Peranan Konferensi Asia Afrika Bagi Perjuangan Indonesia Merebut Irian Barat.docx

  • Uploaded by: Fatih
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peranan Konferensi Asia Afrika Bagi Perjuangan Indonesia Merebut Irian Barat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 925
  • Pages: 4
MAKALAH SEJARAH INDONESIA

Peranan Konferensi Asia Afrika Bagi Perjuangan Indonesia Merebut Irian Barat

LATAR BELAKANG Diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Bahwa kedua benua itu, yaitu Asia dan Afrika, letaknya berbatasan dan mempunyai sifat-sifat geografis yang sama. 2. Kedua benua memiliki beberapa persamaan yang kuat. Bangsa-bangsa Asia dan Afrika bukan saja dipertalikan oleh hubungan keturunan, akan tetapi juga oleh hubungan keagamaan dan sejarah. 3. Lebih dari itu kedua benua memiliki persamaan nasib, yakni menjadi korban penjajahan Eropa. Akibat penjajahan itu, Asia dan Afrika tidak hanya kehilangan kemerdekaan politik, dan menderita di lapangan sosial ekonomi berupa kemelaratan dan kesengsaraan, tetapi juga tergantungnya nilai-nilai dan akar kebudayaannya. 4. Setelah tercapainya kemerdekaanm, bangsa-bangsa Asia dan Afrika menghadapi berbagai persoalan yang perlu diatasi bersama, yaitu masalah pembangunan, ekonomi, sosial, pendidikan dan kebudayaan.

PERISTIWA SETIAP tahun digelar acara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Konferensi Asia Afrika (KAA). Tahukah anda sejarah munculnya KAA? Berikut kisah singkatnya yang akan terbagi dalam dua bagian bersambung. Setelah Perang Dunia II berakhir, telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok Kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau Blok Sosialis (komunis). Dua kekuatan adidaya tersebut membuat dunia semakin memanas. Di beberapa belahan dunia masih ada masalah dan muncul masalah baru. Sejak abad ke-15, kawasan Asia-Afrika mengalami masalah penjajahan yang krusial walaupun sejak tahun 1945 memperoleh kemerdekaannya. Negara-negara yang memperoleh kemerdekaan diantaranya Indonesia (17 Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949). Selain negara-negara tersebut namun masih banyak negara lain yang masih berjuang memperoleh kemerdekaannya, diantaranya Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan wilayah Afrika lainnya. Beberapa Negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah sisa penjajahan seperti daerah Irian Barat, Kashmir, Aden, dan Palestina. Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengadakan suatu pertemuan informal dengan mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali). Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo. Ide tersebut bertujuan untuk membangun solidaritas negara-negara Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan yang merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah didengungkan. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negeri bebas aktif, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun, tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas berarti bangsa Indonesia memiliki cara tersendiri dalam menanggapi masalah internasional. Aktif berarti bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia.

Perjuangan Pembebasan Irian Barat Irian Barat adalah bagian konflik antara bangsa Indonesia – Belanda yang telah berlangsung lebih dari tiga abad sejak kedatangan mereka sekitar abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-20. Dalam kurun waktu itu telah banyak korban nyawa melayang dan harta yang hancur. Untuk mengakhiri konflik ini, atas jasa

baik PBB diadakanlah Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda 23 Agustus – 2 November 1945. Dari konferensi ini dihasilkan keputusan antara lain pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh Belanda atas seluruh wilayah bekas Hindia Belanda. Selain itu, disepakati pula bahwa masalah Irian Barat yang juga menjadi bagian dan wilayah Hindia Belanda akan dibicarakan dan diselesaikan satu tahun setelah pengakuan kedaulatan. Indonesia ingin agar penyerahan Irian Barat dapat dilakukan secara damai melalui perundingan atau diplomasi. Sejak tahun 1950, Indonesia mengajak Belanda untuk mulai merundingkan masalah Irian Barat. Pada bulan Maret 1950, Indonesia dan Belanda membentuk komite bersama untuk masalah Irian Barat. Namun, komite tersebut tidak berhasil mencapai kata sepakat. Pemerintah Belanda dengan persetujuan parlemennya kemudian memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Kerajaan Belanda pada bulan Agustus 1952. Pemerintah Indonesia juga terus berusaha mencari dukungan internasional agar dapat menekan Belanda. Salah satunya melalui Konferensi Asia-Afrika. Dalam KAA di Bandung tanggal 18-24 April 1955, pihak Indonesia mendapat dukungan negara-negara peserta KAA. Dalam salah satu pernyataannya, KAA yang disponsori oleh negara Indonesia, Burma, Pakistan, dan Sri Lanka menolak segala bentuk penjajahan. Namun, usaha tersebut tetap saja tidak berhasil memaksa Belanda meninggalkan Irian Barat. Pada tanggal 18 November 1957 berlangsung rapat umum pembebasan irian barat di Jakarta. Pada tahun yang sama juga terjadi pengambilalihan semua perusahaan milik Belanda di Indonesia. Pengambilalihan mi diperkuat dengan adanya Peraturan Pemerintah No.23tahun 1958. Sampai akhir tahun 1958, semua perusahaan Belanda di Indonesia sudah dinasionalisasikan. Pada tanggal 17 Agustus 1960, Presiden Soekarno mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda. Semua warga negara Belanda yang bekerja di Indonesia dipecat. Presiden Soekarno di alun-alun Utara Yogyakarta mengeluarkan Tri Komando Rakyat (TRIKORA). Sesuai dengan kesepakatan New York, pada tahun 1969 diselenggarakan Pepera yang disaksikan utusan Sekretaris Jendral PBB. Hasil Pepera memperlihatkan suara bulat bahwa masyarakat Irian Barat ingin tetap menjadi bagian dari Republik Indonesia. Irian Barat kemudian resmi menjadi provinsi ke-26 Republik Indonesia dengan nama Provinsi Irian Jaya. Dampak negatif yang disebabkan oleh peristiwa tersebut antara lain merengut banyak sekali korban jiwa (termasuk pahlawan yang mempertahankan Irian Jaya), banyak harta yang hancur, kekayaan alam tidak dapat dirasakan sepenuhnya oleh rakyat Irian Barat, dan terjadi pertempuran dimana-mana. Sedangkan dampak positifnya adalah pemberhentian permusuhan terhadap Belanda, makin baiknya hubungan diplomatik terhadap Belanda, dan makin bergamnya suku dan adat istiadat di Indonesia. Manfaat yang bisa diambil dari peristiwa tersebut adalah kita belajar untuk lebih meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan agar tidak terjadi pecah-belah. Contohnya adalah menjaga kerukunan antar teman disekolah, menghormati pendapat orang lain, dan meningkatkan semangat kekeluargaan.

Related Documents


More Documents from ""