Penjelasan Slide.docx

  • Uploaded by: Luphly Taluvta
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penjelasan Slide.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,087
  • Pages: 6
a.

Inkompatibilitas Rhesus

Kira-kira 85% orang kulit putih mempunyai rhesus positif dan 15% rhesus negatif. Hemolisis biasanya terjadi bila ibu mempunyai rhesus negatif dan janin rhesus positif. Bila sel darah janin masuk keperedaran darah ibu, maka ibu akan dirangsang oleh antigen Rh sehingga membentuk antibody terhadap Rh. Zat antibody ini dapat melalui plasenta dan masuk kedalam peredaran darah janin dan selanjutnya menyebabkan penghancuran sel darah merah janin (hemolisis). Hemolisis ini terjadi dalam kandungan dan akibatnya ialah pembentukan sel darah merah berarti yang banyak. Oleh karena itu pula keadaan ini disebut crotroblastosis fetalis. Pengaruh kelainan ini biasanya tidak terlihat pada anak pertama, akan tetapi menjadi makin nyata pada anak yang dilahirkan selanjutnya.

b.

Inkompatibilitas ABO

Menurut statistik kira-kira 20% dari seluruh kehamilan terlihat dalam ketidakselarasan golongan darah ABO dari 75% dari jumlah ini terdiri dari ibu golongan darah O dan janin golongan darah A atau B. walaupun demikian hanya pada sebagian kecil tampak pengaruh hemolisis pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan oleh karena isoglutonin anti-A dan anti-B yang terdapat dalam serum ibu. Sebagian besar bebentuk 19-S, yaitu gamaglobulin-M yang tidak dapat melalui plasenta (merupakan makro-globulin) dan disebut isoaglutinin natura.

c. Defisiensi G6PD merupakan suatu kelainan enzim tersering pada manusia, yang terkait kromosom sex (x-linked) dimana pada umumnya hanya bermanifestasi pada laki-laki. Enzim G6PD sendiri berfungsi dalam menjaga keutuhan sel darah merah sekaligus mencegah hemolitik

d. Asupan ASI ASI merupakan gizi bayi terbaik, sumber makanan utama dan paling sempura bagi bayi 0-6 bulan. ASI ekslusif menurut WHO (World Health Organization) adalah pemberian ASI saja

tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan lain. Dari hasil penelitian Khairunnisak pada tahun 2013 menunjukan bahwa salah satu manfaat pemberian ASI bagi bayi adalah menjadikan bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning (ikterus). Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring diberikannya kolostrum yang dapat mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tidak diberi pengganti ASI.

e. Berat Badan Lahir Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam jangka waktu 1 jam pertama setelah lahir. Klasifikasi menurut berat lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir < 2500 gram, bayi berat lahir normal dengan berat lahir 2500-4000 gram dan bayi berat lahir lebih dengan berat badan > 4000 gram (Sylviati, 2008). Pembagian berat badan lahir menurut WHO tahun 1961 berat badan bayi lahir dikelompokan menjadi tiga yaitu: berat badan bayi kurang dari atau sama dengan 2500 gram, berat badan bayi antara 2500-≤ 4000 gram, berat badan > 4000 gram. Dari hasil penelitian Septiani N pada tahun 2011, Berat badan lahir yang kurang dari normal dapat mengakibatkan berbagai kelainan yang timbul dari dirinya, salah satunya bayi akan rentan terhadap infeksi yang nantinya dapat menimbulkan ikterus neonatorum. Banyak bayi lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat badan <2500 gram) mengalami ikterus pada minggu pertama hidupnya. Karena kurang sempurna nya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun fisikologik maka mudah timbul beberapa kelainan diantaranya immatur hati. Imatur hati memudahkan terjadinya ikterus neonatorum, hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim glukorinil tranferase sehingga konjugasi bilirubin indirect menjadi bilirubin direct belum sempurna dan kadar albmin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar kurang.

Pada BBLR, pembentukan hepar belum sempurna (imaturitas hepar) sehingga menyebabkan konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk di hepar tidak sempurna.

f. jenis persalinan Begitu juga persalinan SC merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan dehidrasi pada bayi sehingga cenderung terjadi ikterus dimana ibu bersalin dengan SC biasanya bayi tidak lansung disusui ( Klaus, 2000). Ibu yang melahirkan SC biasanya jarang menyusui langsung bayinya karena ketidaknyamanan pasca operasi, dimana diketahui ASI ikut berperan untuk menghambat terjadinya sirkulasi enterohepatik bilirubin pada neonatus.(Prawirohardjo, 2002)

g. prematur Pada bayi prematur lebih banyak mengalami ikterus sebanyak 37 bayi dibandingkan dengan bayi cukup bulan yang mengalami hanya 11 bayi.Menurut Anggraeni (2014) pada neonatus terjadi peningkatan hemolisis eritrosit karena umur eritrosit yang memendek kurang dari 120 hari, sehingga bilirubin indirek yang dihasilkan oleh pemecahan eritorsit akan meningkat yang kemudian akan di ubah oleh enzim Difosfat Glukoronil Transferase di hati. Menurut Onyearugha (2011) mengungkapkan bahwa pada bayi prematur memiliki hepar yang imatur sehingga fungsi hepar belum matur sehingga hanya sedikit bilirubin indirek yang di ubah menjadi bilirubin direk. Sehingga kadar bilirubin indirek meningkat yang dapat mengakibatkan pewarnaan ikterus pada kulit dan sclera,sehingga kejadian ikterus lebih banyak pada bayi prematur di bandingkan bayi cukup bulan.

Fototerapi Sedangkan menurut IDAI sendiri adalah sebagai berikut: “The American Academy of Pediatrics (AAP) telah membuat parameter praktis untuk tata laksana hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan yang sehat dan pedoman terapi sinar pada bayi usia gestasi ≥ 35 minggu. Pedoman tersebut juga berlaku pada bayi cukup bulan yang sehat dengan BFJ dan BMJ. AAP tidak menganjurkan penghentian ASI dan telah merekomendasikan pemberian ASI terus menerus (minimal 8-10 kali dalam 24 jam). Penggantian ASI dengan pemberian air putih, air gula atau susu formula tidak akan menurunkan kadar bilirubin pada BFJ maupun BMJ yang terjadi pada bayi cukup bulan sehat. Gartner dan Auerbach mempunyai pendapat lain mengenai pemberian ASI pada bayi dengan BMJ. Pada sebagian kasus BMJ, dilakukan penghentian ASI sementara. Penghentian ASI akan memberi kesempatan hati mengkonjungasi bilirubin indirek yang berlebihan. Apabila kadar bilirubin tidak turun maka penghentian ASI dilanjutkan sampai 18–24 jam dan dilakukan pengukuran kadar

bilirubin setiap 6 jam. Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian ASI selama 24 jam, maka jelas penyebabnya bukan karena ASI, ASI boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab hiperbilirubinemia yang lain. Jadi penghentian ASI untuk sementara adalah untuk menegakkan diagnosis.

Persamaannya dengan AAP yaitu bayi dengan BFJ tetap mendapatkan ASI selama dalam proses terapi. Tata laksana yang dilakukan pada BFJ meliputi (1) pemantauan jumlah ASI yang diberikan apakah sudah mencukupi atau belum, (2) pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur minimal 8 kali sehari, (3) pemberian air putih, air gula dan formula pengganti tidak diperlukan, (4) pemantauan kenaikan berat badan serta frekuensi BAB dan BAK, (5) jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu melakukan penambahan volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara, (6) jika kadar bilirubin

mencapai kadar 20 mg/dL, perlu melakukan terapi sinar jika terapi lain tidak berhasil, dan (7) pemeriksaan komponen ASI dilakukan jika hiperbilirubinemia menetap lebih dari 6 hari, kadar bilirubin meningkat melebihi 20 mg/dL, atau

Gambar 4. Kurva fototerapi berdasarkan America Association of Pediatry5 Normogram diatas merupakan penentuan resiko hiperbilirubinemia pada bayi sehat usia 36 minggu atau lebih dengan berat badan 2000 gram atau lebih atau usia kehamilan 35 minggu atau lebih dan berat badan lahir 2500 gram atau lebih berdasarkan jam observasi kadar bilirubin serum.

Related Documents


More Documents from "mimin indah"

Gambar Telinga.doc
June 2020 18
Korelasi Nila.docx
June 2020 19
Penjelasan Slide.docx
June 2020 20
Pemeriksaan_ect.docx
June 2020 16
Teori Blum.docx
June 2020 14