PENYELIDIKAN AWAL RANCANGAN LUBANG BUKAAN TAMBANG BAWAH TANAH Disusun Oleh: Finanti Puja Dwikasih – 212180019
1.
Pendahuluan Secara garis besar metode penambangan terbagi menjadi 2 yaitu, tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Metode tambang terbuka merupakan metode penambangan yang paling sering ditemui di Indonesia. Namun, tidak sedikit juga perusahaan tambang yang menggunakan metode penambangan bawah tanah untuk mengeksploitasi bahan galian. Penambangan dengan menggunakan metode bawah tanah memiliki aspek berbeda yang harus diperhitungkan dibandingkan dengan tambang terbuka. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah penggunaan terowongan sebagai media penghubung transportasi baik di dalam front kerja maupun dari front kerja keluar atau sebaliknya. Pembuatan terowongan tentunya harus dipersiapkan secara matang dengan beberapa tahapan perencanaan yang saling berkesinambungan agar pengerjaan terowongan dapat berjalan dengan baik.
Gambar 1. Lubang Bukaan Tambang Bawah Tanah Tipe-Tipe Penggalian Bawah Tanah Hal terpenting dari suatu klasifikasi penggalian bawah tanah adalah kestabilan batuan yang berada disekitar lubang bukaan. Menurut Barton, Lien dan Lunde, tipe-tipe penggalian bawah tanah diklasifikasikan menjadi: a. Bukaan tambang sementara b. Vertical Shaft c. Bukaan tambang permanen, terowongan air untuk proyek pembangkit listrik tenaga air (tidak termasuk yang bertekanan tinggi), terowongan pilot, drift dan heading untuk penggalian besar. d. Ruang penyimpanan, instalasi pengolahan air, terowongan kereta api, ruang gelombang dan terowongan akses dalam proyek pembangkit listrik tenaga air. e. Pembangkit listrik bawah tanah, terowngan jalan utama kereta api, ruang pertahanan sipil, portal terowongan dan persimpangan.
f. Pembangkit listrik tenaga nuklir bawah tanah, stasiun kereta api, fasilitas olahraga dan publik, pabrik bawah tanah.
2.
3.
Rancangan Penggalian Bawah Tanah Menurut E.Hoek, Setiap perancangan untuk penggalian bawah tanah (underground excavation) harus menggunakan batuan itu sendiri sebagai struktur material utama, meminimalisir gangguan yang mungkin terjadi serta meminimalisir penggunaan penyangga dari beton ataupun penyangga baja. Gambar 1 memperlihatkan sebuah bagan alir dari rancangan penggalian batuan bawah tanah yang dibuat oleh Hoek dan Brown, dimana digambarkan 4 sumber utama ketidakstabilan rancangan yaitu keterdapatan struktur geologi, tegangan massa batuan yang berlebihan, pelapukan dan swelling, serta tekanan/aliran air tanah yang berlebihan.
1 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
Pengumpulan data-data geologi dan interpretasinya, Pertimbanganpertimbangan terhadap hubungan antara sifat-sifat massa batuan, geometri dan aternadtif-aternatif orientasi penyelidikan
-
Ketidakstabilan disebabkan oleh tegangantegangan yang besar dan karena pelapukan batuan dan masih dapat dievaluasi dengan klasifikasi kualitas batuan.
Jenis batuan keras dengan kekar-kekar membentuk sudut miring dengan arah penggalian. Kemungkinan graviity fall dan sliding searah sudut akan banyak terjadi. Sistem pengklasifikasi batuan tidak cukup.
Penggunaan rock quality index, stabilities support design, bandingkanlah kestabilan dan pendukung yang diperlukan dengan pengalaman sebelumnya yang tidak tertulis untuk jenis batuan yang sama.
Apakah problem stabilitas yang diantisipasi sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah ditetapkan. Ya
Tidak
Perencanaan penggalian didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan pelaksanaan/operasi dengan ketentuan perkuatan yang sekecil kecilnya
Tidak stabil karena struktur geologi yang jelek.
Tidak stabil karena tegangan yang berlebihan
Tidak stabil karena pelapukan atau swelling.
Tidak stabil karena tekanan airtanah atau aliran besar
Dibuat detail peta geologi, singkapan- singkapan dari bore hole core, adit dan shafts.
Mengukur tengangan In-situ batuan di dekat daerah yang digali.
Uji ketahanan terhadap air dan swelling pada contoh batuan.
Memasang piezometer untuk mengetahui tekanan air tanah dan penyebarannya.
Dapatkah kestabilan diperbaiki dengan mengeser lokasi galian
Uji kekuatan untuk mengetahui kriteria keruntuhan
Menentukan cara penanggulangannya
Menetapkan pola drainase atau grouting untuk mengurangi tekanan air dan aliran
Analisa tegangan-tegangan pada daerah yang akan digali untuk mengecek sejauh mana potensial fracture dari batuan.
Trial/percobaan galian untuk mengetahui keefektifan cara-cara yang diusulkan
Monitor secara permanen keadaan airtanah untuk mengetahui keefektifan pola drainase
Ya
Tidak
Rencanakan cara galian dengan selalu memonitor dengan teliti batuan dan perkuat secukupnya
Dapat fracture diperkecil atau diatasi dengan menganti excavation lay out.
Tidak
Perencanaan urutan penggalian dan perkuatan permukaan galian, waktunya harus sekecil mungkin
Ya
Rencanakan penguatan untuk mencegah gravity fall dan memperkuat potensial zone
Rencanakan penggalian dengan ketentuanketentuan mencoba-coba penggalian, pengaturan peledakan, penguatan yang cepat , selalu memonitor sifat-sifat terowongan selama dan setelah selesai.
Dapatkah penguatan yang direncanakan bertahan lama.
Lokasi harus diubah
Tidak
Ya
Gambar 1. Rancangan Penggalian Batuan di Bawah Tanah (Hoek dan Brown) 2 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
Konsep Penggalian Bawah Tanah
Material Handling SDM Peralatan Kontraktual Aspek Lingkungan
Data Penyelidikan
Rasionalisasi Studi Kelayakan Pembiayaan
Perencanaan
Sistem Penggalian
Masukan dari Aspek Geomekanika
Kriteria Rancangan
Rancangan Awal
Eksplorasi geoteknik Pengukuran In-situ Uji laboratorium Analisis permodelan/ stabilitas
Uji analisis tambahan Rancangan penyanggaan Rancangan Sistem Penggalian
Pemantauan Perilaku Massa Batuan Pemeriksaan Kecukupan Penyangga Modifikasi Rancangan (Jika diperlukan)
Tidak Sesuai Kriteria
Ya Rancangan Final
Penggalian
Operasi
Gambar 2. Bagan Alir Proses Rancangan Penggalian Bawah Tanah (Mahtab & Grasso, (1992) Rancangan terowongan ditinjau dari aspek mekanika batuan/geomekanika yang mencakup aspek-aspek rencana untuk lokasi, menentukan ukuran dan bentuknya, orientasi dan tataletaknya, metode penggalian, pemilihan penyangga serta instrumentasi. Jadi peran geomekanika dalam suatu proses rancangan penggalian bawah tanah adalah memberikan data masukan dan analisis rancangan, mulai dari tahap rancangan awal sampai rancangan final,
berlanjut ketahap operasional penggalian (Mahtab & Grasso, 1992) (Gambar 2). Pada gambar 2, dapat dilihat bahwa rancangan awal meliputi ekplorasi geoteknik, pengukuran in-situ, pengujian laboratorium, dan analisis pemodelan atau stabilitas. Sedangkan rancangan final meliputi uji dan analisis tambahan, rancangan penyanggaan, dan rancangan sistem penggalian. Selanjutnya tahapan operasional meliputi penggalian lubang
3 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
bukaan, untuk memperoleh data perilaku massa batuan disekitar zona penggalian, pemeriksaan kecukupan penyangga untuk kestabilan lubang bukaan serta melakukan modifikasi rancangan jika diperlukan. Gambar 3 memperlihatkan diagram dari rancangan untuk pertambangan dan terowongan
yang dibuat oleh BIENIAWSKI (1981). Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada rancangan rekayasa batuan dapat dianggap selesai sebelum konstruksi dari struktur selesai semuanya.
Kendala Teknis Fungsi, Bentuk, Gambar Rencana Metode Penggalian Maksud dan Tujuan Keamanan, Stabilitas, Ekonomi Penentuan Masukkan Data Struktur Geologi (Pemetaan geologi-teknik, pemboran inti) Sifat Batuan dan Perlapisan Batuan (Kekuatan, deformabilitas, dan faktor lain yang mempengaruhinya) Air Tanah
Beban yang Bekerja
Kondisi Tegangan Insitu
Metoda Rancangan Analitik (Numerik dan model fisik, kriteria keruntuhan)
Geologi (Bencana geologi dan studi-studi kelurusan)
Empiris (Klasifikasi Massa Batuan dan Pengalaman)
Observasi (Pengukuran-pengukuran di lapangan)
Lainnya (Peraturan-peraturan untuk penerowongan dan dibidang petambangana) Spesifikasi Keluaran
Roof Span Petunjuk penyangga untuk roof, rib, dan floor Efek dari penggalian yang memotong jalur dan yang berada di dekatnya Umpan Balik
Pemilihan instrumentasi untuk pemantauan Pengukuran atau tindakan perbaikan pada kasus ketidakmantapan
Gambar 3 Diagram Rancangan untuk Pertambangan dan Terowongan(2) (BIENIAWSKI) 4.
Tahapan Penyelidikan Pembuatan Terowongan (Lubang Bukaan Bawah Tanah) Sebuah pekerjaan pembuatan terowongan selalu didahului oleh penyelidikan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kerja pada saat pelaksanaan konstruksi baik secara teknis maupun ekonomi. Secara umum penyelidikan geologi teknik untuk pembuatan
terowongan dapat dibedakan menjadi 3 tahap, yaitu: a. Tahap Penyelidikan Awal, meliputi penyelidikan pendahuluan (reconaisance study) hingga studi kelayakan (Feasibility Study) b. Tahapan Penyelidikan Rinci (Tahap Perencanaan Teknis)
4 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
c. Tahapan Penyelidikan pada Saat Konstruksi (Terowongan telah Beroperasi) 4.1. Kegiatan Pengukuran Pekerjaan pengukuran biasanya dilakukan dengan pemetaan topografi, foto udara dan
apabila diperlukan sering juga dilakukan degan survey hidrografi (echo sounding). Ketarangan secara singkat pekerjaan pengukuran untuk masing-masing tahapan seperti berikut:
Tabel 1. Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Batuan yang direkomendasikan untuk Pembuatan Terowongan Tahap No Kegiatan Awal Rinci Konstruksi I Pengukuran 1 Pemetaan Topografi p p p 2 Foto Udara p 3 Pengindraan Jauh o II Geologi Teknik dan Mekanika Batuan II.1 Pemetaan Geologi a Interpretasi Peta Topografi p b Interpretasi Foto Udara p c Interpretasi Penginderaan Jauh p d Pemetaan Geologi p e Pemetaan Geologi Teknik p p P f Pemetaan Struktur p p II.2 Penyelidikan Geofisika a Refraksi p b Transmisi p II.3 Uji Pemboran p p p Grouting p p II.4 Paritan Uji o Terowong Uji p o II.5 Uji Mekanika Batuan insitu a Uji Kelulusan air p p p b Penentuan Tegang-an insitu p p c Uji Deformasi massa batuan p d Kekuatan batuan dengan p e penentuan kuat geser massa batuan p f pengamatan perge-rakan massa batuan p p II.6 Uji Laboratorium Sifat Fisik a bobot isi dan berat jenis p p o b porositas dan absorbsi p p o Sifat mekanik c kuat tekan uni - aksial p p o d triaksial p p o e kuat geser p p o f kuat tarik p p o Keterangan p = perlu. o diperlukan apabila hasil penyelidikan terdahulu meragukan 5 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
A.
Pengukuran Tahap Penyelidikan Awal Pekerjaan yang dilakukan pada tahap penyelidikan awal antara lain seperti berikut: Pembuatan peta situasi daerah penyelidikan Pembuatan peta situasi dan penampang melintang dari jalur terowongan dan lintasan penyelidikan geofisika Daftar koordinat dari patok-patok pengukuran yang telah diikatkan dengan titik triangulasi
B.
Pengukuran Tahap Penyelidikan Rinci Pada tahap penyelidikan rinci, pekerjaan pengukuran ditunjukkan pada pembuatan peta situasi lintasan terowongan dengan skala 1:500 sampai 1:2000 serta pembuatan penampang tegak dari lintasan terowongan C.
Pengukuran Tahap Konstruksi Pekerjaan yang dilakukan pada tahap penyelidikan konstruksi antara lain: Menentukan arah dan kemiringan terowongan Mengukur penurunan dari permukaan tanah sebagai akibat pembuatan terowongan Melakukan pengamata terhadap deformasi dinding terowongan Memasang tanda-tanda pada titik tengah terowongan setiap 100 m, 250 m, atau 500 m sesuai dengan kontrak 4.2. Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Batuan A. Pemetaan Geologi Kegiatan yang dilakukan pada tahapan penyelidikan geologi ini adalah: 1. Interpretasi Peta Topografi, didasarkan pola dan penyebaran garis - garis kontur sehingga dapat membedakan antara lembah, perbukitan, serta jenis litologi dan struktur geologi ada daerah tersebut 2. Interpretasi Foto Udara, dilakukan dengan tujuanuntuk membuat peta geologi diatas meja sehingga mempermudah pembuatan peta geologi di lapangan 3. Interpretasi Penginderaan Jauh, didasarkan pada citra satelit seperti SLAR, Landsat, SPOT, dll 4. Pemetaan Geologi, ditujukan untuk memperlihatkan morfologi dan pola aliran,
jenis litologi dan penyebaranyya, susunan stratigrafi, struktur geologi dan sejarah tektonik 5. Pemetaan Geologi Teknik, didasarkan pada pemetaan singkapan, sehingga didapatkan penyebaran endapan talus, tanah penutup, tingkat pelapukan, dan daerah longsoran 6. Pemetaan Struktur Geologi, dimaksudkan untuk mengkwantifikasikan data geologi kedalam klasifikasi massa batuansehingga dapat dipergunakan sebagai data penunjang perencanaan terowongan B. Penyelidikan Geofisika Seperti dalam tabel 1, penyelidikan geofisika dilakukan pada tahap awal dan tahap penyelidikan rinci. Pada tahap awal penyelidikan, penyelidikan geofisika dilakukan dengan metode seismik refraksi yang dimaksukan untuk menentukan: 1. Penyebaran dan ketebalan perlapisan batuan 2. Ketebalan zona pelapukan 3. Lokasi dari struktur sesar, lipatan Secara umum metode seismik refraksi memerlukan 3 unsur peralatan pokok yaitu: pembangkit energi gelombang seismik (dapat berupa pukulan atau bahan peledak), alat penangkap gelombang (geophone) dan alat pencatat waktu rambat gelombang yang dilengkapi dengan unit penguat (receiver) Pada tahap penyelidikan rinci, penyelidikan seismik dilakukan untuk mendapatkan nilai sifat-parameter sifat mekanik batuan dengan menggunakan metode Seismik Transmisi (S-wave Seismik). Parameter sifat mekanik batuan yang dapat diperoleh antara lain: poisson ratio, modulus young, modulus geser dll. C.
Uji Pemboran dan Grouting Uji pemboran yang sering dilakukan untuk perencanaan dan konstruksi suatu terowongan adalah pemboran inti. Seperti yang terlihat pada tabel 1, pemboran inti sangat diperlukan mulai tahap awal hingga tahap konstruksi, dengan tahapan sebagai berikut: Tahap awal, dibutuhkan untuk melengkapi hasil pemetaan geologi permukaan dalam rangka mengembangkan model geologi setempat. Tahapan Penyelidikan Rinci, cenderung ditunjukan untuk pelaksanaan uji insitu
6 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
serta sebagai data tambahan untuk melengkapi analisis model geologi di daerah penyelidikan. Tahapan Konstruksi, berfungsi untuk pengecekan ulang apabila terjadi penyimpangan terhadap interpretasi model geologi dan untuk melakukan uji mekanika batuan insitu. Uji grouting pada konstruksi terowongan biasanya dilakukan pada tahap konstruksi dengan tujuan untuk mengetahui metoda, pola dan jumlah material grouting yang dibutuhkan pada zona tertentu dari lintasan terowongan yang memerlukan grouting sebagai cara perbaikannya D.
Paritan dan Terowongan Uji Paritan uji dilakukan dengan cara mengupas lapisan penutup yaitu lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan sampai batuan dasarnya terlihat jelas. Beberapa aspek yang dapat diperoleh dari pembuatan paritan uji antara lain: memberikan kejelasan mengenai batas penyebaran litologi, dapat memperkirakan tebal zona pelapukan, memungkinakan untuk mengambil perconto blok untuk uji laboratorium. Terowongan uji dilakukan pada tahap penyelidikan rinci antara lain meliputi: Geologi teknik, terutama untuk mengetahui penyebaran struktur geologi Mempelajari reaksi massa batuan pada saat penggalian Uji efektivitas penyangga Uji mekanika batuan insitu Pengambilan perconto untuk uji laboratorium E.
Uji Mekanika Batuan Insitu Uji mekanika batuan insitu dilakukan untuk menghasilkan informasi antara lain sebagai berikut: Karakteristik deformasi massa batuan Karakteristik kekuatan massa batuan Kondisi tegangan pada saat debelum dan sesudah penggalian Karakteristik propagasi gelombang elastik dari massa batuan Mendeteksi adanya anisotropi tegangan dan regangan yang disebabkan oleh struktur bangunan atau heterogenitas batuan tersebut Pengamatan pergerakkan massa batuan sesudah penggalian
Beberapa uji mekanika batuan insitu yang sering dilakukan untuk pembuatan terowongan adalah sebagai berikut Uji Permeabilitas Pengukuran tegangan insitu, dengan menggunakan metoda “Rossete Deformasi”, Metoda “Flat Jack”, Metoda “Overcoring”, dan Metoda Hydraulic Fracturing Uji deformasi massa batuan, dengan menggunakan metoda Plate Loading Test dan Radial Jacking Test Uji Kuat Tekan Uniaksial Uji Triaksial Pengamatan Pergerakan Massa Batuan, yaitu pengamatan konvergensi dan pengamatan ekstensometer. F.
Uji Laboratorium Beberapa uji mekanika batuan di laboratorium yang sering dilakukan dalam perencanaan terowongan adalah: Uji Petrografi, bertujuan untuk penentuan kandungan mineral, jumlah dan penyebaran tingkat ubahannya, tekstur, ukuran butir dan beberapa parameter yang berhubungan dengan rekayasa teknik Uji sifat fisik, bertujuan untuk mengetahui sifat fisik batuan antara lain: bobot isi, spesific gravity, porositas, kadar air dll Uji kuat tekan dan deformasi, bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dari batuan dan hubungan antara tegangan- regangan, modulus young dan nisbah poisson Uji kuat tarik tidak langsung Uji geser langsung, bertujuan untuk menentukan kuat geser puncak dan kuat geser sisa perconto batuan Uji triaksial, bertujuan untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser dalam 5.
Parameter yang diperlukan Untuk Rancangan Terowongan Penyediaan data masukan yang diperlukan untuk merancang sebuah lubang bukaan bawah tanah (terowongan dan lain-lain) adalah salah satu tugas yang paling berat bagi seorang sarjana perancang. Karena jika data masukan tidak benar maka dengan sendirinya rancangan akan salah. Dengan kata lain, kualitas rancangan sangat ditentukan oleh kualitas data masukan.
7 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
Data masukan yang diperlukan untuk tujuan rancangan meliputi karateristik geologi dari massa batuan, evaluasi dari tegangan mulamula (intial stress) didalam massa batuan, sifatsifat mekanik dari massa batuan dan kondisi air tanah. Penyelidikan dan pengukuran untuk mendapatkan data masukan tersebut harus direncanakan dengan baik dengan mengikuti prosedur dan metode pengukuran yang telah dibakukan dan harus sesuai dengan maksud dari proyek yang dirancang. Penentuan para meter masukan untuk rancangan harus direncanakan agar sebanyak mungkin data-data yang diperoleh adalah data kuantitatif, daripada data kualitatif. Mengenai data masukan ini ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Kualitas dari rancangan rekayasa langsung dipengaruhi oleh kualitas dari setiap parameter masukan.
2. Setiap prosedur dan metode yang digunakan untuk mendapatkan data masukan dapat sepenuhnya dibenarkan dan direncanakan dengan baik. 3. Informasi secara kuantitatif lebih banyak dibutuhkan dari pada secara kualitatif untuk keperluan rancangan. Bienawski, menyusun sebuah diagram (Tabel 2) yang merupakan interaksi dari berbagai pendekatan pengujian dan parameter yang dibutuhkan untuk rancangan rekayasa pada batuan. Dapat dilihat bahwa pendekatan pengujian dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu pengujian lapangan (field testing), pengujian in-situ (in-situ testing), dan pengujian laboratorium (laboratory testing).
Tabel 2. Observasi Dan Pengujian Mekanika Batuan Untuk Rancangan Pada Batuan (Bienawski) Data pengujian atau kegiatan
Material batuan
Masa batuan
Tegangan insitu lapangan
Modulus deformasi
Desain data empiris
Percobaan lapangan Survey geoteknik dan integral sample
Deskripsi geologi detil dari lapisan batuan
Uji point-load
Indeks kekuatan batuan
Uji geser langsung
Data masukan untuk klasifikasi massa batuan
Gesekan dan kohesi dari core
Uji In-situ Overcoring sel dan flat jack kecil
Besar dan arah tegangan
Plate bearing test dan borehole jack Pengukuran Seismik / Sonic (seismic kecil)
Pengaruh joint terhadap kekuatan masa batuan
Parameter deformasi
Data kecepatan seismic di laboratorium pada perconto batuan
Monitoring konvergen dan
8 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
Parameter deformasi
Distribusi tegangan
Longitudinal dan pergeseran kecepatan udara dan modulus dinamik Perpindahan masa batuan bergantung
Data pengujian atau kegiatan
Material batuan
Masa batuan
Tegangan insitu lapangan
extensometers lobang bor
Modulus deformasi
Desain data empiris
waktu di sekitar bukaan
Piezometer pada lubangbor
Data pada aliran air, tekanan dan permeabilitas pada masa batuan
Rockbolt dan penyangga lainnya, uji pemasangan
Data penyangga batuan : jarak antar penyangga, ukuran penyangga dll
Uji Laboratorium Uji Kuat tekan uniaksial
Kuat tekan uniaksial dan kekuatan anisotrop
Uji tekan triaksial
Gesekan dan kohesi material dan Mohr’s envelope
Densitas, porositas, kadar air, swelling dan slake durability
Densitas dan data porositas, pengaruh kadar air pada kekuatan material
6.
Modulus elastisitas dan poisson rasio dari contoh batuan
Parameter Pelapukan dan Swelling
Kesimpulan - Tahapan perencanaan yang saling berkesinambungan merupakan hal penting dalam dalam pembuatan terowongan. - Tipe-tipe penggalian terdiri dari: Bukaan tambang sementara, Vertical Shaft, Bukaan tambang permanen, Ruang penyimpanan, instalasi pengolahan air, terowongan kereta api, ruang gelombang dan terowongan akses dalam proyek pembangkit listrik tenaga air. - Menurut bagan alir oleh Hoek & Brown, terdapat 4 sumber utama ketidakstabilan rancangan yaitu keterdapatan struktur geologi, tegangan massa batuan yang berlebihan, pelapukan dan swelling, serta tekanan/aliran air tanah yang berlebihan - Menurut bagan alir oleh Mahtab & Grasso, tahapan rancangan terowongan terbagi 3, yaitu: 1. Rancangan awal meliputi ekplorasi geoteknik, pengukuran in-situ, pengujian laboratorium, dan analisis pemodelan atau stabilitas.
9 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
2. Rancangan final meliputi uji dan analisis tambahan, rancangan penyanggaan, dan rancangan sistem penggalian. 3. Tahapan operasional meliputi penggalian lubang bukaan - Menurut bagan alir oleh Bienawski tidak ada rancangan rekayasa batuan dapat dianggap selesai sebelum konstruksi dari struktur selesai semuanya. - Suatu pekerjaan terowongan selalu didahului oleh penyelidikan-penyelidikan dengan maksud untuk melakukan kegiatan konstruksi yang efisien. Penyelidikan ini terdiri atas: 1. Tahap Penyelidikan Awal, meliputi penyelidikan pendahuluan (reconaisance study) hingga studi kelayakan (Feasibility Study) 2. Tahapan Penyelidikan Rinci (Tahap Perencanaan Teknis) 3. Tahapan Penyelidikan pada Saat Konstruksi (Terowongan telah Beroperasi) -
Mengenai data masukan ini ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Kualitas dari rancangan rekayasa langsung dipengaruhi oleh kualitas dari setiap parameter masukan. 2. Setiap prosedur dan metode yang digunakan untuk mendapatkan data masukan dapat sepenuhnya dibenarkan dan direncanakan dengan baik. 3. Informasi secara kuantitatif lebih banyak dibutuhkan dari pada secara kualitatif untuk keperluan rancangan.
10 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih
Daftar Pustaka
Bienawski Z.T. : “Engineering Rock Mass Classification”, John Wiley & Sons, 1984. Bienawski Z.T. : “Rock Mechanics Design in Mining and Tunneling”, A.A. Balkema, Rotterdam, 1984. Hoek E. and Brown E.T. : “Underground Excavation in Rock”, Institution of Mining and Mettalurgy, London, 1980. Mahtab, M.A., Grasso. O., “Geomechanics Prinsiples in the Design of Tunnels and Cavern in Rock”, Elsivier Science Publications. BV., Amsterdam, 1992, Koesnaryo, S. 1994. Diktat Kuliah Teknik Terowongan. Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta: Yogyakarta
11 | Tugas Teknik Terowongan-Finanti Puja Dwikasih