1. Retrovirus merupakan salah satu golongan virus yang terdiri dari satu benang tunggal RNA (bukannya DNA). Setelah menginfeksi sel, virus tersebut akan membentuk replika DNA dari RNA-nya dengan menggunakan enzim reverse transcriptase. 2. DNA Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan singkatan DNA (bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis biomolekul yang menyimpan dan menyandi instruksi-instruksi genetika setiap organisme dan banyak jenis virus. Instruksiinstruksi genetika ini berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi organisme dan virus. 3. RNA adalah Asam ribonukleat (ARN, bahasa Inggris: ribonucleic acid, RNA) adalah molekul polimer yang terlibat dalam berbagai peran biologis dalam mengkode, dekode, regulasi, dan ekspresi gen. ... Banyak virus mengkodekan informasi genetik mereka menggunakan genom RNA. (BY WIKIPEDIA.COM) 4. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka membutuhkan "kesempatan" untuk menginfeksi seseorang. 5. Ada lima jenis sel darah putih yang dikelompokkan dalam dua kelompok utama, yaitu: granulosit (dengan butiran atau granula) dan agranulosit (tanpa butiran). Ada tiga jenis granulosit bawah sel darah putih, yaitu: 1. Neutrofil, yang menelan kontaminan asing dalam tubuh. Mereka adalah yang paling umum dari sel darah putih. 2. Eosinofil yang sedang bereaksi saat alergi. 3. Basofil yang mendorong peradangan. Sementara itu, dua jenis di bawah agranulosit sel darah putih adalah monosit(makrofag) yang mengkonsumsi bakteri dan limfosit yang diuraikan di atas
6. Sistem Imun Spesifik Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi(Reaksi alergi ini memerlukan waktu yang disebut dengan proses sensitisasi yaitu masa sejak kontak dengan alergen sampai terjadinya reaksi alergi.) oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid. a.
Sistem imun spesifik humoral Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat ditemukan di serum darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi (Proliferasi adalah fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel tanpa hambatan.) dan berdiferensiasi(Diferensiasi adalah pembelahan) menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya.1 Sel B memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul antigen dan dapat dideteksi melalui metode tertentu melalui marker seperti CD19, CD21 dan MHC II.2 10 b. Sistem imun spesifik selular Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di
kelenjar timus. Persentase sel T yang matang dan meninggalkan timus untuk ke sirkulasi hanya 5-10%. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel T terdiri atas beberapa subset dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu sel Th1, Th2, Tdth, CTL atau Tc, Th3 atau Ts atau sel Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8 merupakan penanda dari CTL yang terdapat pada membran protein sel. Timus, organ khusus dari sistem kekebalan tubuh, terutama bertanggung jawab untuk pematangan sel T. Ada enam jenis T-sel, yaitu: sel T Helper, sel T sitotoksik, sel T memori, sel T Regulatory, sel T (Natural Killer NKT) dan sel T Gamma Delta. Tabel 2.1: Perbedaan Limfosit (sel B) dan Limfosit (sel T) Limfosit B (sel B)
Limfosit T (sel T)
Mereka muncul dari sumsum tulang, bursa dari Fabricus (di unggas), usus terkait jaringan limfoid
Mereka muncul dari sumsum tulang timus.
Sel B membentuk sistem kekebalan humoral atau antibodi yang dimediasi
Sel T membentuk sistem kekebalan yang diperantarai sel
Mereka mempertahankan terhadap virus dan bakteri yang masuk ke darah dan getah bening
Mereka mempertahankan terhadap patogen dan jamur yang masuk ke dalam sel
Limfosit B yang dirangsang menghasilkan plasmablast dan plasma sel
Limfosit T yang dirangsang menghasilkan empat jenis sel T: sel helper T, pembunuh, penekan dan pengingat
Sel plasma tidak lebih ke tempat infeksi
Beberapa sel bermigrasi ke tempat infeksi
Sel plasma tidak bereaksi terhadap transplantasi dan sel-sel kanker
Sel-sel pembunuh bereaksi terhadap transplantasi dan kanker sel.
Sel plasma tidak memiliki efek penghambatan pada sistem kekebalan tubuh
Sel penekan menghambat sel-sel kekebalan
7. Jun 20, 2016 at 11:11 AM Terimakasih sudah bertanya ke Alodokter, Infeksi HIV pada tahap awal biasanya belum menimbulkan gejala, atau sering disebut dengan flu like symptoms, di mana gejala yang timbul menyerupai gejala flu. Seperti, badan terasa lemas, batuk, pilek, nyeri kepala, dan sebagainya. Pada kondisi lebih lanjut, di mana sistem imunitas tubuh sudah sangat menurun barulah timbul gejala-gejala seperti diare kronis, sariawan yang tidak kunjung sembuh, infeksi paru-paru kronis, berat badan yang menurun drastis, dan sebagainya. Begitu juga dengan hasil pemeriksaan lab darah, pada tahap awal biasanya belum ada perubahan mencolok dari nilai hematologi rutin, termasuk nilai leukosit. Karena kondisi ini akan bergantung dari, daya tahan tubuh tiap penderita, virulensi kuman, dan tingkat keparahan penyakit. Gangguan hematologi(Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah, dan penyakitnya.) biasanya muncul tidak lama setelah penderita masuk ke tahap AIDS. Di mana, kelainan darah yang timbul adalah
penurunan jumlah dari hampir semua komponen darah. Dari beberapa penilitian, ditemukan pada penderita HIV/AIDS sekitar 70% mengalami anemia, 70% mengalami limfopenia (penurunan jumlah limfosit)( Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih. Seperti halnya sel darah putih lainnya, limfositberfungsi membantu sistem daya tahan tubuh.Limfosit terdiri dari tiga jenis yaitu sel B, sel T dan sel natural killer.), penurunan neutrofil sekitar 50% pada penderita, dan penurunan trombosit sekitar 40% pada penderita lainnya. Dan perlu diingat, bahwa hasil pemeriksaan hematologi tidak dapat memastikan apakah seseorang menderita HIV/AIDS atau tidak. Untuk memastikan hal tersebut diperlukan pemeriksaan serologi spesifik untuk HIV/AIDS. Jadi, disarankan agar Anda berkonsultasi dan memeriksakan hasil laboratorium darah maupun keluhan Anda pada Dokter Spesialis Penyakit Dalam langsung. (by dr.Fildzah Khairina di www.alodokter.com )
8. Profilaksis (bahasa Yunani "προφύλαξις" untuk menjaga atau mencegah) adalah prosedur kesehatan masyarakat untuk mencegah daripada mengobati penyakit. Ukuran profilastik terbagi antara profilaksis utama (untuk mencegah perkembangan penyakit) dan kedua (ketika penyakit sudah berkembang dan pasien terlindungi melawan proses yang semakin memburuk). Vaksin Flu merupakan profipaktik.[1] Antibiotika kadangkadang digunakan secara profilaktik, contohnya, selama wabah antraks 2001 di Amerika Serikat, pasien diberi ciprofloxacin.(by wikipedia)
9. Obat antiretroviral,Terapi antiretroviral (ART) adalah pengobatan untuk perawatan infeksi oleh retrovirus, terutama HIV. Kelas obat antiretroviral yang berbeda berjaman pada stadium lingkaran kehidupan HIV yang berbeda. Kombinasi beberapa obat antiretroviral diketahui sebagai terapi antiretroviral yang sangat aktif (HAART). (by wikipedia) 10. Obat-obatan Antiretroviral Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah:
NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.
NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini menghambat perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.
Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki selsel CD4.
Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4. Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus. Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.
11. 11 Penyebab Kekebalan Tubuh Menurun 1. Jarang berolahraga Berjalan kaki selama 30 menit di pagi hari dengan rutin, sangat bermanfaat untuk mengembalikan sirkulasi sel-sel darah putih dan sistem kekebalan tubuh. 2. Begadang di malam hari Kekurangan tidur akan berdampak buruk bagi tubuh kita. Studi oleh peneliti asal University of Chigago menunjukkan bahwa tidur selama 4 jam dalam semalam, hanya mampu membentuk antibodi dalam darah sebanyak 50 persen. Baca lebih detail: 12 bahaya begadang bagi kesehatan. 3. Mengkonsumsi gula berlebihan Penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition mengungkap terjadinya penurunan kemampuan dari sel darah putih untuk melawan kuman, 5 jam setelah makan 100 gram gula. Kondisi ini terjadi secara drastis. 4. Sikap pesimis Penelitian oleh UCLA menunjukkan bahwa para mahasiswa baru yang bersikap optimis, mempunyai sel T yang berlimpah sehingga mampu menguatkan respon kekebalan dan sel-sel antibodi dalam tubuh mereka. 5. Stres dan depresi Stres yang berlarut-larut berdampak buruk bagi kekebalan tubuh. Produksi antibodi akan terganggu akibat perasaan tertekan. Stres menyebabkan tubuh rentan terhadap serangan mikroorganisme dan berbagai jenis penyakit yang dapat melemahkan tubuh anda. 6. Minum air terlalu sedikit Air putih berguna untuk membantu dalam mengeluarkan racun. Kebutuhan minum setiap orang, tidak sama. Untuk mengetahui apakah asupan air telah memadai atau belum, adalah dengan mengamati warna urin. Tubuh yang sehat mengeluarkan urin berwarna jernih, atau agak kekuningan bukan keruh. 7. Bertukar barang dengan orang lain Bakteri dan virus lebih mudah menyerang dengan kontak langsung. Jadi, anda sebaiknya tidak menyentuh barang-barang yang sering dipakai oleh umum seperti pulpen dan lainnya, yang mungkin mengandung kuman. Kuman dapat membawa penyakit menular yang menurunkan imunitas tubuh. 8. Menjadi perokok pasif Nikotin berdampak buruk bagi kesehatan tubuh, termasuk imun. Kurangi kebiasaan buruk seperti menghisap nikotin atau berdekatan dengan orang yang punya kebiasaan tidak sehat ini.
9. Jarang bercanda Tertawa merupakan salah satu bentuk dari emosi positif yang mampu menurunkan hormon stres dan mengaktifkan sel-sel imun tertentu. Jangan terlalu serius dalam semua situasi, tapi hindari juga tertawa yang berlebihan. 10. Sering menggunakan obat antibiotik Dengan mengkonsumsi antibiotik tertentu akan mengurangi kadar sitokin (hormon yang berperan dalam imunitas). Dengan imunitas rendah, tubuh menjadi lemah terhadap serangan bakteri resisten. Gunakan antibiotik, hanya dengan resep dokter. 11. Kekurangan nutrisi tertentu Kekebalan tubuh membutuhkan asupan yang berasal dari kombinasi vitamin A, C, dan E dengan mineral termasuk zat besi, zinc, tembaga, dan selenium. Semua nutrisi ini penting untuk menunjang antibodi, sel T, dan fungsi neutrofil. Penyerapan nutrisi dapat mengalami gangguan pada pelaku diet yang tidak sehat dan penderita penyakit usus.