Peningkatan Prestasi Belajar Ski Melalui Metode Question Students Have Pada Siswa Kelas Vii Mts Negeri Kec.docx

  • Uploaded by: Erick Ode Rihastian
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peningkatan Prestasi Belajar Ski Melalui Metode Question Students Have Pada Siswa Kelas Vii Mts Negeri Kec.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 13,904
  • Pages: 73
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SKI MELALUI METODE QUESTION STUDENTS HAVE PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KEC. TERAS, KAB. BOYOLALI TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam BADRUS ZAMAN NIM : 11106028 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010

DEKLARASI Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Badrus Zaman NIM : 11106028 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skipsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skipsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 27 Juli 2010 Peneliti BADRUS ZAMAN 11106028 KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id Email : [email protected] PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skipsi Saudara: Nama : Badrus Zaman NIM : 11106028 Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul

: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SKI

MELALUI METODE QUESTION STUDENTS HAVE PADA SISWA KELAS VII MTs NEGERI KEC. TERAS, KAB. BOYOLALI TAHUN 2010. telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga, 05 Maret 2010 Pembimbing Drs. Abdul Syukur,M.Si. NIP. 19670307 1994031 002

KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id Email : [email protected]

ABSTRAK Zaman, Badrus. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar SKI melalui Metode Question Students Have pada Siswa Kelas VII MTsN Teras Kec. Teras, Kab. Boyo lali Tahun 2010. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si. Kata Kunci : Proses belajar, prestasi belajar Proses belajar mengajar akan mengalami peningkatan jika ditunjang oleh faktor-faktor yang mendukung jalannya pembelajaran. Diawali dengan penguasaan materi oleh guru, pengelolaan kelas yang baik, penggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai. Guru berusaha menyajikan pembelajaran dengan semenarik mungkin agar materi pelajaran

dapat diserap dengan mudah. Keterbatasan daya ingat siswa dapat teratasi dengan penyajian pembelajaran yang sesuai dan metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga prestasi belajar semakin meningkat. MOTTO

“ Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”

Al- Mujadallah:11 Apa saja yang ada dialam semesta ini terliputi oleh Tuhan. Lepaskanlah itu dan nikmatilah. Jangan iri terhadap milik ataupun kekayaan orang lain (Bait pertama Isa Upanishad)

PERSEMBAHAN Terselesaikannya skripsi ini kupersembahkan dengan penuh cinta kepada orang-orang yang selalu menyayangiku : 1. Kepada orang tuaku Bapak Muhammad Adni dan Ibu Dalmini yang tanpa kenal lelah mendidik, mendoakan, dan meneteskan setiap peluh demi anak- anaknya. 2. Anis Choirun Nisa’ saudariku tercinta. 3. Kafed, Budi, Eri dan semua teman-teman di HMI Cabang Salatiga. 4. Wuri yang tak dapat terlukis betapa besar perhatian dan motivasi yang diberikan… 5. Teman-teman seperjuangan PAI A yang selalu menginspirasiku untuk menjadi orang sukses. KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim Alhamdulillahi robil’alamin, Maha suci Allah yang ditanganNyalah segala kerajaan, Dia Maha kuasa atas segala sesuatu sumber dari segala ilmu. Sholawat salam semoga senantiasa tercurah pada nabi Muhammad SAW yang telah

mengenalkan Allah kepada jiwa-jiwa pencintanya, untuk ahlal bait, ahlal karom, ahlal wafa dan jiwa-jiwa suci yang senantiasa menghembuskan nafasNya. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun telah melalui berbagai macam rintangan seperti hilangnya file Bab IV sehingga penulis harus mengulang untuk mengerjakannya lagi. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan orang lain pembuatan skripsi ini tidak akan selesai, dan tiada kata yang lebih pantas diucapkan selain ucapan terimakasih yang sangat besar. Terima kasih ini penulis haturkan kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN. 2. Dra Asdiqoh. M.Pd selaku Kaprogdi PAI. 3. Fatchurrahman, M.Pd selaku mantan Kaprogdi PAI. 4. Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi. 5. Kepala Sekolah, guru, dan siswa kelas VII MTs Negeri Kec. Teras, Kab. Boyolali. 6. Wuri Handayani yang selalu memberikan semangat kesuksesan dan memberikan perhatian ekstra. 7. Terimakasih buat Kafed, Budi, Eri yang selalu menemaniku dalam mencari hakikat kehidupan dan cinta. 8. Rekan-rekan HMI cabang Salatiga yang membantuku menemukan jati diri yang sebenarnya. 9. Teman-teman seperjuangan PAI A yang selalu menginspirasiku untuk menjadi orang sukses. Dan kepada semua pihak yang turut membantu terselesaikannya skripsi ini, penulis minta maaf karena tidak bisa menuliskan satu per satu. Salatiga, 27 Juli 2010 Badrus Zaman

11106028

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… I PERNYATAN KEASLIAN TULISAN …………………………………. Ii HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. Iii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. Iv ABSTRAK ………………………………………………………………… V MOTTO …………………………………………………………………… Vi PERSEMBAHAN………………………………………………………… Vii KATA PENGANTAR …………………………………………………….. Ix DAFTAR ISI ……………………………………………………………… X BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ……………………………..…….. B. Perumusan Masalah …………………………………….…. C. Tujuan Penelitian …………………………………….……. D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan…… .......... E. Manfaat Penelitian ……………………………………….... F. Definisi Operasional……………………………………….. G. Metodologi Penelitian ……………………………...……… H. Sistematika Penulisan ……………………………………… 1 7 7 8 9 10 12

17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Belajar ……………………...................... B. Tinjauan Tentang Question Students Have ………………... C. Tinjauan Tentang SKI …………………………………....... 21 35 37 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian …………………………………………... B. Deskripsi Per Siklus ………………………………………. 1. Pra Siklus ……………………………………………… 2. Siklus I …………………………………………....…… 3. Siklus II ………………………………………………... 4. Siklus III …………………………………………..…… 42 43 43 43 48 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Per Siklus ………………….…. B. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………… 55

69 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………..……. B. Saran ………………………………………………..……… 74 76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbeda dari subyek pelajaran lain yang lebih menekankan pada penguasaan berbagai aspek pendidikan. Pendidikan agama tidak hanya sekedar mengajarkan ajaran agama kepada peserta didik, tetapi juga menanamkan komitmen terhadap ajaran agama yang dipelajarinya. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama memerlukan pendekatan pengajaran yang berbeda dari pendekatan subyek pelajaran lain. Karena disamping mencapai penguasaan juga menanamkan komitmen, maka metode yang digunakan dalam pengajaran pendidikan agama harus mendapat perhatian yang seksama dari pendidik agama karena memiliki pengaruh yang sangat berarti atas keberhasilannya (Hadjar, 1999:2). Di Indonesia kesadaran akan pentingnya pendidikan telah disadari sejak lama sebagaimana termaktub dalam UUSPN No. 20 pasal I ayat I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif membangun potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dengan perkataan lain pendidikan merupakan suatu proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan meningkatkan pendidikan yang berkualitas. Guru sebagai unsur pokok penanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan proses belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan transformasi ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi tersebut, maka diperlukan adanya strategi yang tepat dalam mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan. Berdasarkan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di suatu sekolah pada hakikatnya adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar. Dengan demikian kegiatan di kelas atau di sekolah yang tidak membuat siswa belajar tidak dapat disebut sebagai proses pembelajaran. Kenyataannya siswa secara sendirian, lebih-lebih siswa Tsanawiyah (MTsN) yang masih lugu tidak dapat berbuat banyak tanpa campur tangan guru. Sebaliknya guru pun tidak dapat berbuat banyak untuk keberhasilan pembelajaran tanpa mendapatkan kerja sama yang baik dari siswa. Oleh karena itu antara guru dan siswa harus terjalin kerja sama yang kompak demi terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan secara optimal. Dengan demikian tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di antara faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan faktor terpenting karena kedua pihak merupakan pelaku dalam pembelajaran.

Dalam mata pelajaran SKI yang memerlukan banyak variasi metode, media, maupun sumber belajar tak luput dari hal tersebut. Dalam hal metode pembelajaran tentang keberhasilan dalam mengajar, Allah berfirman (Q.S An Nahl, 16:125)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk”. Keberhasilan pengajaran SKI juga tergantung pada keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar, sedangkan keberhasilan siswa tidak hanya tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum maupun metode. Akan tetapi guru mempunyai posisi yang sangat strategis dalam meningkatkan prestasi siswa dalam penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Sehingga diharapkan tujuan pendidikan agama dapat tercapai yaitu untuk mendidik anak-anak supaya menjadi orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya seperti yang diajarkan didalam kitab suci (Purwanto, 157:2007). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada MTs Negeri Teras Boyolali dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) Kondisi lingkungan yang kurang kondusif, karena letak MTsN tersebut dekat dengan jalan raya. (2) Berdekatan dengan perkampungan penduduk. Dari situasi dan kondisi seperti ini mempengaruhi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung, seperti kebisingan suara-suara penduduk, dan banyaknya

kendaraan yang berlalu lalang, sehingga perhatian siswa dapat terganggu. Selain itu perhatian orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan bukti saat guru memberikan informasi tentang prestasi belajar anaknya yang sangat menurun, banyak orang tua bersikap masa bodoh ini yang menyebabkan penurunan prestasi belajar. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di MTs Negeri Teras Boyolali tidak kondusif, sehingga menyebabkan penurunan nilai mata pelajaran SKI. Adapun nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa MTsN tersebut pada tahun ajaran 2009 di bawah nilai standar yaitu 6,5 sedangkan nilai standar yaitu 7 maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar kurang optimal. Salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal adalah model pembelajaran Question Student Have. Metode pembelajaran ini merupakan model pembelajaran murid aktif (Active Learning). Menurut Silberman (2004:96-97) pembelajaran Question Student Have mengikuti prosedur dengan urutan: 1. Berikan kartu indeks kosong kepada tiap siswa. 2. Perintahkan tiap siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran atau sifat dari pelaaran yang mereka ikuti (nama tidak perlu dicantumkan). Sebagai contoh, seorang siswa dapat bertanya: “Bagaimana perbedaan aljabar II dengan aljabar I? atau “Apakah pada akhir dari pelajaran ini siswa diwajibkan membuat karya tulis?” 3. Bagikan kartu tersebut ke seluruh kelompok searah jarum jam. Ketika masing-masing kartu dibagikan kepada siswa berikutnya, dia harus membacanya dan memberi tanda centang pada kartu itu jika berisi pertanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi siswa yang

membacanya. 4. Ketika semua kartu kembali kepada pemiliknya, tiap siswa harus meninjau semua “pertanyaan” kelompok. Sampai disini, kenali pertanyaan yang menerima banyak suara (tanda centang). Berikan jawaban kepada masingmasing pertanyaan ini dengan (a) memberikan jawaban yang langsung dan singkat; (b) menunda pertanyaan hingga waktu yang lebih tepat; atau mengemukakan bahwa untuk saat ini anda belum mampu menjawab pertanyaan atau persoalan ini (janjikan jawaban secara pribadi, jika memungkinkan). 5. Perintahkan siswa untuk berbagi pertanyaan mereka secara sukarela, sekalipun pertanyaan mereka itu tidak mendapatkan suara (tanda centang) paling banyak. 6. Kumpulkan semua kartu. Kartu-kartu itu mungkin berisi pertanyaan yang dapat anda jawab pada pelajaran atau pertemuan mendatang. Penyajian dalam pembelajaran Question Student Have merupakan model pembelajaran yang ideal, karena menekankan kerja sama antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran ini juga efektif karena memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal, yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan. Oleh karena itu, model ini perlu dilaksanakan di sekolah-sekolah. Kenyataannya, model pembelajaran tersebut belum banyak diterapkan dalam proses pendidikan di Indonesia. Di samping model itu tergolong baru dan belum banyak dikenal oleh komunitas pendidikan di lndonesia, kebanyakan guru lebih suka mengajar dengan model konvensional, yaitu metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred instruction). Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, yang menyajikan

pelajaran dengan metode ceramah, latihan soal atau drill. dengan sedikit sekali atau bahkan tanpa media pendukung. Guru cenderung bersikap otoriter, suasana belajar terkesan kaku, serius, dan pasif. Hanya gurunya yang aktif (berbicara), siswanya pasif. Jika siswa tidak dapat menangkap materi pelajaran, kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa. Pendek kata, proses pembelajaran tidak memberdayakan dan membosankan. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi tidak efektif, dan karenanya tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara optimal. Akibatnya mutu pendidikan sangat rendah. Bahkan untuk tingkat ASEAN saja mutu pendidikan di Indonesia berada di bawah Vietnam, suatu negara yang begitu lama dilanda kemelut dalam negeri (Depdiknas, 2002:12). Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia memerlukan penanganan yang segera. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan inovasi di bidang pembelajaran. Pembelajaran dengan model Question Student Have seperti diuraikan secara singkat di atas diduga dapat meningkatan mutu pendidikan melalui penyelenggaraan proses pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu model pembelajaran tersebut perlu direspons secara positif, dalam arti diterapkan. Hal ini agar produk pendidikan di Indonesia ke depan tidak terlalu jauh tertinggal dari produk pendidikan negara-negara yang sudah terlebih dahulu maju sebagaimana kita rasakan dewasa ini. Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin memecahkan masalah dengan strategi pembelajaran Question Student Have, karena strategi tersebut bisa diterapkan di Madrasah Tsanawiyah. B. Rumusan Masalah 1. Apakah metode Question Student Have dapat meningkatkan perhatian

belajar siswa kelas VII untuk mata pelajaran SKI? 2. Apakah metode Question Student Have dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII untuk mata pelajaran SKI? 3. Apakah metode Question Student Have dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII untuk mata pelajaran SKI? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui peningkatan perhatian belajar siswa kelas VII untuk mata pelajaran SKI melalui pembelajaran Question Student Have bagi siswa MTsN Teras Boyolali. 2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas VII untuk mata pelajaran SKI melalui pembelajaran Question Student Have bagi siswa MTsN Teras Boyolali. 3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII untuk mata pelajaran SKI melalui pembelajaran Question Student Have bagi siswa MTsN Teras Boyolali. D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Pembelajaran melalui metode Question Student Have dapat meningkatkan perhatian, motivasi dan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas VII MTsN Teras Boyolali. Penggunaan Metode Question Student Have ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut : 1. Ada perubahan hasil belajar (post test) secara berkelanjutan (continue)

dari siklus pertama ke siklus selanjutnya. 2. Minimal 85% siswa kelas VII MTsN Teras memenuhi kriteria ketuntasan 7 (Tujuh) dalam belajar SKI dan mengusai materi yang diajarkan. 3. Prosentase perhatian dan motivasi siswa lebih Tinggi dibandingkan sebelum menggunakan Metode Question Student Have. E. Manfaat Penelitian Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu: manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian dapat memberikan masukan berharga berupa konsepkonsep, sebagai upaya untuk peningkatan dan pengembangan ilmu. b. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti di bidang pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi jajaran Dinas Pendidikan atau lembaga terkait, hasil penelitian dapat dipertimbangkan untuk menentukan kebijakan bidang pendidikan, terutama berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. b. Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas, hasil penelitian dapat membantu meningkatkan pembinaan profesional dan supervisi kepada para guru secara lebih efektif dan efisien. c. Bagi para guru, hasil penelitian dapat menjadi tolok ukur dan bahan pertimbangan guna melakukan pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan profesionalisme dalam pelaksanaan tugas profesinya. d. Bagi MTsN Teras Boyolali sebagai subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama dalam

meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran sehingga tercapai prestasi belajar yang optimal. F. Telaah Penelitian/ Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka penulis bermaksud menjelaskan judul tersebut: 1. Peningkatan Prestasi Belajar a. Peningkatan Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya jenjang atau babak (Poerwodarminto, 1993:103).Tingkat dapat pula dimaknai kelas atau posisi. Karena imbuhan Pe-an maknanya berubah menjadi menuju tingkatan atau kelas selanjutnya (Poerwodarminto, 1999:413). Berdasarkan pengertian di atas dapat di ditegaskan bahwa sesuatu yang mengalami peningkatan artinya mengalami perubahan kata menjadi lebih dapat berarti lebih baik, lebih tinggi, lebih maju dan sebagainya tergantung kata sifat yang menyertainya. b. Prestasi Belajar Prestasi adalah nilai dari pada perilaku seseorang. Sedangkan pengertian belajar menurut H.C Wetherington adalah suatu perubahan didalam kepribadian seseorang yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari interaksi kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian (Usman dkk, 1993:5). Dilihat dari pengertian diatas, Penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah nilai dari suatu perubahan didalam diri siswa yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari interaksi kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau mampu memahami suatu pengertian dari materi yang disampaikan oleh guru SKI. 2. SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)

a. Sejarah Sejarah adalah studi tentang riwayat hidup Rasulullah saw, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial (Sholikin, 1999:215) b. Kebudayaan Islam Kebudayaan adalah hasil budi daya manusia, hasil cipta, rasa dan karsa dengan menggunakan simbol-simbol serta artifak, sedangkan pengertian Islam adalah cara pandang atau way of life yang luas cakupannya (Mas’ud, 1999: 241) Dengan demikian yang dimaksud kebudayaan Islam adalah cara pandang komunitas muslim yang telah berjalan, terlembaga dan tersosialisasi dari kurun waktu ke waktu, satu generasi ke generasi yang lain dalam berbagai aspek kehidupan yang cukup luas tetapi tetap menampilkan satu bentuk budaya, tradisi, seni yang khas Islam (Mas’ud, 1999: 242) 3. Metode Question Student Have a. Metode Metode adalah cara atau strategi untuk mencapai tujuan. b. Question Student Have Question Student Have atau pertanyaan yang dimiliki siswa adalah metode yang tidak membuat siswa takut untuk mempelajari, butuhkan dan harapkan karena dengan metode ini dapat mengundang partisipasi melalui penulisan bukan pembicaraan (Silberman, 2004: 96) G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rancangan Penelitian Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini disusun untuk memecahkan suatu masalah, diujicobakan dalam situasi sebenarnya dengan melihat kekurangan dan kelebihan serta melakukan perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas. Penelitian tindakan adalah merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa, suatu kerja sama dengan perspektif berbeda. Misalnya bagi guru, demi peningkatan prestasi siswanya dan bagi siswa peningkatan prestasi belajarnya. Bisa juga antara guru dan kepada sekolah, kerja sama kolaborarif ini dengan sendirinya juga partisipasi setiap tim secara langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan PTK pada tahap awal sampai akhir. 2. Subjek, waktu, dan tempat penelitian a. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa Kelas VII MTsN Teras Boyolali. b. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada semester II tahun ajaran 20092010 di MTsN Teras Boyolali dan sebagai tindaklanjut dari penelitian dilakukan pengamatan pada semester berikutnya. 3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 1998:151). Alat yang digunakan oleh peneliti sebagai alat pengumpulan data adalah pedoman observasi, tes dan pedoman dokumentasi. Jenis tes yang dikembangkan oleh peneliti menggunakan soal-soal tes buatan guru. 4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 1998:151). Penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), tes dan dokumentasi. a. Observasi Metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar (Arikunto, 1998:225). Penggunaan metode observasi bertujuan yang menggambarkan keadaan ruang, peralatan, para pelaku dan juga aktifitas sosial yang sedang berlangsung. Menurut Arikunto (1998:147) Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan. 2) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa format observasi. Adapun format

observasi terdiri dari nomor urut, subjek, aspek yang diobservasi. Aspek yang diobservasi terdiri atas perhatian dalam menerima pelajaran, kerjasama, partisipasi dalam KBM, yang diamati yaitu perhatian dalam menerima pelajaran, motivasi dalam mengikuti KBM, kerja sama siswa dalam tugas kelompok dan partisipasi siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Hasil pengamatan yang dicatat adalah perhatian siswa dalam menerima pelajaran, motivasi siswa dalam mengikuti KBM, kerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok dan partisipasi dalam KBM, tanggapan dalam KBM dan dampak tritmen tiap siklus. Observasi menurut S. Margono (2004:160) "Pencatatan data dengan alat dilakukan seperti check list. Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat di dalam daftar rating scale tidak sekedar terdapat nama abjad yang diobservasi dan gejala yang akan diselidiki akan tetapi tercantum kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejala tersebut. Penjenjangan mungkin mempergunakan skala 3, 5 dan 7, misalnya, baik, sedang dan buruk, (skala 3) sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk (skala 5) luar biasa, sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk, luar biasa buruk (skala 7)". Pada penelitian ini menggunakan penjenjangan skala 3 yaitu baik, cukup dan kurang. Mengenai ketentuan obyek pengamatan termasuk kategori baik, cukup dan kurang dapat dilihat pada lampiran. b. Metode Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelejensi

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 1998:139). Dilihat dari sasaran yang akan dievaluasi dikenal beberapa macam tes dan alat-alat ukur lain, yaitu tes kepribadian, tes bakat, tes intelegensi, tes sikap, tes minat dan tes prestasi. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mengerjakan sesuatu. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236). Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah daftar laporan pendidikan untuk nilai Sejarah Kebudayaan Islam. 5. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian tindakan diwakili oleh moment refleksi putaran satu tindakan. Dengan melakukan refleksi, peneliti akan memiliki wawasan autentik yang akan membantu dalam menafsirkan data (Madya, 1994:33). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. a. Analisis deskriptif persentase Untuk menentukan kategori perhatian dan motivasi belajar siswa didalam kelas dibuat tabel kategori yang disusun melalui perhitungan sebagai berikut : 1) Persentase tertinggi = (3/3) x 100% = 100% 2) Persentase Terendah = (1/3) x 100% = 33,33% 3) Rentang Persentase = 100%- 33,3% = 66,66%

4) Interval kelas

= 66,66% :33,3% = 22,22%

Membuat tabel interval kelas persentase dan kategorinya adalah sebagai berikut : Interval Persentase Interval Persentase Kriteria 77,88% < % < 100% 55,66% < % < 77,88% 33,33% < % < 55,66% Tinggi Sedang Rendah Sumber: data diolah primer b. Uji t Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan digunakan uji t yang dihitung dengan program komputasi SPSS for Windows relase. H. Sistematika Penulisan Sistematika laporan hasil penelitian tindakan kelas ini disusun dalam format skripsi. Berdasarkan petunjuk yang telah dikeluarkan institusi sebagai berikut : 1. Bagian Awal Cakupan bagian awal, meliputi: a. Halaman Sampul b. Lembar Logo c. Halaman Judul d. Persetujuan Pembimbing

e. Pengesahan Kelulusan f. Pernyataan Keaslian Tulisan g. Motto dan Persembahan h. Kata Pengantar i. Abstrak j. Daftar Isi k. Daftar Tabel l. Daftar Gambar m. Daftar lampiran 2. Bagian Inti bagian inti skripsi mencakup: BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Hipotesis Tindakan E. Kegunaan Penelitian F. Definisi Operasional G. Metode Penelitian 1) Rancangan Penelitian 2) Subyek Penelitian 3) Langkah-langkah Penelitian 4) Instrumen Penelitian 5) Pengumpulan Data 6) Analisis data H. Sistematika Penulisan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Belajar B. Tinjauan Tentang Metode Question student Have C. Tinjauan Tentang SKI BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, pengumpulan data dan refleksi) B. Deskripsi PelaksanaanSiklus II perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, pengumpulan data dan refleksi) C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III (perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, pengumpulan data dan refleksi) BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus (data hasil pengamatan/wawancara, refleksi keberhasilan dan kegagalan) B. Pembahasan BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran 3. Bagian Akhir Pada bagian akhir termuat: Daftar Pustaka Lampiran-lampiran Riwayat Hidup Penulis BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Belajar 1. Pengertian Belajar

a. Menurut Teori Belajar Medan Kognitif Teori belajar medan kognitif seperti yang dikutip oleh Sudjana (1991:97) adalah sebagai berikut: Belajar dapat didefinisikan sebagai “proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan baru dan atau merubah sesuatu lama”. thesis dasar dari teori ini adalah bahwa setiap pribadi, sesuai dengan tingkat perkembangannya yang telah dicapai tahu bahwa bagaimana dan untuk apapun yang ia pikirkan adalah dirinya. Dalam proses ini ia berhubungan dengan tingkah laku yang membawa ke arah tujuan yang paling kuat. Tujuan dari teori medan kognitif adalah untuk merumuskan hubungan yang telah teruji yang dapat meramalkan tingkah laku pribadi individu dalam life space mereka yang spesifik atau dalam situasi psikologis. Pribadi seseorang, termasuk segala sesuatu yang melibatkan seseorang berisikan segala sesuatu, ide, atau prinsip dengan mana seseorang mengenal dirinya dan kepada siapa seseorang memberikan kesetiaannya. Aspek kognitif dari teori medan kognitif berkenaan dengan bagaimana orang mendapatkan pengertian mengenai diri mereka sendiri dan lingkungan mereka, bagaimana menggunakan pengetahuan mereka dan bagaimana bertindak dalam hubungan dengan lingkungannya. Medan psikologis berisikan hubungan yang simultan, yang terjadi bersamaan dari pribadi dan lingkungan psikologisnya dalam satu situasi apapun. Karna itu, teori medan kognitif dalam psikologi berpusat pada idea bahwa semua aktifitas psikologi dari pribadi seeorang pada suatu waktu yang bersamaan, adalah fungsi dari totalitas faktor-faktor yang berdampingan satu sama

lain. b. Menurut Teori Belajar Sibernetik Teori belajar sibernetik seperti yang dikutip oleh Uno (2008:17) adalah sebagai berikut: “Belajar adalah pengolahan informasi. sekilas tentang teori mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses”. Asumsi lain dari teori sibernatik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karna itu, sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda. Implementasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh tokoh Landa, Pask dan Scoot. c. Menurut Teori Belajar Konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme seperti yang dikutip oleh Sardiman (2008:37-38) adalah sebagai berikut: “Belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang”. Peranan peserta didik menurut pandangan konstruktivisme, pembelajar merupakan kegiatan yang

menuntut keaktifan siswa dalam membangun pengetahuannya. Peserta didik membangun makna belajar dengan mengaitkan pengalaman dan pengetahuan barunya dangan pengetahuan dan pengalamannya sendiri. Peranan guru dalam belajar konstruktivisme adalah sebagai fasilitator dan mediator bagi peserta didik dalam membentuk pengetahuannya. Menurut Suparno sebagaimana dikutip Sriyanti dkk (2009:101) dalam rangka mencapai peran guru sebagai fasilitator dan mediator, maka guru perlu: 1) Peningkatan interaksi guru/pengajar dengan peserta didik. 2) Tujuan dan materi yang dipelajari perlu dibahas dan disetujui antara guru/pengajar dengan peserta didik. 3) Mengetahui jenis pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh peserta didik. 4) Memotivasi peserta didik akan kemampuan dirinya dalam belajar mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk menghargai gagasan peserta didik. Sarana belajar dalam pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Sarana belajar seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan fasilitas lain disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Peserta didik diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya. Dengan cara demikian, peserta didik terbiasa berlatih untuk berpikir sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Degeng sebagaimana dikutip Sriyanti dkk (2009:103) tujuan pembelajaran konstruktivisme menghendaki peserta didik

memiliki kreativitas dan kemampuan produktif dalam konteks yang nyata yang mendorong peserta didik untuk berpikir ulang akan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dan mampu mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari. Evalusi belajar dalam pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan serta aktivitas yang lain yang didasarkan pada pengalaman. d. Menurut Teori Belajar Konektionisme Menurut Thorndike sebagaimana dikutip Sardiman (2008:33), “Dasar dari belajar itu adalah kesan panca indra (sense impresion) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action). Asosiasi yang demikian ini dinamakan connecting. Dengan kata lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi.” Mengenai hubungan stimulus dan respon Thorndike mengemukakan beberapa prinsip/hukum sebagaimana dikutip Sardiman (2008:33-34) adalah sebagai berikut: 1) Law of effect Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, kalau disertai dengan perasaan senang atau puas, dan sebaliknya kurang erat atau bahkan bisa lenyap kalau disertai perasaan tidak senang.karena itu adanya usaha membearkan hati, memuji dan kegiatan reinforcement sangat diperlukan dalam kegiatan belajar. Hal ini akan lebih baik, sedangkan hal-hal yang bersifat

menghukum akan kurang mendukung. 2) Law of multiple response Dalam situasi problematis, kemungkinan besar respon yang tepat itu tidak segera tampak, sehingga individu yang belajar harus berulang kali mengadakan percobaan sampai respon itu muncul dengan tepat. 3) Law of exercise atau Law of use and disuse. Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan . 4) Law of assimilation atau Law of analogi Seseorang dapat menyesuaikan diri atau member respon yang sesuai dengan situasi sebelumnya. Ada beberapa aturan yang dibuat Thorndike berkenaan dengan pengajaran sebagaimana dikutip Sriyanti dkk (2009:68-67) adalah sebagai berikut: 1) Memperhatikan situasi murid. 2) Menentukan respon yang diharapkan dari situasi tersebut. 3) Sengaja menciptakan hubungan antara respon murid dan stimulusnya. 4) Perhatikan jangan sampai ada situasi lain yang dapat mengganggu hubungan stimulus-respon. 5) Bila akan menciptakan hubungan baru, janga membuat yang sejenis. 6) Ciptakan hubungan yang menghasilkan perbuatan nyata. 7) Upayakan suasana belajar yang memungkinkan anak menerapkan

dalam kehidupan sehari-hari. e. Menurut Teori Belajar Humanistik Teori belajar humanistik seperti yang dikutip Uno (2008:13) adalah sebagai berikut: “Teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuk yang paling ideal”. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuk yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan oleh Ausebel (1968) yang disebut belajar bermakna atau Meaningful Learning. Teori ini juga terwujud dalam teori Bloom dan krathwohl dalam bentuk taksonomi Bloom. Dalam hal ini Bloom dan Krathwohl seperti yang dikutip Uno (2008:14) menunjukkan apa yang mungkin dipelajari siswa yang tercakup dalam tiga kawasan berikut: 1) Kognitif, dalam perkembangan kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu: a) Pengetahuan (mengingat, menghafal) b) Pemahaman (menginterpretasikan) c) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah) d) Analisis (menjabarkan suatu konsep) e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)

f) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya). 2) Psikomotor, dalam perkembangan psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu: a) Peniruan (menirukan gerak) b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar) d) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) e) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). 3) Afektif, dalam perkembangan afektif juga terdiri dari lima tingkatan, yaitu: a) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) b) Merespon (aktif berpartisipasi) c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu) d) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai) e) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup). Taksonomi Bloom ini, seperti yang telah kita ketahui, berhasil memberi inspirasi kepada banyak pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan pembelajaran. Pada tingkatan praktis, taksonomi ini telah banyak membantu praktisi pendidikan untuk menformulasikan tujuan-tujuan belajar dalam bahasa yang mudah dipahami, operasional, serta dapat diukur. Dari beberapa taksonomi belajar, mungkin taksonomi Bloom inilah yang paling populer

(setidaknya di Indonesia). 2. Fase-Fase Belajar Menurut Jerome S. Bruner sebagaimana dikutip Syah (2003:113114). Dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase yaitu: a. Fase informasi (tahap penerimaan informasi): Dalam fase informasi seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. b. Fase transformasi (tahap pengubahan materi): dalam fase trasformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditrasformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi): dalam fase evaluasi seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan (informasi yang telah ditrasformasikan) 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Telah dikatakan bahwa pembelajaran adalah merupakan interaksi edukatif antar siswa dan guru dimana siswa dipandang sebagai subjek didik atau pelaku belajar. Dalam belajar tersebut siswa mengalami sesuatu siswa yang menimbulkan suatu perubahan atau penambahan tingkah laku dan atau kecakapan. Berhasil atau tidaknya pembelajaran dapat dipengaruhi berbagai faktor. Dimyati dkk (2006:260) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa sebagai berikut:

a. Faktor-faktor pada pihak siswa, meliputi: 1) Sikap terhadap belajar 2) Motivasi belajar 3) Konsentasi belajar 4) Kemampuan mengolah bahan belajar 5) Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar 6) Kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan 7) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar 8) Rasa percaya diri siswa 9) Intelegensi dan keberhasilan belajar 10) Kebiasaan belajar 11) Cita-cita siswa b. Faktor-faktor pada pihak guru, meliputi: 1) Penguasaan materi 2) Pengelolaan kelas yang baik 3) Penggunaan metode yang bervariasi 4) Penggunaan media pembelajaran yang sesuai 5) Penggunaan bahasa serta keterampilan menjelaskan Sedangkan, menurut Usman dkk (1993:10), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran adalah: a. Faktor internal, meliputi : 1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah

laku. 2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. b) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan. Motivasi, emosi, dan penyesuain diri. b. Faktor eksternal, meliputi: 1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok 2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, proses dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh faktor individual dan faktor dari luar siswa yang disebut faktor sosial. Yang termasuk faktor individual antara lain: faktor kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipengaruhi

dalam pembelajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial. 4. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar menyangkut pengungkapan dan pengukuran hasil belajar yang telah diikuti siswa selama proses belajar. Pengukuran ini dapat diketahui bila akhir proses belajar diadakan penilaian. Dengan mengadakan penilaian dapat diketahui tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan siswa, sehingga dapat diketahui seberapa besar tingkat prestasi belajar yang diraih oleh seorang siswa di samping faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Dengan memperhatikan tahapan perkembangan perilaku dan pribadi siswa, pendapat Gagne yang ditulis oleh Nasution (2005:136) mengkategorikan pola belajar siswa ke dalam delapan tipe yang meliputi: a. Signal learning (belajar isyarat) b. Stimulus-response learning (belajar stimulus-respon) c. Chaining (rantai atau rangkaian) d. Verbal association (asosiasi verbal) e. Discrimination learning (belajar diskriminasi) f. Concept learning (belajar konsep) g. Rule learning (belajar aturan) h. Problem solving (memecahkan masalah) Tingkat prestasi belajar untuk tiap akhir proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaian yang diadakan oleh guru penilaian ini mencakup dalam suatu program pokok bahasan dalam suatu tatap muka pembelajaran dan lebih operasional serta mudah dilihat. Dapat dipahami bahwa penilaian dalam arti kompleks mencakup segala aspek psikologis siswa. Penilaian dalam arti sempit ini sebagai bentuk untuk mengukur

keberhasilan siswa yang terformat dalam bentu evaluasi. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu program (Syah, 2003:141). Salah satu tujuan diadakannya evaluasi diantaranya dapat dijadikan sebagai alat penetap apabila siswa termasuk kategori cepat, sedang, ataupun lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya. Berdasarkan hasil evaluasi yang dicapai siswa tersebut maka dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa. Tingkat keberhasilan ini tidak berlangsung secara “instans” artinya diraih begitu saja tanpa proses, melainkan lewat proses pembelajaran yang diikuti siswa dan adanya kolerasi dengan tingkat kemampuan siswa di samping ada faktor lain yang mempengaruhi seperti kondisi kesehatan, kerajinan, kejenuhan dan lingkungan yang mencukupinya. Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Untuk mengetahui dan memperoleh ukuran dan hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis indikator sebagai petunjuk adanya prestasi tertentu dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Oleh karena luasnya indikator yang menjadi acuan, maka diperlukan batasan minimal prestasi belajar agar mudah diukur. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah, karena keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, karsa siswa. Maka prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari

stimulan pada lingkungan dan proses kognitif yang diperoleh dari stimulan pada lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajaran. (dalam hal ini penelitian hanya dilakukan untuk kognitif saja) bentuk konkret dari prestasi belajar tersebut dapat dilihat dari hasil nilai raport. B. Tinjauan Tentang Question Student Have 1. Pengertian Question Student Have Question Student Have atau pertanyaan yang dimiliki siswa adalah metode yang tidak membuat siswa takut untuk mempelajari, butuhkan dan harapkan karena dengan metode ini dapat mengundang partisipasi melalui penulisan bukan pembicaraan (Silberman, 2004: 96) Prosedur: a. Berikan kartu indeks kosong kepada tiap siswa. b. Perintahkan tiap siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran atau sifat dari pelaaran yang mereka ikuti (nama tidak perlu dicantumkan). Sebagai contoh, seorang siswa dapat bertanya: “Bagaimana perbedaan aljabar II dengan aljabar I? atau “Apakah pada akhir dari pelajaran ini siswa diwajibkan membuat karya tulis?”. c. Bagikan kartu tersebut ke seluruh kelompok searah jarum jam. Ketika masing- masing kartu dibagikan kepada siswa berikutnya, dia harus membacanya dan memberi tanda centang pada kartu itu jika berisi pertanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi siswa yang membacanya. d. Ketika semua kartu kembali kepada pemiliknya, tiap siswa harus meninjau semua “pertanyaan” kelompok. Sampai di sini, kenali pertanyaan yang menerima banyak suara (tanda centang). Berikan

jawaban kepada masing-masing pertanyaan ini dengan (a) memberikan jawaban yang langsung dan singkat; (b) menunda pertanyaan hingga waktu yang lebih tepat; atau mengemukakan bahwa untuk saat ini anda belum mampu menjawab pertanyaan atau persoalan ini (janjikan jawaban secara pribadi, jika memungkinkan). e. Perintahkan siswa untuk berbagi pertanyaan mereka secara sukarela, sekalipun pertanyaan mereka itu tidak mendapatkan suara (tanda centang) paling banyak. f. Kumpulkan semua kartu. Kartu-kartu itu mungkin berisi pertanyaan yang dapat anda jawab pada pelajaran atau pertemuan mendatang. Variasi a. Jika kelas terlalu besar hingga waktunya tidak cukup untuk membagikan kartu keseluruh kelompok, bagilah kelas menjadi sub- sub kelompok dan ikuti intruksi yang sama atau, kumpulkan saja kartukartu tersebut tanpa mengharuskan mereka mengedarkannya keseluruh kelas dan merespon pada satu sampel pertanyaan. b. Sebagai alternatif dari pengajuan pertanyaan pada kartu indeks, perintahkan siswa untuk menuliskan harapan atau keprihatinan tentang mata pelajaran ini, topik yang mereka harapkan akan dibahas oleh anda, atau aturan dasar untuk partisipasi kelas yang mesti mereka patuhi (silberman, 2004:96-97). C. Tinjauan Tentang SKI 1. Pengertian SKI Sejarah ialah studi tentang riwayat hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku

manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial (Sholikin, 1999:215). Kebudayaan Islam adalah cara pandang komunitas muslim yang telah berjalan, terlembaga dan tersosialisasi dari kurun waktu ke waktu, satu generasi ke generasi yang lain dalam berbagai aspek kehidupan yang cukup luas tetapi tetap menampilkan satu bentuk budaya , tradisi, seni yang khas islam (Mas’ud, 1999: 242). 2. Langkah-langkah mengajar SKI a. Appersepsi Guru dapat memberikan appersepsi yang menarik perhatian anak untuk mendengar cerita. Misalnya guru menggunakan metode Tanya jawab. b. Penyajian Guru dalam menyajikan sejarah hendaknya menggunakan gaya bahasa cerita, dimana ia harus memperhatikan hal-hak sebagai berikut: 1) Hendaknya guru menggunakan gaya bahasa yang menarik. 2) Penyajian sejarah hendaknya secara periodesasi dimana setiap periode itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dan diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memantapkan isi pokok dari masing-masing periode. 3) Menulis judul periode pada papan tulis sebelum atau sesudah penyajian. 4) Menulis nama-nama tokoh yang berperan dalam cerita yang diuraikan, agar nama-nama tersebut menjadi ingatan pelajar dan memudahkan mereka mengingatnya. 5) Dalam penyajian guru harus memperhatikan usaha mengkongkritkan.

c. Korelasi Menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah dengan realitas hidup sekarang dan topik-topik pendidikan agama yang lain ataupun dengan bidang studi lainnya bila ada kesempatan. Di samping itu guru juga dapat mengaitkan sejarah dengan kehidupan modern, guna menggerakkan kecenderungan yang kuat pada diri siswa untuk memiliki semangat kehidupan masyarakat muslim yang sejahtera. d. Kesimpulan Guru menyuruh agar siswa-siswa mengulang cerita dan menanyakan kepada mereka peristiwa-peristiwa periode demi periode. Setelah itu guru mencatat dipapan tulis pokok kesimpulan dari setiap periode sebagai ikhtisar. Dalam hal ini termasuk rangkumanrangkuman nilai-nilai luhur, moral dan ajaran-ajaran yang berkesan dengan disertakan sedikit penjelasan tentang keteladanan serta saransaran yang berguna. e. Evaluasi Guru mengadakan diskusi dengan siswa semua materi yang baru diberikan untuk mengetahui sampai dimana mereka dapat menguasai pelajaran atau dapat juga disuruh mereka menulis bagianbagian pelajaran yang mengandung moral, atau mendramatisasikan dalam lokal atau dipentas yang tersedia, atau menyuruh siswa menuliskan perasaan mereka terhadap tokoh sejarah dan sejauh mana mereka terpengaruh dengan kepribadian dan tingkah laku tokoh tersebut. Dan dapat juga guru menyuruh beberapa siswa mengulangi

cerita tersebut dalam bentuk yang baik yang merangsang semangat kompetisi positif dikalangan siswa sendiri. 3. Media Pengajaran SKI Hendaknya guru menyiapkan bermacam-macam alat peraga dan menggunakannya dimana perlu. Dalam menguraikan peristiwa hijrah Nabi misalnya guru dapat menggunakan slide atau film kalau tersedia, mendengarkan rekaman tentang drama yang sering diputar dari pemancar radio pada hari-hari besar Islam seperti Maulid, Hijrah ataupun Isra’ Mi’raj. Dan mungkin juga diambil naskah/pita kaset dari pemancarpemancar yang ada. Ataupun disuruh salah seorang siswa merekamnya dari salah satu pemancar Negara Arab yang dapat ditangkap didaerah tersebut. 4. Tujuan Mempelajari SKI a. Murid-murid yang membaca sejarah adalah untuk menyerap unsurunsur keutamaan dari padanya agar mereka dengan senang hati mengikuti tingkah laku para nabi dan orang-orang saleh dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membaca sajapun akan merupakan pengikat antara orang-orang besar itu dengan orang-orang yang mengenalnya. Dan besar kemungkinan bacaan itu akan memberi dorongan untuk dilanjutkan sehingga menjadi studi yang mendalam dan akan menambah kemanusiaan yang lebih erat. b. Pelajaran sejarah merupakan contoh teladan yang baik bagi umat islam yang meyakinkannya dan merupakan sumber syari’ah yang besar. Oleh karna itu, maka kesalahan pada penyajian peristiwaperistiwa sejarah adalah kesalahan besar terhadap hakikat iman itu sendiri.

c. Studi sejarah dapat mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotisme dan mendorong untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya. d. Bidang studi sejarah akan memberikan contoh teladan yang sempurna kepada pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi dan sosial anak-anak dan mendorong mereka untuk mengikuti teladan yang baik yang diterima sebagai realita yang hidup dari sejarah rasul, bertingkah laku seperti akhlaq rasul. Dengan demikian studi sejarah akan menumbuhkan cinta kepada kebesaran, kecenderungan meneladaninya, ketika ia mulai merasakan bahwa dia pun adalah salah seorang pengikut Nabi Saw. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat Penelitian : MTsN Teras Boyolali Alamat Penelitian : Desa Kopen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Pokok : Khulafaurrasidin Kelas/ Semester : VII/II 2. Jadwal Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan pada bulan April s/d bulan Mei 2010 di kelas VII MTsN Teras Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali sesuai dengan jadwal pelajaran SKI kelas VII. 3. Karakteristik Siswa Objek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 31 siswa, terdiri dari 15 siswa perempuan dan 16 siswa laki-

laki. Siswa MTsN Teras berjumlah 334, termasuk kategori jumlah siswa yang cukup banyak jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang berada di kecamatan Teras. Hal ini disebabkan prestasi MTsN Teras yang stabil dari tahun ke tahun. B. Deskripsi Per siklus 1. Deskripsi Pra Siklus Mata pelajaran SKI merupakan salah satu mata pelajaran yang dianak tirikan oleh guru-guru di MTsN Teras. Berulang kali ketika pembagian jadwal pada akhir semester, mata pelajaran ini yang paling terakhir mendapatkan pengajarnya. Hal ini disebab dari pengalaman guruguru yang kesulitan mengajarkan SKI pada siswa karena terbatasnya media pembelajaran. Efek dari pengajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran SKI sangat terasa bagi siswa, respon siswa terhadap pelajaran menjadi rendah, semangat menanyakan materi yang belum paham tidak ada, melaksanakan tugas dari guru tidak maksimal, bahkan dengan jawaban ringan siswa mengatakan kalau bukunya ketinggalan. Guru pengampu mengajarkan mata pelajaran SKI dengan mengejar target bahwa materi harus selesai, tidak mengacu pada standar kompetensi yang ditetapkan yang bertujuan agar siswa memahami beberapa indikator. Pada hal KKM siswa cukup tinggi dengan angka 7. Untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dilaksanakannya siklus, peneliti melakukan pre-test 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1 Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 15 April 2010 pada

pukul 09.55-11.15 sesuai jadwal pelajaran kelas VII MTsN Teras, Kec. Teras, Kab. Boyolali. Tiap pembelajaran siklus terdiri dari 4 tahap yang terdiri planning (perencanaan), acting (pelaksanaan), observasing (pengamatan), dan reflecting (refleksi). Hal ini dilakukan mengingat waktu pembelajaran a. Planning (Perencanaan) Pada tahap ini peneliti mempersiapkan beberapa perangkat yang diperlukan saat mengajar antara lain : 1) Melakukan diagnosis terhadap kendala yang dialami oleh guru mata pelajaran SKI dengan mengamati metode dan media pembelajaran yang dipakai saat pembelajaran. 2) Setelah menemukan permasalahan yang dihadapi oleh guru, peneliti menganalisis dan merumuskan masalah selanjutnya mencoba menerapkan metode Question Student Have dalam pembelajaran SKI. 3) Merancang pembelajaran dengan menggunakan metode Question Student Have yang nantinya akan dilaksanakan dalam pembelajaran. 4) Mendiskusikan penggunaan metode Question Student Have dengan guru pengampu mata pelajaran SKI mengenai perlengkapan yang nantinya akan dipergunakan. 5) Mempersiapkan instrument penelitian dan instrument mengajar (perlengkapan, RPP, lembar observasi, dan soal tes formatif). Lembar observasi dan soal tes formatif digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran. 6) Mempersiapkan strategi mengajar dan sistim pengelolaan kelas

untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar. b. Acting (Pelaksanaan) Pelaksanaan siklus I dilakukan pada hari Kamis tanggal 15 April 2010 pada pukul 09.55 WIB–11.15 WIB sesuai dengan jadwal pelajaran SKI kelas VII MTsN Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Penulis dibantu oleh guru pengampu mata pelajaran SKI dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun proses pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1) Mengubah posisi tempat duduk menjadi bentuk U dua baris. 2) Memberi penjelasan kepada siswa tentang Prestasi Khulafaurrasidin. 3) Siswa menyimak pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti diperjelas dengan Skema yang ada pada papan tulis. 4) Siswa mencatat Skema tentang prestasi khulafaurrasidin yang ada pada papan tulis. 5) Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan. 6) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dengan memberikan kartu indeks kosong kepada tiap siswa. 7) Guru memerintahkan tiap siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran atau sifat dari pelajaran yang mereka ikuti. 8) Guru membagikan kartu tersebut ke seluruh siswa searah jarum jam. Ketika masing-masing kartu dibagikan kepada siswa berikutnya, dia harus membacanya dan memberi tanda centang

pada kartu itu jika berisi pertanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi siswa yang membacanya. 9) Ketika semua kartu kembali kepada pemiliknya, tiap siswa harus meninjau semua “pertanyaan” kelompok. Sampai disini, kenali pertanyaan yang menerima banyak suara (tanda centang). Berikan jawaban kepada masing- masing pertanyaan ini dengan (a) memberikan hingga waktu yang lebih tepat; atau mengemukakan bahwa untuk saat ini anda belum mampu menjawab pertanyaan atau persoalan ini (janjikan jawaban secara pribadi, jika memungkinkan).jawaban yang langsung dan singkat; (b) menunda pertanyaan 10) Peneliti memberikan post tes untuk mengukur daya tangkap siswa terhadap pelajaran. 11) Peneliti mengoreksi dan menganalisis hasil tes. 12) Peneliti melakukan analisa pembelajaran pada siklus I. c. Observasing (Pengamatan) Pada fase observasing peneliti dibantu oleh guru pengampu mengamati jalannya pembelajaran yang sedang berlangsung. Aspek yang diamati antara lain , keaktifan siswa membuat dan membaca pertanyaan dalam proses pembelajaran, kedisiplinan siswa terhadap intruksi guru, respon siswa terhadap pembelajaran, serta pengamatan terhadap hasil evaluasi tertulis siswa. Adapun proses pengamatannya adalah sebagai berikut : 1) Peneliti dibantu guru pengampu mata pelajaran mengamati jalannya pembelajaran siklus I dengan menggunakan metode Question Student Have.

2) Guru pengampu mengamati siswa yang mempunyai keaktifan membuat dan membaca pertanyaan, kedisiplinan siswa terhadap intruksi guru, respon siswa terhadap pembelajaran, serta pengamatan terhadap hasil evaluasi tertulis siswa. 3) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelamahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki penelitian selanjutnya. 4) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang dalam siklus I belum mendapatkan hasil yang baik. d. Reflecting (Refleksi) Setelah melakukan pembelajaran pada siklus 1 peneliti menganalisis hasil pengamatan dan tes siswa bersama dengan guru pengampu. Setelah didapatkan hasil, peneliti mengadakan refleksi diri dan mendiskusikan dengan guru pengampu tentang kelemahan pada siklus I serta upaya perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II. Upaya-upaya perbaikan tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Pembagian posisi duduk siswa dibuat spasi atau pemisah untuk mengurangi kegaduhan kelas. 2) Peneliti menjelaskan materi pelajaran dengan suara yang lebih keras dan jelas. 3) Peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan keaktifan siswa membuat dan membaca pertanyaan dalam proses pembelajaran. 4) Menggunakan gaya bahasa yang menyenangkan untuk mengurangi rasa canggung siswa terhadap peneliti. 5) Peneliti harus bisa mengkondisikan suasana kelas saat terjadi

kegaduhan, biasanya terjadi saat siswa melihat atau mendengar penjelasan materi yang menurut mereka tabu. 3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Planning (Perencanaan) Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, oleh karena itu peneliti merencanakan proses pembelajaran dengan tujuan utama melengkapi kekurangan pada pada pembelajaran siklus I. materi yang dibahas pada siklus II adalah Rencana perbaikan pembelajaran untuk siklus II ini, peneliti berupaya meningkatkan keaktifan siswa membuat dan membaca pertanyaan dalam pembelajaran. Materi yang dibahas dalam siklus ini, adalah Prestasi Khulafaurrasidin. Adapun perencanaan dalam siklus II ini, sebagai berikut: 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II tentang Prestasi Khulafaurrasidin. 2) Mempersiapkan strategi mengajar dan sistem pengelolaan kelas untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar. 3) Mempersiapkan perlengkapan yang akan dipakai dalam pembelajaran siklus II. 4) Posisi duduk tempat duduk telah diatur dengan menggunakan jarak sehingga kemungkinan bagi siswa untuk berbicara sendiri dengan temannya lebih kecil. 5) Mempersiapkan posisi acak agar siswa yang semula berada di belakang menjadi lebih memperhatikan setelah dipindah ke depan. b. Acting (Pelaksanaan) Tindakan perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan pada hari

Jum’at tanggal 29 April 2010 pukul 09.55 WIB-11.15 WIB, sesuai jadwal pelajaran kelas VII MTsN Teras, Kec. Teras, Kab. Boyolali. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi pembelajaran yang disampaikan pada siklus I. 2) Menginstruksikan kepada siswa untuk mencatat Bagan Prestasi Khulafaurrasidin yang ada dipapan tulis. 3) Menyampaikan materi pelajaran dengan intonasi yang lebih jelas dan suara yang lebih keras. 4) Peneliti memberikan post test untuk mengukur daya serap siswa pada siklus II. 5) Peneliti mengoreksi lembar soal post test. c. Observasing (Pengamatan) Pada kegiatan pengamatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini peneliti mengamati jalannya pembelajaran, Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak berulang lagi pada siklus II. Pengamatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar, peneliti berperan sebagai pengajar dibantu oleh guru pengampu dalam pengamatan terhadap siswa. Berikut adalah pengamatan yang diperoleh pada siklus II : 1) Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran dibantu oleh guru pengampu. 2) Peneliti menemukan fakta bahwa keaktifan membuat dan membaca

pertanyaan siswa dalam pembelajaran meningkat dari siklus I. 3) Kedisplinan siswa dalam mengerjakan tugas dan penjadwalan sedikit meningkat. 4) Pengelolaan kelas cukup baik dibandingkan dengan siklus I, walaupun masih ada beberapa anak yang melamun saat penyampaian materi. 5) Perolehan nilai post-test meningkat. 6) Siswa lebih serius mengerjakan tugas yang telah diberikan. 7) Kegaduhan masih terjadi ketika memutar kartu pertanyaan searah dengan jarum jam. d. Reflecting (Refleksi) Setelah tindakan perbaikan pada siklus II telah selesai, peneliti mengadakan refleksi pembelajaran bersama guru pengampu mata pelajaran SKI kelas VII untuk melakukan tindak lanjut perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus III. Yang diharapkan adalah siklus III dapat jauh lebih baik dari siklus I dan siklus II. Meskipun telah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan pada siklus II, peneliti masih akan melanjutkan penelitian menunju siklus III untuk memperbaiki kekurangan yang masih terjadi pada siklus II. Adapun hal-hal yang perlu diperbaiki adalah : 1) Peneliti yang merangkap sebagai pengajar dalam penelitian ini akan berusaha untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa membuat dan membaca pertanyaan. 2) Untuk mengatasi siswa yang suka melamun, tempat duduk dipindah lagi berdekatan dengan siswa yang aktif dengan tujuan

agar siswa tersebut ikut aktif. 3) Memberikan pengarahan khusus bagi siswa yang memperoleh nilai kurang. 4) Memberikan motivasi yang lebih besar untuk menggugah semangat siswa. 4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III a. Planning (Perencanaan) Peneliti berupaya meningkatkan perhatian dan motivasi siswa serta kerjasama dalam pembelajaran. Materi yang dibahas dalam siklus ini masih sama, yaitu Hikmah dari prestasi Khulafaurrasidin dikaitkan dengan perkembangan kondisi sekarang. Adapun perencanaan dalam siklus III ini, sebagai berikut: 1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2) Menyiapkan perlengkapan pembelajaran. 3) Menyiapkan sumber belajar. 4) Menyiapkan lembar pengamatan siswa. 5) Menyiapkan lembar post tes. 3) Bersama guru pengampu mendiskusikan cara pengelolaan kelas agar lebih maksimal. b. Acting (Pelaksanaan) Tindakan perbaikan pembelajaran siklus III dilakukan pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2009 pukul 09.55 WIB-11.15 WIB, sesuai jadwal pelajaran kelas VII MTsN Teras, Kec. Teras, Kab. Boyolali. Langkah-langkah perbaikan pembelajaran siklus III adalah sebagai berikut : 1) Guru menjelaskan materi tentang Hikmah dari prestasi

Khulafaurrasidin dikaitkan dengan perkembangan kondisi sekarang. 2) Mengupayakan agar siswa lebih aktif dengan menerapkan metode Question Student Have. 3) Setelah selesai penyampaian materi, guru membagi lembar kegiatan pada siswa sebagai lembar post-test. 4) Peneliti mengoreksi lembar kegiatan siswa. c. Observasing (Pengamatan) Pada kegiatan pengamatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus III ini, penulis meminta bantuan kepada guru SKI kelas VII untuk memberikan pengamatannya terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung, yaitu memberi penilaian kepada siswa (lembar pengamatan terlampir). Adapun hasil pengamatan dalam siklus ini sebagai berikut: 1) Keaktifan membuat dan membaca pertanyaan siswa meningkat. 2) Respon yang diberikan siswa pada pembelajaran sangat optimal. 3) Kedisiplinan masuk kelas serta pengerjaan tugas tepat waktu. 4) Hasil perbaikan siklus III sangat baik, melampaui dari perkiraan peneliti dan guru pengampu. d. Reflecting (Refleksi) Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus III dapat disimpulkan bahwa kondisi siswa sudah terlihat adanya peningkatan yang lebih baik. Meskipun hasil pengamatan serta penilaian pada siklus III tidak ada hasil yang menunjukkan prosentase 100 %. Masih ada 3 orang siswa (Abdul muqin setyawan, Hafizh Asyihari, Reno Ardiyanto) yang memperoleh nilai evaluasi di bawah standar KKM

yang ditentukan sekolah. selengkapnya mengenai pembahasan siklus akan diuraikan pada bab selanjutnya. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Persiklus 1. Pra Siklus Sebelum diadakan penelitian, pembelajaran SKI di MTsN Teras menggunakan metode konvensional. Hal ini terjadi karena guru pengampu kesulitan menemukan metode dan media yang tepat dalam pengajaran SKI. Hasil dokumentasi nilai sebelum dimulai penelitian digunakan sebagai acuan peneliti untuk meningkatkan hasil belajar pasca penelitian. KKM yang ditentukan guru pengampu adalah 7 mengacu pada KKM tahun sebelumnya. Dari pembelajaran sebelumnya didapatkan nilai sebagai berikut : Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus No Nilai Siswa Jumlah Prosentase 1 95> 0 0 % 2 85-94 0 0 % 3 75-84 3 9,68% 4 65-74 12 38,71% 5 55-64 16 51,61% 6 45-54 0 0 % 7 35-44 0 0 % 8 25-34 0 0 % 9 <25 0 0 % Jumlah 31 100 % Dari data di atas dapat dapat diambil kesimpulan bahwa dengan KKM yang ditetapkan sekolah, 15 siswa telah tuntas atau sebanyak 48,39 % sedangkan 16 siswa belum tuntas KKM dengan persentase 51,61 %. Nilai rata-rata SKI kelas VII 6,5, sangat jauh sekali dari yang diharapkan oleh guru pengampu mata pelajaran SKI. Indikasi utama yang menyebabkan tidak berhasilnya pembelajaran SKI kelas VII adalah faktor perhatian dan motivasi belajar siswa dalan proses pembelajaran yang rendah dikarnakan guru masih menggunakan metode konvensional. Berikut daftar nama siswa kelas VII MTsN Teras

yang menjadi objek penelitian penggunaan metode Question Student Have pada pelajaran SKI : Tabel 4.2 Daftar Nama Siswa Kelas VII No Nama Jenis Kelamin No Nama Jenis Kelamin 1 Abdul Muqin Setyawan L 17 Laili Mita Hayati P 2 Abi Rizki L 18 Miftakhul Jannah P 3 Annas Munib Tantowi L 19 M. Dian Bagas Ari W. L 4 Alisa Safitri P 20 Najib Bakhtiar L 5 Alphina Ade Venia P 21 Nila Sa’diyatul Izzah P 6 Amelia Nur Aisiyah P 22 Nila Arinda P 7 Bagas Fitrianto L 23 Nita Purwandari P 8 Datik Sarwati P 24 Okty Andriyani P 9 Fajar Dwi Cahyono L 25 Reno Ardiyanto L 10 Febri Ariyanto L 26 Rizal Ardan Anasir L 11 Febri Ika Nur Safitri P 27 Rizki Indriyanto L 12 Galih Muhamad Qosim L 28 Suratman L 13 Hafizh Asyihari L 29 Surya Chita Ardyanano P No Nama Jenis Kelamin No Nama Jenis Kelamin 14 Ichsan Mualim Gusniawan L 30 Taufiq Adi Susilo L 15 Ika Oktaviani P 31 Tri Kuntari P 16 Khotimatu Husniya P 2. Siklus I Objek yang diamati pada siklus I, II, dan siklus III adalah siswa. Penilaian menggunakan lembar observasi dan lembar tes formatif. Aspekaspek yang dinilai dalam Siklus I antara lain keaktifan siswa, respon siswa terhadap materi, Berikut hasil penilaian terhadap siswa pada Siklus I: Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Membuat Pertanyaan

No Kriteria Penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 4 12,9 % 2 Cukup 17 54,84 % 3 Kurang 10 32,26 % Jumlah 31 100 % Dari tabel pengamatan diatas dapat dilihat siswa yang aktif membuat pertanyaan dengan nilai baik hanya ada 4 orang dengan persentase 12,9 %, sedangkan siswa yang kurang ada 10 orang dengan persentase 32,26%. Persentase yang paling tinggi berada pada penilaian cukup dengan persentase 54,84 % dengan jumlah siswa 17 orang. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa canggung dan malu kepada peneliti yang dapat dilihat dari tingkah laku mereka. Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Membaca Pertanyaan No Kriteria Penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 38,71% 3 Kurang 8 25,81% Jumlah 31 100 %

11 35,48 % 2 Cukup

Berbeda dengan keaktifan siswa membuat pertanyaan, semangat mereka untuk membaca pertanyaan cukup besar walaupun masih ada yang takut. Dapat dilihat pada tabel di atas, siswa yang aktif membaca pertanyaan dengan nilai baik dan cukup berjumlah 23 siswa dengan persentase 74,19%. Lebih dari separuh siswa aktif membaca pertanyaaan, namun masih ada 8 anak yang masih butuh bimbingan khusus untuk lebih aktif membaca pertanyaan serta melaksanakan tugas yang diberikan peneliti. Tabel 4.5 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus I No Kriteria Penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 9 29,03% 2 Cukup 15 48,39% 3 Kurang 7 22,58% Jumlah 31 100 % Penggunaan metode Question student have di sekolah ini terbilang hal yang baru, hal ini yang menyebabkan respon siswa terhadap pembelajaran ini terbilang tinggi, siswa yang merespon dengan baik ada

12

siswa dengan persentase 29,03 %, respon cukup diberikan oleh 15 siswa dengan persentase 48,39 %. Jadi dalam hal respon, persentase cukup tinggi dengan 77,42 %, sisanya memberikan respon rendah. Tabel 4.6 Tentang Kedisiplinan Siswa No Kriteria penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 8 25,81% 2 Cukup 19 61,29% 3 Kurang 4 12,9% Jumlah 31 100 % Dari empat hal yang diamati, kedisplinan siswa yang memperoleh nilai yang lumayan baik. Bel masuk jam pelajaran, kedisplinan membawa perangkat pelajaran, hingga tugas-tugas yang diberikan oleh peneliti dilaksanakan siswa dengan baik. Siswa yang mendapatkan kriteria penilaian baik adalah siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata temannya, baik dari segi keaktifan membuat pertanyaan, membaca pertanyaan, respon dalam pembelajaran serta kedisplinan siswa. Siswa yang mendapatkan kriteria penilaian baik adalah siswa yang duduknya berdekatan dengan siswa yang aktif, terkadang mereka membuat kesibukan sendiri, mengganggu temannya, namun tetap memperhatikan pelajaran yang disampaikan. Sedangkan nilai cukup diberikan kepada siswa yang harus menggunakan pancingan agar mereka bisa aktif, misalnya dengan diberikan reward terlebih dulu atau ditunjuk satu persatu. Sedangkan nilai kurang diberikan pada siswa yang benar-benar pasif, hal ini disebabkan karena mereka mempunyai daya tangkap yang kurang dibandingkan teman-temannya. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa pada Siklus I siswa belum banyak mengalami perubahan seperti yang diharapkan oleh peneliti. Hal ini disebabkan rasa canggung siswa masih sangat besar kepada peneliti yang notabennya sebagai guru baru bagi mereka.

Ada juga faktor lain yang mempengaruhi ketidak berhasilan Siklus I antara lain : a. Terjadi kegaduhan kelas karena pengaturan posisi tempat duduk sangat berdekatan sehingga siswa yang harusnya memperhatikan terpengaruh dengan temannya yang banyak bicara. b. Peneliti belum bisa mengkondisikan situasi kelas saat gaduh. c. Siswa yang duduk di belakang kurang aktif, karena merasa kesulitan membuat pertanyaan atau takut membaca pertanyaan yang mereka buat. d. Perhatian siswa kurang maksimal karena dimungkinkan penyajian materi oleh peneliti masih kurang menyenangkan. Hasil refleksi Siklus I akan dijadikan sebagai pedoman dalam perbaikan pada siklus II dan siklus III. Sedangkan dari instrument tes formatif (soal terlampir) yang berupa soal pilihan ganda dan essay, dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Hasil Nilai Siswa Siklus I No Nilai Jumlah Siswa Prosentase 1 95 > 0 0% 2 85-94 1 3,22% 3 75-84 3 9,68% 4 65-74 19 61,29% 5 55-64 8 25,81% 6 45-54 0 0% 7 35-44 0 0% 8 25-34 0 0% 9 < 25 0 0% Jumlah 31 100 % Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 19 siswa atau dengan persentase 61,29% telah lulus kriteria ketuntasan minimal (KKM), bertambah 4 orang dari yang semula hanya 15 siswa yang tuntas KKM. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 12 siswa dengan persentase 38,71%. Rata-rata kelas pada siklus I yaitu 6,8, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa siklus I membawa perubahan pada daya serap siswa yang diwujudkan dalam nilai evaluasi yang mereka kerjakan. 3. Siklus II

Pada siklus II peneliti mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran berhasil. Hal ini disebabkan karena peneliti mendapatkan hasil penilaian dengan kategori baik dengan jumlah yang cukup besar. Sangat berbeda dengan hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus I. Hasil belajar pada siswa mengalami perkembangan yang signifikan, terutama pada siswa yang sebelumnya sering mendapatkan nilai rendah. Meskipun demikian, masih ada 8 siswa yang belum tuntas KKM. Penjelasan lebih terperinci dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan dan penilaian berikut : Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Membuat Pertanyaan No Kriteria Penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 6 19,35% 2 Cukup 18 58,07% 3 Kurang 7 22,58 % Jumlah 31 100 % Siswa yang aktif membuat pertanyaan dengan kriteria penilaian baik meningkat menjadi 6 orang (19,35%), siswa dengan kriteria cukup yang semula 17 orang meningkat menjadi 18 orang (58,07%), sedangkan kriteria kurang mengalami penurunan dari kuota 10 orang menjadi 7 orang dengan persentase menjadi 22,58%. Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Membaca Pertanyaan No Kriteria Penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 11 35,48% 2 Cukup 14 45,16% 3 Kurang 6 19,36% Jumlah 31 100 % Keaktifan membaca pertanyaan siswa juga mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu besar. Siswa dengan kriteria baik tidak mengalami perubahan kuota, Berbeda dengan siswa dengan kriteria cukup yang mengalami peningkatan cukup signifikan dengan menjadi 14 anak (45,16%), dengan demikian jumlah siswa yang mendapat predikat cukup dan baik berjumlah 25 siswa dengan persentase (80,64%).

Tabel 4.10 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus II No Kriteria penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 10 32,26% 2 Cukup 51,61% 3 Kurang 5 16,13% Jumlah 31 100 %

16

Respon siswa juga mengalami perubahan meskipun tidak terlalu besar jumlahnya. Kriteria cukup dan baik bertambah masing-masing satu orang sedangkan kriteria kurang berkurang jumlahnya dari 7 orang menjadi 5 orang ( 16,13%). Hal ini disebabkan karena respon siswa pada siklus I sudah menunjukkan angka yang tinggi. Tabel 4.11 Tentang Kedisiplinan Siswa No Kriteria penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 10 32,26% 2 Cukup 18 58,06% 3 Kurang 3 9,68% Jumlah 31 100 % Pada siklus I kedisplinan sudah menunjukkan angka yang cukup baik, Lebih dari 87,1% siswa menempati peringkat penilaian cukup dan baik. Pada siklus II menunjukkan hasil yang sangat baik dilihat dari data diatas 28 anak mendapatkan kriteria penilaian cukup dan baik dengan prosentase masing-masing 58,06% dan 32,26 dan jumlah keduanya 90,32%. Siswa yang semula kurang disiplin sekarang sangat terlihat kedisplinannya. Secara keseluruhan, perhatian, motivasi, respon dan kedisplinan siswa meningkat pada siklus II dibandingkan dengan siklus I. Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut ; a. Posisi duduk tempat duduk telah diatur dengan menggunakan jarak sehingga kemungkinan bagi siswa untuk berbicara sendiri dengan temannya lebih kecil. b. Posisi duduk siswa diacak, yang semula berada di belakang ditempatkan di baris depan. c. Peneliti lebih bisa mengkondisikan situasi kelas.

d. Pembelajaran mendapatkan respon yang lebih besar dari siswa karena menggunakan metode Question Student Have lebih menarik perhatian siswa. Sama halnya dengan siklus I, penilaian juga menggunakan lembar soal penilaian untuk mengukur sejauh mana daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan oleh peneliti. Dari instrumen soal didapatkan data nilai sebagai berikut ; Tabel 4.12 Hasil Nilai Siswa Siklus II No Nilai Jumlah Siswa Prosentase 1 95 > 0 0% 2 85-94 2 6,45% 3 75-84 8 25,81% 4 65-74 15 48,39% 5 55-64 6 19,35% 6 45-54 0 0% 7 35-44 0 0% 8 25-34 0 0% 9 < 25 0 0% Jumlah 31 100 %

Pengamatan secara individual dan keseluruhan nilai siswa meningkat dari siklus I. Pada siklus II ada 8 orang (25,81%) siswa yang belum tuntas KKM dan 23 anak atau (74,19%) siswa yang telah lulus KKM. Nilai rata-rata siswa yang telah lulus KKM adalah 7,4 sedangkan rata-rata nilai siswa secara keseluruhan memperoleh nilai 7,1. Dari kedelapan siswa yang belum tuntas KKM, 1 diantaranya adalah siswa yang baru masa penyembuhan dari sakit, 4 siswa yang lain sering melamun yang mengakibatkan tidak fokus terhadap pembelajaran, sedangkan 3 diantara mereka mempunyai daya serap yang rendah. Hal ini dikeluhkan tidak hanya oleh guru pengampu mata pelajaran SKI tapi juga pada pelajaran yang lain. 4. Siklus III Setelah melewati siklus II dengan menyisakan 8 siswa yang belum tuntas KKM, siklus III mengalami peningkatan nilai siswa walaupun tetap masih ada siswa yang tidak tuntas KKM.

Pembelajaran pada siklus III ini merupakan pembelajaran yang paling maksimal dibandingkan dengan dua siklus sebelumnya karena ketidaksempurnaan jalannya proses pembelajaran telah diperbaiki. Siswa lebih akrab dan penelitipun lebih bisa menguasai kelas. Pada pelaksanaan siklus III dapat dilihat hasil observasi sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Membuat Pertanyaan No Kriteria Penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 8 25,81% 2 Cukup 19 61,29% 3 Kurang 4 12,9% Jumlah 31 100% Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Terhadap keaktifan Siswa Membaca Pertanyaan No Kriteria Penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 13 41,93% 2 Cukup 17 54,84% 3 Kurang 1 3,23% Jumlah 31 100% Keaktifan siswa membuat pertanyaan dan membaca pertanyaan mengalami peningkatan jumlah kuota, siswa yang semula mereka masih malu, canggung, ataupun takut sekarang tergantikan oleh keaktifan membaca pertanyaan mereka pada hal-hal yang belum dipahami. Masih ada 4 anak yang kesulitan membuat pertanyaaan (12,9%), hal ini menurut guru pengampu serta peneliti disebabkan karena 3 siswa diantaranya memang mempunyai daya serap yang rendah sehingga kebingungan ketika akan bertanya. Sedangkan 1 siswa lainnya disebabkan karena memang enggan membuat pertanyaan dari awal siklus dimulai dan dalam pembelajaran sehari-hari. Berbeda dengan keaktifan siswa dalam membaca pertanyaan, siswa lebih aktif dan mandiri dibandingkan dengan dua siklus sebelumnya. Hanya ada satu siswa yang ketika mendapatkan giliran membaca pertanyaan sering kaget karena melamun. Sedangkan dari segi kedisiplinan

serta respon siswa terhadap pembelajaran juga mengalami peningkatan, lebih jelasnya diuraikan dalam tabel pengamatan berikut ini : Tabel 4.15 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus III No Kriteria penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 14 45,16% 2 Cukup 17 54,84% 3 Kurang 0 0% Jumlah 31 100% Tabel 4.16 Tentang Kedisiplinan Siswa No Kriteria penilaian Jumlah siswa Prosentase 1 Baik 22 70,97% 2 Cukup 9 29,03% 3 Kurang 0 0% Jumlah 31 100% Respon yang diberikan siswa pada siklus III dapat dikatakan istimewa karena tidak ada satu siswapun yang mendapatkan penilaian dengan kriteria kurang. Dengan total persentase 100% siswa memberikan respon yang cukup dan baik. Perihal kedisiplinan siswa pada siklus III ini juga mengalami peningkatan dengan melihat kriteria penilaian cukup hanya ditempati oleh 9 orang siswa dan kriteria kurang tidak ada yang menempati. Tabel 4.17 Hasil Nilai Siswa Siklus III No Nilai Jumlah Siswa Prosentase 1 95 > 2 6,45% 2 8594 2 6,45% 3 75-84 19 61,29% 4 65-74 7 22,58% 5 55-64 1 3,23% 6 45-54 0 0% 7 35-44 0 0% 8 25-34 0 0% 9 < 25 0 0% Jumlah 31 100%

Hasil evaluasi formatif pada siklus III menunjukkan peningkatan dari dua siklus sebelumnya. Jumlah siswa yang tuntas KKM sebanyak 28 orang dengan persentase 90,32%. Terdapat 3 siswa (9,68%) yang tidak tuntas KKM dalam siklus III ini. Ketiga siswa tersebut memang mempunyai daya serap yang rendah pada mata pelajaran yang lain juga. Setelah didapatkan informasi ternyata salah satu dari tiga siswa yang masih belum tuntas tersebut orang tuanya telah berpisah dan mengejar karir sendiri-sendiri, sementara siswa diasuh oleh neneknya sehingga anak merasa kurang kasih sayang. Satu siswa yang lain ayahnya bekerja sebagai pembuat batu bata yang sebagian besar waktunya

dihabiskan untuk membuat batu bata disawah. Ibunya juga bekerja ditempat pembuatan krupuk, berangkat pada pagi dan pulang pada sore hari. Di samping itu, tingkat intelegensi siswa memang rendah. Sedangkan siswa yang lain kedua orang tuanya bekerja sebagai buruh tani, berangkat pagi pulangnya sore hari. B. Pembahasan Hasil Penelitian Peneliti mendapatkan data nilai hasil belajar dari pra siklus sampai siklus III mengalami perkembangan nilai. Hasil keseluruhan nilai formatif SKI sejak pra siklus sampai dengan siklus III dapat dilihat dari gambar 4.18 berikut ini: Gambar 4.18 Ketuntasan Belajar Siswa Dari Pra Siklus-siklus III

Diagram di atas menjelaskan tentang perkembangan hasil pembelajaran dari pra siklus sampai siklus III. Pada tahap pra siklus ketuntasan siswa dalam pembelajaran SKI sebesar 48,39%. Tidak ada separuh siswa kelas VII yang tuntas. Setelah siklus I dilaksanakan, jumlah siswa yang tuntas KKM meningkat drastis menjadi 61,29% hampir dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. Pada siklus II juga mengalami kenaikan ketuntasan siswa yaitu dengan prosentase 74,19%. Begitupun dengan siklus III yang juga mengalami kenaikan hasil nilai dengan prosentase ketuntasan siswa mencapai 90,32%. Dari data di atas dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus sampai dengan siklus III. Sama halnya dengan keaktifan, respon dan kedisiplinan siswa juga mengalami peningkatan. Berikut uraian peningkatan dari aspek- aspek yang diamati oleh peneliti :

48,39 % 61,29% 74,19% 90,32% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Gambar 4.19 Diagram Keaktifan Membuat Pertanyaan dari Siklus I-III Pada diagram keaktifan siswa membuat pertanyaan menunjukkan prosentase kenaikan dari siklus I hingga siklus III. Persentase baik dan cukup menunjukkan kenaikan kuota yang konstan dari siklus I sampai siklus III. Sedangkan kriteria kurang mengalami penurunan prosentase secara drastis. Paling maksimal pada kriteria penilaian kurang siklus III dengan kuota siswa 12,9%. Gambar 4.20 Diagram Keaktifan Membaca Pertanyaan Siswa dari Siklus I-III

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Baik

Cukup

Kurang

Siklus I Siklus II Siklus III 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% Baik

Cukup

Kurang

Siklus I Siklus II Siklus III Pada diagram keaktifan siswa membaca pertanyaan kriteria penilaian baik siklus I dan siklus II mendapatkan prosentase yang sama yaitu 35,48% kemudian mengalami kenaikan dari siklus II ke siklus III dengan prosentase 41,93%. Kriteria penilaian cukup mengalami kenaikan kuota yang konstan dari siklus I ke siklus III. Berbeda dengan penilaian kurang yang

konstan menurun dari siklus I sampai siklus III. Kriteria penilaian kurang pada siklus III berada pada posisi 3,23% dengan arti hanya ada 1 siswa yang tidak berani membaca pertanyaan yang dibuatnya pada saat pembelajaran berlangsung. Gambar 4.21 Diagram Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Siklus I-III Respon siswa terhadap pembelajaran dari siklus I sampai siklus III tidak begitu terlihat perubahannya dikarenakan respon yang sangat besar telah diberikan siswa pada siklus pertama. Pada diagram terlihat lonjakan yang cukup tinggi dari kriteria penilaian baik yaitu dari prosentase 32,26% pada siklus II meningkat 45,16% pada siklus III. Sedangkan kriteria cukup 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% Baik

Cukup

Kurang

Siklus I Siklus II Siklus III mengalami kenaikan secara konstan dari siklus I sampai siklus III. Sebaliknya dengan kriteria penilaian kurang yang menempati prosentase 0% pada siklus III. Gambar 4.22 Diagram Kedisiplinan Siswa dari Siklus I-III Pada diagram kedisplinan siswa mengalami kenaikan tajam dari siklus I sampai siklus III untuk kriteria penilaian baik, sedangkan pada penilaian cukup mengalami penurunan dari siklus I ke siklus III. Yang paling jelas terlihat adalah prosentase nilai kurang yang menempati 0% pada siklus III, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kedisplinan siswa semakin meningkat. Berdasarkan 5 diagram di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan metode Question Student Have dapat mempengaruhi perhatian, motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan meningkatnya semangat membuat

pertanyaan, membaca pertanyaan, respon, serta kedisiplinan siswa dari siklus I sampai dengan siklus III 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Baik

Cukup

Kurang

Siklus I Siklus II Siklus III BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam penelitan di bab depan, banyak hal baru yang diperoleh peneliti yang berkaitan erat dengan metode pembelajaran serta peningkatan hasil pembelajaran. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar tiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diadakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat Perhatian dan Motivasi a. Keaktifan siswa dalam membuat pertanyaan meningkat . 1) Siklus I menunjukkan prosentase keberhasilan 67,74% masuk kategori sedang. 2) Siklus II menunjukkan prosentase keberhasilan 77,42% masuk kategori sedang. 3) Siklus III menunjukkan prosentase keberhasilan 87,1% masuk kategori tinggi. b. Keaktifan siswa dalam membaca pertanyaan meningkat. 1) Siklus I menunjukkan prosentase keberhasilan 74,19% masuk kategori sedang. 2) Siklus II menunjukkan prosentase keberhasilan 80,64% masuk

kategori tinggi. 3) Siklus III menunjukkan prosentase keberhasilan 96,77% masuk kategori tinggi. c. Respon yang diberikan terhadap pembelajaran. 1) Siklus I menunjukkan prosentase keberhasilan 87,1% masuk kategori tinggi. 2) Siklus II menunjukkan prosentase keberhasilan 90,32% masuk kategori tinggi. 3) Siklus III menunjukkan prosentase keberhasilan 100% masuk kategori tinggi. d. Kedisiplinan dalam pembelajaran meningkat. 1) Siklus I menunjukkan prosentase keberhasilan 77,42% masuk kategori sedang. 2) Siklus II menunjukkan prosentase keberhasilan 83,87% masuk kategori tinggi 3) Siklus III menunjukkan prosentase keberhasilan 100% masuk kategori tinggi. 2. Hasil Belajar a. Prosentase siswa lulus KKM Siklus I adalah 61,29% masuk kategori sedang. b. Prosentase siswa lulus KKM Siklus II adalah 74,19% masuk kategori sedang. c. Prosentase siswa lulus KKM Siklus III adalah 90,32% masuk kategori tinggi. 3. Uji hipotesis menunjukkan: Ho = jika t hitung < t tabel maka Ho diterima Hi ditolak atau

Metode pembelajaran Question student have tidak dapat meningkatkan prestasi mata pelajaran SKI siswa kelas VII MTsN Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Ha = jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima atau Metode pembelajaran Question student have dapat meningkatkan prestasi mata pelajaran SKI siswa kelas VII MTsN Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Dari hasil uji t menunjukkan bahwa t hitung 5,46 dan t tabel untuk signifikansi 5% (tingkat kepercayaan 95%) adalah 2,04, dengan demikian t hitung > t tabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau terbukti bahwa metode pembelajaran Question student have dapat meningkatkan prestasi mata pelajaran SKI siswa kelas VII, MTsN Teras, Kecamatan Teras, kabupaten Boyolali. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari uraian yang telah dituangkan sebelumnya agar penggunaan metode Question student have dapat meningkatkan hasil belajar SKI bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut : 1. Dalam melaksanakan pembelajaran SKI yang menggunakan metode Question student have membutuhkan persiapan yang cukup banyak dari pengajar, diawali dari niat untuk belajar menggunakan metode Question student have, mempersiapkan materi pembelajaran, dan pengelolaan kelas yang baik. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang optimal. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sangat diharapkan bagi guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak jenuh.

3. Dikarenakan penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas VII MTsN Teras Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali, sangat diharapkan ada penelitian pada kelas lain, atau dengan mata pelajaran yang berbeda untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Pada sekolah yang berbeda disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dikarenakan perbedaan situasi sekolah dan kondisi siswa dapat menyebabkan hasil penelitian yang berbeda.

Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta Depag. 1989. Al-Qur’an dan Terjemah. Semarang:CV. Toha Putra Depdiknas. 2002. Mutu Pendidikan Indonesia. Jakarta Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta Madya, Suwarsih. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta:Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung:Remaja Rosdakarya Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Rajawali Pers Sudjana, Nana. 1991. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI Silbermen, L. Melvin. 2004. Active Learning. Bandung:Nusamedia Sriyanti, Lilik, Muna Erawati, Suwardi. 2009. Teori-Teori Pembelajaran. Salatiga:STAIN Salatiga Thoha, Habib, Saifudin Zuhri, Syamsudin Yahya (Eds). Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta:Pustaka pelajar

Uno, B. Hamzah. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya Usman, Moh Uzer, Lilik Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya W J S Purwodarminto. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka Cet ke 9 hal 103. PEDOMAN OBSERVASI NO Aspek Indikator 1 Keaktifan membuat pertanyaan Siswa membuat pertanyaan secara cepat dan berbobot. Siswa mau membuat pertanyaan secara mandiri. Siswa membuat pertanyaan terhadap sesuatu yang belum dipahami. 2 Keaktifan membaca pertanyaan Siswa membaca pertanyaan tanpa disuruh. Siswa membaca pertanyaan dengan percaya diri. Siswa mampu membaca pertanyaan dengan intonasi yang jelas. 3 Merespon tugas yang diberikan Siswa berusaha untuk mengerjakan tugas secara mandiri. Siswa berusaha menjawab soal dengan sempurna. Siswa mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. 4 kedisiplinan terhadap tugas belajar Siswa mengerjakan tugas yang diberikan secepat mungkin. Siswa berusaha mengerjakan tugas hingga selesai. Siswa menyelesaikan tugas tepat waktu. NO Aktivitas Kategori 1 1-4 Baik 2 1-3 Cukup 3 1-2 Kurang RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Madrasah / Sekolah : MTsN TERAS BOYOLALI Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas/Semester : VII / Genap Standar Kompetensi : Memahami sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasidin. Kompetensi Dasar : Menceritakan berbagai prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrasidin. Indikator : Menjelaskan berbagai prestasi yang dicapai Khulafaurrasidin Alokasi waktu : 2 x 40 menit A. Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat mengklasifikasikan prestasi Khulafaurrasidin. B. Materi Pembelajaran Prestasi Khulafaurrasidin C. Metode Pembelajaran a. Ceramah b. Question Student Have c. Penugasan D. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran a. Kegiatan awal 1) Siswa berdoa bersama dengan bimbingan guru. 2) Guru memotivasi akan pentingnya kompetensi yang akan dipelajari. b. Kegiatan inti 1) Mengubah posisi tempat duduk menjadi bentuk U dua baris 2) Guru memberi penjelasan kepada siswa tentang Prestasi Khulafaurrasidin. 3) Siswa menyimak pembelajaran yang disampaikan oleh guru diperjelas dengan Skema yang ada pada papan tulis. 4) Siswa mencatat Skema tentang prestasi khulafaurrasidin yang ada pada papan tulis. 5) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dengan memberikan kartu indeks kosong kepada tiap siswa. 6) Guru memerintahkan tiap siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi pelajaran atau sifat dari

pelajaran yang mereka ikuti. 7) Bagikan kartu tersebut ke seluruh siswa searah jarum jam. Ketika masing- masing kartu dibagikan kepada siswa berikutnya, dia harus membacanya dan memberi tanda centang pada kartu itu jika berisi pertanyaan yang merupakan persoalan yang dihadapi siswa yang membacanya. 8) Ketika semua kartu kembali kepada pemiliknya, tiap siswa harus meninjau semua “pertanyaan” kelompok. Sampai disini, kenali pertanyaan yang menerima banyak suara (tanda centang). Berikan jawaban kepada masing- masing pertanyaan ini dengan (a) memberikan hingga waktu yang lebih tepat; atau mengemukakan bahwa untuk saat ini anda belum mampu menjawab pertanyaan atau persoalan ini (janjikan jawaban secara pribadi, jika memungkinkan).jawaban yang langsung dan singkat; (b) menunda pertanyaan 9) Guru memberikan post tes untuk mengukur daya tangkap siswa terhadap pelajaran. 10) Guru mengoreksi dan menganalisis hasil tes. c. Kegiatan akhir 1) Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan sejarah perkembangan Islam pada masa khulafaurrasidin. 2) Siswa dan guru melakukan refleksi. 3) Siswa dan guru merancang pembelajaran berikutnya. E. Sumber Ajar a. Buku SKI Depag b. SKI Toha Putra c. SKI Tiga Serangkai d. Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW e. Ensiklopedi Islam F. Penilaian a. Tehnik : Tes Pilihan ganda Pedoman penilaian : Bobot tiap soal adalah 2 skor x 5 Boyolali, 15 April 2010 Guru Mapel ZAMZURI S.Ag 150289781

Guru Praktikan BADRUS ZAMAN NIM. 11106028

NIP.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Madrasah / Sekolah : MTsN TERAS BOYOLALI Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas/Semester : VII / Genap Standar Kompetensi : Memahami sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasidin. Kompetensi Dasar : Menceritakan berbagai prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrasidin. Indikator : Menjelaskan prestasi Khulafaurrasidin yang menonjol Alokasi waktu : 2 x 40 menit A. Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat mengklasifikasikan prestasi Khulafaurrasidin yang menonjol. B. Materi Pembelajaran Prestasi Khulafaurrasidin C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Question Student Have 3. Penugasan D. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan awal a. Siswa berdoa bersama dengan bimbingan guru. b. Guru memotivasi akan pentingnya kompetensi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan inti a. Melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi pembelajaran yang disampaikan pada siklus I. b. Menginstruksikan kepada siswa untuk mencatat Prestasi Khulafaurrasidin yang ada dipapan tulis. c. Menyampaikan materi pelajaran dengan intonasi yang lebih jelas dan suara yang lebih keras. d. Peneliti memberikan post test untuk mengukur daya serap siswa pada siklus II. e.

Peneliti mengoreksi lembar soal post test. 3. Kegiatan akhir a. Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan sejarah perkembangan Islam pada masa khulafaurrasidin. b. Siswa dan guru melakukan refleksi. c. Siswa dan guru merancang pembelajaran berikutnya. E. Sumber Ajar 1. Buku SKI Depag 2. SKI Toha Putra 3. SKI Tiga Serangkai 4. Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW 5. Ensiklopedi Islam F. Penilaian 1. Tehnik : Tes Pilihan ganda Pedoman penilaian : Bobot tiap soal adalah 2 skor x 5 Boyolali, 29 April 2010 Guru Mapel ZAMZURI S.Ag NIM. 11106028

Guru Praktikan BADRUS ZAMAN

NIP. 150289781

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Madrasah / Sekolah : MTsN TERAS BOYOLALI Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas/Semester : VII / Genap Standar Kompetensi : Memahami sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasidin. Kompetensi Dasar : Menceritakan berbagai prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrasidin. Indikator : Menjelaskan hikmah yang dapat diambil dari prestasi Khulafaurrasidin Alokasi waktu : 2 x 40 menit A. Tujuan Pembelajaran Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat mengambil hikmah dari prestasi Khulafaurrasidin. B. Materi Pembelajaran Hikmah dari prestasi Khulafaurrasidin dikaitkan dengan perkembangan kondisi sekarang. C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Question Student Have 3. Penugasan D. Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan awal a. Siswa berdoa bersama dengan bimbingan guru. b. Guru memotivasi akan pentingnya kompetensi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan inti a. Guru menjelaskan materi tentang Hikmah dari prestasi Khulafaurrasidin dikaitkan dengan perkembangan kondisi sekarang. b. Mengupayakan agar siswa lebih aktif dengan menerapkan metode Question Student Have. c. Setelah selesai penyampaian materi, guru membagi lembar kegiatan pada siswa sebagai lembar post test. d. Guru mengoreksi lembar kegiatan siswa. 3. Kegiatan akhir a. Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan sejarah perkembangan Islam pada masa khulafaurrasidin. b. Siswa dan guru melakukan refleksi. c. Siswa dan guru merancang pembelajaran berikutnya. E. Sumber Ajar 1. Buku SKI Depag 2. SKI Toha Putra 3. SKI Tiga Serangkai 4. Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW 5. Ensiklopedi Islam F. Penilaian 1. Tehnik : Tes Pilihan ganda Pedoman penilaian : Bobot tiap soal adalah 2 skor x 5 Boyolali, 6 Mei 2010 Guru Mapel ZAMZURI S.Ag NIM. 11106028

Guru Praktikan BADRUS ZAMAN

NIP. 150289781

HASIL PENGAMATAN GURU NO Aspek Yang dinilai Baik cukup kurang 1 Kepribadian 1. Kesopanan 2. Kedisiplinan dan Kesungguhan 3. Kerapian V VV

2 Persiapan Tertulis 1. Perumusan PTK 2. Perumusan Materi 3. Perumusan KBM 4. Perumusan Alat 5. Perumusan Evaluasi VVVVV 3 Keterampilan Mengajar 1. Membuka Pelajaran 2. Penguasaan Bahan 3. Keterampilan Menjelaskan 4. Penggunaan Bahasa (lancar, tepat) 5. Ketepatan Menggunakan Metode dan Alat (Media Pengajaran) 6. Sikap Dalam Mengajar 7. Kemampuan Menguasai dan Mengelola Kelas 8. Kemampuan Memotivasi Murid 9. Kemampuan Menciptakan Variasi Mengajar 10. Menutup Pelajaran (Menyimpulkan, Postes) VVV V VV V V V V DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Badrus Zaman NIM : 11106028 Tempat/tanggal lahir : Boyolali, 10 Oktober 1986

Alamat : Jatiroto RT 02/RW 04 Kec. Mojosongo Kab. Boyolali Nama Ayah : M. Adni Nama Ibu : Dalmini Agama : Islam Pendidikan : - TK Dawar 1992-1993 - MI Al-Falaah 1993-1999 - MTsN Teras 1999-2002 - MAN 1 2002-2005 - S1 STAIN Salatiga 2006-2010 Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 10 Agustus 2010 Penulis Badrus Zaman NIM. 11106028

Related Documents


More Documents from "angga"