PROGRAM PROFESI NERS STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG BEKERJA SAMA DENGAN R.S ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI SATUAN ACARA PENYULUHAN
Mata kuliah
: Stase Keperawatan Anak
Moderator
:Tri Utari Ningsih
Pemateri
: Sutrisno, S.Kep
Notulen
: Resty Auliya, S.Kep
Dokumenter
:Rahmat Sugito, S.Kep
Observer
: Meilika Kuswanti, S.Kep
Fasilitator
: M. Fadli, S.Kep
Waktu Pertemuan
: 09.00 s/d 09.45 WIB (1 x 45 Menit)
Pertemuan ke
: 1 (Satu)
Tempat
: Ruang Perawatan AN-NISA II RSIJPK
Hari/Tanggal
: Kamis, 4Desember2014
A. Tujuan Instruksional 1. Umum a. Meningkatkan pemahaman keluarga pasien tentang DBD b. Meningkatkan perilaku para keluarga pasien untuk berprilaku hidup sehat dalam pencegahan DBD c. Meningkatkan status kesehatan para keluarga dan pasien.
2. Khusus Keluarga pasienmampu : a. Menjelaskan pengertian DBD\ b. Mengetahui penyebab dari penyakit DBD c. Mengetahui ciri-ciri nyamuk DBD d. Mengetahui tanda dan gejala DBD
e. Mengetahuisiklus penularan DBD f. Mengetahui cara perawatan pada penderita DBD g. Mengetahui cara pencegahan DBD B. Pokok Bahasan : Penyakit Autoimun C. Sub Pokok Bahasan : Demam Berdarah Dengue (DBD) D. Materi Ajar : Lampiran 1 E. Metode : Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab F. Media :leaflet,Alat Peraga (Air dingin, Handuk, Baskom sedang, Handuk pengering). G. Kegiatan diskusi.
No
Fase /Waktu
Kegiatan pengajar
Respon peserta didik
Media dan alat
1.
Orientasi
1. Pembukaan
Peserta memperhatikan
(09.00-09.10)
2. Mengucapkan salam
Peserta menjawab salam
WIB
3. Memperkenalkan diri dan
Peserta memperhatikan
-
anggota kelompok 4. Menjelaskan
Perserta memperhatikan
tujuankegiatan 5. Kontrak waktu
Peserta menyetujui waktu penyuluhan
2.
Kerja (09.11-09.30) WIB
1. Menjelaskan pengertian
Peserta memperhatikan
DBD 2. Menjelaskan ciri-ciri
Peserta memperhatikan
nyamuk aedes aeigypti
dan
3. Menjelaskan fase-fase DBD
Clipchart Peserta memperhatikan
4. Menjelaskan tanda dan gejala DBD 5. Menjelaskan siklus
Leaflet
Peserta memperhatikan
terjadinya penularan
Peserta memperhatikan
penyakit DBD 6. Menjelaskan tindakan
Peserta memperhatikan
yang dilakukan pada
Alat
penderita DBD
peraga
7. Menjelaskan pencegahan
Peserta memperhatikan
DBD 8. Demonstrasi cara
(kompres dingin)
Peserta memperhatikan
pemberian kompres dingin 3.
Terminasi (08.31-09.45) WIB
1. Memberikan kesempatan
Peserta aktif bertanya
peserta untuk bertanya 2. Menjawab pertanyaan
Peserta memperhatikan
dari peserta (memberikan reinfocemen positif) 3. Mengevaluasi dengan
Peserta menjawab
memberi pertanyaan kepada peserta 4. Mengevaluasi dengan cara Redemontrasi
Peserta bersedia meredemonstrasi
Alat
5. Membagikan Leaflet
Peserta memperhatikan
peraga
6. Kesimpulan
Peserta memperhatikan
(kompres
7. Penutup dan
dan menjawab salam
dingin
mengucapkan Salam
/Air suhu biasa)
. H. Evaluasi Sebutkan pengertian dbd Sebutkan tiga fase dbd Sebutkan penyebab dbd Sebutkan cara pencegahan dbd
I. Referensi : Depkes RI, Pemberantasan DBD: Jakarta;2005 Depkes RI, Pengertian ,fase,penyebab DBD: Jakarta;2005 Http: kesehatan masyarakat/penyebaran dan pencegahan DBD; Jakarta; 2008(Di akses pada tanggal 30 November 2012) http://khairul-anas.blogspot.com/2012/03/ciri-ciri-nyamuk-aedesaegypti.html#ixzz26j8v9n00 (Di akses pada tanggal 30 November 2012) Noer, dkk, Penanggulangan DBD;suarakarta; 1999 Peters H, Gilles Wol Tropical medicine & Parasitology.3rd London: Medical Publications; 1991 Suriadi &Yuliani, Pengertian DB dan Cara mengatasi DBD; Jakarta; 2001 WHO, Dengue hemorrhagic fever Diagnosis, treatment, prevention and control Geneva WHO; 1997
Lampiran MATERI AJAR
A. PENGERTIAN DB DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue (Arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegefty.(Suriadi2008). DHF adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegefty. (Dr. Hursalam, M. Nurs 2009). DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides.Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi.Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic (Anwar 2008). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah virus penyakit menular yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk yaitu nyamuk Aedes Aegefty yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi.
B. ETIOLOGI Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain
dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit DBD semakin tahun semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda mulai dari yang ringan sampai berat. Manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat yang dikenal dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS).Manifestasi klinis infeksi virus Dengue termasuk didalamnya Demam Berdarah Dengue sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS). Dalam praktek sehatihari, pada saat pertama kali penderita masuk rumah sakit tidaklah mudah untuk memprediksikan
apakah
penderita
Demam
Dengue
tersebut
akan
bermanifestasi menjadi ringan atau berat. Infeksi sekunder dengan serotipe virus dengue yang berbeda dari sebelumnya merupakan faktor resiko terjadinya manifestasi Deman Berdarah Dengue yang berat atau Dengue Shock Syndrome (DSS). Namun sampai saat ini mekanisme respons imun pada infeksi oleh virus Dengue masih belum jelas, banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara lain faktor host, lingkugan (environment) dan faktor virusnya sendiri.Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi demografi (kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh. Faktor agent yaitu sifat virus Dengue, yang hingga saat ini telah diketahui ada 4 jenis serotipe yaitu Dengue 1, 2, 3 dan 4. Penelitian terhadap epidemi Dengue di Nicaragua tahun 1998, menyimpulkan bahwa epidemiologi Dengue dapat berbeda tergantung pada daerah geografi dan serotipe virusnya..Untuk
menegakkan diagnosa infeksi virus Dengue diperlukan dua kriteria yaitu kriteria klinik dan kriteria laboratorium (WHO, 1997). Pengembangan tehnologi laboratorium untuk mendiagnosa infeksi virus Dengue terus berlanjut hingga sensitivitas dan spesifitasnya menjadi lebih bagus dengan waktu yang cepat pula.Ada 4 jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu : uji serologi, isolasi virus, deteksi antigen dan deteksi RNA/DNA menggunakan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR). (Mariyam, 1999). Wabah Dengue yang baru terjadi di Bangladesh yang diidentifikasi dengan PCR ternyata Den-3 yang dominan. Sedangkan wabah di Salta Argentina pada tahun
1997
ditemukan
bahwa
serotipe
Den-2
yang
menyebabkan
transmisinya.Sistem surveillance Dengue di Nicaragua pada bulan Juli hingga Desember 1998 mengambil sampel dari beberapa rumah sakit dan pusat kesehatan (Health Center) yang terdapat pada berbagai lokasi menghasilkan temuan 87% DF, 7% DHF, 3% DSS, 3% DSAS. Den-3 paling dominan, Den-2 paling sedikit. Disimpulkan bahwa epidemiologi Dengue dapat berbeda tergantung pada wilayah geografi dan serotipe virusnya. (Depkes RI, 2005) Virus Dengue Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal, genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang.. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri tergantung waktu dan daerah penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe dapat mencapai 2,6 ? 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3 ? 7,7 % untuk tingkat protein (Fu et al, 1992). Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi dalam sifat biologis dan antigenitasnya. Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun dari protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari protein envelope (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan 25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan
bagian yang terbesar (75%) terdiri dari NS-1 ? NS-5. Dalam merangsang pembentukan antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural yang paling berperan adalah protein NS-1. (Depkes RI,2005) Vektor Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae.) dari subgenus Stegomyia. Ae. aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae.Scutellaris complex, dan Ae.(Finlaya) niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Ae.aegypti semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus Dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang efisien dibanding Ae. aegypti. (WHO, 2000)
C. PATOFISIOLOGI Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virusantibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkan demam dengue.Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari.Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan.Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital.Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan.Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh.Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal.Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan.Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. (Depkes RI, 2005)
E. CIRI-CIRI NYAMUK Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti 1. Warna hitam dengan bercak putih pada badan dan kaki 2. Ukurannya paling kecil daripada jenis nyamuk lainnya. 3. Hidup dan berkembang biak ditempat penampungan air yang bersih, yang tidak berhubungan dengan tanah. 4. Menggigit di siang hari.
5. Hidup didalam rumah dan sekitarnya terutama ditempat yang agak gelap dan lembab serta kurang sinar matahari. 5. Senang beristirahat ditempat-tempat pakaian yang bergelantungan. 6. Kemampuan terbang kira-kira 100 meter. Tempat Berkembang Biak Didalam rumah: Bak mandi, vas bunga, tempayan, perangkap semut,tempat penampungan air, tempat minum burung. Diluar rumah: Drum, botol-botol pecah, tangki penampungan air (Torn), ban-ban bekas, kaleng-kaleng bekas, dll. Kolam yang tidak ada ikan peliharaan. (Depkes RI, 2005)
F. FASE DBD (PELANA KUDA)
Untuk yang pertama kita menginjak kepada fase demam berdarah ini.Badan Kesehatan Dunia WHO dalam hal ini membagi fase demam berdarah dalam 3 fase yaitu fase demam tinggi (febris), fase kritis, dan fase penyembuhan (pemulihan). Berikut penjelasannya mengenai ketiga fase demam berdarah DBDtersebut : 1. Fase Demam Tinggi (Febris). Pada fase demam berdarah yang pertama ini terjadi pada hari ke 1 - 3 dan ditandai dengan demam yang mendadak tinggi disertai sakit kepala, badan terasa ngilu dan nyeri, mual. Seringkali disertai dengan bintik merah di kulit yang tidak hilang saat kulit diregangkan. Pada beberapa kasus yang terjadi, bahkan ditemukan adanya nyeri tenggorokan, infeksi pada farings (tenggorokan) dan juga pada
konjungtiva (selaput yang melindungi kornea mata), anoreksia, mual dan muntah. 2. Fase Kritis. Pada fase kedua demam berdarah ini terjadi pada hari ke 4 - 5. Fase ini ditandai dengan demam yang mulai menurun disertai dengan penurunan kadar trombosit dalam darah dan fase ini seringkali mengecohkan karena seolah-olah demamnya turun dan penyakitnya sembuh. Namun inilah yang disebut Fase Kritis Demam Berdarah dan kemungkinan terjadinya Dengue Shock Sindrome DSS. Pada fase ini dapat terjadi pendarahan hidung, mulut, kulit pucat dan dingin, serta terjadi penurunan kesadaran. 3. Fase Penyembuhan (Pemulihan). Pada fase ini terjadi pada hari ke 6 - 7. Dalam fase penyembuhan ini keadaan umum dari penderita mulai membaik. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali , hemodinamik (peredaran darah) stabil dan diuresis (frekuensi kencing) membaik dan akan kembali normal. Dan pada saat ini akan jauh lebih baik bila penderita diberikan gizi yang baik untuk meningkatkan keadaannya serta juga meningkat kadar daripada trombositnya. (Depkes RI, 2005) G. SIKLUS PENULARAN DBD Terdapat tiga faktor penularan infeksi virus dengue, manusia, virus, dan vektor perantara.Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 810 hari sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia padadi dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya .Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari Period) sebelum menimbulkan penyakit.Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. (Depkes RI, 2005)
H. PENATALAKSANAAN DBD Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DBD. Ada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila : 1. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi. 2. Hematokrit yang cenderung mengikat.
Kompres dingin karena untuk menurunkan suhu tubuh.
Pemberian obat turun panas (parasetamol) untuk pertolongan pertama pada saat suhu tubuh naik
Segera dibawa ke petugs kesehatan terdekat karena untuk peanganan yang cepat dan menghindari resiko ( Depkes RI, 2005)
I.
PENCEGAHAN TERJADINYA DBD DENGAN GERAKAN 4 M PLUS 1. Membuang sampah pada tempatnya. Dengan membuang sampah pada tempatnya bisa mengurangi penyebaran Hospes nyamuk aedes aeigypti, Jenis sampah di sini ialah sampah yang bisa menampung air jernih (air hujan dll) yang merupakan tempat berkembang biakan nyamuk Aedes Aeigypti. 2. Menguras dan menutup tempat penampungan air Air jernih bisa membuat nyamuk aedes aeigypti berkembang biak,dengan cara menguras minimal 1 x seminggu dan menutup tempat penampunga air tersebut. 3. Mengubur sampah Karena masih mengenai sampah, uraian dari artikes di atas bahwa sampah yang bisa menampung air jernih (air hujan dll) yang merupakan tempat berkembang biakan nyamuk Aedes Aeigypti, Dan dengan membuang sampah pada tempatnya bisa mengurangi penyebaran Hospes nyamuk aedes aeigypti.
4. Memantau dan menjaga lingkungan Setelah kita melakukan dan melaksanakan gerakan di atas, maka yang harus di jaga adalah lingkungan yang bersih, sehat, dan rapi. Lingkungan yang bersih, sehat, dan rapi itu jauh dari sampah, merupakan awal yang baik untuk memberantas DBD. Dan jika di lakukan dengan gerakan 3 M, tanpa adanya pengawasan dan pemantauan oleh seluruh lapisan masyarakat maka penularan DBD tetap terjadi. Jadi perlu pengawasan dan pemantauan secara optimal ( WHO, 1997)
PROSEDUR KOMPRES DINGIN /AIR BIASA PENGERTIAN Kompres dingin adalah suatu prosedur menggunakan kain / handuk yang telah di celupkan pada air dingin yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu (Depkes, 2005). Kompres dapat dilakukan pada daerah : 1. 2. 3.
Kening (Frontal) Lipatan Ketiak (Axila) Lipatan Paha (Femoral)
MANFAAT :
Adapun manfaat kompres dingin ialah menurunkan suhu tubuh.
PERALATAN :
Larutan kompres berupa air dingin bukan air es dalam wadahnya. Handuk atau kain untuk kompres + Baskom sedang Handuk pengering
PROSEDUR : Cuci tangan Basahi kain pengompres dengan air dingin, peras kain sehingga tidak terlalu basah. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres ( frontal, axial, lfemoral) kain kompres dibirkan beberapa menit Apabila kain telah kering, masukkan kembali kain kompres ke dalam air kompres dingin dan letakkan kembali di daerah kompres, lakukan berulang-ulang hingga efek yang diinginkan dicapai, Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan rapikan alat. (Depkes RI, 2005).