Penyakit Jantung iskemik (Principles) Hasil yang diingankan Begitu diagnosis IHD terbentuk pada pasien, klinisi harus memberikan konseling tentang modifikasi gaya hidup, mengadakan terapi farmakologis yang tepat, dan evaluasi kebutuhan untuk revaskularisasi. Terapi medis yang optimal sangat penting mengelola pasien dengan IHD. Tujuan utama untuk Pengobatan IHD adalah untuk:
Mencegah sindrom koroner akut dan kematian Meringankan gejala akut iskemia miokard Mencegah terulangnya gejala iskemia miokard Mencegah perkembangan penyakit Mengurangi komplikasi IHD Menghindari atau meminimalkan efek pengobatan yang merugikan
Pendekatan pengobatan untuk mengatasi tujuan ini diilustrasikan pada Gambar 7-4.
Pendekatan Umum untuk Pengobatan Strategi utama untuk mencegah ACS dan kematian (misalnya primer atau pencegahan sekunder) adalah untuk:
Secara agresif memodifikasi faktor risiko kardiovaskular Memperlambat perkembangan aterosklerosis koroner Menstabilkan plak(tanda peringatan) aterosklerotik yang sudah ada
Modifikasi faktor resiko dilakukan melalui perubahan gaya hidup dan farmakologis terapi. Koenzim 3-hidroksi-3-methylglutaryl A penghambat reduktase (inhibitor HMG-CoA reduktase atau statin) dan inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE) diyakini untuk memberikan efek vasculoprotective (misalnya, efek anti-inflamasi, efek antiplatelet, perbaikan fungsi endotel, dan / atau perbaikan dalam kepatuhan dan nadi arteri).
Bersama dengan aspirin, obat ini telah terbukti mengurangi risiko Kejadian koroner akut dan kematian pada pasien dengan IHD. Di pilih pasien dengan IHD (mengikuti rawat inap untuk ACS ± PCI dan / atau mengikuti penempatan stent intrakoroner), antiplatelet ganda Terapi dengan aspirin dan antagonis P2Y12 juga telah ditunjukkan untuk mengurangi kejadian iskemik. Penghambat reseptor angiotensin (ARB) dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi inhibitor ACE Karena efek samping (misalnya batuk kronis). β-blocker telah terbukti mengurangi morbiditas dan memperbaiki kelangsungan hidup pasien yang telah menderita MI Terapi untuk meringankan dan mencegah angina ditujukan untuk memperbaiki keseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan persediaanya. Pengobatan obat terutama ditujukan untuk mengurangi kebutuhan sedangkan revaskularisasi oleh PCI dan bypass arteri Operasi cangkok (CABG) secara efektif mengembalikan aliran darah memperbaiki suplai oksigen miokard. Revaskularisasi koroner umumnya disediakan untuk pasien dengan terapi medis yang optimal dan mereka yang dirawat di rumah sakit untuk ACS.
oksigen koroner koroner,
gejala
Efek pengobatan yang merugikan dapat dihindari dengan menghindari interaksi obat dan penggunaan obat-obatan yang mungkinmemberikan efek tidak baik pada penyakit komorbid. Dosis obat yang tepat dan pemantauan mengurangi risiko efek pengobatan yang merugikan. Obat harus dimulai dalam dosis rendah, dengan menganalisis secara hati - hati yang diperlukan untuk mengendalikan faktor gejala angina dan risiko kardiovaskular.
Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup (penghentian merokok, penghindaran barang bekasasap, modifikasi diet, peningkatan aktivitas fisik,dan penurunan berat badan) mengurangi faktor risiko kardiovaskular, memperlambat perkembangan IHD, dan mengurangi risiko terkait komplikasi IHD. Merokok adalah satu-satunya yang paling bisa mencegah penyebab IHD dan kematian terkait IHD. Merokok juga bisa mengurangi efek antianginum terapi obat. Dokter harus menasihati pasien dan / atau anggota keluarga yang merokok karena penting berhenti merokok pada setiap pertemuan dan tawaran rujukan ke program khusus penghentian merokok .
GAMBAR 7-5. Algoritma pengobatan untuk penyakit jantung iskemik. Ini dimulai dari atas (bagian biru), yang menunjukkan faktor risiko modifikasi sebagai modalitas pengobatan pertama. Beralih ke bagian hijau, terapi anti platelet yang tepat dipilih. Dan Bagian ungu mengidentifikasi pasien dengan risiko tinggi untuk kejadian jantung buruk utama (MACE) dan menyarankan terapi obat yang tepat mengurangi risiko kardiovaskular Bagian oranye di bagian bawah merekomendasikan terapi anti anginum yang tepat. a Durasi minimum Terapi clopidogrel setelah penempatan stent intrakoroner adalah sebagai berikut: minimal 1 bulan untuk stent metal telanjang dan paling sedikit 12 bulan untuk stent obat-eluting. (ACE-I, inhibitor enzim pengubah angiotensin; ACS, sindrom koroner akut; ARB, angiotensin penghambat reseptor; BMS, stent logam telanjang; BP, tekanan darah; CABG, graft bypass arteri koroner; CCB, calcium channel blocker; DES, drug-eluting stent; HR, denyut jantung; IR, segera dibebaskan; LA, bertindak lama; LDL, low-density lipoprotein; LV, ventrikel kiri; NTG, nitrogliserin; PCI, intervensi koroner perkutan; SL, sublingual.)
Sumber : dipiro
PENGOBATAN (iskemia) Tujuan jangka pendek terapi untuk IHD adalah untuk mengurangi atau mencegah Gejala angina yang membatasi kemampuan berolahraga dan gangguan kualitas hidup. Tujuan terapi jangka panjang adalah mencegah PJK kejadian seperti MI, aritmia, dan gagal jantung dan memperpanjang kehidupan pasien. Karena ada sedikit bukti bahwa prosedur revaskularisasi seperti angioplasty dan operasi bypass arteri koroner memperpanjang hidup, fokus utama harus mengubah yang hal mendasarinya dan proses aterosklerosis yang sedang berlangsung melalui faktor risikomodifikasi sambil memberikan bantuan simtomatik melalui penggunaan nitrat, bloker β, penghambat saluran kalsium dan ranolazine untuk gejala anginal.
Terapi (Iskemia) Terapi jangka pendek dari terapi IHD adalah untuk mengurangi atau mencegaj gejala angina yang membatasi kemampuan aktivitas fisik dan memperburuk kualitas hidup. Tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah PJK seperti IM, aritmia, dan gagal jantung dan untuk memperpanjang hidup pasien. Terapi nitrat harus menjadi tahap pertama dalam pengatasan serangan akut angina stabil kronis jika serangan tidak sering terjadi. Jika angina terjadi tidak lebih dari satu kali pada hari yang berdekatan, maka sediaan sublingual nitrogliserin atau spray atau bukal cukup digunakan. Dan secara skematis terapi bisa digambarkan sebagai berikut
(lihat dipiro)
Referensi. Dipiro, Joseph T. et. Al, 2006, Pharmacotheraphy Handbook, Sixth edition. Mc Graw Hill Companies Yulinah, Iskandar, Prof.Dr,Apt, dkk, 2009, Iso Farmakoterapi, PT ISFI Penerbitan; Jakarta
PENGGUNAAN ANTIPLATELET CLOPIDOGREL DALAM TERAPI ANGINA PECTORIS Disusun oleh: Lestarining Wahyu Ndadari (078115016)
Angina pectoris adalah sekumpulan gejala klinis khas yang ditandai dengan rasa tidak nyaman (nyeri) di dada, rahang, bahu, punggung, atau lengan. Gejala yang lain seperti rasa tertekan atau terbakar di dada. Nyeri terjadi selama 0,5 hingga 30 menit. Faktor lain seperti lingkungan yang dingin, berjalan setelah makan, peningkatan emosional, rasa takut atau rasa marah yang berlebih. Gejala dapat membaik setelah beristirahat dan penggunaan nitroglycerin. Pada angina tidak stabil, saat istirahat pun dapat terasa nyeri dada, dan terdapat resiko tinggi infark miokard (MI). Selain terapi menggunakan bloker β, pasien juga diterapi dengan obat antiplatelet untuk menurunkan agregasi platelet dan trombosis arteri. Clopidogrel merupakan salah satu antiplatelet golongan thienopyridines yang mampu mengurangi agregasi dengan menghambat reseptor adenosin difosfat (ADP) pada platelet secara ireversibel. Clopidogrel juga digunakan pada pasien yang kontraindikasi terhadap aspirin (antiplatelet lain). Clopidogrel direkomendasikan untuk pasien yang mengalami angina tidak stabil, non-ST segment myocardial infarction (NSTEMI), infark miokard akut (AMI), dan ischemic heart disease (IHD).
Sasaran Terapi Sasaran terapi Clopidogrel sebagai antiplatelet dalam terapi angina pectoris adalah agregasi platelet dan trombosis arteri yang menyebabkan penyempitan ateromatosa arteri koroner. Penyempitan ini menyebabkan permintaan/kebutuhan oksigen jantung lebih besar atau melampaui kemampuan suplai oksigen sehingga jantung kekurangan oksigen dan menimbulkan rasa nyeri di dada.
Tujuan Terapi Tujuan terapi Clopidogrel sebagai antiplatelet dalam terapi angina pectoris adalah mengurangi atau mencegah gejala angina (yang membatasi kemampuan beraktivitas dan menurunkan kualitas hidup), menghilangkan rasa nyeri dan sesak pada dada; menurunkan heart rate; kontraktilitas jantung; mencegah terjadinya CHD (coronary heart disease) seperti MI, aritmia, gagal jantung; dan meningkatkan kualitas hidup.
Strategi Terapi Strategi terapi untuk angina pectoris ada dua macam yaitu terapi farmakologis (menggunakan obat-obat untuk angina) dan terapi non-farmakologis (terapi tanpa menggunakan obat).
Terapi farmakologis pada angina pectoris meliputi: Nitroglycerine sublingual; untuk pertolongan cepat untuk angina; mampu menurunkan suara arteriolar dan venous, mengurangi kebutuhan oksigen jantung, memperbaiki aliran darah jantung dengan dilatasi (pelebaran) pembuluh Aspirin; Clopidogrel; sebagai antiplatelet untuk mengurangi agregasi platelet dan trombosis di arteri sehingga juga dapat mengurangi sumbatan di pembuluh darah β-bloker dengan prioritas MI; memiliki mekanisme kerja mengurangi kebutuhan oksigen jantung selama penggunaan dan stress dengan cara mengurangi kecepatan dan kontraktilitas denyut jantung Inhibitor ACE untuk pasien dengan CAD (penyakit arteri koroner) dan diabetes atau disfungsi sistole left ventricle (LV); mempunyai mekanisme kerja sebagai antagonis pelepasan mediator dari angiotensin II pada sel otot polos, mencegah plak atherosclerotic ruptur dengan mengurangi inflamasi, mengurangi hipertropi ventrikel kiri jantung, dan memperbaiki fungsi endotelial Terapi untuk menurunkan LDL dengan CAD dan LDL konsentrasi >130 mg/dl (catatan: diturunkan sampai kurang dari 100 mg/dl); Calcium antagonist/long-acting nitrat untuk mengurangi gejala jika kontraindikasi β-bloker; dengan cara mengurangi kebutuhan oksigen jantung dan menginduksi vasodilatasi (pelebaran pembuluh) arteri koroner Calcium antagonist/long-acting nitrat dikombinasikan dengan β-bloker jika pengobatan utama dengan β-bloker tidak berhasil; Calcium antagonist/long-acting nitrat sebagai pengganti β-bloker jika pengobatan utama dengan β-bloker mempunyai efek samping yang tidak dapat diterima. Terapi non-farmakologis meliputi: revaskularisasi, yang dilakukan dengan prosedur yang disebut coronary artery bypass grafting (CABG) dan percutaneous transluminal coronary angioplasty (PTCA). Terapi-terapi tersebut terutama untuk pasien dengan gejala angina yang tidak dapat lagi diatasi dengan terapi obat, pasien dengan stenosis arteri koroner kiri lebih besar dari 50% dengan atau tanpa gejala, pasien dengan penyakit di tiga pembuluh darah dengan disfungsi ventrikel kiri jantung, pasien dengan angina tidak stabil, dan pasien dengan post-infark miokard dengan lanjutan angina atau iskemik lebih parah. Selain terapi-terapi tersebut, disarankan untuk mengubah gaya hidup yang dapat dilakukan antara lain menghentikan konsumsi rokok; menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan, melakukan olah raga ringan secara teratur; jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes secara teratur; dan melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid.
Obat Pilihan
Nama generik: Clopidogrel
Nama dagang di Indonesia: Plavix® (Sanofi Aventis)
Indikasi Mengurangi kejadian atherosclerotic (myocardial infarction, stroke, kematian pembuluh darah) pada pasien dengan atherosclerosis dibuktikan oleh myocardial infarction (MI) yang belum lama berselang terjadi, stroke yang belum lama berselang terjadi, atau penyakit arterial peripheral yang sudah terbukti; sindrom coronary akut (angina tidak stabil atau MI non-Q-wave) yang terkontrol secara medis atau melalui percutaneous coronary intervention/PCI (dengan atau tanpa stent)
Kontra-indikasi Hipersensitivitas terhadap clopidogrel atau komponen lain dari formulasinya; perdarahan patologis aktif seperti PUD atau hemoragi intrakranial; gangguan koagulasi; active peptic ulcer (tukak lambung aktif).
Bentuk sediaan: Tablet salut film 75 mg
Dosis Oral, dewasa: myocardial infarction (MI) yang belum lama berselang terjadi, stroke yang belum lama berselang terjadi, atau penyakit arterial peripheral yang sudah terbukti: satu kali sehari satu tablet 75 mg Sindrom coronary akut: initial: loading dose 300 mg; diikuti dengan satu kali sehari satu tablet 75 mg (dikombinasikan dengan aspirin 75-325 mg satu kali sehari satu tablet). Pencegahan penutupan coronary artery bypass graft (saphenous vein): pasien dengan alergi terhadap aspirin: dosis loading: 300 mg 6 jam ; dosis maintenance: 50-100 mg/hari
Aturan pakai Satu kali sehari satu tablet 75 mg, dapat diminum dengan atau tanpa makanan.
Efek samping Perdarahan gastrointestinal (saluran pencernaan), purpura, bruising, haematoma, epistaxis, haematuria, ocular haemorrhage, perdarahan intracranial, nyeri abdominal (perut), gastritis, konstipasi, rash, dan pruritus (gatal)
Resiko khusus (wanita hamil/gagal ginjal/kelainan hepar) Pada kehamilan memiliki faktor resiko B; tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui; pasien yang memiliki resiko peningkatan perdarahan dari suatu trauma, pembedahan atau kondisi patologik lainnya. Pasien dengan penyakit hepatik sedang yang kemungkinan mengalami perdarahan diatheses. Penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal dan pasien usia lanjut tidak diperlukan.
Daftar Pustaka Koda-Kimble, M. A., Young, L. Y., Kradjan, W. A., Guglielmo, B. J., Alldredge, B. K., and Corelli, R. L., 2005, Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, Eight edition, 17-2, 17-24, 17-25, 17-31, 17-32, 18-8, 18-23, 18-24, Lippincott, Williams and Wilkins, USA
Info BPOM Anti Angina Obat yang digunakan untuk menanggulangi serangan akut angina pektoris dan profilaksisnya meliputi:
Nitrat Antagonis kalsium Beta-bloker Antiangina lain
Nitrat, antagonis kalsium dan aktivator kanal kalium (potassium-channel activators) mempunyai efek vasodilatasi. Pada gagal jantung, vasodilator bekerja dengan mendilatasi arteri yang menurunkan resistensi vaskular perifer dan tekanan sistolik ventrikel kiri sehingga mengakibatkan meningkatnya curah jantung, atau dilatasi vena yang menyebabkan meningkatnya kapasitas vena, dan berkurangnya aliran balik vena menuju jantung (menurunkan tekanan diastolik ventrikel kiri). Angina. Angina stabil biasanya disebabkan oleh plak aterosklerosis pada arteri koroner, sedangkan angina tidak stabil biasanya disebabkan oleh ruptur plak dan dapat terjadi pada pasien dengan riwayat angina stabil atau pada pasien yang sebelumnya menderita penyakit arteri koroner tanpa gejala. Penting untuk membedakan angina tidak stabil dan angina stabil; ciri-ciri angina tidak stabil adalah angina yang baru terjadi dan langsung berat atau angina stabil yang sebelumnya ada dan tiba-tiba memburuk. Angina stabil. Serangan akut angina stabil harus diobati dengan gliseril trinitrat sublingual. Jika serangan terjadi lebih dari dua kali dalam seminggu, diperlukan terapi obat dan harus diberikan bertahap sesuai dengan respons yang diperoleh. Asetosal dengan dosis 75 mg/hari (lihat bagian 2.7) harus diberikan pada pasien dengan angina. Prosedur revaskularisasi dapat dilakukan. Pasien angina stabil ringan atau sedang tanpa disfungsi ventrikel kiri, dapat diobati dengan gliseril trinitrat sublingual dan pemberian beta bloker secara teratur (lihat bagian 2.3.4). Apabila diperlukan, antagonis kalsium dihidropiridin kerja panjang (lihat bagian 2.4.2) dan nitrat kerja panjang (lihat bagian 2.4.1) dapat ditambahkan. Pada pasien tanpa disfungsi ventrikel kiri dan pada pasien di mana beta bloker tidak sesuai, dapat diberikan diltiazem atau verapamil (lihat bagian 2.4.2) dan dapat ditambahkan nitrat kerja panjang (lihat bagian 2.4.1) apabila gejala tidak cukup teratasi. Pada pasien yang gagal diobati atau tidak dapat mentoleransi terapi standar, dapat dicoba diberikan nikorandil (di Indonesia obat ini belum tersedia).
Bagi pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, dapat digunakan nitrat kerja panjang (lihat bagian 2.4.1) dan apabila diperlukan dapat ditambahkan antagonis kalsium dihidropiridin kerja panjang (lihat bagian 2.4.2). Statin (lihat bagian 2. 10.4) harus dipertimbangkan untuk menurunkan risiko serangan jantung. Angina tidak stabil. Pasien dengan angina tidak stabil harus dirawat di rumah sakit. Tujuan tata laksana angina tidak stabil adalah untuk memberikan terapi pendukung dan mengurangi rasa sakit selama serangan akut dan mencegah terjadinya infark miokard dan kematian. Pengobatan awal dengan asetosal (kunyah atau didispersikan dalam air) dengan dosis 300 mg diberikan untuk mendapatkan efek antiagregasi. Apabila asetosal sudah diberikan sebelum pasien dirawat, maka hal ini harus dilaporkan ke dokter. Heparin (lihat bagian 2.6.2) atau heparin dengan berat molekul rendah yaitu dalteparin atau enoksaparin (lihat bagian 2.6.2) sebaiknya juga diberikan. Nitrat (lihat bagian 2.4.1) digunakan untuk menghilangkan nyeri iskemik. Apabila gliseril trinitrat sublingual tidak efektif, dapat diberikan gliseril trinitrat bukal atau intravena atau isosorbid dinitrat intravena. Pasien tanpa kontraindikasi sebaiknya menerima beta bloker oral atau intravena (lihat bagian 2.3.4). Pada pasien tanpa disfungsi ventrikel kiri dan pada pasien yang tidak dapat menggunakan beta- bloker, dapat diberikan diltiazem atau verapamil (lihat bagian 2.4.2). Penghambat glikoprotein IIb/IIIa eptifibatid dan tirofiban (lihat bagian 2.7) dianjurkan (bersama dengan asetosal dan heparin) untuk angina tidak stabil pada pasien yang berisiko tinggi mengalami infark miokard. Absiksimab, eftifibatid atau tirofiban dapat digunakan bersama dengan asetosal dan heparin pada pasien yang sedang menjalani intervensi koroner perkutan (PCI), untuk menurunkan risiko oklusi vaskuler yang segera. Prosedur revaskularisasi seringkali efektif untuk pasien dengan angina tidak stabil. Pengobatan jangka panjang. Pentingnya perubahan gaya hidup, terutama berhenti merokok, harus ditekankan. Pasien harus segera menerima asetosal dosis rendah yaitu 75 mg/hari. Statin (bagian 2.10.4) sebaiknya diresepkan juga. Perlunya pengobatan jangka panjang angina maupun angiografi jantung harus dievaluasi. Apabila berlanjut menjadi iskemia, standar pengobatan angina sebaiknya dilanjutkan; jika tidak, penghentian pengobatan dengan angina harus dilakukan dengan hati-hati sekurang-kurangnya 2 bulan setelah serangan akut.
. Pengobatan jantung iskemia
Suatu terobosan baru dari Dean Ornish pada tahun 1996 melaporkan bahwa perubahan gaya hidup termasuk olah raga, merokok, pola makan seimbang, pengendalian stres secara terkontrol terbukti dapat memulihkan penyakit jantung koroner dengan hilangnya plak aterosklerosis tanpa obatobatan dan tindakan operasi. Namun, penerapan teori ini di kalangan masyarakat pada umumnya masih sulit dilakukan (Karyadi, 2002).
Beberapa golongan obat digunakan untuk mengatasi dan mencegah serangan jantung berulang. Obat-obat tersebut antara lain: a. Golongan nitrat
Obat golongan ini untuk mengatasi serangan angina, pemberian tablet langsung dimasukkan di bawah lidah, sehingga dapat segera diabsopsi dan
16
efeknya untuk melebarkan pembuluh darah yang menyempit, sehingga aliran darah menjadi lancar dan rasa sakit dada berkurang (Karyadi, 2002). b. Golongan salisilat
Obat golongan ini diberikan untuk penderita angina, untuk mencegah serangan jatung lebih lanjut, obat berkerja untuk mengencerkan darah dan sebagai anti platelet, sehingga mencegah terjadinya bekuan darah yang dapat memblok aliran darah di pembuluh darah koroner (Karyadi, 2002). c. Golongan penyekat beta (beta bloker) Beta bloker diberikan pada penderita angina, karena cara kerjanya menghanbat efek adrenalin pada reseptor beta yang terdapat di jantung, paruparu dan pembuluh darah. Efek obat golangan ini untuk memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan darah terutama pada waktu melakukan kegiatan fisik. Pemberian beta bloker, dapat minngkatkan aktivitas fisik dan dapat dihindari (Karyadi, 2002).
d. Golongan antagonis kalsium
Golongan obat ini menimbulkan perbaikan penyediaan darah koronariake
rasio kebutuhan miokardium. Penghambatan masuknya kalsium sangat bermafaat
sebagai terapi awal masuknya kalsium sangat bermafaat sebagai terapi awal bila
diduga ada spasme koronaria, sebagai terapi tambahan pada angina pektoris stabil
yang parah atau bila obat penghambat beta-adregenik atau tidak dapat di tolerir
(Chung dan Edward, 1995).
e. Diuretik
Diuretik menambah ekskresi garam dan air ke dalam urine, jadi mengurangi jumlah cairan dalam sirkulasi dan dengan demikian menurunkan
17
tekanan darah. Diuretik efektif dalam perawatan kegagalan jantung. Sebagian besar diuretik menyebabkan pertambahan ekskresi kalsium tubuh. Kehilangan kalsium dapat dinetralkan dengan makan makanan yang kaya kalsium, atau dengan makan tambahan kalsium (Soeharto, 2001). f. Digitalis
Obat-obat digitalis menambahkan kekuatan kontraksi otot jantung, sehingga dapat memperbaiki kemampuan jantung yang melemah. Obat-obat tersebut juga digunakan sebagai obat antiaritmia karena memperlambat transmisi impuls elekris. Obat-obat digitalis dipakai dalam perawatan kegagalan jantung, sering dikombinasikan diuretika (Tjay dan Rahardja, 2002). g. Obat antiaritmia
Obat-obat antiaritmia dipakai pada perawatan dan pencegahan aritmia jantung. Beta blockers bekerja dengan menghambat oksi andrenalin terhadap reseptor beta (penerima, ujung syaraf atau indera penerima rangsang) pada jantung. Ini mengakibatkan perlambatan denyutan jantung (Soeharto, 2001)
h. Obat anti-hipertensi 1) Centrally acting drugs Obat-obat yang bekerja secara sentral bekerja dengan menghambat
transmisi impuls didalam sistem syaraf otonomik. Dengan demikian menyebabkan pelebaran arteri sekeliling, sehingga menurunkan tekanan darah. Contoh buatan komersial ialah Aldomet, Catapres, Ismelin dan serpasil (Soeharto, 2001).
18
2) Vasodilator Vasodilator menurunkan tekanan darah dengan merelaksasikan otot-oto
halus sekeliling, yang menyebabkan mereka untuk melebar, menghasilkan reduksi tekanan terhadap aliran darah sehingga menurunkan tekanan darah, contoh buatan komersial Apresoline dan minipress (Soeharto, 2001).
3) Penghambat ACE Angiostension II adalah zat yang terjadi secara alami yang menyebabkan
naiknya tekanan darah melalui dua mekanisme konstriksi (penyempitan) arteri sekeliling dan retensi (penyimpangan) garam dan air. Penghambatan ACE menurunkan tekanan darah dengan menghambat produksi angiotension II (Siauw, 1994).
i. Antikoagulan
Antikoagulan (pengencer darah) bekerja mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam sistem sirkulasi yaitu untuk pencegahan pembentukan gumpalan darah di dalam jantung dan pembuluh darah. Contoh buatan komersial ialah warfarin (Soeharto, 2001).
j. Obat untuk menurunkan kolesterol
Obat-obat untuk menurunkan kolesterol dibuat untuk mengurangi tingkat kolesterol darah dianggap terlalu tinggi dan yang berhubungan dengan naiknya resiko penyakit jantung koroner (Karyadi, 2002). k. Obat antiplatelet
Obat-obat antiplatelet mengurangi kelengketan platelet (sel-sel darah yang kecil sekali yang mempunyai fungsi penting dalam mekanisme pengumpalan
19
darah) dan oleh sebab itu mengurangi kecenderungan untuk pembentukan gumpalan darah (Soeharto, 2001).