Penyakit Leukimia Klmpk 12 Rahayu Permata Sari Dan Rendi Permana.docx

  • Uploaded by: Yusia Okta Vika
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penyakit Leukimia Klmpk 12 Rahayu Permata Sari Dan Rendi Permana.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,266
  • Pages: 38
TUGAS KEPERAWATAN ANAK PENYAKIT LEUKIMIA

Kelompok

12

Nama Kelompok :

RAHAYU PERMATA SARI RENDI PERMANA

POLTEKKES KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI KEPERAWATAN SOLOK TAHUN AJARAN 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kehadirat Allah swt. atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia ” . Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas Keperawatan Anak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Buk Supiah.selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, dorongan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yang telah memberikan dorongan secara moril dan materil kepada penulis. Dalam penulisan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk kesempurnaan.Namun ibarat “tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, semoga pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini ada manfaatnya, baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan kesehatan remaja khususnya. Amin

Solok, februari 2019

penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2 BAB I ......................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4 A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4 B. TUJUAN ......................................................................................................................... 5 BAB II ....................................................................................................................................... 6 TINJUAN TEORITIS ............................................................................................................. 6 A. Pengertian ....................................................................................................................... 6 B. Etilogi .............................................................................................................................. 6 C. Manifestasi klinis ............................................................................................................ 7 D. Kompilkasi ...................................................................................................................... 8 E. Patofisologi ..................................................................................................................... 9 F.

Bagan woc ..................................................................................................................... 12

BAB III .................................................................................................................................... 13 ASUAHAN KEPERAWATAN TEORITIS ............................................................................ 13 1.

Pengkajian ..................................................................................................................... 13 a.

Riwayat kesehatan ..................................................................................................... 13

b.

Pemeriksaan fisik ...................................................................................................... 13

c.

Pemeriksaan penunjang. ............................................................................................ 14

2.

Analisa Data .................................................................................................................. 15

3.

Diagnosa keperawatan .................................................................................................. 16

4.

Intervensi keperawatan ................................................................................................. 16

BAB IV .................................................................................................................................... 18 PENUTUP ............................................................................................................................... 20 1.

KESIMPULAN ............................................................................................................. 20

2.

SARAN ......................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel abnormal dalam darah tepi. Berdasarkan National Academy of Sciences, terdapat lebih dari 100.000 bayi di seluruh dunia yang lahir dengan keadaan dan kondisi yang berat dari Leukemia (Cooley’s Anemia Foundation, 2006). Jumlah penderita di Indonesia pada tahun 2008 sudah mencapai 20.000 orang penderita dari jumlah 200 juta orang penduduk Indonesia secara keseluruhan (Robert, 2009). Leukemia limfositik akut atau biasa di sebut ALL adalah bentuk leukemia yang paling lazim dijumpai pada anak, insiden tertinggi terdapat pada usia 3-7 tahun. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun (Hoffbrand, 2005). Penderita leukimia pada anak yang memiliki gejala seperti demam atau keringat malam, merasa lemah atau capai, pucat, sakit kepala, mudah berdarah atau memar. misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda memar saat terbentur ringan, nyeri pada tulang dan/atau sendi. Adanya perubahan gejala secara cepat pada penderita leukemia anak mengakibatkan anak merasakan sakit yang hebat. Kondisi tersebut mengharuskan anak dengan penyakit leukemia harus dilakukan dengan perawatan di rumah sakit, dan sangat tidak memungkinkan anak dalam perawatan di rumah (Robert , 2009). Reaksi terhadap penyakit pada anak prasekolah yaitu anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan sebagai hubungan penyakit, cara berfikir magis menyebabkan anak usia prasekolah memandang penyakit sebagai suatu hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah takut terhadap mutilasi (Muscari, 2005). Anak-anak

dengan

penyakit

leukemia

memiliki

masalah-masalah

seperti

berkurangnya kemampuan anak dalam beraktivitas pada sesuainya. Anak akan mengalami

kesulitan seperti menggambar yang dicontohkan, menggambar garis yang lebih panjang. Kesulitan ini sebagai akibat rasa sakit nyeri pada bagian tulang (Hoffbrand, 2005). B. TUJUAN C. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari leukimia. D. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari leukimia E. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari leukimia F. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari leukimia G. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari leukimia

BAB II

TINJUAN TEORITIS A. Pengertian Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik. Luekimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentukan darah. Luekemia merupakan poliferasi patologis dari sel pembuat darah yang besifat sistemik dan biasanay berakhir fatal. Leukimia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang belakang. Penyakit ini sering disebut penyakit kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini medesak pertumbuhan sel darah yang normal. B. Etilogi Penyebab yang pasti belum diketahui, obat-obat karsinigenik seperti predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukimia adalaah : 1. Faktor genetik : virus tertentu menybabakan terjadinya perubahan strukut gen ( T cell leukemia lymhoma virus/HTLV). Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D. Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.

2. Radiasi

Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak. 3. Obat-obat imunosupresif,obat-obat karsinogenik sperti diethystibestrol. Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut. 4. Faktor herediter, mislanya pada kembar monozigot. Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.

Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.

C. Manifestasi klinis 1. Pilek tidak sembuh sembuh 2. Pucat, lesu,mudah terstimulasi. 3. Demam dan anorexia berat badan menurun. 4. Ptechiae, memar tanpa sebab karena trombosit dalam tubuh pasien yang membnatu terjadi nya memar dan ptechiae. Rendahnya tingkat trombosit dalam tubuh dapat mengakibiatkan keterlambatan dalam pembekuan darah sehingga anak-anak luekimia gampang berdarah untuk priode yang sering. Trombosit adalah fragmen sel atau sel yang membantu darah untuk membeku yang diproduksi oleh sumsum tulang. 5. Nyeri pada tulang dan pensedian. 6. Nyeri andomen

7. Lymphadenopathy 8. Hepatosplenomegaly 9. Anormal WBC.

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme. a.

Leukemia Limfositik Akut

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur. b.

Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia. c.

Leukemia Limfositik Kronik

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.

d.

Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.

D. Kompilkasi 1. Sepsis 2. Pendarahan

3. Gagal organ 4. Iron deficincy anemia (IDA) 5. Kematian.

E. Patofisologi Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan. Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal. Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sistem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak. Pemeriksaan penujang 1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat lekosit yang imatur. 2. Aspirasi sumsum tulang (BMP) :hiperseluler terutamabanyak terdapat sel muda. 3. Biospi sumsum tulang.

4. Lumbal punksi untuk mengatuhui apakah sistem saraf pusat ternfsil-trasi. Penatalaksanan a) Kemoterapi Kemoterapi pada penderita LLA a. Tahap 1 (terapi induksi) Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase. b.

Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian. c. Tahap 3 ( profilaksis SSP) Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat. d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang) Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP. b) Kemoterapi pada penderita LMA 1) Fase induksi Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak

dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang 2) Fase konsolidasi Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi. Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai: a. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang b. Stadium I : limfositosis dan limfadenopati. c.

Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.

d.

Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).

e. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/tanpa gTerapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun. c) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK 1. Fase Kronik Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang. 2. Fase Akselerasi, Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah. 1.

Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel

seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

2. Transplantasi Sumsum Tulang Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan. 3. Terapi Suportif Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi. F. Bagan woc

BAB III

ASUAHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian a. Riwayat kesehatan 

Riwayat keluhan utama Nyeri sendi dan tulang sering terjadi ,lemah,nafsu makan menurun,demam bisa juga disertai dengan sakit kepala, penurunan berat badan.



Riwayat dahulu Pada saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan pengawetdan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan bisa penyebabkan menigkatkan resiko pada janinnya.



Riwayat keluarga Lebih sering terjadi pada saudra kandung yang terserang terlebih dahulu pada kimbar monozigot (identik).

b. Pemeriksaan fisik 

Tanda –tanda vital 1) Tekanan darah : 2) Nadi 3) Suhu : 4) RR : dispneu, takhipneu



Pemeriksaan kepala leher. 1) Rongga mulut : terdapat peradangan oleh infeksi jamur dan virus,dan pendarahan gusi. 2) Konjugtiva : anemis atau tidak terjadi gangguan penglihatan.



Pemeriksaan intragumen : tekanan tugor menurun jika terjadi hidrasi.



Pemeriksaan abdomen : inspeksi pada abdomen, palpasi nyeri tekan bila daa pemebsaran hepar dan limpa.

c. Pemeriksaan penunjang. 1. Pemeriksaan darah tepi : terdapat lekosit yang imatur. 2. Aspirasi sumsum tulang (BMP) :hiperseluler terutamabanyak terdapat sel muda. 3. Biospi sumsum tulang disarankan karena terjadi pembukaan abnormal pada tes complate blood count (CBC) atau tes hitung darah lengkap 4. Lumbal punksi untuk mengatuhui apakah sistem saraf pusat ternfsil-trasi.

2. Analisa Data No

Data

Etiologi

1. Ds: riwayat infeksi Sel darah putih imatur yang berulang Do:

suhu

meningkat,

Masalah Resting infeksi Resiko infeksi

tubuh Penurunan daya tahan tubuh tampak

tanda-tanda infeksi 2. Ds:

lesu,

lemah, Produksi sel darah merah menurun

Intoleransi aktivitas

terasa payah, merasa tidaak

kuat

untuk Anemia

melakukan aktivitas sehari-hari Do: kontraksi otot lemah 3. Ds: perdarahan yang Produksi trombosit menurun tidak

terkontrol

meskipun

Resiko

terhadap

cedera

trauma Trombosit menurun

ringan Do: memar, purpura, perdarahan

retina,

pendarahan

pada

gusi,

epistaksis

pembesaran kelenjar limpa, atau hepar 4. Ds: muntah, mual, Mual, muntah nyeri

pada

tenggorokan

dan Dehidrasi

sakit

saat

pada

menelan Do: nadi lemah. TD menurun, meningkat.

RR

Resiko

tinggi

kekurangan volume cairan

5.

Ds:

klien

susah Dehidrasi

menelan Do:

stomatitis, Kemoterapi

ulserasi pada mulut, Perubahan mukosa mulut gusi

membengkak,

bibir

tampak

membengkak

3. Diagnosa keperawatan 1) 2) 3) 4) 5)

Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan mmuntah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan cancaer cahexia Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemoterapi, radiothrapy Nyeri berhubungan dengan dilakukannya pemeriksaan diagnostik, efek fiologis neoplasma

1. Resiko infeksi 2. Kurangnya volume cairan 3. Nutrisi : ketidakseimbangan, kurang dari kebutuhan tubuh 4. Intervensi keperawatan 1. Anak tidak kan mengalami gejala-gejala infeksi 2. Anak tidak akan menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan dan dilindungi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan 3. Anak tidakkan mengalami mual dan muntah 4. Anak akan menerima supply nutrisi yang adekuat pertumbuhan dan perkembangan normal 5. Anak akan mempertahankan keuntuhan kulit dan menunjukkan efek negatif kemoterapi yang minimal

No

Diagnosa keperawatan 1. . Resiko infeksi

2..

Tujuan (NOC)

Intervensi (NIC)

level 1

Level 1

Defenisi : berisiko mengalami domain II : kesehatan fisiologis Domain IV : keamanan peningkatan terserang outcomes yang menggambarkan Perawatan yang mendukung organisme patogenik fungsi organ perlindungan terhadap ancaman Faktor resiko level 2 Level 2 1. Penyakit kronis kelas H : respon imun Kelas V : manajemen resiko 2. Malnutrisi 3. Peningkatan paparan outcomes yang menggambarkan Intervensi-intervensi yang organisme patogen reaksi fisiologis individu dilakukan untuk menurunkan lingkungan terhadap zat asing atau resiko dan memantau resiko 4. Ketidak adekuat diinterprestasikan oleh tubuh yang ada secara teruspertahanan tubuh sebagai benda asing menerus sepanjang waktu primer dan sekunder level 3 level 3 outcomes intervensi 0703 keparahan infeksi : baru 6550 perlindungan infeksi lahir Defenisi : pencegahan dan deteksi dini infeksi pada Defenisi : keparahan tanda dan pasien berisiko gejala infeksi selama 28 hari Aktivitas kehidupan pertama 1. Monitor adanyanya tanda dan gejala Indikator sitemik dan lokal 070809 wajah pucat 2. Monitor kerentanan 070813 muntah terhadap infeksi 070818 gelisah 3. Periksa kondisi setiap 070829 kolonisasi area luka sayatan bedah atau 070835 depresi jumlah sel luka darah putih 4. Anjurkan istirahat atau luka. Kekurangan volume cairan Level 1 Level 1 Defenisi : penurunan cairan intravaskuler, interstitial, dan Domain II fisiologis : atau intraseluler. Ini mengacu Domain II : kesehatan fisiologis kompleks(lanjutan) pada dehidrasi, kehilangan Pearawatan yang mendukung caran saja tanpa perubahan regulasi homeostasis Outcomes yang pada natrium menggambarkan fungsi organ Level 2 Kelas N : manajemen perfusi Level 2 jaringan Kelas G : cairan dan elektrolit Outcomes yang meggambarkan Inervensi-intervensi untuk mengoptimalkan sirkulasi status cairan dan elektrolit darah dan cairan ke jaringan individu Level 3 Level 3 Outcomes

0601 keseimbangan cairan Defenisi : keseimbangan cairan didalm ruang intraseluler dan ekstraseluler tubuh Indikator 060101 tekanan darah 060122 denyut nadi radial 060116 turgon kulit 060124 pusing 060113 bola mata cekung dan lembek

3

Nutrisi : ketidakseimbangan, kurang dari kebutuhan tubuh Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup memenuhi kebutuhan metabolik

Level 1 Domain II : kesehatan fisiologis Outcomes yang menggambarkan fungsi organ Level 2 Kelas K : pencernaan & nutrisi Outcomes yang menggambarkan pola pencernaan dan nutrisi individu Level 3 Outcomes 1020 status nutrisi bayi Defenisi : jumlah nutrisi yang dicerna dan diserap untuk memenuhi kebutuhan metabolisme serta meningkatkan pertumbuhan bayi Indikator 102001 intake nutrisi 102002 intake makanan lewat mulut 102003 intake cairan leawat mulut

Intervensi 4120 manajemen cairan Defenisi : meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan kompliasi yang dihasilakan dari tingkat cairan tidak normal atau tidak di inginkan Aktivitas 1. Berikan cairan dengan tepat 2. Monitor status gizi 3. Monitor tanda-tanda vital pasien 4. Distribusikan cairan selama 24jam 5. Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi, jika perlu 6. Tawari makanan ringan Level 1 Domain I fisiologis : dasar Perawatan yang mendukung fungsi fisik Level 2 Kelas D : dukungan nutrisi Intervensi untuk memodifikasi atau mempertahankan status nutrisi Level 3 Intervensi 1100 manajemen nutrisi Aktivitas 1. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi 2. Atur diet yang diperlukan 3. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien

102007 pertumbuhan 102008 glukosa darah 102009 hemoglobin

4. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi

BAB IV

PENUTUP 1. KESIMPULAN Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal. Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) (Medicastore, 2009). Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi. Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas,

2004).

Data

dari

International

Cancer Parent

Organization

(ICPO)

menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009). Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel- sel normal pada bagian tubuh yang sehat.

2. SARAN Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah yang kami tulis ini sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain. Karena kami pun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction. Bare, S.C. (2000).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:EGC. Suriadi Skp,MSN.( 2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. edisi 2. Ngastiyah.(2005).perawatan anak sakit edisi 2.jakarta:EGC Dr. Husein Alatas.(1968). Ilmu kesehatan anak 1. INFOMEDIKA JAKARTA

LEUKEMIA

Faktor genetik

Saudara kandung

radiasi

5-7th setelah ledakan

(SEL DARAH PUTIH)

Obat imunosupresif virus Faktor hereditas

Benzena,pestisida Ploliferasi sel darah yang bersifat sistemik berakibat fatal

Enzyme reserve transcriptase

Gejala klinis

Misal: kembar monozigot

Leukemia limfositik akut(LLA)

Sumsum tulang

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Sumsum tulang belakang

Anemia Infeksi Pendarahan Anoreksi Nyeri tulang Sendi hipermetab olisme

MK : gangguan pertukaran gas

Leukemia mielositik akut(LMA)

1. Lelah 2. Infeksi 3. perdarahan

1. Purpure 2. Petikia Leukosit +100rb/mm3 mengalami sesak nafas nyeri dada gangguan metabolisme Hiperurisemia dan hipoglikemia MK: bersihan jalan nafas tidak efektif

Leukemia grenositik kronis(LGK)

Leukemia limfositik kronik(LLK)

komplikasi

1. Limfodenopati 2. BB menurun 3. kelelahan

1 Fase kronik : hipermetabolisme: cepat kenyang: limpa dan lambung

Kehilangan nafsu makan

2 Fase akselerasi: anemia, demam dengan infeksi

Demam BB menurun Olahraga menurun MK : kekurangan nutrisi

1. Pilek tidak sembuhsembuh 2. Pucat,lesu, mudah terstimulasi 3. Demam,anorexsia BB 4. Memar tanpa sebab 5. Nyeri tulang dan sendi 6. Anormal WBC

MK: resiko infeksi

1. 2. 3. 4.

Sepsis Pendarahan Gagal organ Iron deficiency anemia(IDA) 5. kematian

1. Anemia 2. Trombositope mia 3. Neutropenia 4. infeksi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG MENGGANTI CAIRAN INFUS

1. PENGERTIAN

2. TUJUAN

3. RUANG LINGKUP

4. PERKENALAN ATAU ORIENTASI

5. PROSEDUR

Menggati cairan infus adalah suatu proses menggati cairan infus yang lama yang sudah habis atau tedapat penggantian jenis cairan infus  Mempertahankan atau menggati cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori dan nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut  Memulihkan keseimbangan asam basa  Memulihkan volume darah  Menyediakan saluran yang terbuk untuk pemberian obat obatan a. Persiapan alat  Handschoon  Perlak  Kapas alkohol  Kasa steril  Plester  Gunting  Cairan infus  Bengkok b. Pesiapan pasien  Identitas pasien  Menjelaskan tujuan  Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan  Cuci tangan



 

Pastikan kebutuhan klien akan penggantian botol cairan infus dan cek cairan infus sesuai 5 benar : > benar nama pasien, benar cara, benar cairan, benar waktu, benar dosis Sampaikan salam Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan

   

kepada pasien Dekatkan alat ke samping tempat tidur, jaga kesterilan alat Buka plastic botol cairan, jika ada obat yang perlu di drip dalam cairan sekalian dimasukkan dengan spuit melalui mulut botol, usap dengan kapas alkohol, lalu tutup kembali Matikan klem infus set, ambil botol yang terpasang Ambil botol yang baru, buka tutupnya, swab dengan kapas alkohol, kemudian tusukkan alat penusuk pada infus set ke mulut botol infus dari arah atas dengan posisi botol tegak lurus Gantung kantung/botol cairan Periksa adanya udara di selang, dan pastikan bilik drip terisi cairan Atur kembali tetesan sesuai program atau instruksi dokter Evaluasi respon pasien dan amati area sekitar penusukan infus Bereskan alat Sampaikan salam Cuci tangan Catat pada lembar tindakan

  

Salam terapeotik Menjaga privasi pasien Mengikut sertakan pasien dan keluarga

 

 

   

6. DOKUMENTASI 7. TERMINASI 8. SIKAP

PENYULUHAN KESEHATAN

PENYAKIT LEUKIMIA

BAB I PENDAHULUAN

Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel abnormal dalam darah tepi. Berdasarkan National Academy of Sciences, terdapat lebih dari 100.000 bayi di seluruh dunia yang lahir dengan keadaan dan kondisi yang berat dari Leukemia (Cooley’s Anemia Foundation, 2006). Jumlah penderita di Indonesia pada tahun 2008 sudah mencapai 20.000 orang penderita dari jumlah 200 juta orang penduduk Indonesia secara keseluruhan (Robert, 2009). Leukemia limfositik akut atau biasa di sebut ALL adalah bentuk leukemia yang paling lazim dijumpai pada anak, insiden tertinggi terdapat pada usia 3-7 tahun. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun (Hoffbrand, 2005). Penderita leukimia pada anak yang memiliki gejala seperti demam atau keringat malam, merasa lemah atau capai, pucat, sakit kepala, mudah berdarah atau memar. misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda memar saat terbentur ringan, nyeri pada tulang dan/atau sendi. Adanya perubahan gejala secara cepat pada penderita leukemia anak mengakibatkan anak merasakan sakit yang hebat. Kondisi tersebut mengharuskan anak dengan penyakit leukemia harus dilakukan dengan perawatan di rumah sakit, dan sangat tidak memungkinkan anak dalam perawatan di rumah (Robert , 2009). Reaksi terhadap penyakit pada anak prasekolah yaitu anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan sebagai hubungan penyakit, cara berfikir magis menyebabkan anak usia prasekolah memandang penyakit sebagai suatu hukuman. Selain itu, anak usia prasekolah takut terhadap mutilasi (Muscari, 2005).

Anak-anak

dengan

penyakit

leukemia

memiliki

masalah-masalah

seperti

berkurangnya kemampuan anak dalam beraktivitas pada sesuainya. Anak akan mengalami kesulitan seperti menggambar yang dicontohkan, menggambar garis yang lebih panjang. Kesulitan ini sebagai akibat rasa sakit nyeri pada bagian tulang (Hoffbrand, 2005).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

KONSEP DASAR 1. Pengertian Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik. Luekimia adalah proliferasi sel darah puth yang masih imatur dalam jaringan pembentukan darah. Luekemia merupakam ploliferasi ptologis dari sel pembuat darah yang besifat sistemik dan baiasnaya berahkir fatal. Leukimia dikatakan penyakit darah yang disebabkan terjadinya keurskaan pada pabruik pembuat sel darah, yaitu pada sumsum tulang belakang. Penyakit ini sering disebut penyakit kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini medesak opertumbuahna sel darah yang normal. 2. etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, obat-obat karsinigenik seperti predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukimia adalaah : 1. Faktor genetik : virus tertentu menybabakan terjadinya perubahan strukut gen ( T cell leukemia lymhoma virus/HTLV). Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.

Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik. 2. Radiasi Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.

3. Obat-obat imunosupresif,obat-obat karsinogenik sperti diethystibestrol. Zat-zat

kimia

(misal

benzene,

arsen,

pestisida,

kloramfenikol,

fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.

4. Faktor herediter, mislanya pada kembar monozigot. Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.

Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.

3. Manifestasi klinis

1. Pilek tidak sembuh sembuh 2. Pucat, lesu,mudah terstimulasi. 3. Demam dan anorexia berat badan menurun. 4. Ptechiae, memar tanpa sebab karena trombosit dalam tubuh pasien yang membnatu terjadi nya memar dan ptechiae. Rendahnya tingkat trombosit dalam tubuh dapat mengakibiatkan keterlambatan dalam pembekuan darah sehingga anak-anak luekimia gampang berdarah untuk priode yang sering. Trombosit adalah fragmen sel atau sel yang membantu darah untuk membeku yang diproduksi oleh sumsum tulang. 5. Nyeri pada tulang dan pensedian. 6. Nyeri andomen 7. Lymphadenopathy 8. Hepatosplenomegaly 9. Anormal WBC.

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme. a.

Leukemia Limfositik Akut

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur. b.

Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia. c.

Leukemia Limfositik Kronik

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan.

Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.

d.

Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.

4. Kompilkasi 1. Sepsis 2. Pendarahan 3. Gagal organ 4. Iron deficincy anemia (IDA) 5. Kematian.

5. Patofisologi Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan. Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak. 6. Bagan WOC

LEUKEMIA

Faktor genetik

Saudara kandung

radiasi

5-7th setelah ledakan

(SEL DARAH PUTIH)

Obat imunosupresif virus Faktor hereditas

Benzena,pestisida Ploliferasi sel darah yang bersifat sistemik berakibat fatal

Enzyme reserve transcriptase

Gejala klinis

Misal: kembar monozigot

Leukemia limfositik akut(LLA)

Sumsum tulang

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Sumsum tulang belakang

Anemia Infeksi Pendarahan Anoreksi Nyeri tulang Sendi hipermetab olisme

MK : gangguan pertukaran gas

Leukemia mielositik akut(LMA)

4. Lelah 5. Infeksi 6. perdarahan

3. Purpure 4. Petikia Leukosit +100rb/mm3 mengalami sesak nafas nyeri dada gangguan metabolisme Hiperurisemia dan hipoglikemia MK: bersihan jalan nafas tidak efektif

Leukemia grenositik kronis(LGK)

Leukemia limfositik kronik(LLK)

komplikasi

4. Limfodenopati 5. BB menurun 6. kelelahan

1 Fase kronik : hipermetabolisme: cepat kenyang: limpa dan lambung

Kehilangan nafsu makan

2 Fase akselerasi: anemia, demam dengan infeksi

Demam BB menurun Olahraga menurun MK : kekurangan nutrisi

7. Pilek tidak sembuhsembuh 8. Pucat,lesu, mudah terstimulasi 9. Demam,anorexsia BB 10. Memar tanpa sebab 11. Nyeri tulang dan sendi 12. Anormal WBC

MK: resiko infeksi

6. 7. 8. 9.

Sepsis Pendarahan Gagal organ Iron deficiency anemia(IDA) 10. kematian

5. Anemia 6. Trombositope mia 7. Neutropenia 8. infeksi

7. Upaya pengobatan dan perawatan Pengobatan leukemia bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada beberapa jenis leukemia seperti CLL, terutama jika berada distadium awal, pengobatan mungkin tidak diperlukan jika pasien tidak menunjukkan gejala gangguan kesehatan. Pengobatan andalan terhadap leukimia adalah kombinasi kemoterapi. Kemoterapi, atau kemoterapi sitositoksik adalalah penggunan obat untuk membunuh sel kanker. Pengobatan bisa dilakukan dalam bentuk obat oral atau infus intravena. Pembunuhan sel kanker tidak bersifat selektif, dan pengobatan ini juga beracun bagi sel-sel normal Perawatan bisa dilakukan dengan beberapa poin penting: 1. minum obat secara teratur 2. menghadiri pemeriksaan tindakan lanjut secara berkala 3. kebersihan rumah tangga dan pribadi 4. menghindari pendarahan 5. bicaralah dengan orang lain A. Materi Penyuluhan 1. Istirahatkan anak 2. Menjaga kebersihan anak dan lingkungan untuk mencegah infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh anak 3. Berikan makanan sedikit tapi sering jika merasa mual dan muntah 4. Berikan anak makanan tinggi protein seperti telur, daging 5. Jika anak sering muntah, berikan minuman yang sebagai pengganti cairan 6. Jangan berikan sayuran mentah dan buahan segar untuk mencegah infeksi 7. Hindarkan makanan yang dapat merangsang anak menjadi mual atau muntah seperti makanan bergas, terlalu pedas, asin atau asam 8. Gunakan sikat gigi halus untuk perawatan mulut 9. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman 10. Berikan anak posisi nyaman dan sokong sendi yang nyeri dengan bantal yang empuk

B. Leaftlet

C. Daftar Pustaka Ngastiyah, 2005, Keperawatan anak Sakit, Jakarta, EGC FK-UI, 1999, Kapita Selekta Kedokteran edisi Ketiga Jilid I, Jakarta. Media Aeskulapius Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction. Bare, S.C. (2000).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:EGC. Suriadi Skp,MSN.( 2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. edisi 2.

BAB III SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan

: LEUKEMIA

Waktu pertemuan

:

Hari/tanggal

:

Tempat

: POLTEKEKS KEMENKES PADANG

Sasaran

: MAHASISWA

A. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan orang tua dapat memahami tentang Leukemia 2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan orang tua mampu Mampu merawat anak dengan Leukemia B. Sub Pokok Bahasan LEUKEMIA C. Kegiatan Penyuluhan

KEGIATAN No

WAKTU 1. 5 MENIT

PRESENTATOR

AUDIENS

PEMBUKAAN

- Menjawab salam

- Mengucapkan salam

- Memperhatikan

- Memperkenalkan diri

- Mendengarkan dan memperhatikan

- Memperkenalkan

Dosen/ - Mendengarkan

pembimbing - Menjelaskan

tujuan

dan

waktu - Memperhatikan

penyuluhan Menjelaskan kontrak waktu 2. 20 MENIT

KEGIATAN INTI - Menggali Pengetahuan Klien Tentang - Mengemukakan pendapat cara merawat Leukemia - Memberikan reinforcement positif - Mendengarkan atas jawaban klien - Meluruskan

konsep

tentang

cara - Mendengarkan penjelasan

merawat anak dengan leukemia Memberi kesempatan pada keluarga - Beberapa pengunjung mengajukan untuk bertanya

pertanyaan

- Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh keluarga

- Mendengarkan dan memperhatikan

3. 5 MENIT

PENUTUP

-

- Menyimpulkan materi penyuluhan Menutup penyuluhan dan memberi salam D. Metode 1. CERAMAH 2. TANYA JAWAB 3. DISKUSI d. Media/Alat Bantu 1. Leaflet 2. Satuan acara penyuluhan e. Setting Tempat

Keterangan : : masyarakat/audince : Moderator : Penyaji : Observer

Mendengarkan memperhatikan

-

Menjawab salam

dan

f. Pengorganisasian Kelompok 1. Moderator Tugas 2. Presentator Tugas 3. Notulen/observer Tugas 4. Fasilitator Tugas BAB IV LAPORAN HASIL KEGIATAN PENYULUHAN BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Evaluasi a. Evaluasi Proses -

Ibu tidak ada yang meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung

-

Ibu dapat berperan serta aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan

-

Ibu dapat mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir dengan tertib dan kooperatif

b. Evaluasi Hasil -

Ibu dapat menyebutkan cara perawatan anak dengan leukemia

3. Saran Kami berharap yang mengikuti penyuluhan mempedomankan bagaimana tentang suatu penyakit leukemia dan menerapkan bagai mana mencegah dan merawat penyakit tersebut

Related Documents


More Documents from "Wahyuningsih Hamid"