1
PERANAN TEKNIK PERTANIAN DALAM PENERAPAN PERTANIAN BERKELANJUTAN1 Santosa2 ABSTRAK Parameter mekanika tanah dikaji pada ilmu Teknik Pertanian, yang aplikasinya adalah untuk mengetahui kebutuhan daya dalam kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan alat / mesin pertanian, dan penentuan ukuran alat / mesin pertanian yang dapat dioperasikan pada lahan pertanian, sehingga efisiensi penggunaan sumberdaya pertanian bisa meningkat, serta lebih efektif. Efisiensi dan efektifitas sumber daya dalam bidang pertanian ini akan menunjang pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, yang pada akhirnya akan tercapai penerapan pertanian yang berkelanjutan. Selain itu, rancang bangun alat / mesin pertanian perlu ditingkatkan untuk mendukung tercapainya penerapan pertanian berkelanjutan. Ilmu Teknik Pertanian ikut berpartisipasi dalam pencapaian penerapan pertanian berkelanjutan di antaranya dalam hal peningkatan intensitas tanam (IP), ekstensifikasi pertanian, dan perbaikan teknik pengolahan hasil untuk meningkatkan nilai tambah produksi pertanian. Pengembangan alat dan mesin pertanian di Indonesia pada skala kecil (misalnya traktor tangan) ternyata mempunyai efisiensi teknis yang lebih tinggi daripada pemakaian alat dan mesin pertanian skala besar. Introduksi alat dan mesin pertanian di suatu daerah perlu dilaksanakan secara selektif, baik selektif terhadap alat yang akan dikembangkan, maupun selektif terhadap wilayah pengembangannya. Perhitungan kebutuhan alat / mesin pertanian yang potensial di suatu wilayah perlu dilakukan secara detail, sehingga bisa menjadikan peluang berpartisipasinya berbagai komponen masyarakat untuk menunjang penerapan pertanian berkelanjutan. PENDAHULUAN Teknik pertanian (mekanisasi pertanian) dalam arti luas diidentikkan dengan Agricultural Enginering yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang penggunaan dan pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya karya manusia dalam bidang pertanian demi untuk kesejahteraan umat manusia. Definisi tersebut disimpulkan dalam simposium nasional mekanisasi pertanian di Ciawi pada tahun 1967 (Hardjosoediro, 1983). Dalam arti sempit teknik pertanian diidentikan dengan Agricultural Mechanization atau Farm Mechanization yaitu semua kegiatan penggunaan alat / mesin pertanian yang digerakkan baik dengan tenaga manusia, tenaga 1
Disampaikan pada Peringatan Dies Natalis Fakultas Pertanian Uinversitas Andalas ke – 51, tanggal 30 November 2005, di Padang 2 Dosen pada Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang
2
hewan, tenaga motor, maupun tenaga mekanis lainnya seperti arus air, dan angin untuk mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan ketepatan waktu dari berbagai kegiatan (operasi) pertanian, sehingga dapat mengamankan produksi, memperbaiki mutu produksi dan meningkatkan efisiensi kerja. Pada Program Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas, pengajaran ilmu teknik pertanian dikelompokkan dalam tiga kelompok bidang kajian, yaitu : (a) Teknik Tanah dan Air, (b) Manajemen & Mesin Pertanian, serta (c) Teknik Pascapanen (Santosa, 2005a). Tema “Penerapan Pertanian Berkelanjutan dan Tantangan Masa Depan” telah diangkat pada Seminar dan Rapat Tahunan Dekan Bidang Ilmu Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat Tahun 2005” yang telah diselenggarakan di Universitas Andalas pada tanggal 14 – 16 September 2005. Agus dan Mulyani (2005) pada seminar tersebut menyampaikan bahwa ketahanan pangan (terutama swasembada beras) hanya dapat dipertahankan melalui tiga langkah yang harus dilaksanakan secara simultan, yaitu intensifikasi, ekstensifikasi, dan pengendalian konversi lahan pertanian. PENERAPAN PERTANIAN BERKELANJUTAN Gultom dan Supriyanto (1993) mengutarakan tentang beberapa usaha di dalam pembangunan pertanian, sebagai berikut : 1. Untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian, antara lain peningkatan produksi dan pendapatan serta rasionalisasi pemanfaatan sumber daya alam, maka diperlukan sarana yang dapat menunjang usaha-usaha:
Perluasan areal tanam dan peningkatan intensitas tanam.
Peningkatan jumlah dan mutu hasil.
Perbaikan teknik pengolahan hasil untuk meningkatkan nilai tambah produksi pertanian.
Peningkatan produktivitas petani dengan meningkatkan kapasitas kerja petani dan mengurangi kejerihan kerja di lapang.
2. Untuk menunjang keberhasilan pembangunan pertanian, maka salah satu faktor pendukungnya adalah penggunaan teknologi tepat guna serta pemanfaatan sarana produksi, termasuk alat dan mesin pertanian. Teknologi memainkan peranan yang
3
sangat penting dalam peningkatan efisiensi produksi dan keunggulan komparatif beberapa komoditas pertanian. Sejarah teknik pertanian (atau mekanisasi pertanian)
di Indonesia adalah
sebagai berikut :
Dekade 1950-1960 : penggunaan alat dan mesin yang berskala besar dengan harapan dapat meningkatkan produksi pertanian, khususnya pangan, ternyata tidak dapat mendorong produksi pangan maupun perluasan areal pertanian.
Dekade 1960-1970 : awal masuknya alat dan mesin pertanian skala kecil yang ditandai oleh efisiensi teknis lebih tinggi, pengembangan alat dan mesin masih tergantung pada impor, serta berdirinya lembaga pendidikan tinggi di bidang teknik pertanian sebagai penunjang.
Dekade 1970-1980 : perkembangan intensifikasi yang mengarah kepada efisiensi sistem produksi. Proses alih teknologi sudah sampai pada taraf rancang bangun dan sekaligus pmbuatan alat dan mesin pertanian. Peranan aspek sosial ekonomi dalam proses rancang bangun alat dan mesin tersebut mulai diamati lebih seksama. Gagasan mekanisasi selektif mulai diterapkan dan dikaji di beberapa daerah.
Dekade 1980-1990 : awal penerapan mekanisasi selektif yang didasarkan pada keinginan dan kebutuhan petani.
Dekade 1990-2000 : Departemen Pertanian membentuk suatu lembaga yaitu Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian (sekarang namanya : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian) di bawah Badan Litbang Pertanian. Lembaga ini bertugas melaksanakan kegiatan rekayasa dan rancang bangun, kegiatan pengujian untuk standardisasi, sertifikasi dan pengawasan penggunaan alat dan mesin pertanain sesuai dengan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1993) telah memberi kebijakan
dan strategi dalam usaha mempercepat pengembangan mekanisasi peranian (teknik pertanian) di Indonesia, yaitu meliputi : (1) mendukung penyediaan pangan nasional, (2) meningkatkan efisiensi dan kehandalan dalam menghasilkan bahan-bahan mentah untuk industri, (3) menjadi pasar yang handal bagi hasil-hasil sektor industri, (4)
4
meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produksi melalui perbaikan mutu dan peningkatan pengolahan hasil, dan (5) meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan efisiensi dan peningkatan efektivitas. Prospek mekanisasi pertanian (teknik pertanian) di Indonesia menurut Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1993) antara lain : (1) adanya peningkatan permintaan komoditas pangan
khususnya beras, menurunnya jumlah tenaga kerja
manusia yang bekerja di sektor pertanian dan meningkatnya konversi lahan pertanian produktif untuk kepentingan sektor di luar pertanian, maka dilakukan peningkatan produktivitas maupun peningkatan perluasan areal tanam, (2) peran serta alat dan mesin pertanian merupakan suatu kebutuhan alternatif yang mendesak, dan (3) dari data luas areal tanam (dan panen) untuk masing-masing komoditas tanaman pangan, dapat dilakukan perhitungan kebutuhan potensial dari berbagai jenis mesin pertanian baik prapanen maupun pascapanen. Banyaknya mesin pertanian yang diperlukan di suatu daerah bergantung pada banyaknya produksi hasil pertanian, kapasitas kerja mesin pertanian, dan faktor koreksi yang menggambarkan berapa proporsi
dari produksi hasil pertanian tersebut yang
secara aktual dapat ditangani oleh mesin pertanian.
Program komputer untuk
menghitung banyaknya mesin perontok (thresher) telah disiapkan oleh Djojomartono et al. (1996), dan Santosa (2005b). Jika produksi kedelai di suatu daerah adalah 1000 ton/tahun, kapasitas alat perontok 150 ton/tahun, dan faktor koreksi 0,7, maka banyaknya alat perontok yang diperlukan adalah 4 unit (Santosa, 2005b). Analisis distribusi alat perontok dapat ditentukan berdasarkan luas areal tanaman padi, total hari yang tersedia untuk pelaksanaan perontokan gabah tiap tahun, jam kerja alat perontok tiap hari, dan kapasitas kerja alat perontok (Djojomartono et al.,1996). TAHAPAN RANCANGBANGUN PROTOTIPE ALAT DAN MESIN PERTANIAN PENDUKUNG PENERAPAN PERTANIAN BERKELANJUTAN Gultom dan Supriyanto (1993) menjelaskan tentang proses terbentuknya sebuah prototipe alat dan mesin pertanian, melalui tahapan : (a) adanya kebutuhan oleh pengguna / petani, (b) penelitian terhadap sifat fisik komoditas dan sifat mekanis dari prototipe yang dikehendaki (menjadi parameter disain dalam rekayasa engineering), dan (3) pengujian fungsional, verifikasi dan adaptasi prototipe hasil rekayasa.
5
Tahapan rancang bangun alat / mesin pertanian meliputi : (1) identifikasi masalah, (2) inventarisasi ide, (3) penyempurnaan ide, dan (4) analisis. Identifikasi masalah mencakup masalah teknis dan ekonomis.
Analisis meliputi (a) analisis
rancangan fungsional, dan (b) analisis komponen alat / mesin. Perguruan Tinggi serta Lembaga Penelitian di Indonesia telah melakukan rancang bangun berbagai alat / mesin pertanian, dan senantiasa dilakukan modifikasi sehingga diperoleh alat / mesin yang layak dari sudut pandang ergonomis, agroteknis, dan sosial ekonomis.
Sebagai contoh, alat / mesin hasil rancangan Balai Besar
Pengembangan Mekanisasi Pertanian – Badan Litbang Pertanian sebagai berikut : a). Alat / mesin untuk tanaman pangan : (1) Alat tanam dan pemupukan benih kedelai dan jagung yang ditarik traktor roda empat, (2) Alat tanam biji-bijian dan pemupukan yang ditarik traktor roda dua, (3) Mesin penyiang bermotor untuk padi sawah, (4) Mesin pengering padi tipe DS System, (5) Mesin perontok polong kacang tanah, (6) Mesin pengupas kacang tanah, dan (7) Alat perajang singkong (manual). b). Alat / mesin untuk hortikultura : (1) Mesin sortasi buah jeruk (berdasarkan ukuran diameter), (2) Mesin pengering tipe lorong untuk komoditas hortikultura, dan (3) Mesin penggoreng vakum untuk membuat keripik nangka. c). Alat / mesin untuk peternakan dan perikanan : (1) Mesin pencacah hijauan pakan ternak (pisau vertikal), (2) Mesin pembuat pakan ternak (pellet) skala industri kecil, dan (3) Mesin penebar pakan ikan / udang otomatis. d). Alat / mesin untuk perkebunan : (1) Mesin pengolah kopi, dan (2) Mesin petik skala kelompok tani (teh rakyat). STUDI PARAMETER SIFAT MEKANIK LAHAN PERTANIAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS OPERASIONAL ALAT / MESIN PERTANIAN PENDUKUNG PENERAPAN PERTANIAN YANG BERKELANJUTAN Beberapa parameter sifat mekanik tanah sebagai pendukung berlangsungnya operasional alat / mesin pertanian pada lahan pertanian adalah : (1) draft spesifik tanah, (2) torsi spesifik tanah, (3) koefisien tahanan guling roda traktor, (4) daya sangga tanah (bearing capacity), dan (5) traction ratio. Parameter sifat mekanika tanah tersebut
6
sangat berperan di dalam penentuan besarnya daya (power) yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan budidaya pertanain dengan menggunakan alat / mesin pertanian, serta penentuan ukuran alat / mesin pertanian sehingga dapat dioperasikan dengan baik pada lahan pertanian. Draft spesifik tanah merupakan besarnya gaya potong tanah arah horisontal setiap satu satuan luasan penampang potongan tanah.
Dalam hal ini, penampang
potongan tanah adalah tegak lurus pada arah pemotongan tanah. Satuan draft spesifik tanah dapat berupa kg/cm2, N/cm2, atau pun kPa. Nilai draft spesifik pembajakan pada tanah di Sumatera Barat dapat dilihat pada Lampiran 1. Parameter draft spesifik tanah dipakai untuk menghitung besarnya kebutuhan daya alat / mesin untuk mengolah / memotong tanah. Sebagai contoh, daya yang diperlukan untuk mengolah tanah yang dilakukan oleh bajak singkal (moldboard plow), jika draft spesifik tanah adalah 0,8 kg/cm2, kedalaman pengolahan tanah 15 cm, lebar kerja pengolahan tanah 20 cm, kecepatan pengolahan tanah 1,5 m/detik, maka daya yang diperlukan untuk pemotongan tanah tersebut adalah sebesar 3.528 watt ( 4,8 HP) (Santosa, 2005b). Torsi spesifik tanah merupakan besarnya torsi untuk memotong tanah (dengan alat yang berputar pada porosnya) setiap satu satuan luas potongan tanah. Satuan dari torsi spesifik tanah adalah kg.m/cm2. Nilai torsi spesifik tanah untuk tanah di Sumatera Barat disajikan pada Lampiran 2. Parameter torsi spesifik tanah ini dipakai untuk perhitungan daya potong alat pengolah tanah yang berputar, misalnya rotavator (rotary tiller, bajak putar). Besarnya daya pemotongan tanah dengan rotavator bergantung pada torsi spesifik tanah, kedalaman pengolahan tanah, lebar kerja pengolahan tanah, dan putaran (RPM) poros rotavator. Jika torsi spesifik tanah adalah sebesar 0,018 kg.m/cm2, kedalaman pengolahan tanah 14 cm, lebar kerja pengolahan tanah 90, dan putaran (RPM) poros rotavator sebesar 190, maka daya pengolahan tanah adalah sebesar 6,01 HP (Santosa, 2005b). Koefisien tahanan guling merupakan parameter sifat mekanika tanah yang menentukan berapa besarnya daya untuk menggerakkan roda traktor pada lahan pertanian. Beberapa nilai koefisien tahanan guling disajikan pada Lampiran 3. Jika koefisien tahanan guling roda traktor adalah sebesar 0,3, berat traktor 400 kg, kecepatan
7
maju traktor 1,6, maka daya untuk menggerakkan roda traktor sebesar 1881,6 watt ( 2,56 HP) (Santosa, 2005b). Perhitungan perencanaan daya motor bakar
yang harus dipilih pada suatu
traktor yang menarik bajak singkal (moldboard plow) bergantung pada parameter draft spesifik tanah, kedalaman pengolahan tanah, lebar kerja pengolahan tanah, banyaknya telapak singkal, kecepatan kerja traktor, koefisien tahanan guling roda traktor, berat traktor, efisiensi penerusan daya dari engine ke roda traktor, efisiensi penerusan daya dari engine ke batang penarik (drawbar), dan toleransi pemakaian daya. Jika draft spesifik tanah adalah sebesar 0,85 kg/cm2, kedalaman pengolahan tanah 20 cm, lebar kerja pengolahan tanah 20 cm, banyaknya telapak singkal 4 bottom (atau unit), kecepatan kerja traktor 0,9 m/detik, koefisien tahanan guling roda traktor 0,15, berat traktor 900 kg, efisiensi penerusan daya dari engine ke roda traktor 71 %, efisiensi penerusan daya dari engine ke batang penarik (drawbar) 75 %, dan
toleransi
pemakaian daya sebesar 30 %, maka besarnya daya perencanaan daya motor bakar penggerak traktor adalah sebesar 34,35 HP (Santosa, 2005b). Traction ratio merupakan parameter sifat mekanik tanah yang dapat digunakan untuk menentukan berat minimum traktor yang dapat dioperasikan pada lahan pertanian. Nilai traction ratio dapat dilihat pada Lampiran 4. Apabila lahan tempat pengoperasian traktor mempunyai traction ratio sebasar 0,609, draft spesifik tanah 1,0499 kg/cm2, kedalaman pengolahan tanah 20 cm, lebar kerja pengolahan tanah 20 cm, maka.berat minimum traktor dinamis yang harus dioperasikan pada lahan tersebut adalah sebesar 689,59 kg (Santosa, 2005b). Daya sangga tanah (bearing capacity) merupakan parameter mekanik tanah yang dapat digunakan untuk menghitung berat maksimum suatu alat / mesin pertanian yang dapat dioperasikan pada lahan pertanian. Satuan dari daya sangga tanah (bearing capacity) adalah dapat berupa kg/cm2, N/cm2, atau pun kPa. Nilai daya sangga tanah untuk berbagai jenis tanah di Sumatera Barat dapat dilihat pada Lampiran 5. Apabila jari-jari roda traktor adalah sebesar 36 cm, zinkage roda traktor 15 cm, lebar tapak roda 15,2 cm, dan daya sangga tanah 1,3328 kg/cm2, maka berat maksimum traktor yang boleh dioperasikan pada lahan tersebut adalah 1.848,19 kg (Santosa, 2005b).
8
KESIMPULAN Dari paparan tersebut, dapat diutarakan beberapa butir kesimpulan, sebagai berikut : 1. Parameter mekanika tanah dikaji pada ilmu Teknik Pertanian, yang pada aplikasinya adalah untuk mengetahui kebutuhan daya dalam kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan alat / mesin pertanian, dan penentuan ukuran alat / mesin pertanian yang dapat dioperasikan pada lahan pertanian, sehingga efisiensi penggunaan sumberdaya pertanian bisa meningkat, serta lebih efektif. Efisiensi dan efektifitas sumber daya dalam bidang pertanian ini akan menunjang pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, yang pada akhirnya akan tercapai penerapan pertanian yang berkelanjutan. 2. Rancang bangun alat / mesin pertanian perlu ditingkatkan untuk mendukung tercapainya penerapan pertanian berkelanjutan. 3. Ilmu Teknik Pertanian ikut berpartisipasi dalam pencapaian penerapan pertanian berkelanjutan, di antaranya dalam hal peningkatan intensitas tanam (IP), ekstensifikasi pertanian, dan perbaikan teknik pengolahan hasil untuk meningkatkan nilai tambah produksi pertanian. 4. Pengembangan alat dan mesin pertanian di Indonesia pada skala kecil (misalnya traktor tangan) ternyata mempunyai efisiensi teknis lebih tinggi daripada pemakaian alat dan mesin pertanian skala besar. 5. Introduksi alat dan mesin pertanian di suatu daerah perlu dilaksanakan secara selektif, baik selektif terhadap alat yang akan dikembangkan, maupun selektif terhadap wilayah pengembangannya. 6. Perhitungan kebutuhan alat / mesin pertanian yang potensial di suatu wilayah perlu dilakukan berbagai
secara detail, sehingga bisa menjadikan peluang berpartisipasinya komponen
masyarakat
berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA
untuk
menunjang
penerapan
pertanian
9
Agus, F. dan Mulyani, A. 2005. Revitalisasi Tataguna dan Pengelolaan Lahan Pertanian. Makalah pada Seminar Nasional “Penerapan Pertanian Berkelanjutan dan Tantangan Masa Depan (Sustainable Agriculture Implementation and the Future Challenges) di Universitas Andalas. Padang, 14 September 2005. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 2003. Daya Saing Pertanian untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Bangsa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Serpong. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. 1993. Upaya Mempercepat Pengembangan Mekanisasi Pertanian di Indonesia. Jakarta. Djojomartono, M., Santosa, and Prabawa, S. 1996. Computer Program for Technical and Economic Analysis of Thresher. Paper Presented at the International Seminar on Recent Development on Agricultural Machinery for Post Production Handling of Rice, Surabaya, December 9-11, 1996. Fatemeta IPB, 1978. Strategi Mekanisasi Pertanian. Bogor. Gultom, B. dan Supriyanto. 1993. Program Penelitian dan Pengembangan Dalam Mendukung Pengembangan Alsintan. Makalah Disampaikan pada Pertemuan Nasional Mekanisasi Pertanian, Jakarta, 12 Januari 1993. Hardjosoediro, 1983. Mekanisasi Pertanian. ATA-237. Kerjasama Teknik Badan Pendidikan Latihan, dan Penyuluhan Pertanian (BPLPP) dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), Jakarta. Santosa. 2005a. Kompetensi Kemampuan Mahasiswa Menuju Era Globalisasi. Makalah Disampaikan pada Lokakarya “Strengthening Institution Relationship” Tanggal 28 September 2005, di Padang. Santosa. 2005b. Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio.Net 2003 dalam Bidang Teknik dan Pertanian. Yogyakarta. Andi.
10
Lampiran 1. Nilai Draft Spesifik Pembajakan pada Tanah di Sumatera Barat Jenis tanah, bahan induk, topografi / Draft Spesifik Pembajakan (kg/cm2) fisiografi Lembab Basah 1. Alluvial (bahan aluvial, dataran) 0,342 0,467 2. Andosol (batuan beku, dataran) 0,333 0,504 3. Andosol (batuan beku, vulkan) 0,340 0,397 4. Latosol (batuan beku, vulkan) 0,826 0,032 Latosol dan Litosol (bahan beku 5. endapan dan metamorf, 0,826 1,090 pegunungan) Podsolik Merah Kuning (bahan 6. endapan dan beku, pegunungan 1,087 0,936 lipatan) 7. Regosol (bahan aluvial, dataran) 0,263 0,360 Regosol & Latosol (batuan beku, 8. 0,273 0,307 volkan) Sumber : Suprodjo (1980) dalam Santosa (2005b) No.
Lampiran 2. Nilai Torsi Spesifik Tanah di Sumatera Barat Jenis tanah, bahan induk, topografi / fisiografi 1. Alluvial (bahan aluvial, dataran) 2. Andosol (batuan beku, dataran) 3. Andosol (batuan beku, vulkan) 4. Latosol (batuan beku, vulkan) Latosol dan Litosol (bahan beku 5. endapan dan metamorf, pegunungan) Podsolik Merah Kuning (bahan 6. endapan dan beku, pegunungan lipatan) 7. Regosol (bahan aluvial, dataran) Regosol & Latosol (batuan beku, 8. volkan) Sumber : Suprodjo (1980) dalam Santosa (2005b) No.
Torsi Spesifik (kg.m/cm2) Lembab Basah 0,0171 0,0152 0,0180 0,0167 0,0216 0,0178 0,0189 0,0167 0,0204
0,0165
0,0165
0,0178
0,0223
0,0164
0,0196
0,0177
Lampiran 3. Nilai Koefisien Tahanan Guling Berbagai Kondisi Lahan No.
Lahan
Koefisien Tahanan Guling
11
1. Wet and heavy clay soils (sinkage) 2. Plowed sandy loam field 3. Loose sand 4. Firm & dry stubble field 5. Concrete Sumber : Fatemeta, IPB (1978) dalam Santosa (2005b)
0,3 – 0,4 0,2 – 0,3 0,1 – 0,3 0,05 – 0,1 0,01 - 0,04
Lampiran 4. Nilai Traction Ratio (TR) pada Berbagai Kondisi Lahan Land Traction Ratio (TR) Tractor on concrete road (5 % slip) 0,66 Tractor on gravel road (5 % slip) 0,36 Tractor on dry clay soil (16 % slip) 0,55 Tractor on sandy loam soil (16 % slip) 0,50 Tractor on dry fine sand (16 % slip) 0,36 Size of wheel 8-32 (28 % slip) 0,53 Size of wheel 9-36 (28 % slip) 0,58 Size of wheel 15-30 (28 % slip) 0,64 Sumber : Fatemeta IPB (1978) dalam Santosa (2005b)
Lampiran 5.
Nilai Daya Tumpu Tanah pada Berbagai JenisTanah di Sumatera Barat Daya Tumpu Tanah (kg/cm2) Jenis tanah, bahan induk, topografi / No. fisiografi Lembab Basah 1. Alluvial (bahan aluvial, dataran) 0,2246 0,1542 2. Andosol (batuan beku, dataran) 0,2790 0,3652 3. Andosol (batuan beku, vulkan) 0,6170 0,2242 4. Latosol (batuan beku, vulkan) 0,3070 0,1882 Latosol dan Litosol (bahan beku 5. 0,8425 0,2880 endapan dan metamorf, pegunungan) 6. Podsolik Merah Kuning (bahan endapan 0,3060 0,3074
12
dan beku, pegunungan lipatan) Regosol (bahan aluvial, dataran) Regosol & Latosol (batuan beku, 8. volkan) Sumber : Suprodjo (1980) dalam Santosa (2005b) 7.
0,5052
0,2379
0,2155
0,2379