Peran dan Fungsi Infection Prevention Control Nurse RUMAH sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya merupakan sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran dan tanggung jawab dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dituntut dapat memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel dan transparan kepada masyarakat sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang keperawatan, perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home care). Pasien yang menerima pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan serta masyarakat sekitar rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dihadapkan dengan risiko terjadinya infeksi akibat tindakan pelayanan kesehatan. Diperkirakan 1,4 juta setiap saat terjadi infeksi di seluruh dunia, yang dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas serta biaya yang meningkat (CDC, 2017). Untuk mencegah terjadinya infeksi terkait pelayanan kesehatan maka perlu diterapkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. PPI meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pembinaan. Tujuan dari PPI untuk mencegah atau meminimalkan insiden rate healthcare associated infections (HAIs) terkait pelayanan kesehatan terhadap pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, sehingga mutu layanan kesehatan meningkat. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017. PPI di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya merupakan bagian dari standar pelayanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Untuk terlaksananya PPI harus dibuat suatu organisasi PPI yang disebut komite atau tim PPI, di mana di dalam komite atau tim PPI ada infection prevention control nurse (IPCN) yang bekerja purna waktu dengan perbandingan satu IPCN dengan 100 tempat tidur. Komite atau tim PPI harus mempunyai visi dan misi PPI yang merupakan bagian dari visi dan misi rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, sehingga dalam pelaksanaannya dapat saling sinergis dan integratif (Pandjaitan, 2015). Infection control nurse diawali di Inggris pada tahun 1940, kemudian di Amerika dan Australia pada tahun 1950, lantas beranjak ke negara-negara lainnya sampai ke negara di Asia yakni Singapore pada 1970 dan Hongkong 1975. Di Indonesia dimulai tahun 1980 an, namun pencegahan dan pengendalian infeksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. IPCN adalah perawat pencegah dan pengendali infeksi, sebelumnya disebut infection control nurse (ICN), namun sejak 2007 adanya perubahan dari infection control ke infection prevention control oleh centre for diseases control (CDC) maka ICN menjadi IPCN. IPCN atau perawat pencegah dan pengendali infeksi adalah tenaga perawat praktisi/profesional yang bekerja purnawaktu dan khusus di bidang infeksi atau berhubungan dengan infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (Pandjaitan, 2015). Awal peran IPCN adalah melihat prosedur tindakan keperawatan atau medikal apakah sesuai
dengan standar prosedur, kemudian berlanjut melakukan survei data infeksi, memonitor pelaksanaan PPI dan berlanjut melaksanakan pendidikan dan pelatihan PPI kepada staf. Untuk melaksanakan tugas tersebut diperlukan pengalaman klinik dari seorang IPCN, yang mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak dan memiliki personality yang baik. Untuk mampu melaksanakan tugasnya, maka seorang IPCN harus mengikuti pelatihan PPI, seminar dan workshop PPI, sampai akhirnya harus mengikuti pelatihan khusus IPCN (Pandjaitan, 2015). Menurut Pandjaitan (2015), karakteristik IPCN dengan charming yaitu confident (percaya diri) dan credible (dapat dipercaya), helpful (suka menolong), approachable (mudah ditemui), responsible (bertanggung jawab) dan reliable (tahan uji), mature (dewasa), innovative (mencari hal baru), neutral (tidak memihak), always go (selalu maju). Sifat kepemimpinan IPCN adalah berani, tegas dan santun (BTS), sedangkan kepemimpinan IPCN memiliki bus bamba yaitu bintang (visionary, master leader), IPCN memiliki visi dan misi, dapat mengarahkan visi dan misi dan menegaskan arah tujuan PPI, udara (soulmate leader), IPCN menghindari kevakuman atau kekosongan, mampu menghidupkan suasana, samudra (wise, decisive, leader), IPCN harus tangguh, percaya diri dan turun tangan, pekerja, bulan (team building leader), IPCN dapat menciptakan keharmonisan, kerukunan, ketenteraman batin, santun, air (demokratic leader), IPCN harus adil, tidak miring kanan atau kiri, kalau salah katakan salah kalau benar katakan benar (mengatakan kebenaran), matahari (enabling leader), IPCN menciptakan energi yang hidup, transparan, penerangan dan pencerahan, tegas tanpa ragu-ragu, bumi(prosperity leader), IPCN pemaaf, tiada dendam, menyadari bahwa tidak ada manusia yang tidak pernah salah, api (lawful leader), IPCN melakukan sanksi tanpa pandang bulu. Peran dan fungsi IPCN sebagai berikut praktisi klinik, surveier, auditor, edukator, manajer, advokasi, konsultan,koordinator, komunikator, motivator, evaluator, investigator, peneliti, fasilitator, member. IPCN merupakan motor dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi, maka seorang IPCN harus memiliki kualifikasi, kompetensi, karakteristik dan pengetahuan khusus agar mampu menjalankan peran dan fungsinya, diharapkan melalui peran dan fungsi IPCN maka PPI dapat berjalan dengan baik dan benar, sehingga insiden rate HAIs dapat dicegah atau diminimalkan sehingga mutu layanan kesehatan baik. Keilmuan keperawatan saat ini sudah berkembang pesat, di mana perawat mendapat tuntutan dalam meningkatkan mutu, keselamatan pasien (patient safety) dan kepuasan pasien dengan adanya IPCN, perawat tidak hanya memberikan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan tetapi menjaga keselamatan pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. (Afrinayanti W Siregar) Penulis mahasiswi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan IPCN RS USU