh.

Menghilangkan mikroorganisme yang tinggal dipermukaan kulit dan mengurangi transmisi pathogen pada jaringan yang terpajan.

7.

Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan, atau balutan.

Sarung tangan mencegah transmisi organism dari balutan kotor pada tangan anda.

8.

Lepaskan plaster dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan. ( bila masih terdapat plaster dikulit, ini dapat dibersihkan dengan aseton ).

Mengurangi tegangan pada jahitan atau tepi luka.

9.

Dengan sarung tangan atau forsep, angkat balutan, pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. CATATAN : bila terdapat drain, angkat setiap balutan stiap kali.

Penampilan drainase dapat mengganggu klien scara emosional. Pengangkatan balutan dengan hati-hati denga balutan mencegah penarikan tak disengaja pada drain.

10.

Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steri atau air.

Mencegah kerusakan permukaan epidermal.

11.

Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan.

Memberikan perkiraan hilangnya drainase dan pengkajian kondisi luka.

12.

Buang balutan kotor pada kantong sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung. Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagiab dalam keluar. Buang di tempat yang tepat.

Prosedur mengurangi transmisi mikroorganisme untuk orang lain.

13.

Buka nampan balutan steril atau secara individual tertutup bahan steril. Tempatkan pada meja tempat tidur atau disamping pasien. Balutan, gunting dan forsep harus tetap pad nampan steril atau dapat ditempatkan pada penutup steril yang terbuka digunakan sebagai area steril. Buka botol atau bungkusan larutan anti septic dan tuangkan kedalam basin steril atau diatas kasa steril.

Balutan steril dan perapatan tetap steril saat dalam permukaan steril. Persiapan semua bahan mencegah merusak teknik selama mengganti balutan actual.

14.

Bila penutup atau kemasan kasa steril menjadi basah akibat larutan antiseptic, ulangi persiapan bahan.

Cairan bergerak melalui bahan dengan aksi kapiler. Mikroorganisme menjalar dari lingkungan tidak steril diatas meja atau linen tempat tidur menembus kemasan balutan kebalutan itu sendiri.

15.

Kenakan sarung tangan steril.

Memungkinkan anda memegang balutan steril, instrument dan larutan tanpa menyebabkan kontaminasi.

16.

Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutupan kulit, dan karakter drainase. ( palpasi luka, bila perlu, dengan bagian tangan non-dominan yang tidak akan menyentuh bahan steril ).

Menentuka status penyembuhan luka. (kontak denga permukaan kulit atau drainase mengkontaminasi sarung tangan).

17.

Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau dilarutkan garam faal. Pegang kasa yang dibasahi dalam larutan dengan forsep. Gunakan kasa terpisah untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi kearea terkontaminasi. Gerakan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka.

Penggunaan forsep untuk mencegah kontaminasi jari yang memakai sarung tangan. Arah tekanan pembersihan mencegah introduksi organism kedalam luka.

18.

Gunakan kasa baru untuk mengerika luka atau insisi. Usap dengan cara seperti digambarkan pada langkah 17.

Mengurangi kelembapan pada tempat luka, yang akhirnya dapat menjadi tempat tumbuh mikroorganisme.

19.

Berikan salep antiseptic bila dipesankan, gunakan tekinik seperti pada pembersihan, jangan dioleskan diatas tempat drainase.

Pengolesan yang diarahkan langsung pada balutan atau drainase dapat menghambat drainase.

20.

Pasang balutan steril kering pada insisi atau letak luka.  Pasang setiap balutan setiap kali.

 Pasang kasa jarang (4x4) atau Telfa sebagai lapisan kontak.

 Bila terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa 4x4 kotak untuk dipaskan disekitarnya.  Pasang kasa lapisan kedua sebagai lapisan absorben.

Mencegah pemasangan balutan besar yang dapt mengganggu gerakna klien, dan memastikan penutupan luka keseluruhan Meningkatkan absorpsi tepat terhadap drainase. Balutan sekitar drain mengamankan letak drain dan mengabsorpi drainase. Melindungi luka dari masuknya mikroorganisme.

 Pasang surgipad yang lebih tebal atau bantalan ABD ( garis biru ditengah bantalan menandai permukaan luar ). 21.

Gunakan plaster diata balutan atau amankan dengan ikatan Montgomery, balutan atau penikat.

Memberikan dukungan pada luka dan menjamin penutupan lengkap dengan pemajanan minimal pada mikroorganisme.

22.

Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan.

Mengurangi transmisi mikroorganisme.

23.

Buang semua bahan dan bantu klien kembali pada posisi nyaman.

Lingkungan yang bersih menigkatkan kenyamanan klien.

24.

Cuci tangan.

Mengurangi transmisi mikroorganisme.

25.

Catat pada catatan perawat observasi luka, balutan dan drainase. Dokumentasikan penggantian balutan, termasuk pernyataan respon klien.

Dokumentasiyang akurat dan tepat waktu memberitahukan personel adanya perubahan pada kondisi luka dan status klien.

H. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PERAWAT 1. Saat melepaskan atau memasang balutan , perhatikan untuk tidak mengubah posisi atau menarik drain. Bila luka kering dan utuh, penyembuhan mungkin optimal dengan memanjankannya pada udara. Hubungi dokter untuk pesanan penghentian penggantian balutan luka. 2. Alat pelindung mata harus dipakai bila terdapat risiko kontaminasi ocular, seperti cipratan dari luka.

Related Documents

Perawatan Luka.pptx
December 2019 39
Perawatan Jenazah.docx
April 2020 17
Perawatan Sling
July 2020 21
Perawatan Perineum.docx
December 2019 31
Perawatan Nifas.docx
June 2020 25

More Documents from "satiti"