Penyakit Jantung Koroner Fix.docx

  • Uploaded by: nurjanna
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penyakit Jantung Koroner Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,300
  • Pages: 34
Nama Dosen : Edy Supardi, S.Kep, Ns, M.kep Mata Kuliah :Kardiovaskuler

KONSEP MEDIS DAN ASKEP JANTUNG KORONER

OLEH:

HIDAYATI BIN HATIM (NH0218017) KHAERIYAH RAHMANI (NH0218024) FITRIANI (NH0218013) NURJANNA (NH0218034) SULFI BASNAM (NH0218044)

PROGRAM STUDY STRATA 1 KEPERAWATAN B SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2018

1i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Medis Asuhan keperawatan Penyakit jantung Koroner Dan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah Sistem Kardiovaskuler,Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini,serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.

Makassar,

Oktober 2018

Kelompok 5

ii2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1 B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 3 C. TUJUAN ................................................................................................... 3 D. MANFAAT .............................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I.

KONSEP DASAR MEDIS A. DEFENISI ........................................................................................... 4 B. ETIOLOGI .......................................................................................... 4 C. PATOFISIOLOGI ............................................................................... 5 D. MANIFESTASI KLINIK.................................................................... 10 E. PENATALAKSANAAN .................................................................... 11 F. KOMPLIKASI .................................................................................... 15

II.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN .................................................................................... 15 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................................ 15 3. INTERVENSI KEPERAWATAN ...................................................... 19

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN ......................................................................................... 30 B. SARAN ..................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA iii 3

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding arteri . (Padila, buku Ajar Keperawatan medikal bedah, 2013) Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9%. (Risa Hermawati, 2014) Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan, hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak konferensi klinis terakhir oleh New York Heart Association atau asosiasi kesehatan New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah mengeluarkan informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol. Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut, kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi umum dengan karakteristik jelas. (Risa Hermawati, 2014)

1

Penyakit jantung yang dipengaruhi oleh tingginya kadar kolesterol, banyak terjadi pada individu dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan makanan yang menjadi faktor penting penentu kadar kolesterol individu. Gaya hidup masyarakat kerja, dewasa ini lebih cenderung mengejar halhal yang bersifat praktis, termasuk di dalamnya jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan cepat saji (fast food) atau yang juga dikenal sebagai makanan sampah (junk food) menjadi pilihan bagi individu yang mengutamakan kecepatan pelayanan karena waktu menjadi sangat berharga di dunia kerja. Namun di sisi lain, makanan ini sebenarnya tidak memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan yang tinggi. Nystrom (2008) dalam penelitiannya di Perancis mengatakan, responden yang makan dua kali sehari di McDonalds, Burger King atau restoran cepat saji lain selama 4 minggu, 2 kali sehari, mengalami peningkatan berat badan hingga 15% dan peningkatan kadar enzim alanine aminotrasnferase (ALT) hingga 10 kali. (Risa Hermawati, 2014) Aktivitas fisik yang sedikit dan makanan cepat saji menjadi bagian dari kehidupan pekerja kantor dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh beratnya tuntutan pekerjaan sehingga tidak ada kesempatan untuk berolah raga dan merujuk kepada perilaku hidup yang instan, misalnya makanan. Gaya hidup yang demikian akan menyebabkan terjadinya penumpukan karbohidrat dan kolesterol di dalam tubuh, yang kemudian dapat menyebabkan dislipidemia yang merupakan faktor risiko terjadinya PJK. (Risa Hermawati, 2014) Di sisi lain, pekerja kasar umumnya memiliki aktivitas fisik yang berat namun tidak diimbangi dengan makanan dengan kandungan gizi yang cukup. Keterbatasan ekonomi pada pekerja kasar membuat mereka jarang memakan makanan hewani seperti daging dan ikan, makanan cepat saji, atau makananmakanan lain yang cenderung berkolesterol tinggi. Walaupun demikian, dewasa ini PJK bukan hanya menjadi penyakit bagi golongan ekonomi menengah ke atas, namun juga sering terjadi pada masyarakat ekonomi bawah. (Risa Hermawati, 2014)

2

B. RUMUSAN MASALAH Apa konsep teori dari Penyakit jantung Koroner dan bagaimana asuhan keperawatan dalam menangani Penyakit Jantung Koroner? C. TUJUAN 1. Umum Adapun tujuan umumnya adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata Kulia Kardiovaskuler yang judul Makalah Asuhan Keperawatan pada Penyakit Jantung Koroner,dan untuk menambah pengetauan kepada kelompok 5 dan teman-teman 2. Khusus 

Mahasiswa mampu memahami mengenai konsep medis Penyakit jantung Koroner



Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan penyakit Jantung Koroner

D. MANFAAT Untuk menambah informasi atau pengetahuan di bidang kesehatan mengenai penyakit jantung koroner(definisi,etiologi,patofisiologi,serta asuhan keperawatan penyakit jantung Koroner).

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA JANTUNG KORONER I.

KONSEP DASAR MEDIS A. DEFENISI Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu akibat utama arteriosclerosis (pengerasan pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosclerosis (radang pembuluh darah). Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah yang membawa makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfungsi dengan baik. Pada keadaan ini, pembuluh darah nadi menyempit, karena terjadi endapan – endapan lemak (atheroma dan plaques) di dindingnya. (Ns Andra Safery Wijaya & Mariza, 2013) American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung.penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut dengan aterosklerosis. (Risa Hermawati, 2014) B. ETIOLOGI Faktor -faktor resiko penyakit jantung koroner dibagi menjadi 2 : 1.

Faktor resiko a. Usia Usia adalah faktor risiko terpenting penyakit jantung koroner (PJK), peningkatan usia bekaitan dengan penambahan waktu yang digunakan untuk memproses pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah nadi dan proses kerapuhan dinding pembuluh tersebut semakin panjang,sehingga semakin tua seseorang semakin besar kumungkinan terserang. b. Jenis kelamin

4

Pria mempunyai resiko tinggi menderita penyakit jantung koroner, sedangkan wanita terserang setelah menopaus akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipit didalam darah c. Tekanan darah tinggi Hubungan antara hipertensi dengan penyakit jantung koroner atribut yang mempercepat proses untuk timbulnya atherocleosis .peningkatan

resiten vaskuler perife .meningkatkan kebutuhan

ventrikel.akibatnya

meningkatkan

kebutuhan

oksigen

untuk

myocardial. d. Hiperlepidema Hiperlipidemia merujuk pada terjadinnya peningkatan kadar kolestrol dan triglyserida didalam darah. e. Merokok Karena nicotine meningkatkan beban kerja miokardium dan terjadi dampak peningkatan kebutuhan oksigen, karbonmonooksida mengganggu pengangkutan oksigen.seseorang yang perokok umumnya mengalami penurunan HDL dan peningkatan kandungan LDL sehingga resiko terjadi penebalan dinding pembuluh darah meningkat. (Ns Andra Safery Wijaya & Mariza, 2013) 2.

Faktor pencetus a. Obesitas Obesitas yang berlebihan akan mengakibatkan beban kerja jantung yang meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung.yang sfesifik obesitass berhubungan dengan peningkatan intake kalori dan peningkatan intake kaloi dan peningkatan kadar LDL. b. Kurang gerak Telah dibuktikan bahwa

gerakan dapat memperbaiki efisiensi

jantung dengan mengurangi kecepatan jantung dan tekanan darah. c. Diabete mellitus

5

Atheroklorosis koroner diketahui 2-3 kali lebih banyak pada oang yg diabetes. tanpa memandang kadar lipit dalam darah. (Ns Andra Safery Wijaya & Mariza, 2013) C. PATOFISIOLOGI Mekanisme patofisiologi yang mendasari untuk sindrom ini dimulai dengan proses aterosklerosis, yang berkembang dan berkembang selama beberapa dekade sebelum kejadian akut. Aterosklerosis dapat digambarkan sebagai keadaan peradangan tingkat rendah intima (lapisan dalam) arteri berukuran sedang yang dipercepat oleh faktor-faktor risiko terkenal seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, diabetes, dan genetika. ( ) Patofisiologi penyakit jantung coroner meliputi berbagai kondisi patologi yang menghambat aliran aliran darah dalam arteri yang mensuplai jantung. Atherosklerosis, merupakan arteriosklerosis yang paling banyak terjadi pada manusia, ditandai dengan akumulasi bahan lemak (lipid) dan jaringan fibrosa pada dinding arteri, karena artherosklerosis bertambah, lumen dari pembuluh menjadi sempit dan aliran darah terhambat ke daerah miokardium

yang

disuplai

oleh

arteri

itu.

Karena

bentuknya,

arteriosclerosis dinding arteri juga kehilanganelastisitas dan menjadi kurang responsive terhadap perubahan volume dan tekanan. Kondisikondisi yang menghambat suplai darah coroner antara lain atherosclerosis, arteriosclerosis, arteritis, spasmus arteri coroner, thrombus koroner dan emboli. (Stefan Silbernagl, Florian Lang, 2015) Lesi atherosclerotic biasanya timbul pada permulaan dan bifurkasi dari arteri coroner utama. Arteri koroner kiri lebih sering terkena dibandingkan dengan yang kanan. Proses penyakit pada awalnya setempat, kemudian menjadi difus dan bertambah dengan aterosklerosis. Lesi pertama yang timbul pada dinding arteri coroner disebut garis lemak. Lesi ini timbul pada pembuluh-pembuluh coroner sejak usia 15 tahun, sel-sel yang mengandung lipid invasi kedalam dinding intima dan menimbulkan garis-garis lemak. Karena penyakit berlanjut kemudian timbul sejenis

6

benjolan dengan ukuran yang terus meningkat. Sehingga kapasitas lumen pembuluh menjadi terbatas. Lesi tersebut merupakan jenis karakteristik khas atherosclerosis yang berkembang. Tingkat atherosclerosis yang lebih berkembang ditandai dengan benjolan dengan benjolan fibrosa berkapur atau disebut komplikasi lesi yang sangat timpang. Deposit kapur dapat rupture dan meningkatkan resiko spasmus membentuk thrombus dan emboli. Ini adalah jenis lesi atherosclerosis yang memunculkan gejala penyakit jantung coroner. Lumen arteri menjadi begitu sempit sehingga timbul ketidakseimbangan suplai oksigen untuk miokardium dibandingkan dengan kebutuhannya. (Stefan Silbernagl, Florian Lang, 2015) Menurut Sylva Price patofisiologi dari penyakit jantung coronerterbagi dalam 2 tahap, yaitu : 1. Iskemia Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan reversible.iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium. Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas supplay oksigen oleh pembuluh yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokardium local. Pada iskemia terjadi hemodinamika bervariasi sesuai ukuran segemen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks kompensasi system saraf otonomi. Manifestasi hemodinamika yang sering terjadi adalah peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung sebelum timbul nyeri. Jelas bahwa, pola ini merupakan respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi miokardium. Dengan timbulnya nyeri sering terjadi perangsangan lebih lanjut oleh katekolamin. Penurunan tekanan darah merupakan tanda bahwa miokardium yang terserang iskemia cukup luas atau merupakan suatu respon vagus. (Ns Andra Safery Wijaya & Mariza, 2013) Serangan iskemia biasanya mereda dalam beberapa menit apabila ketidakseimbangan antara supply dan kebutuhan oksigen sudah

7

diperbaiki. Perubahan metabolic, fungsional, hemodinamik dan elektrokardiografik yang terjadi semuanya bersifat reversible. Angina pectoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium. Mekanisme yang tepat bagaimana iskemia dapat menyebabkan nyeri masih belum jelas. Agaknya reseptor saraf nyeri terangsang oleh metabolit yang tertimbun atau oleh suatu zat stress mekanik local akibat kontraksi miokardium yang abnormal. Umumnya, angina dipicu oleh aktivitas yang meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen, seperti latihan fisik, dan hilang dalam beberapa menit dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin. Angina yang lebih jarang yaitu angina prinzmetal lebih sering terjadi pada waktu istirahat dari pada waktu bekerja, dan disebabkan oleh spasme setempat dari arteria epikardium. Mekanisme penyebabnya masih belum jelas diketahui 2. Infark Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan selular yang irreversible dan kematian otot atau nekrosis. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir tergantung dari masih nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah nekrosis. Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. Infark transmural mengenai seluruh tebal dinding yang bersangkutan, sedangkan infark subendokardial terbatas pada separuh bagian dalam miokardium. Letak infark berkaitan dengan penyakit pada daerah tertentu dalam sirkulasi coroner. Misalnya infark dinding anterior disebabkan karena pada ramus desendens anterior arteria koronaria sinistra. Infark dinding inferior biasanya disebabkan oleh lesi pada arteria koronaria kanan, dan dapat disertai berbagai derajat blok jantung. Infark miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot

8

yang nekrosis kehilangan daya kontraksi, sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami gangguan daya kontraksi.

Secara

fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia : daya kontraksi menurun, gerakan dinding abnormal, perubahan daya kembang dinding ventrikel, pengurangan curah sekuncup, pengurangan fraksi ejeksi, peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolic ventrikel dan peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (Ns Andra Safery Wijaya & Mariza, 2013)

9

D. MANIFESTASI KLINIK Lily Ismudiaty menjelaskan bahwa manifestasi klinis penyakit jantung koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran dalam arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan tak akan timbul keluhan atau manifestasi klinis. Dalam keadaan normal, di mana arteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme, peningkatan kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan aliran darah, sebab aliran darah koroner dapat ditingkatkan sampai 5 kali dibandingkan saat istirahat, yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup seperti pada saat melakukan aktivitas fisik, bekerja atau olahraga. Beberapa keluhan yang sering terjadi pada penyakit jantung koroner: 1. Skemia Skemi aadalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara reversible. Iskemia yang lama akan menyebabkan kematian otot atau necrosis. Secara klinis maka necrosis miokardium dikenal dengan nama infark miokardium . 2. Palpitasi Palpitasi merupakan manifestasi PJK meskipun tidak spesifik. Ia bisa timbul spontan ataupun atas factor pencetus yang menambah iskemia seperti aktivitas fisik, stress dll. Mungkin ia timbul primer atau sebagai permulaan manifestasi gagal jantung. 3. SesakNafas Sesak nafas mulai dengan nafas pendek sewaktu melakukan aktivitas yang cukup berat, yang biasanya tak menimbulkan keluhan, sekalipun melakukan aktivitas ringan, seperti naik tangga 1-2 lantai ataupun berjalan terburu-buru atau berjalan datar agak jauh. Padakeadaan yang lanjut dapat terjadi gagal jantung kiri, yang jelas merupakan manifestasi disfungsi vertikel kiri . 4. Angina Pektoris

10

Angina pectoris adalah jeritan otot jantung yang merupakan sakit dada kekurangan oksigen; suatu gejala klinik yang disebabkan oleh iskemia miokard yang sementara. Ini adalah akibat dari tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan kemampuan pembuluh darah koroner menyediakan secukupnya untuk kontraksi miokard. 5. Infark miokard Biasanya disebabkan oleh thrombus arteri koroner. Terjadinya thrombus disebabkan rupture plak yang kemudian diikuti oleh pembentukan thrombus disebabkan oleh trombosit. Lokasi dan luasnya miokard infark tergantung pada arteri yang kolusi dan aliran darah kolateral. Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar kelengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan kepunggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris biasa dan tak responsive terhadap nitrogliserin. (Ns Andra Safery Wijaya & Mariza, 2013) E. PENATALAKSANAAN Pasien sebaiknya dilihat secara keseluruhan (holistic) dan diperlakukan individual mengingat PJK adalah penyakit multifaktorial dengan manifestasi yang bermacam-macam.penatalaksanaan dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 1.

Umum Yang dimaksudkan di sini adalah : a. Penjelasan mengenai penyakitnya Pasien biasanya merasa tertekan, khawatir terutama untuk melakukan aktivitas. Karena itu perlu sekali diberikan penjelasan mengenai penyakitnya, dibersihkan hatinya, bahwa memang ia harus menyesuaikan diri, akan tetapi bahwa penyakitnya sendiri masih dapat dikendalikan. (Risa Hermawati, 2014) b. Hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan O2 miokardium

11

Pengaturan kembali keseimbangan O2 miokardium dalam hal ini adalah dari segi konsumsinya, karena masukan (supply) sudah pasti terbatas dan hanya dapat diubah dengan cara khusus. Hal-halyang meningkatkankebutuhanO2 sampai menimbulkan iskemia harus dicegah atau disesuaikan, misalnya aktivitas, terburu-buru, emosi, kelainan-kelainan ekstrakardial seperti hipertermi, hipertiroidisme, infeksi, obat-obatan, dll. Pasien harus menyesuaikan aktivitas fisik dan psikis dengan keadaannya sekarang, mengubah cara hidup (life style) nya. (Risa Hermawati, 2014) c. Pengendalian faktor resiko Penting

sekali

mengontrol

faktor

resiko,

karena

mereka

mempercepat proses aterosklerosis. Hipertensi, diabetes melitus dan hiperlipidemia harus diobati. Pengendalian hiperlipidemia sampai kolestrol dibawah 200 mg % misalnya, bukan saja menekan laju penyakit, tapi terbukti juga mengurangi stenos (regresi). Rokok harus dihentikan dan berat badan dikurangi sampai tak ada kelebihan berat. Dengan demikian makanan harus diatur rendah lemak jenuh dan jumlah kalori yang sesuai. Bila makan pun menimbulkan serangan angina pektoris, porsinya disesuaikan, kalau perlu frekuensi ditingkatkan dengan porsi yang dikurangi serta mudah dicerna. (Risa Hermawati, 2014) c. Pencegahan Pencegahan yang dimaksud adalah sekunder. Sudah terjadi aterosklerosis berlangsung menghambat

pada

beberapa

pembuluh

terus.

Obat-obat

pencegahan

proses

mengenai

darah

yang

diberikan

tempat-tempat

lainnya

akan untuk dan

memperberat yang ada. Yang paling sering dipakai adalah aspirin (A) dengan dosis 175 mg 160 mg sampai 80 mg, bahkan ada yang mengatakan dosis lebih rendah dari itu juga bisa efektif. (Risa Hermawati, 2014)

12

d. Penunjang yang dimaksud adalah untuk mengatasi iskemia akut, agar tak terjadi iskemia yang lebih berat sampai IJA. Untuk menambah masukan misalnya diberikan O2 di samping pasien diistirahatkan total di tempat tidur. Antikoagulan parenteral diberikan untuk mencegah stenosis total karena timbulnya bekuan sebagai akibat pecahnya plak aterosklerosis. Obat yang dipakai adalah heparin (H). Bila akan dipakai lebih lama dapat diteruskan dengan OAK. Trombolik (T) dimaksudkan untuk rekanalisasi yang mengalami stenotik, seperti pada pasien IJA. Hanya disini stenosis sudah berlangsung kronik sehingga efektivitasnya diragukan. (Risa Hermawati, 2014) 2.

Mengatasi iskemi a. Medikamentosa Obat-obatan untuk ini sama saja dengan yang dipakai untuk mengatasi angina pektoris dan sudah dibicarakan pada topik itu. Seperti diketahui obat-obat tersebut adalah: b. Nitrat (N), yang dapat diberikan parenteral, sublingual, buccal, oral, transdermal dan ada yang dibuat lepas lambat. Preparatnya ada gliseril trinitrat (GTN), isosorbid dinitrat (ISDN) dan isosorbid 5 mononitrat (ISMN). Kerugiannya adalah efek samping seperti flushing, hipotensi postural , dan toleransi. Untuk mengatasi toleransi diberikan periode bebas nitrat lebih kurang 10 jam. (Risa Hermawati, 2014) c. Berbagai jenis penyakit beta (BB), mengurangi kebutuhan oksigen. Ada yang bekerja cepat seperti pindolol dan propranolol, metoprolol dan atenolol; ada yang ISA + seperti oksprenolol dan pindolol; ada yang larut dalam lemak sehingga menembus blood brain barier seperti propranolol, metoprolol, pindolol. Yang harus diingat pada pemakaiannya adalah bahwa ia dapat mengurangi kontraktifitas (awasi pada difungsi LV), menimbulkan spasme bronkus (asma/PPOK) dan menurunkan HR, sehingga harus

13

waspada terhadap bradikardia dan blockade jantung. Efek samping misalnya mimpi-mimpi, rasa dingin pada kaki, rasa lelah, efek metabolic (gula darah dan lipid) dan withdrawal effect yang bisa menimbulkan angina pektoris lebih berat pada waktu menghentikan obat. (Risa Hermawati, 2014) d. Antagonis Calcium (Ca A), juga terdiri dari beberapa jenis, cara pemakaian oral dan parenteral. Umumnya obat-obat ini mengurangi kebutuhan O2 dan menambah masukannya (dilatasi koroner). Ada yang menurunkan HR seperti verapamil dan diltiazem tetapi ada yang menimbulkan takikardi seperti nifedipin. Kebanyakan inotropik negatif, kecuali beberapa yang vasodilator kuat sehingga menurunkan afterload dan dapat dipakai pada disfungsi LV, misalnya amlodipin. Efek samping utama seperti sakit kepala, edema kaki, bradikardia sampai blockade jantung, konstipasi, dll. (Risa Hermawati, 2014) e. Obat-obat tersebut dapat diberikan sendiri-sendiri atau kombinasi (K) (2 atau 3 macam) bila diperlukan. Hanya harus diperhatikan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan kombinasi tersebut (saling menguatkan atau menutupi kekurangan/efek samping) dan kerugiannya

(saling

bradikardia,

inotropik

menguatkan negatif,

atau

menutupi

metabolic,

dll),

misalnya ataupun

kemungkinan keuntungan mengubah/mengganti obat-obatan dari yang satu kelainan untuk menghindari toleransi. (Risa Hermawati, 2014) 3.

Operasi (coronary artery surgery (CAS) Operasi (CAS) juga mengalami banyak kemajuan terutama dalam mengusahakan agar pembuluh darahnya tetap paten cukup lama dan menemukan alternatif untuk kasus-kasus yang sukar untuk dilakukan prosedur invasive dan fungsi LV yang amat rendah. Beberapa macam operasinya antara lain adalah sebagai berikut: a. Operasi pintas koroner (CABG)

14

1) Vena saphena (saphenous vein) 2) Arteria Mammaria Interna 3) A. Radialis 4) A. Gastroepiploika b. Transmyocardial (laser) recanalization (TMR) c. Transplantasi

jantung

untuk

kardiomiopati

iskemik.

Hermawati, 2014) G.KOMPLIKASI Komplikasi penyakit jantung koroner adalah : a. Gagal jantung kongestif b. Syok kardiogenik c. Disfungsi otot papilaris d. Defek septum ventrikel e. Ruptura jantung f. Aneurisme ventrikel g. Tromboembolisme h. Perikarditik i. Sinrom dressfer j. Aritmia (Nancy.R, 2013) II.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. Pengkajian a.

Biodata

b.

Riwayat Kesehatan Dahulu 1) Penyakit pembuluh darah arteri 2) Riwayat serangan jantung sebelumnya 3) Terapi estrogen pada wanita pasca menopouse 4) Diet rutin dengan tinggi lemak 5) Riwayat merokok 6) Kebiasaan olahraga 7) ang tidak teratur 8) Riwayat DM, hipertensi, gagal jantung kongestif

15

(Risa

9) Riwayat penyakit pernafasan kronis. c.

Riwayat kesehatan keluarga Riwayat keluarga penyakit jantung/infark miokard, DM, stroke, hipertensi, penyakit vaskuler perifer.

d.

Riwayat kesehatan sekarang 1) Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur 2) Faktor perangsang nyeri spontan 3) Kualitas nyeri : rasa nyeri digambarkan dengan rasa sesak yang berat/mencekik 4) Lokasi nyeri : di bawah atau sekitar leher, dengan dagu belakang, bahu atau lengan. 5) Beratnya nyeri : dapat dikurangi dengan isturahat atau pemberian nitrat. 6) Waktu nyeri : berlangsung beberapa jam/hari, selama serangan memegang dada atau meggosok lengan kiri. 7) Diaforeasi, muntah, mual, kadang-kadang demam, dispnea. 8) Syndrom syock dalam berbagai tingkatan

e.

Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum a) TD dapat normal naik/turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri. b) Nadi

dapat

normal,

penuh/tidak

kuat,

lemah/kuat,

teratur/tidak. c) Respiratory rute meningkat d) Suhu dapat normal, meningkat/demam 2) Kepala : pusing, wajah meringis, mukosa bibir sianosis, menangis, merintih, kehilangan kontak mata. 3) Leher dan thorax a) Distensi vena jugularis b) Dada : bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktifitas atau

16

komplain

vertikel,

murmur

menunjukkan

gagal

katup

jantung/disfungsi otot papilar, friksi, perikarditis, irama jantung : dapat teratur/tidak, paru-paru : bunyi nafas bersih/krekets/mengi, frekuensi nafas meningkat, nafas sesak, sputum bersih, merah muda kental, batuk dengan/tanpa produksi sputum. Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea noktural. 4) Abdomen a) Penurunan turgor kulit, nyeri ulu hati/terbakar b) Perubahan BB, bising usus normal/menurun 5) Ekstremitas a) Kelemahan, kelelahan b) Edema perifer/edema umum c) Kulit kering/berkeringat dingin d) Menggeliat e) Pemeriksaan diagnostik f) EKG menyatakan peninggian gelombang ST, iskemia, penurunan atau datarnya gelombang T menunjukkan cedera, gelombang Q berarti nekrosis. g) Sel darah putih : leukosit (10000-20000) biasanya tampak pada hari kedua setelah IMA sehubungan dengan proses inflamasi. h) Foto dada : mungkin normal/menunjukkan pembesaran jantung diduga gagal jantung kongestif atau aneuresma ventrikel. i) Elektrolit konduksi

: dan

ketidakseimbangan dapat

dapat

mempengaruhi

mempengaruhi kontraktilitas

:

hipo/hiperkalemia. j) Analisa gas darah/oksimeter nadi : dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut/kronis.

17

k) Kolestrol/trigliserida

serum

meningkat,

menunjukkan

arteriosklerosis sebagai penyebab IMA. l) Enzim jantung: a. CKMB (Creatinin kinase-isoenzim MB) mulai naik dalam 6 jam, memuncak dalam 18-24 jam dan kembali normal antara 3-4 hari, tanpa terjadinya nekrosis baru. Enzim CK-MB sering dijadikan sebagai indikator IMA, sebab diproduksi hanya saat terjadi kerusakan jaringan miokard. b. Lactat dehdirogenase (LDH) mulai meningkat dalam 612 jam, memuncak dalam 304 hari dan normal 6-12 hari. c. Aspartat

aminotransaminase

serum

(ASI)

mulai

meningkat dalam 8-12 jam dan bertambah pekat dalam 1-2 hari. Enzim ini muncul dengan kerusakan hebat dari otot tubuh. (Ns Andra Safery Wijaya & Mariza, 2013) 2. Diagnosa Keperawatan (Ns Andra Safery Wijaya & Mariza, 2013) a. Ketidak efektifan pola nafas b/d tekanan pada paru b. Gangguan rasa aman nyaman nyeri b/d perubahan fungsi metabolic hemofinamika dan elektrokardio c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keridak seimbangan antara suplay dan kebutuhan O2 d. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan.

18

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)

No

Diagnosa Keperawatan

1.

Ketidak efektifan pola nafas b/d tekanan

Respiratory status:ventilation

pada paru

Respilatory status : airway patency

Definisi: inspirasi dan /atau ekspirasi

Vital sign status

tidak memberi ventilasi

Kriteria hasil :

Batasan kraakteristik

1. Mendemostrasikan batuk efektif dan

Intervensi (NIC) 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas



Perubahan kedalaman pernapasan

suara nafas yang bersih tidak ada



Perubahan ekskursi dada

seanosis



Mengambil posisi tiga titik



Bradipneu

paten(klien tidak merasa



Penurunan tekanan ekspirasi

tercekik,irama napas,frekuensi



Penurunan ventilasi semenit

pernapasan dalam rentang

6. Monitor aliran oksigen



Penurunan kapasitas vital

normal,tidak ada suara napas

7. Monitor TD,nad,suhu,pernapasan



Dipneu



Peningkatan diameter anteriorosterio

bantuan 3. Identifikasi perubahan vital sign

2. Menunjukkan jalan napas yang

abnormal) 3. Tanda tanda vital dalam rentang normal (TD,nadi,pernapasan)

19

4. Pertahankan posisi pasien 5. Monitor respirasi daan status o2 Oxygen terapy

2

Gangguan rasa aman nyaman nyeri b/d

Intervensi NIC :

perubahan fungsi metabolic

Tujuan:

1) Lakukan pengkajian nyeri yang

hemofinamika dan elektrokardio

a. Memperlihatkan pengendalian

komprehensif meliputi

Batasan karakteristik :

nyeri,yang dibuktikan oleh indikator

lokasi,karakteristik,awitan dan

a. Mengungkapakan secara verbal atau

sebagai berikut(1-5;tidak pernah,

durasi,frekuensi dan kualitas dan

melaporkan (nyeri)dengan isyarat

jarang, kadang-kadang,sering,atau

intensitas atau keparahan nyeri,dan

b. Posisi untuk menghindari nyeri

selalu:

faktor presipitasinya

c. perubahan tonus otot

1) Mengenali awitan nyeri

d. perubahantekanan darah, pernafasan

2) Menggunakan tindakan

atau nadi, dilatasi pupil e. perubahan selera makan f. perilaku distrasi

pencegahan 3) Melaporkan nyeri dapat dilakukan b. Menunjukkan tingkat nyeri,yang

2) Observasi isyarat nonverbal ketidak nyamanan,khususnya pada mereka yag tidak mampu berkomunikasi efektif 3) Informasikan kepada pasien tentang

g. perilaku ekspresif

dibuktikan oleh indikator sebagai

prosedur yang dapat meningkatkan

h. Perilaku menjaga atau sikap

indikator berikut (sebutkan 1-5;

nyeri dan tawarkan strategi koping

melindungi

sangat berat,berat,sedang,ringan,atau

yang disarankan

i.

fokus menyempit

tidak ada):

j.

bukti nyeri yang dapat

1) Ekpresi nyeri pada wajah

seperti penyebab nyeri,berapa lama

diamatk.berfokus pada diri sendiri

2) Gelisah atau ketegangan otot

akan berlangsung,dan antisispasi

3) Durasi episode nyeri

ketidaknyamanan akibat prosedur

k. gangguan tidur

4) berikan informasi tenteng nyeri ,

20

Faktor yang berhubungan:Agens-

4) Merintih dan menangis

agens penyebab cedera misalnya:

5) Gelisah

biologis,kimia,fisik,dan psikologis

5) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (relaksasi nafas

Kriteria Hasil NOC a. Tingkat Kenyamanan:tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan

dalam),atau kompers hangat dingin 6) Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman

psikologis b. Pengendalian nyeri:tindakan individu untuk mengendalikan nyeri c. Tingkat nyeri keparahan yang dapat di amati atau dilaporkan 3

Intoleransi aktivitas berhubungan

Tujuan:

dengan ketidak seimbangan antara

a. Menoleransi aktivitas yang biasa

suplay dan kebutuhan O2 Batasan

dilakukan, yang dibuktikan oleh

berdiri,ambulasi,dan melakukan aks

krsteristik:

toleransi aktivitas, ketahanan,

dan aksi

 respon tekanan darah abnormal

penghematan energy, kebugaran fisik,

terhadap aktifitas  respon prekuensi jantung abnormal

1) Kaji tingkat kemampuan pasien

energi psikomotorik, dan perawatan

untuk berpindah dari tempat tidur,

2) Kaji respon emosi,sosial,dan spiritual terhadap aktivitas

diri: aktivitas kehidpan sehari hari 3) Evaluasi motifasi dan keinginan

21

terhadap aktifitas  perubahan EKG yang mencerminkan

(AKSI)

pasien untuk meningkatkan aktifitas

b. Menujukkan aktivitas toleransi, yang

4) Pantau respon kardioresparitori

dibuktikan oleh indikator sebagai

terhadap aktivitas (misalnya,

berikut seberat, disebutkan 1-5

takikardia,disritmia lain

 dispnea setelah beraktifitas

gangguan ekstrem, berat, sedang,

lain,dispnea,diaforesis,pucat,tekanan

 menyatakan merasa letih

ringan, atau tidak mengalami gangguan

hemodinamik,dan frekuensi

aritmia  ketidak nyamanan setelah beraktifitas

 menyatakan merasa lemah Faktor yang berhubungan:  tirah baring atau imobilisasi

Kriteria hasil NOC: a. Tolereransi aktivitas:respons fisiologis

 kelemahan umum

terhadap geraka yang memakan energi

 ketidak seimbangan antara suplai

dalam aktivitas sehari-hari.

dan kebutuhan oksigen  imobilitas  gaya hidup menoton

pernapasan). 5) Pantau respon oksigen pasien (misalnya,denyut nadi,irama jantung, dan frekuensi pernapasan) terhadap aktivitas perawatan diri atau aktivitas

b. Ketahanan: kapasitas unutuk

keperawatan.

menyelesaikan aktivitas 6) Pantau asupan nutrisi untuk c. Peng hemat energi: tindakan individu untuk mengola energi untuk memulai

memastikan sumber-sumber energi yag adekuat.

dan menyelesaikan aktiviatas. 7) Ajarkan kepada pasien dan orang d. Kebugaran fisik: pelaksanaan aktivitas

22

terdekat tentang teknik perawatan diri

fisik yang penuh fitalitas e. Energi psikomotorik: dorongan dan energi idividu untuk mempertahankan

yang akan meminimalkan konsumsi oksigen. 8) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas

aktivitas hidup sehari-hari, nutrisi dan

dan teknik menejemen waktu untuk

keamanan personal

mencegah kelelahan

f. Perwatan diri: ativitas kehidupa

9) Kolaborasikan dengan ahli terapi

sehari-hari (aksi): kemampuan untuk

okupasi,fisik (misalnaya, untuk

melalukan tugasa-tugas fisik yang

latihan ketahanan), atau rekreasi

paling dasar dan aktivitas perwatan

untuk merecanakan dan mematau

pribadi secara mandiri denga atau

program aktivitas,jika perlu.

tanpa alat bantu. g. Perawatan diri aktivitas kehidupan sehari hari instrumental(AKSI) :kemmpuan untuk melakukuan aktvitas yang dibutuhkan dalam fungsi dirumah

10)

Anjuran periode untuk istirahat

dan aktivitas secara bergantian 11)

Bantu dengan akttivitas fisik

teratur misalnaya: ambulasi, berpindah, mengubah posisi, da

atau komunitas secara amandiri dengan atau tampa alat bantu.

12)

Batu pasien untuk melakukan

pemantauan mandiri denag membuat

23

dokumentasi tertulis yang mencatat asupan kalori dan energi, jika perlu.

4

Ansietas berhubungan dengan ancaman Tujuan atau perubahan kesehatan

 Anxienty self- control

Difinisi :perasaan tidak nyaman atau

 Anxienty level

kekawatiran yang sama disertai respon

 Coping

autonom spesifik

(sumber

seringkali

atau tidak diketahui

individu),perasaan

takut

yang

disebabkan oleh antisifasi terhadap bahaya.hal kewaspadaan

ini

merupakan

yang

isyarat

memperingatkan

kecemasan) 1. Gunakan pendekatan yang menenagka

tidak Kriteria hasil oleh

Anxietyreduction (penurunan

2. Nytakan dengan jelas harapan

 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas  Mengedintifikasi,mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas

individu akan adanya bahaya dan

 Vital sign dalam batas normal

memapukan individu untuk bertindak

 Postur tubuh,ekspresi wajah,bahasa

menghadapi ancaman

24

terhadap pelaku pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 4. Pahami presfektif pasien terhadap situasi stres 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

Batasankrakteristik:

tubuh dan tingkat aktivitas

 perilaku

menunjukkan berkurangnya kecemasan

- penurunan produktifitas

6. Dorong keluarga untuk menemani anak 7. Lakukan back/neck rub

- gerakan yang ereleven

8. Dengarkan dengan penuh perhatian

- gelisah

9. Identifikasi tingkat kecemasan

- melihat sepintas

10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

- insomnia

11. Dorong pasien untuk mengugkapkan

- kontak mata yang buruk - mengekspresikan

perasaan, ketakutan,persefsi

kekwatiran

12. Instruksikan pasien menggunakan

karena perubahan dalam peristiwa

tehnik relaksasi

hidup

13. Berikan obat untuk mengurang

- agitasi

kecemasan

- tanpak waspada  afektif -gelisah, distres -Kesedihan yang mendalam - ketakutan -perasaan tidak adekuat -Berpokus pada diri sendiri

25

- Peningkatan kewaspadaa - Iritabilitas - Gugup senang berlebihan rasa nyeri yang meningkatkan ketidak berdayaan -peningkatan rasa ketidak berdayaan yang persistem - Bigung,menyesal - Ragu/tidak percaya diri - Khawatir  fisiologis - Wajah tegang - Teromor tangan - Peningkatan keringat - Peningkatan ketegangan - Gemetar,tremor - Suara bergetar  Simpatik - Anoreksisa

26

- Eksitasi kardiovaskuler - Diare,mulut kering - Wajah merah - Jantung berdebar debar - Peningkatan tekanan darah - Peningkatan denyut nadi - Peningkatan reflek - Peningkatan frekuensi pernapasan - Kesulitan bernapas - Vasokontriksi superfisial - Lemah,kedutan pada otot  Parasimpatik - Nyeri abdomen - Penurunan tekanan darah - Penurunan denyut nadi - Diare,mual,vertigo - Letih,gangguan tidur - Kesemutan pada ekstremitas

27

- Sering berkemi - Dorongan segera berkemih  Kognitif - Menyadari gejala fisiologis - Bloking pikiran,kongnfusi - Penurunan lapang persepsi - Kesulitan berkonsentrasi - Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalh - Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik - Lupa,gangguan perhatian - Kwatir,melamun cenderung menyalahakan orng lain Faktor yang berhubungan  Perubahan dalam (status ekonomi,lingkungan,satus kesehatan,pola intraksi,fungsi peran,status peran)

28

 Pemajanan toksin  Terkait keluarga  Heriditer  Infeksi/kontaminan intarpersonal  Penularan penyakit  Krisis maturasi,krisis situasional  Stres,ancaman kematian  Penyalagunaan zat  Abcaman pada (satatus ekonomi,lingkungan,satus kesehatan,pola intraksi,fungsi peran,status peran,konsep diri)  Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidup  Konflik tidak disadrai mengenai nilai yang esensial/penting  Kebutuhan yang tidak dipenuhi (Amin Huda Nuratif, Hardhi Kusuma, 2015)

29

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah menguraikan pembahasan pada kasus gangguan sistem kardiovaskuler tentang penyakit Jantung Koroner maka pada Bab ini kami dapat menarik beberapa kesimpulan : 1. Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu akibat utama arteriosclerosis (pengerasan pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosclerosis (radang pembuluh darah). Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah yang membawa makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfungsi dengan baik. Pada keadaan ini, pembuluh darah nadi menyempit, karena terjadi endapan – endapan lemak (atheroma dan plaques) di dindingnya. 2. Penyebab terjadinya penyakit jantung Koroner adalah ada 2 faktor yaitu factor resiko diantaranya Usia,Jenis kelamin,Tekanan darah tinggi,Hiperlepidema,Merokok,sedangkan,factor,pencetus,Obesitas Kurang gerak ,Diabete mellitus. B. SARAN Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya kepada usia lanjut, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun penyakit jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya ini maka kita harus mulai dengan berperilaku hidup sehat,seperti pola makan yang sehat dan teratur hingga mulai membiasakan untuk berolahraga dan tidak merokok tentunya.

30

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nuratif, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction. Nancy.R, J. d. (2013). Buku Saku Diangnosa Keperawatan. Jakarta: EGC. Ns Andra Safery Wijaya, s., & Mariza, N. y. (2013). KMB 1. Yogyakarta: nuha medika. Padila. (2013). buku Ajar Keperawatan medikal bedah. Yogyakarta: Nuha Medika. Risa Hermawati, H. C. (2014). Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Kandas medika. Stefan Silbernagl, Florian Lang. (2015). Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.

31

Related Documents


More Documents from ""

Z.docx
June 2020 17
Sap Kanker Paru.docx
May 2020 20
Tugas Cardio Chf.docx
June 2020 16
Simple Present.docx
May 2020 18
Askep Dhf.docx
May 2020 24