Penyakit Kulit.docx

  • Uploaded by: Irmaya NS
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penyakit Kulit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,441
  • Pages: 21
1. VITILIGO

Vitiligo merupakan penyakit yang menyebabkan terbentuknya bercak-bercak putih pada kulit. Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia, tapi umumnya sebelum pengidap berusia 20 tahun. Perkembangan vitiligo sulit diprediksi karena umumnya berbeda-beda pada tiap penderita. Ada yang mengalami penyebaran bercak dengan cepat dan ada yang lambat. Sebagian besar penderitanya kehilangan pigmen kulit secara perlahan-lahan pada hampir seluruh permukaan kulit.

A. Gejala dan Perkembangan Vitiligo Penyakit jangka panjang ini dapat menyerang semua kulit tubuh. Beberapa bagian tubuh yang rentan terserang vitiligo adalah permukaan yang paling sering terpajan sinar matahari seperti tangan, kaki, wajah, bibir, serta leher. Vitiligo juga dapat menyerang akar rambut dan menyebabkan tumbuhnya uban pada rambut, bulu mata, alis, dan jenggot. Jika Anda mengidap penyakit ini, gejala utama yang paling menonjol adalah munculnya bercak-bercak yang awalnya berwarna lebih muda dari kulit normal dan kemudian berubah menjadi putih. Bercak-bercak tersebut biasanya permanen dan lebih rentan terbakar sinar matahari. Walau tidak menyebabkan iritasi atau ruam, bercakbercak tersebut terkadang terasa gatal. Vitiligo juga terbagi ke dalam dua kategori, yaitu vitiligo menyeluruh yang menyerang kedua sisi tubuh dan vitiligo yang hanya terjadi pada bagian-bagian tertentu atau salah satu sisi tubuh saja. Jenis yang paling umum adalah vitiligo menyeluruh dengan jumlah pengidap yang diperkirakan sekitar 90 persen. Segera hubungi dokter jika Anda mengalami perubahan abnormal pada warna kulit, rambut, atau mata. Penanganan tepat pada tahap awal dapat menghambat perkembangan kondisi ini.

B. Penyebab dan Faktor Risiko Vitiligo

Walau tidak menular dan tidak mengancam jiwa, penyakit ini dapat memengaruhi penampilan serta kepercayaan diri pengidapnya. Vitiligo terjadi ketika kulit tidak memproduksi melanin secara memadai. Melanin adalah senyawa yang menentukan warna kulit dan melindungi kulit dari efek buruk sinar matahari. Penyebab di balik kekurangan melanin tersebut belum diketahui secara pasti. Tetapi para pakar menduga penyakit ini berhubungan dengan beberapa faktor risiko. 

Faktor keturunan. Sekitar 1 dari 5 pengidap vitiligo memiliki anggota keluarga dengan penyakit yang sama.



Mengidap penyakit autoimun lain, misalnya hipertiroidisme, diabetes atau penyakit Addison.



Stres.



Mengalami kerusakan kulit, misalnya akibat terbakar matahari.



Terpajan senyawa kimia tertentu.

C. Proses Diagnosis Vitiligo Diagnosis penyakit ini umumnya melalui pemeriksaan fisik oleh dokter, dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan Anda dan keluarga, serta durasi gejala vitiligo yang Anda alami.Untuk memastikan diagnosis, ada beberapa jenis pemeriksaan mendetail yang biasanya akan dianjurkan. Salah satunya adalah pemeriksaan kulit menggunakan lampu ultraviolet. Tes ini berfungsi menghapus kemungkinan adanya penyakit kulit lain, misalnya dermatitis. Tes darah mungkin dianjurkan untuk memeriksa kemungkinan adanya kondisi autoimun lain, misalnya diabetes atau penyakit Addison. Tes darah juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi kelenjar tiroid guna memeriksa kemungkinan adanya hipertiroidisme.

D. Langkah Penanganan Vitiligo Langkah penanganan utama yang dapat dilakukan adalah dengan memaksimalisasi perlindungan kulit dari sinar matahari. Meski tidak bisa disembuhkan, penanganan yang tepat dapat memperlambat perkembangan vitiligo serta memperbaiki penampilan kulit pengidap. Kulit pengidap vitiligo kekurangan senyawa melanin yang berfungsi melindungi kulit dari sinar ultraviolet. Karena itu, gunakanlah tabir surya dengan SPF 30 atau lebih agar tidak mudah terbakar matahari serta terhindar dari kerusakan. Pengobatan lain juga dapat menggunakan krim ‘kamuflase’ kulit untuk mengatasinya. Krim tahan air ini

berfungsi menyamarkan bercak-bercak vitiligo. Alternatif lainnya adalah produk kosmetik seperti losion penggelap warna kulit atau yang lebih dikenal dengan tanning lotion. Selain melindungi kulit dan menyamarkan bercak, vitiligo juga dapat ditangani dengan langkahlangkah medis. Langkah penanganan medis umumnya memiliki efek samping yang dapat memengaruhi kesehatan Anda. Karena itu, dokter cenderung menganjurkan penanganan vitiligo dengan produk perawatan tubuh dan kosmetik secara maksimal sebelum memutuskan langkah penanganan lain. Menjalani penanganan medis juga memerlukan kesabaran karena membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum Anda merasakan keefektifannya. Obat oles Beberapa jenis obat oles yang digunakan untuk menangani vitiligo adalah kortikosteroid, pimecrolimus atau tacrolimus, dan losion depigmentasi. Krim atau salep kortikosteroid dianjurkan oleh dokter untuk pengidap vitiligo yang hanya memiliki bercak-bercak pada sebagian kecil tubuhnya. Salep ini bukan untuk digunakan pada wajah. Pengidap vitiligo yang sedang hamil juga sebaiknya menghindari obat ini. Kortikosteroid memiliki efek samping yang signifikan, seperti kulit yang menipis sehingga pembuluh darah terlihat dan muncul guratan pada kulit (stretch mark). Karena itu, obat ini umumnya tidak digunakan sebagai penanganan jangka panjang dan dokter akan memantau kondisi pengidap secara teratur selama menggunakan obat ini. Obat oles lain yang dapat menjadi alternatif adalah pimecrolimus atau tacrolimus. Keduanya merupakan obat yang biasa digunakan untuk mengobati eksim. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi akibat obat-obat ini di antaranya kulit menjadi lebih sensitif terhadap cahaya matahari, muncul sensasi terbakar atau sakit, serta wajah memerah dan iritasi kulit ketika Anda mengonsumsi minuman keras. Jika mengidap vitiligo dengan bercak-bercak putih di sebagian besar tubuh, Anda dapat menjalani depigmentasi. Proses ini dilakukan dengan mengoleskan losion yang akan melunturkan pigmen kulit yang normal sehingga warnanya menjadi serupa dengan bercak vitiligo. Obat oles yang digunakan adalah losion mengandung hydroquinone yang dapat mencegah kembalinya pigmen kulit. Sayangnya, depigmentasi kulit yang Anda jalani akan bersifat permanen sehingga kulit Anda tidak memiliki perlindungan alami dari sinar matahari lagi. Selain itu, hydroquinone juga berpotensi menyebabkan kulit terasa gatal, perih, serta kemerahan. Analog vitamin D

Penggunaan obat ini dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid atau fototerapi. Contohnya adalah calcipotriol. Terapi cahaya (fototerapi) Langkah medis ini akan dipilih jika bercak-bercak vitiligo pengidap sudah menyebar luas atau tidak bisa ditangani dengan obat oles. Terapi ini menggunakan cahaya ultraviolet (UV) A atau B untuk mengembalikan warna kulit yang terserang vitiligo. Efek samping terapi ini adalah meningkatnya risiko kanker kulit. Terapi laser Sama seperti fototerapi, prosedur ini bertujuan untuk mengembalikan warna kulit pada bercak-bercak vitiligo, tapi hanya efektif untuk vitiligo yang menyerang sebagian kecil kulit tubuh. Operasi cangkok kulit Dalam prosedur ini, kulit sehat dari bagian tubuh yang tidak mengalami vitiligo akan diambil dan digunakan untuk melapisi kulit yang memiliki bercak-bercak vitiligo. Operasi ini dapat dilakukan jika bercak-bercak vitiligo Anda hanya menyerang sebagian kecil tubuh dan tidak mengalami perkembangan. Jika tidak ditangani, vitiligo akan terus berkembang dan terkadang mengakibatkan beberapa komplikasi, misalnya: 

Kekurangan melanin akan menyebabkan kulit rentan terhadap pengaruh sinar matahari sehingga mudah terbakar dan mempertinggi risiko kanker kulit.



Kekurangan pigmen pada mata dapat menyebabkan inflamasi pada bagian iris.



Penurunan kemampuan pendengaran. Kondisi ini umumnya terjadi pada kasus vitiligo yang bersifat keturunan. Melanin berperan dalam fungsi dan struktur telinga bagian dalam. Diperkirakan sekitar 15 persen penderita vitiligo di bawah umur 40 mengalami komplikasi ini.

2. SELULITIS

Selulitis (inggris : cellulitis) adalah infeksi umum pada kulit dan jaringan lunak di bawah kulit. Hal ini terjadi ketika bakteri menyerang kulit yang rusak atau normal dan mulai menyebar di bawah kulit dan ke dalam jaringan lunak. Hal ini menyebabkan infeksi dan peradangan. Peradangan merupakan sebuah proses di mana tubuh bereaksi terhadap bakteri. Peradangan dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri, dan / atau terasa hangat pada perabaan. Setiap orang memiliki risiko mengalami selulitis teruatama bagi mereka dengan trauma pada kulit atau masalah medis lainnya seperti : 

Diabetes / kencing manis



Peredaran darah yang kurang lancar yakni kurangnya pasokan darah ke tungkai, aliran balik vena dan drainase limfatik yang terhambat, seperti pada varises.



Penyakit hati seperti hepatitis kronis atau sirosis



Gangguan kulit seperti eksim, psoriasis, penyakit menular yang menyebabkan lesi kulit seperti cacar air , atau jerawat yang parah. Penyebab Selulitis Kondisi-kondisi yang berisko terjadinya infeksi meupakan faktor

penyebab dari selulitis ini, diantaranya: 

Cedera yang menembus kulit



Infeksi yang berhubungan dengan prosedur pembedahan



Perlukaan atau lesi kulit yang kronis seperti eksim dan psoriasis



Benda asing di kulit Infeksi tulang di bawah kulit Gejala dan Tanda Selulitis Selulitis dapat terjadi di hampir setiap bagian tubuh. Paling

sering terjadi di daerah-daerah yang telah rusak atau meradang karena sebab lain, misalnya cedera meradang, luka terkontaminasi, dan daerah dengan kondisi kulit dengan sirkulasi yang buruk. Gejala yang sering muncul pada selulitis diantaranya : 

Kemerahan pada kulit yang dapat menjadi sangat luas



Pembengkakan



Hangat pada perabaan pada kulit yang terlibat



Sakit atau nyeri



Drainase atau bocornya cairan bening kuning atau nanah dari kulit, dapat pula membentuk luka yang lebar



Pembengkakan Kelenjar getah bening di dekat daerah yang terkena



Demam dapat terjadi jika infeksi menyebar ke tubuh melalui darah.

Pengobatan Selulitis Perawatan Selulitis di rumah : 

Istirahatkan area tubuh yang terlibat



Tinggikan area tubuh yang terlibat



Ini akan membantu mengurangi pembengkakan dan meringankan ketidaknyamanan



Gunakan penghilang rasa sakit seperti acetaminophen (Paracetamol) atau ibuprofen Hal ini akan mengurangi rasa sakit serta membantu menurunkan demam.

Perawatan Medis Selulitis : Jika infeksi tidak terlalu parah, bisa rawat jalan saja. Dokter akan memberikan resep untuk antibiotik yang dapat diminum sekitar satu minggu sampai 10 hari. Jangan menghentikan obat begitu saja, tanpa petunjuk dari dokter. Antibiotik akan diberikan secara suntikan ke otot (intramuskular) ataupun ke pembuluh darah melalui infus (intravena / IV) sehingga harus rawat inap yaitu pada kondisi : Jika infeksi parah Jika Anda memiliki masalah medis lainnya Jika Anda sangat muda atau sangat tua Jika selulitis melibatkan daerah yang luas atau daerah yang dekat dengan struktur penting, misalnya, infeksi di sekitar rongga mata

Jika infeksi memburuk atau tak kunjung sembuh setelah minum antibiotik selama dua sampai tiga hari. Respon terhadap antibiotik biasanya akan terlihat dalam dua sampai tiga hari dan mulai menunjukkan peningkatan. Dalam kasus yang jarang terjadi, selulitis dapat berkembang menjadi penyakit yang serius, dimana infeksi menyebar melalui aliran darah. Beberapa bentuk selulitis parah mungkin memerlukan operasi dan meninggalkan bekas jaringan parut. Selulitis jarang dapat mengancam jiwa.

3. CAMPAK Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini akan memunculkan ruam di seluruh tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada komplikasi yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh.

A. Gejala campak yang biasanya muncul adalah: 

Mata merah.



Mata menjadi sensitif terhadap cahaya.



Gejala menyerupai pilek seperti radang tenggorokan, hidung beringus atau tersumbat.



Mengalami demam.



Bercak putih keabu-abuan pada mulut dan tenggorokan. Bercak atau ruam berwarna merah-kecokelatan akan muncul di kulit setelah

beberapa hari kemudian. Urutan kemunculan bercak ini dari belakang telinga, sekitar kepala, kemudian ke leher. Pada akhirnya ruam akan menyebar ke seluruh tubuh. 

Diagnosis campak bisa dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang muncul. Tapi untuk memastikan diagnosis campak, sampel air liur diambil untuk tes.



Penyakit ini disebut juga rubeola atau campak merah. Telah tersedia vaksin untuk mencegah penyakit ini. Vaksin untuk campak termasuk dalam bagian dari vaksin MMR (campak, gondongan, campak Jerman).

B. Penyebaran Virus Campak Bagi penderita campak, virus campak ada di dalam percikan cairan yang dikeluarkan saat mereka bersin dan batuk. Virus campak akan menulari siapa pun yang menghirup percikan cairan ini. Virus campak bisa bertahan di permukaan selama beberapa jam, akibatnya, virus ini bisa bertahan menempel pada benda-benda. Saat kita menyentuh benda yang sudah terkena percikan virus campak, lalu menempelkan tangan ke hidung atau mulut, kita bisa ikut terinfeksi. Campak lebih sering menimpa anak-anak berusia di bawah lima tahun. Tapi pada dasarnya semua orang bisa terinfeksi virus ini, terutama yang belum pernah terkena campak atau yang belum mendapat vaksinasi campak. C. Pengobatan Penyakit Campak Sistem kekebalan tubuh manusia secara alami akan melawan infeksi virus ini, tapi jika komplikasi terjadi atau infeksi campak menjadi sangat parah, mungkin diperlukan perawatan dan pengobatan campak di rumah sakit. Untuk mempercepat proses pemulihan, terdapat beberapa hal yang bisa membantu:



Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi.



Banyak istirahat dan hindari sinar matahari selama mata masi sensitif terhadap cahaya.



Minum obat penurun demam, dan obat pereda sakit serta nyeri. Tapi jauhkan aspirin jika anak Anda di bawah usia 16 tahun.

D. Komplikasi yang Muncul Akibat Campak Komplikasi dari campak bisa sangat berbahaya. Meski jumlah penderita komplikasi campak cukup sedikit, penyakit ini harus tetap diwaspadai. Contoh komplikasi akibat campak adalah radang pada telinga, bronkitis, infeksi paru-paru (pneumonia) dan infeksi otak (ensefalitis). Kelompok orang yang berisiko mengalami komplikasi adalah: 

Bayi di bawah usia satu tahun.



Anak-anak dengan kondisi kesehatan buruk.



Orang dengan penyakit kronis.



Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

E. Pencegahan Terhadap Campak Vaksinasi MMR adalah vaksin gabungan untuk campak, gondongan, dan campak Jerman. Vaksinasi MMR diberikan dua kali. Pertama diberikan ketika anak berusia 15 bulan dan dosis vaksin MMR berikutnya diberikan saat mereka berusia 5-6 tahun atau sebelum memasuki masa sekolah dasar. Vaksin memiliki fungsi yang cukup penting dalam mencegah campak. 4. INFEKSI JAMUR

Penyakit jamur biasanya disebabkan oleh jamur yang umum ditemukan di lingkungan kita, termasuk tanah, tanaman, pohon, dan bahkan pada kulit kita dan bagian lain dari tubuh. Gejala infeksi jamur tergantung pada jenis dan lokasi di dalam tubuh. Infeksi jamur mungkin ringan, dalam bentuk ruam atau masalah pernapasan ringan. Namun, beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur bisa berat dan dapat menyebabkan komplikasi serius dan kematian. Di sini, pada artikel ini kita daftar penyakit umum yang disebabkan oleh

jamur, termasuk penyebab, gejala dan pilihan pengobatan untuk setiap kondisi. Penyakit umum yang Disebabkan oleh Jamur adalah sebagai berikut.

1.

Infeksi Kandidiasis

Kandidiasis adalah infeksi jamur umum yang mempengaruhi banyak orang. Ada ratusan ribu mikroorganisme candida yang biasanya hidup di tubuh kita. Mereka dapat ditemukan di mulut, usus, dan organ kewanitaan. Gejala bervariasi sesuai dengan daerah yang berbeda terinfeksi. Kebanyakan infeksi candida ringan tapi resistensi terhadap terapi obat menjadi lebih umum, sehingga membuat beberapa infeksi lebih sulit untuk diobati. Ragi seperti candida penyebab penyakit ketika jumlah mereka meningkat dan mengganggu keseimbangan mikroorganisme dalam tubuh. Jenis infeksi oportunistik ini terjadi ketika faktor-faktor tertentu seperti penurunan resistensi kekebalan tubuh, penggunaan berlebih antibiotik atau penyakit lain yang terjadi. Dalam kebanyakan kasus, ketika faktor-faktor tersebut dihilangkan atau diperbaiki, infeksi candida dari area lokal seperti fagina menghilang. Dalam kasus lain, pengobatan dengan obat anti jamur yang diperlukan untuk menghentikan pertumbuhan berlebih mereka. Namun, pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang tertekan, infeksi jamur dapat menyebar dan mempengaruhi tubuh secara umum.

2.

Meningitis jamur

Infeksi jamur ini disebabkan oleh Kriptokokus, yang mengarah ke peradangan pada selaput tipis yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang. Sebuah kondisi yang mengancam jiwa umum yang mempengaruhi banyak pasien HIV, infeksi biasanya diperoleh melalui inhalasi sel jamur di udara. Organisme ini biasanya berkembang dalam tubuh orang dengan sistem kekebalan tubuh melemah. Gejala termasuk mengantuk, sakit kepala, dan kebingungan. Diagnosa dibuat dari cairan tulang belakang dan pemeriksaan darah. Pengobatan antijamur biasanya diberikan secara intravena (melalui darah), yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu. Pasien AIDS yang diberi ART kurang mungkin untuk mengembangkan infeksi oportunistik ini. Namun, jika terjadi pada pasien ini, pengobatan pemeliharaan tahan lama dengan obat-obat oral diberikan untuk mencegah kekambuhan.

3.

Infeksi Aspergillus

Jamur Aspergillus menyebar di udara dan menyebabkan infeksi serius pada paru-paru dan darah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita kanker, HIV, atau penerima donor sumsum tulang. Mereka ditemukan dalam sistem penyejuk udara, di tempat tidur, tanaman, ruang bawah tanah, debu, dan hampir di mana-mana. Jamur ini bertindak sebagai alergen potensial, yang dapat memicu asma. Gejala termasuk batuk, mengi dan demam. Infeksi dapat diobati dengan obat antijamur seperti vorikonazol.

4.

Kaki Atlet

Infeksi jamur ini yang umum juga dikenal sebagai tinea pedis, yang menyebabkan kemerahan, gatal, mengelupas, lepuh, terbakar, dan luka di kaki. Jamur menyukai lingkungan yang hangat dan lembab seperti kaus kaki, sepatu, kamar ganti, kolam renang, dan kamar mandi umum. Infeksi umum di musim panas atau di iklim hangat dan lembab. Jamur hidup pada jaringan mati dari kuku kaki, kulit, dan rambut. Pengobatan termasuk penggunaan obat antijamur topikal, yang diterapkan secara langsung pada kulit Anda. Namun, dalam kasus yang parah obat oral mungkin diperlukan. Kaki harus tetap kering dan bersih setiap saat. 5.

JockItch (gatal selangkangan)

Infeksi kulit ini biasa, juga dikenal sebagai tinea cruris, disebabkan oleh jamur yang disebut tinea. Jamur ini hidup di daerah yang hangat dan lembab seperti alat kelamin, bokong, dan paha bagian dalam. Infeksi sering terjadi di musim panas serta di iklim hangat dan basah. Hal ini menyebabkan merah, ruam gatal dengan bentuk cincin. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dapat menyebabkan penyebaran infeksi. Gejala termasuk gatal, terbakar, kemerahan, mengelupas, mengelupas atau kulit pecah-pecah. Perawatan termasuk penggunaan krim untuk infeksi yang bebas dijual dan resep antijamur ringan untuk infeksi berat. Jauhkan daerah yang terkena dampak tetap bersih dan kering. Hal ini juga penting untuk mengganti pakaian Anda sehari-hari. 6.

Kurap (ringworm)

Meskipun namanya terdengar seperti infeksi yang disebabkan oleh cacing, tinea corporis atau kurap disebabkan oleh jamur. Flat, luka merah, beberapa dengan bagian luar timbul, muncul di mana saja pada kulit. Patch kulit luka menganga mungkin tumpang tindih dan kulit mungkin muncul bersisik. Infeksi jamur dapat menyebar melalui kontak langsung dengan kulit orang yang terinfeksi dan tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi seperti pakaian atau perabot. Hangat, iklim lembab sangat mendukung pertumbuhan jamur ini. Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dapat membantu mengkonfirmasikan diagnosis. Pengobatan terdiri dari krim antijamur topikal seperti Lamisil, Micatin, dan Lotrimin. Infeksi berat dapat diobati dengan obat kuat lisan atau resep.

5. MOLLUSCUM CONTAGIOSUM Molluscum merupakan masalah pada kulit yang ditandai dengan menyembulnya bintik seukuran biji kacang hijau pada permukaan kulit. Bintik ini biasanya terasa agak keras. Umumnya yang paling rentan terkena molluscum adalah anak-anak dan remaja. Orang dewasa yang aktif secara seksual pun berisiko terkena kondisi ini. Selain itu, molluscum juga dapat dialami oleh mereka yang sistem kekebalan tubuhnya lemah dan bagi mereka yang memiliki kondisi kulit yang mendasari, seperti atopic dermatitis (sejenis peradangan pada kulit). Molluscum contagiosum merupakan kondisi yang mudah dikenali oleh dokter. Hanya dengan melihat permukaan kulit dan tanpa perlu melakukan tes lebih lanjut, biasanya dokter sudah dapat mendiagnosis penyakit ini. Selain mudah dikenali, penanganan molluscum contagiosum pun tergolong sangat sederhana dan pada umumnya tidak membutuhkan obat-obatan. Alasan sebagian dokter tidak merekomendasikan obat-obatan untuk penyakit ini adalah karena molluscum contagiosum bisa hilang atau sembuh dengan sendirinya. Jangka waktu penyembuhan biasanya berkisar antara enam bulan hingga satu setengah tahun.

A. Gejala Molluscum Contagiosum Berikut ini adalah gejala molluscum contagiosum yang paling umum, di antaranya:



Munculnya bintik-bintik pada permukaan kulit.



Umumnya bintik tersebut kecil (seukuran biji kacang hijau).



Pada ujung bintik terlihat seperti cekungan, bahkan ada yang seperti memiliki titik.



Beberapa bintik ada yang terasa gatal.



Bintik mudah menyebar ke area kulit lainnya dan mudah menular pada orang lain.



Meski tidak terasa menyakitkan, kadang-kadang ketika akan sembuh bintik molluscum

contagiosum

bisa

menyebabkan

kulit

penderitanya

menjadi

kemerahan dan mengalami pembengkakan ringan. Area atau bagian tubuh yang terinfeksi molluscum contagiosum bisa bermacammacam. Pada anak-anak, umumnya bintik molluscum tumbuh di sekitar tangan, perut, dada, leher, dan wajah. Sedangkan pada orang dewasa, molluscum umumnya tumbuh di tubuh bagian bawah akibat aktivitas seksual. Misalnya area perut bawah, alat kelamin, bokong, serta paha bagian atas dan dalam. Pada kasus yang jarang terjadi, bintik molluscum contagiosum ada yang tumbuh di sekitar kelopak mata, mulut bagian dalam, telapak kaki, dan telapak tangan. B. Penyebab Molluscum Contagiosum Molluscum contagiosum merupakan infeksi kulit yang dapat menular. Kondisi ini disebabkan oleh sebuah virus yang disebut molluscum contagiosum. Virus yang masuk dalam golongan poxviruses ini menyerang sel kulit manusia. Penularan molluscum contagiosum umumnya terjadi ketika adanya kontak langsung dengan kulit penderita, menyentuh atau menggunakan barang-barang yang sebelumnya juga telah digunakan penderita. Pada orang dewasa, molluscum contagiosum bisa ditularkan melalui aktivitas seksual.

C. Diagnosis Molluscum Contagiosum Secara kasat mata, molluscum contagiosum merupakan kondisi yang mudah dikenali. Hanya dengan melihat permukaan kulit dan tanpa perlu melakukan tes lebih lanjut, biasanya dokter sudah dapat mendiagnosis molluscum contagiosum. Namun jika dokter curiga bahwa bintik yang muncul bukan molluscum contagiosum (misalnya herpes pada area kelamin), dokter mungkin akan melakukan metode

pemeriksaan dengan menggunakan prosedur medis, salah satunya adalah metode biopsi. Biopsi adalah prosedur pemeriksaan dengan cara mengambil sampel kulit yang terinfeksi, lalu menelitinya dengan menggunakan mikroskop.

D. Pengobatan Molluscum Contagiosum Sebetulnya, tanpa diobati pun molluscum contagiosum akan sembuh dengan sendirinya. Biasanya jangka waktu pulih berkisar antara enam bulan hingga satu setengah tahun. Umumnya dokter tidak akan menyarankan metode pengobatan apa pun (baik dengan obat-obatan, seperti salep, maupun prosedur pengangkatan molluscum contagiosum) pada penderita anak-anak. Hal tersebut dikarenakan anakanak tidak memiliki aktivitas sesibuk remaja atau orang dewasa, dan mereka pun tidak terlalu memikirkan pergaulan sosial. Selain itu dampak pengobatan molluscum umumnya terasa menyakitkan. Dikhawatirkan rasa sakit tersebut tidak bisa diterima anak-anak dan mereka akan menjadi rewel. Sedangkan pada orang dewasa, keberadaan molluscum contagiosum bisa saja mengganggu aktivitas mereka, seperti bekerja, berolahraga, dan bersosialisasi. Tidak sedikit orang dewasa yang merasa kurang percaya diri dengan penampilan mereka akibat tumbuhnya molluscumcontagiosum. Dalam kehidupan asmara pun, keberadaan infeksi ini bisa menjadi penghalang, apalagi jika tumbuh di organ vital. Jika tidak segera ditangani, dikhawatirkan kondisi tersebut dapat merusak kehidupan seksual penderitanya. Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan untuk menangani molluscum contagiosum, di antaranya: 

Benzoyl peroxide, yakni obat kulit yang berbentuk gel atau krim. Selain dapat mengobati molluscum contagiosum, obat ini umumnya digunakan untuk mengobati jerawat. Sebagian benzoyl peroxide ada yang dapat dibeli langsung di apotek, namun sebagian lainnya harus dengan resep dokter. Efek samping penggunaan obat ini tergolong ringan, mulai dari pengelupasan kulit, kulit kering dan tampak kemerahan, perih, serta rasa gatal. Benzoyl peroxide dapat membuat kulit menjadi lebih sesitif terhadap sinar matahari.



Potassium hydroxide, yakni obat kulit yang dapat mengatasi molluscum contagiosum dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan virusnya. Obat ini

biasanya tersedia dalam bentuk cair. Efek samping potassium hydroxide di antaranya adalah rasa gatal, pembengkakan dan pengelupasan pada kulit, dan perih. 

Tretinoin, yakni obat kulit yang hanya bisa dibeli dengan resep dokter. Biasanya obat ini dipakai untuk mengobati jerawat, namun oleh dokter dapat dikondisikan untuk menangani molluscum contagiosum. Tretinoin tersedia dalam bentuk krim dan gel. Efek samping penggunaan tretinoin yang umum adalah sensasi menyengat pada kulit dan iritasi ringan. Sama seperti benzoyl peroxide, tretinoin dapat membuat kulit penggunanya menjadi sensitif terhadap sinar matahari. Sedangkan, untuk efek samping tretinoin yang tergolong parah adalah cacat lahir. Karena itu wanita hamil tidak disarankan untuk menggunakan obat ini.



Imiquimod, yaitu obat molluscum contagiosum yang berbentuk krim. Sama seperti potassium hydroxide, imiquimod memberantas virus molluscum contagiosum dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh. Efek samping dari penggunaan imiquimod yang mungkin terjadi adalah sakit kepala, rasa gatal, perih, pembengkakan serta pengelupasan pada kulit.



Podophylloxin, yakni obat berbentuk cair atau krim yang biasanya digunakan untuk mengobati molluscum contagiosum kelamin. Obat ini bekerja dengan cara meracuni sel-sel virus molluscum contagiosum. Efek samping penggunaan podophylloxim tergolong ringan, yaitu rasa gatal dan perih pada kulit.

Pengobatan Molluscum Contagiosum dengan Metode Lainnya Selain dengan obat-obatan, molluscum contagiosum juga bisa dihilangkan dengan menggunakan metode lain, di antaranya: 

Terapi laser (membunuh sel-sel molluscum contagiosum dengan sinar laser)



Cryotherapy (menghilangkan molluscum contagiosum dengan metode pembekuan menggunakan nitrogen cair)



Scraping (menghilangkan molluscum contagiosum dengan menggunakan sebuah alat pengikis yang terbuat dari logam)

Komplikasi Molluscum Contagiosum Meski tergolong penyakit ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya, molluscum contagiosum dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi umumnya terjadi jika kita berusaha menghilangkan molluscum contagiosum dengan cara menggaruk atau memencetnya, sehingga meninggalkan luka. Virus atau bakteri dari luka inilah yang menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi akibat molluscum contagiosum adalah: 

Konjungtivitis, yakni peradangan pada lapisan mata paling luar mata. Komplikasi ini terjadi jika molluscum contagiosum tumbuh pada kelopak mata. Gejala konjungtivitas adalah mata memerah, berair, bahkan bengkak.



Keratitis, yakni infeksi pada bagian kornea. Sama seperti konjungtivis, komplikasi ini terjadi akibat molluscum contagiosum yang tumbuh pada kelopak mata. Penderita keratitis akan merasakan mata mereka sensitif pada cahaya. Gejala lainnya adalah rasa sakit pada mata dan penglihatan yang buram.



Jaringan parut atau bekas luka pada kulit yang pernah terkena molluscum contagiosum.



Infeksi bakteri.

Pencegahan Molluscum Contagiosum Karena molluscum contagiosum dapat menyebar ke area tubuh lainnya dan juga menular pada orang lain, maka kita bisa melakukan langkah pencegahan agar hal tersebut tidak terjadi. Beberapa langkah tersebut misalnya dengan tidak menyentuh atau menggaruk bagian yang terkena molluscum contagiosum, usahakan menutup bagian tersebut dengan plester, dan selalu menjaga kebersihan tangan. Sangat dianjurkan untuk tidak memencet molluscum contagiosum. Selain menimbulkan rasa sakit, juga akan meninggalkan jaringan parut atau bekas luka. Pendarahan yang terjadi akibat memencet molluscum contagiosum juga dapat meningkatkan risiko penyebaran ke area kulit lainnya. Bagi yang belum pernah terkena molluscum contagiosum dan ingin menghindarinya, maka lakukan juga pencegahannya, seperti dengan tidak menyentuh kulit penderita, tidak memakai benda yang sebelumnya digunakan oleh penderita (misalnya pakaian, handuk, seprai, dan sisir), dan tidak melakukan kontak seksual dengan penderita. 6. ICTHYOSIS VULGARIS

Ichthyosis vulgaris, kadang-kadang disebut sebagai fish scale disease atau fish skin disease, adalah kelainan kulit bawaan di mana sel-sel kulit mati seperti sisik kering yang menumpuk pada permukaan kulit. Ichthyosis vulgaris dapat muncul pada saat lahir, tetapi biasanya pertama kali muncul pada anak usia dini. Kadang-kadang sebagian besar ichthyosis vulgaris dapat menghilang sepenuhnya saat beranjak dewasa, tetapi juga dapat muncul kembali. Kebanyakan kasus ichthyosis vulgaris ringan, tetapi beberapa ada juga yang parah. Kadang-kadang penyakit kulit lainnya dapat berhubungan dengan ichthyosis vulgaris, seperti rash producing atopic dermatitis. Tidak ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan ichthyosis vulgaris, sehingga pengobatan fokus pada pengelolaan kondisi.

A. Penyebab Ichthyosis vulgaris dicirikan sebagai kronis, penumpukan berlebihan dari protein pada lapisan atas kulit (keratin). Penumpukan tersebut adalah hasil dari proses alami kulit yang terjadi secara diperlambat atau terhambat. Ichthyosis vulgaris paling sering disebabkan oleh mutasi genetik, dan diwariskan dalam pola autosomal dominan. Hal tersebut berarti seorang anak harus mewarisi hanya satu salinan gen yang terpengaruh untuk mengembangkan penyakit tersebut. Anak-anak yang mewarisi gen penyakit tersebut biasanya memiliki kulit yang normal saat lahir. Tetapi kemudian berkembang menjadi kasar selama beberapa tahun pertama kehidupan. Ichthyosis vulgaris mungkin hilang ketika beranjak dewasa, namun masih dapat muncul kembali. Ichthyosis tidak disebabkan oleh kelainan genetik, disebut sebagai acquired ichthyosis, namun jenis ini sangat jarang. Jenis ini biasanya mulai muncul saat usia dewasa. Kondisi tersebut biasanya berhubungan dengan penyakit lain, seperti kanker, penyakit tiroid, atau gagal ginjal kronis.

B. Gejala Keparahan gejala dapat bervariasi secara luas di antara anggota keluarga yang memiliki kondisi tersebut. Gejala dapat meliputi: 1. Kulit kering, bersisik 2. Sisik kecil, dalam bentuk poligon 3. Sisik berwarna putih, abu-abu kotor, atau coklat. Orang-orang dengan kulit lebih gelap cenderung memiliki sisik berwarna gelap. 4. Kulit kering pada kulit kepala 5. Pecah-pecah di telapak tangan dan telapak kaki yang menimbulkan rasa sakit pada kasus yang parah Sisik biasanya muncul di siku dan kaki yang lebih rendah dan mungkin sangat tebal dan gelap di atas tulang kering. Kebanyakan kasus ichthyosis vulgaris ringan, tetapi beberapa dapat sangat parah. Gejala biasanya memburuk atau lebih parah saat cuaca dingin. Lingkungan yang kering juga cenderung dapat meningkatkan gejalanya. C. Pengobatan Tidak ada obat khusus untuk ichthyosis, sehingga tujuan pengobatan adalah untuk mengelola kondisi tersebut. Obat yang dapat digunakan pada kondisi tersebut, antara lain: 1.

Alpha hydroxy acids, seperti lactic acid and glycolic acid. Pengobatan dapat meliputi resep krim dan salep yang mengandung asam yang membantu mengontrol kelembaban.

2.

Retinoid Retinoid dapat mengurangi produksi sel-sel kulit. Efek samping dari obat ini mungkin termasuk radang mata dan bibir, taji tulang, rambut rontok, serta cacat lahir jika dikonsumsi selama kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA dr. Yusi Capriyanti http://www.alodokter.com/vitiligo Ahmad

Muhlisin

Selulitis



Infeksi

Kulit

|

Mediskus.com

http://mediskus.com/penyakit/selulitis-infeksi-kulit dr. Muliani Sukiman http://www.alodokter.com/campak Sri Dianti http://www.sridianti.com/penyakit-kulit-akibat-jamur-tanda-dan-gejala.html dr. Muliani Sukiman http://www.alodokter.com/molluscum-contagiosum dr Yusi http://www.alodokter.com/komunitas/topic/ichthyosis-vulgaris/

Related Documents


More Documents from ""