Peradaban Dan Kebudayaan Islam.docx

  • Uploaded by: Nuni
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peradaban Dan Kebudayaan Islam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,703
  • Pages: 16
TUGAS AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM

Disusun Oleh Maulidina Rahmawati

1791021055

Nuni Aisyah

1791021026

Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen Institut Bisnis Nusantara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang paling sempurna yang telah diciptakan oleh Allah SWT untuk membimbing umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Agama islam diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW pada abad ke-7 di kota Mekkah yang kemudian menyebar ke seluruh dunia dari masa ke masa. Perkembangan agama islam diikuti juga oleh perkembangan kebudayaan islam, walaupun demikian kebudayaan islam tidak serta merta menghilangkan kebudayaan setempat melainkan memproses ulang kebudayaan yang menyimpang dari ajaran islam menjadi kebudayaan yang bersumber dari ajaran islam. Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan atau kebudayaan kota. Landasan peradaban islam adalah kebudayaan islam terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan islam adalah agama. Dalam islam tidak seperti masyarakat penganut agama yang lainnya, agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Jika kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama islam adalah wahyu dari peradaban. Peradaban merupakan kebudayaan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana kebudayaan tersebut tidak hanya berpengaruh di daerah asalnya tapi juga mempengaruhi daerah-daerah lain yang menjadikan kebudayaan tersebut berkembang. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan ? 2. Bagaimana konsep kebudayaan dalam Islam ? 3. Bagaimana Iptek dalam perspektif Islam ? 4. Apa sumber ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban Islam di masa lalu? 5. Bagaimana sikap umat islam menghadapi kemajuan Iptek ? 6. Bagaimana sejarah peradaban islam dalam kebudayaan Indonesia ? 7. Bagaimana masjid sebagai pusat peradaban dalam Islam ?

BAB II PEMBAHASAN 1. Defenisi Kebudayaan Dalam Islam a. Makna Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi atau akal. Budi mempunyai arti akal, kelakuan dan norma. Sedangkan daya berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, atau akal budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, adat dan lain-lain. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Secara umum kebudayaan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu abstrak dan konkret. Kebudayaan yang bersifat abstrak yaitu sesuatu yang secara prinsip diakui keberadaannya namun tidak terlihat, misalnya ide/gagasan, dan bahasa. Sedangkan, kebudayaan yang bersifat konkret adalah sesuatu yang dapat terlihat secara kasat mata. Misalnya benda-benda yang dibuat manusia yang kesemuanya ditujukan

untuk

membantu

manusia

dalam

melangsungkan

kehidupan

bermasyarakat.

b. Unsur-unsur kebudayaan Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut : 1. Menurut Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu : alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik. 2. Menurut Malinowski mengatakan 4 unsur pokok yang meliputi : Sistem norma sosial yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya. o Organisasi ekonomi o Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (Keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

o Organisasi kekuatan (politik)

2. Konsep Kebudayaan Dalam Islam Kebudayaan Islam merupakan salah satu peradaban besar dalam sejarah peradaban manusia. Berbanding dengan beberapa peradaban besar lainnya yang telah hilang sperti Indus, Huang Ho, Mesir, Yunani, Romawi, Inca dan lainnya, maka peradaban islam masih terus berkembang, dari abad ke-6 sampai kini. Eksistensi peradaban Islam yang kontinu ini bukan saja memaparkan kegemilangannya namun juga memperlihatkan bahwa peradaban Islam mampu mengikuti perkembangan waktu. Peradaban Islam awalnya berasal dari Semenanjung Arab, kini tersebar ke seluruh dunia dengan berbagai proses adaptasinya yang menarik.

Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang menlintas wilayah etnik dan bangsa. Ia adalah milik seluruh umat Islam di dunia. Kebudayaan Islam meletakkan agama Islam sebagai dasar terpenting dalam, perkembangannya. Berawal dari Mekkah dan Madinah, berkembang ke seluruh jazirah Arab dan keluar dari Tanah Arab ke seluruh dunia. Perkembangannya sangat pesat, hingga akhirnya Islam mampu muncul sebagai kuasa penting di beberapa kawasan seperti: Asia Tengah, Benua Kecil India, China, Afrika, Asia Tenggara dan sebagian Eropa. Nabi Muhammad sejak awal telah membentuk generasi pertama Islam yang dijuluki sebagai al-jilu al-Rabbaniyu almuntazim atau mereka yang menghayati dan mengamalkan setiap arahan Allah SWT. Keadaan ini kemudian diteruskan di masa Khulafaur Rasyidin. Dalam periode ini, Islam berkembang pesat meliputi seluruh jazirah Arab, begitu juga wilayah kekuasaan Romawi dan Persia lambat laun menjadi kawasan Islam.

Seiring dengan perkembangan wilayah, maka pembentukan peradaban juga tak dilupakan. Untuk didirikan berbagai perkotaan sebagai pusat peradaban Islam, seperti Damaskus di Syria, Basrah, Kufah, Fustat Mesir, Jerussalem di Palestina dan lainnya. Dalam memandang perkembangan perkotaan Islam ini.

Setelah era Khulafaur Rasyidin, perkembangan kebudayaan Islam digerakkan dan dimotivasi oleh bberapa kerajaan Islam. Kerajaan Bani Ummayah dan Abbasyiah muncul sebagai kekuasaan penting dalam mengembangkan syiar Islam. Oleh beberapa pakar politik, saat pemerintahan dinasti ini, aspek keduniawian lenih

menonjol dibanding era Khulafaur Rasyidin. Pada masa pemerintahaan Bani Umayyah Islam mencapai kawasan Asia, Afrika dan Eropa. Pada abad ke-8 beberapa kawasan Asia Tengah telah berada di dalam kekuasaan Islam. Kemudia dilanjutkan dengan penyebaran Islam ke Bukhara, Samarkand, Khawarizmi,

Farghnah dan lainnya. Panglima Qutaibah bin Muslim telah menaklukkan Sinkiang dan Kansu. Tahun 713 seorang msulim diterima oleh Maharaja Hsuan Tsung. Peristiwa ini adalah babak awal dalam perkembangan Islam di China (Yahaya dan Halimii 1993). Di Afrika Islam masuk dibawa oleh Hassan bin Nukman al-Ghassoni, yang kemudian diangkat sebagai gubernur pertama Afrika Utara dan Maghribi kemudian digantikan oleh Musa bin Nusair (Amir Qairawan) (Abdullah 1999).

Spanyol adalah gerbang utama masuknya Islam ke Eropa (Barat). Masuknya Islam di kawasan ini adalah melalui penaklukan yang dipimpin Musa bin Nusair dan tariq bin Zaid. Mereka menguasai beberapa kota penting seperti Carmona, Sevilla, Toledo, Granada dan lainnya. Kekuasaan Islam bertapak di Kawasan ini dari tahun 711 sampai 1492.

Di Timur Tengah selain Arab terdapat suku seperti Persia, Turki, dan Kurdi. Mereka ini setelah masuk islam mendirikan beberapa kerajaan seperti Tahiriyah di Khurasan, Saffariyah di fars, Samaniyah di Trensonxania, Sajidiyah di Azerbaijan, Ziyariyah di Jurjun dan Buwaih di Irak. Begitu juga muncul kerajaan Islam antara abad ke-9 sampai 12 di Tuki, Mesir, Turkestan, Asia kecil dan lainnya. Di India muncul kerajaan slam Ghori, Kilji, Tughluq, Lodi dan Mughal (An-nadwi 1992:33-56). Di Asia Tenggara muncul kerajaan Perlak, Samudera Pasai, Malaka, Demak, Mataram, Ternate, Tidore, dan lain-lainnya. Pada masa sekaarng ini Islam telah menyebar ke seluruh dunia dengan densitas serta pemahaman yang berbeda-beda, namun satu dalam ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam yang senasib dan sepenaggungan).

3. Iptek Dalam Perspektif Islam Iptek yang sesuai dengan syariat Islam seperti kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah

sekalipun.

Dimana

upaya

tersebut

merupakan

cara

atau

jalan

mewujudkan kesejahteraan dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas

dasar kreatifitas, akalnya, manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam pandangan Islam, Iptek juga di gambarkan sebagai cara mengubah suatu sumber daya menjadi sumberdaya lain yang lebih tinggi nilainya, hal ini tercoverr dalam surat Ar-Ra’d syat 11, yaitu : “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya Al-Qur’an telah mendorong manusia untuk berteknologi supaya kehidupan mereka meningkat. Upaya ini harus merupakan rasa syukur atas keberhasilannya dalam merubah nasibnya. Dengan perkataan lain, rasa syukur atas keberhasilannya dimanifestasikan dengan mengembangkan terus keberhasilan itu, sehingga dari waktu kewaktu keberhasilan itu akan selalu maningkat terus.

Islam pun tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang teliti, obyekitf dan tidak bertentangan dengan dasar alQur`an 1(3):

a. Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam al-Qur`an Bagi ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin. AlQur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di seluruh

jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan historisitas bangsabangsa zaman dahulu. Sebagaimana firman Allah berikut ini: “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...” ( QS. Yunus ayat 101) “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunah-sunah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orangorang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137) ”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS. Az-Zariyat: 21)

Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena alam semesta. Teks-teks al-Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:

b. Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek Allah Al-Qur`an menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai hudan memberi kecerahan pada akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal dengan naql. Al-Qur`an merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala perubahannya sebagai persoalan yang layak dan perlu dijawab,Solusi tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang tepat yaitu al-Qur`an. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah akan berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an atau teknologi yang Qur’anik. Banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan iptek, seperti wahyu pertama QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia. Sedangkan

perintah untuk melakukan penelitian secara jelas terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20 Artinya: ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”(QS. AlGhasiyah: 17-20)

Dari ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains. Bagi masyarakat sekarang iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek lebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek yakin kan akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidak dapat dipungkiri. Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolak ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Bagaimanapun sebagai ilmuwan yang meletakkan sandaran pada kaidah-kaidah agama khususnya al Qur'an, Hadist Nabi dan Siroh Nabawiyyah kita tidak boleh begitu saja tergiur dengan produk IPTEK yang bukan terlahir dari sifat rahim Allah. Yang kita butuhkan dari semua itu adalah keridhoan Allah SWT.

4. Sumber Ilmu Pengetahuan, kebudayaan dan Peradaban Islam Dalam epistemologi Islam, sumber pengetahuan utama adalah Allah, atau yang dalam hal ini adalah wahyu. Pengetahuan yang bersumber dari Allah tersebut dapat diperoleh melalui indera yang sehat, berita yang benar berdasarkan otoritas, akal sehat dan hati. Indera yang sehat ini mencakup indera luar dan indera dalam. Akal sehat

pada dasarnya berfungsi untuk mengolah apa yang diterima oleh indera tadi. Apa yang diterima oleh indera akan dinilai oleh akal sehat sesuai dengan tingkat kelogisannya. Namun sebenarnya fungsi akal tidak sebatas sampai di situ saja. Akal sendiri sejatinya adalah substansi spiritual yang inheran dengan organ spiritual yang biasa kita sebut dengan hati, yang mana berfungsi sebagai penerima pengetahuan intuitif. Jadi, pada intinya akal dan intuisi selalu berhubungan dan tidak ada dikotomi antara keduanya. Meski terjadi perbedaan dalam cara memperoleh pengetahuan, namun pada dasarnya semuanya pengetahuan itu berasal dari satu sumber, yaitu Allah. Dalam hal ini AlQur’an telah menjelaskan: “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” (QS. Al-Baqarah: 31).

Sumber pengetahuan yang berasal dari Allah tadi ditransfer kepada manusia dalam bentuk wahyu. Dalam Islam, wahyu Allah tertuang di dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasul. Kedua sumber ini yang selanjutnya menjadi landasan utama dalam epistemologi Islam sekaligus peradaban Islam. Kedua sumber ini banyak menginspirasikan lahirnya ilmu-ilmu. Sebagai contoh, Allah berfirman: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 1-5).

Dr. Abdul Halim Uwais menyebutkan bahwa peradaban Islam memiliki tiga sumber utama, yaitu: Al-Qur’an, Sunnah dan Akidah Islam.

Dari asas di atas, terlihat bahwa dalam peradaban Islam tidak ada jurang pemisah antara manusia yang menjadi unsur pembangun peradaban dengan Tuhan sebagai sumber peradabannya. Sumber peradaban Islam sejalan dengan sumber pengetahuan yang dibahas dalam epistemologi Islam. Selanjutnya, sumber ini juga menjadi cikal bakal terbentuknya pandangan hidup Islam. Dari sini jugalah bermula segala

kemajuan peradaban Islam yang ditandai dengan berkembang pesatnya tradisi keilmuan.

5. Sikap umat islam menghadapi kemajuan Iptek ? Mulyadhi Kartanegara dalam Reaktualisasi Tradisi Ilimiah Islam meunilskan bahwa ada tiga faktor yang mendorong perkembangan ilmu di dunia islam pada kejayaan umat islam. Ketiga faktor tersebut adalah (1) Faktor Agama dan remifikasinya, (2) Apresiasi masyarakat terhadap ilmu, dan (3) Patronase [Perlindungan dan dukungan] para dermawan dan penguasa terhadap kegiatan ilmiah

Montgomerry Watt seorang orientasi terkemuka menyatakan bahwa dalam sejarah perkembangannya, islam mampu membuktikan sikap terbuka (dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan) sehingga proses asimilasi kebudayaan dapat berlangsung baik. dalam memadukan peradaban Yunani, Romawi, dan Persia denga peradabaan Arab yang dilandasi spirit islam telah dihasilkan peradaban baru yang memiliki wajah dan nilai islami, yang belum pernah ada sebelumnya.

Apresiasi islam terhadap kebebasan akal dan memberi ruang untuk melakukan kerja ilmiah begitu besar. Yang terjadi setelah masa Khulafa’ur Rasyidin berakhir, aktivitas intelektual di kalangan islam tidak dimonopoli oleh umat islam saja. Keterbukaan islam ini sungguh merupakan kontribusi konkret dalam perkembangan peradaban umat manusia selanjutnya. Peradaban islam memiliki warnaya sendiri karena pada dasarnya umat islam mencoba melakukan hal baru dengan cara mempelajari ilmu pengetahuan secara universal. Umat islam kala itu tidak membuat tembok tebal antara islam dengan non-islam. Ketika ingin memepelajari peradaban dan juga kearifan (alhikmah) yang ada di negeri-negeri selain daratan Arabian, umat islam tidak memandang sumber dana sal mereka dapatkan. Peradaban islam akhirnya berkembang dan mennjadi harapan baru. Ini adalah kontribusi penting dari kemajuan peradaban dunia saat ini.

6. Sejarah Peradaban Islam masuk ke Indonesia Mengenai perdagangan dan para pedagang dalam mengislamkan indonesia, dimana pengaruh dan penyebaran islam efektif sekali. Hal ini disebabkan karena banyak

orang yang begitu saja tertarik untuk mmemeluk agama islam sebelum mempelajari syariat agama secara terperinci.

Sejak awal abad masehi, sudah ada rute- rute pelayaran dan perjalanan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai wilayah di daratan Asia Tenggara. Di wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa konu merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian. Pedagang- pedagang muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke -7 M, ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah.

Pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke 7 M (abad 1 hijriah), ketika Islam pertama kali perkembang di timur tenggah. Hubungan perdagangan ini menjadi hubungan penyebaran Islam di Indonesia.

Sejak abad pertama nusantara yang menghasilkan komuditi penghasil rempah-rempah dan banyak disukai di eropa(romawi) masa itu menyebabkan pedagang-pedagang arab singgah dipantai barat sumatra dan selat malaka yang menghubungkan imperium timur. Pedagang Arab sudah menjadi pengatur jalur perdagangan barat-timur. a. Islam Masuk ke Indonesia Paling tidak ada dua pendapat mengenai masuknya islam di indonesia. Pertama pendapat lama, yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abat ke13 M. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H.Krom dan Van Den Berg. Kemudian pendat pertama mendapat sanggahan dan bantahan. Kedua pendapat baru yang menyatakan bahwa islam masuk ke indonesia pada abad ke-7 atau abad 1 hijriah pendapat baru ini dikemukakan oleh H. Agus Salim, M. Zainil Arifin Abbas, hamka, dll.

Pendapat tentang masuknya Islam di Indonesia dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dalam the preaching Islam, ia mengatakat, “mungkin Agama ini telah dibawa kemari oleh pedagang-pedagang Arab sejak abad-abad pertama hijriah, lama sebelum kita memiliki catatan ssejarah dimana sebenarnya pengaruh mereka telah mulai terasa.

Menurut literatur kuno tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan arab Islam di pesisr pantai sumatra. Jadi hanya 9 tahun sejak rasulullah saw memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir pantai sumatra sudah terdapat sebuah perkampungan Islam. Akat tetapi, pada priode ini islam belum berkembang secara menyeluruh dan hanya beberapa wilayah yang sudah memeluk Islam, misalnya sebagian sumatra dan sebagian pantai utara jawa.

Adapun perkembangan selanjutnya, Islam berkembang secara lebih besar pada abad ke 12 M. Menurut para sejarawan Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur, sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyrakat Indonesia.

Jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam yang mula-mula di Indonesia adalah sebagai berikut: a. Melalui Jalur Perdagangan Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdangan. Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka yang melalukan dakwah islam, sekaligus menjadi pedagang. b. Melalui jalur perkawinan Dengan melalui jalur perkawinan, para menyebar Islam melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalaui jalur perkawianan mereka telah menanamkan cikal bakal kader-kader Islam. c. Melaui jalur tasawuf Para penyebar Islam juga terkenal sebagai pengajar-pengajar tasawuf. Oleh karena itu, penyebaran Islam kepada masyarakat Indonesia melalui jalur tasawuf atau mistik ini mudah diterima karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat indonesia. Misalnya, menggunakan Ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian dalam proses penyebaran Islam kepada penduduk setempat. d. Melalui jalur pendidikan Dalam Islamisasi di Indonesia ini, juga dilakukan melalui jalur pendidikan seperti pesantren, surau, masjid dan lain-lain yang dilakukan oleh guru-guru Agama, Kyai dan Ulama. e. Melalui jalur kesenian

Para penyebar Islam juga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra, dan berbagai kesenian lainnya. f. Melalui jalur politik Para penyebar Islam juga menggunakan pendekatan politik dalam penyebaran Islam. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di indonesia. Demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan-kemenangan secara politik banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan Islam memeluk Islam.

7. Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam Terhadap pemanfaatan masjid semakin meningkat. Meluasnya fungsi dan peran masjid ini seiring dengan laju pertumbuhan umat Islam di Indonesia, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif yang tercermin dalam pertambahan jumlah penduduk muslim dan peningkatan jumlah intelektual muslim yang sadar dan peduli terhadap peningkatan kualitas umat Islam. Kondis inilah yang mendorong terjadinya perluasan fungsi dan peran masjid.

Sejak awal pertumbuhannya, masjid di Indonesia pada mulanya dipahami dan difungsikan oleh sebagian besar masyarakat muslim Indonesia sebagai tempat suci untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah-ibadah khusus bahkan ada yang memahaminya hanya sekadar tempat menyelenggarakan ibadah salat saja. Namun, sejalan dengan perkembangan pemahaman dan kesadaran masyarakat masjid tidak lagi dipahami seperti itu

Di tengah kehidupan masyarakat Indonesia terutama di daerah perkotaan, masjid berfungsi, selain sebagai pusat peribadatan, juga sebagai pusat pembinaan umat. Pendidikan dan aktivitas sosial seperti kegiatan pendidikan anak dan remaja, majelis taklim, musyawarah warga, akad nikah, dan pemberdayaan ekonomi umat dipusatkan di masjid. Fungsi dan peran masjid diharapkan terus meningkat sehingga mampu berperan secara aktif untuk mengayomi dan membina keberagamaan, pendidikan, dan kesejahteraan umat

Bertambah luasnya pemahaman umat Islam terhadap fungsi masjid di tengah kehidupan masyarakat, di satu sisi mencerminkan masa depan umat Islam akan lebih baik. Namun, di sisi lain menimbulkan persoalan baru yaitu persoalan pengelolaan masjid. Pengelolaan masjid ini betul- betul berfungsi, sebagaimana masjid yang didirikan oleh Rasulullah saw dan para ulama pewaris nabi, yakni sebagai sentra umat dalam menjaga tujuan didatangkannya syariat Islam (maqashid asy- syariyah)

Masyarakat Indonesia tergolong masyarakat yang religius. Betapa tidak, hingga saat ini masyarakat Indonesia sangat dekat dengan masjid. Salat lima waktu dikerjakan di masjid Pengajian-pengajian mulai dari pengajian umum, pengajian ibu-ibu, pengajian ana-anak, serta pengajian pemuda dan remaja-berlangsung di masjid. Rapat-rapat keRT-an, ke-RW- an, dan musyawarah kemasyarakatan sering juga dilakukan di masjid. Kumpul-kumpul para pemuda dan remaja hingga pos ronda pun sering menyatu dan berada di serambi masjid. Aktivitas sosial, ekonomi, dan politik bahkan sering kal digerakkan dari masjid pula. Oleh karena itu, dapatiah dikatakan, bahwa masjid di Indonesia bukan hanya sebagai tempat peribadatan saja (dalam artian ritual, seperti salat dan zikir), tetapi juga sosialisasi dan proses pembudayaan umat islam. Sejak zaman Rasulullah hingga masa keemasan umat islam, masjid bahkan berfungsi sebagai pusat pendidikan, ekonomi, politik. Sungguh tepat Sidi Gazalba yang menyebutkan, “Masjid sebagai pusat peribadatan dan kebudayaan Islam”.

BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, budaya berarti pikiran, atau akal budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, adat dan lain-lain. 2. Kebudayaan Islam adalah kebudayaan yang menlintas wilayah etnik dan bangsa. Ia adalah milik seluruh umat Islam di dunia. Kebudayaan Islam meletakkan agama Islam sebagai dasar terpenting dalam, perkembangannya. 3. Dr. Abdul Halim Uwais menyebutkan bahwa peradaban Islam memiliki tiga sumber utama, yaitu: Al-Qur’an, Sunnah dan Akidah Islam. 4. Tiga faktor yang mendorong perkembangan ilmu di dunia islam pada kejayaan umat islam. Ketiga faktor tersebut adalah (1) Faktor Agama dan remifikasinya, (2) Apresiasi masyarakat terhadap ilmu, dan (3) Patronase [Perlindungan dan dukungan] para dermawan dan penguasa terhadap kegiatan ilmiah 5. Islam memiliki sikap terbuka dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan Teknologi. 6. Dalam pandangan Islam, Iptek digambarkan sebagai cara mengubah suatu sumber daya menjadi sumber daya lain yang lebih tinggi nilainya, hal ini tercoverr dalam surat Ar-Ra’d syat 11 7. Sumber Ilmu Pengetahuan, budaya dan Peradan Islam adalah Al quran 8. Islam masuk ke Indonesia melalui jalur Perdagangan, Perkawinan, Pendidikan, Tasawuf, Kesenian dan jalur Politik. 9. Masjid di Indonesia bukan hanya sebagai tempat peribadatan saja (dalam artian ritual, seperti salat dan zikir), tetapi juga sosialisasi dan proses pembudayaan umat islam

Daftar Pustaka Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010. Haris, Abd dan Bayoangin, Tihar, Epistemologi islam: Perdana Publishing, 2016. Medan Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012. Yahaya, Mahayudin Haji dan Ahmad Jelami Halimi. 1993. Sejarah Islam, Kuala Lumpur :Penerbit Fajar Bakti Fachrudin. Ismoyo, Rudi. Ghusfahmi dan lainnya. 2016 , Pendidikan Agama Islam untuk perguruan Tinggi :Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Related Documents


More Documents from "Iwan Sukma Nuricht"