PENINGKATAN MUTU GURU DALAM UPAYA MEWUJUDKAN GENERASI EMAS 2045
Disusun oleh: Nazila Fitrah
PONTIANAK 2019
1
Peningkatan Mutu Guru dalam Upaya Mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045 Generasi Emas Indonesia 2045, telah menjadi topik yang banyak dibincangkan oleh berbagai pihak sekarang ini. Hal ini dikarenakan tepat pada 17 Agustus 2045 Indonesia memasuki usia kemerdekaannya yang ke-100 tahun. Surya Chandra yang merupakan anggota DPR Komisi IX, dalam Seminar Masalah Kependudukan di Indonesia yang diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebutkan bahwa jumlah usia angkatan kerja atau yang biasa disebut usia produktif (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70 persen, sedangkan 30 persen adalah penduduk dengan usia non-produktif (Andhini Rosari, Kompasiana, 11 Desember 2017). Bila dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara penduduk non-produktif hanya 60 juta. Tentu hal demikian menjadi kesempatan dan harapan yang besar untuk kemajuan bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045, pendidikan di Indonesia menjadi salah satu sorotan penting untuk dibenahi. Mengingat rendahnya peringkat pendidikan Indonesia yang tercatat di Programme for International Student Assessment (PISA), pada tahun 2015 Indonesia berada di urutan 63 dari 70 negara. Dari hasil penilaian PISA 2015, Indonesia lemah dalam matematika, membaca, dan sains dibandingkan dengan semua negara anggota ASEAN lainnya (Seith Khidhir, The ASEAN Post, 28 Agustus 2018). Perlu adanya pembenahan dari semua aspek pendidikan untuk memperbaiki kerkurangan-kekurangan tersebut, termasuk kualitas guru. Sudah menjadi kewajiban bahwa peran guru sangat diharapkan dalam perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Faktanya, masih banyak masalah yang terkait guru-guru di Indonesia sampai sekarang ini. Salah satunya penyebaran guru secara merata ke seluruh tanah Indonesia belum sepenuhnya terlaksana, terutama di daerah-daerah pedalaman. Alhasil, masih sangat banyak anakanak bangsa yang belum mendapatkan hak pendidikan secara layak. Sebuah potret menyedihkan anak-anak yang berasal dari daerah pedalaman Kalimantan Barat, khususnya di daerah Kabupaten Kubu Raya. Dalam kegiatan Pekan Bakti Mahasiswa IAIN Pontianak pada tahun 2018 lalu, mendapati beberapa siswa kelas VI Sekolah Dasar belum bisa membaca dan belum bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal demikian terjadi karena keterbatasan guru yang mengajar dan akses yang sulit ditempuh oleh guru juga menjadi salah satu penghambat, sehingga guru jarang datang
2
ke sekolah dan anak-anak tidak mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya. Perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini juga menjadi tantangan yang besar bagi guru Indonesia. Berdasarkan hal itulah perlu adanya langkah strategis untuk memperbaiki mutu guru Indonesia sehingga dapat membawa perubahan yang nyata bagi bangsa demi mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya diindahkan atau dipercayai. Sedangkan ditiru artinya dicontoh atau diikuti. Dalam bahasa Sanskerta, kata guru adalah gabungan dari kata gu dan ru. Gu memiliki arti kegelapan, kejumudan atau kekelaman. Sedangkan ru artinya melepaskan, menyingkirkan atau membebaskan. Jadi, guru adalah manusia yang berjuang terus-menerus dan secara gradual untuk melepaskan manusia dari kegelapan (Hamka Abdul Aziz, 2014: 19). Artinya seseorang yang sudah memilih menjadi seorang guru tidak boleh berada dalam keadaan stagnasi. Ia harus siap untuk terus mengembangkan potensi dirinya dan menghadapi perkembangan zaman dan teknologi yang semakin pesat. Oleh karena itu tugas seorang guru tidak hanya semata-mata memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga menanamkan nilai (transfer of value), dan keterampilan hidup (transfer of life skill) kepada peserta didik. Peningkatan mutu guru ini bertujuan agar terbentuknya generasi masa depan yang kompleks, tidak hanya cakap dalam ilmu, tetapi juga memiliki karakter yang baik. Secara garis besar setidaknya ada dua hal yang penting dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu guru yaitu perlu adanya usaha untuk membenahi karakter guru dan usaha pengembangan profesi guru. Berikut penjelasannya: 1. Karakter Guru Karakter, aslinya berasal dari bahasa Yunani, “karasso”, yang berarti format dasar atau blue print. Dari sana kita dapat memahami, bahwa karakter itu adalah fitrah yang Allah anugerahkan kepada manusia (Hamka Abdul Aziz, 2014: 216). Dari format dasar itu perlu adanya pembentukan agar terbentuk pribadi yang seimbang antara karakter yang baik dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itulah, sampai sekarang digaung-gaungkan tentang pembentukan karakter
3
anak bangsa atau character building untuk mengimbangi pesatnya ilmu teknologi sekarang. Menjadi seorang guru harus sadar akan profesi yang disandangnya yaitu seseorang memiliki tanggung jawab yang besar. Sebab itulah lahir istilah “Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.” Rasa ikhlas untuk mengemban tanggung jawab guna mencerdaskan anak bangsa harus benar-benar tertanam dalam diri setiap guru. Rasa puas diri jangan sampai mendominasi dalam diri seorang guru sehingga menyebabkannya tidak mau mengembangkan potensi yang dimilikinya. 2. Pengembangan Profesi Guru Pengembangan profesi guru merupakan usaha untuk terus mengembangkan skill dan potensi yang dimiliki guru. Dalam hal ini ada beberapa cara yang dapat diupayakan: a. Guru Sadar Membaca Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pendidikan di Indonesia salah satunya lemah dalam membaca. Suatu hal yang tidak bisa kita pungkiri bahwa sampai sekarang tradisi membaca di Indonesia masih sangat rendah. Sungguh menjadi suatu hal yang memprihatian jika hal ini terus berkelanjutan. Apalagi seorang guru, seorang pendidik anak bangsa harus sepenuhnya sadar bahwa membaca itu penting untuk meningkatkan kualitas dirinya, terkhusus kualitas dalam mengajar. Jika seorang pendidik saja malas untuk membaca, bagaimana dengan orang yang dididiknya? Sosialisasi tentang pentingnya membaca ini perlu ditingkatkan. Sebenarnya telah banyak strategi-strategi yang ditulis oleh pakar-pakar pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, baik yang dipublikasikan lewat buku, internet, dan sebagainya. Akan tetapi hal itu tidak bisa sepenuhnya terealisasi karena tidak terbaca oleh seluruh guru yang ada di Indonesia. Sehingga strategi sebaik apa pun yang direncanakan, jika tidak terbaca oleh semua guru akan menjadi sulit pencapaiannya. Maka dari itu, guruguru di Indonesia perlu diberi kesadaran akan pentingnya membaca.
4
Di era digital ini, sudah tidak ada lagi alasan untuk malas membaca buku. Pada zaman dulu, untuk membaca buku harus datang ke perpustakaan atau membeli buku di toko buku terlebih dahulu. Tapi tidak dengan sekarang, bahkan ribuan buku bisa dalam genggaman tangan. Suatu hal yang mungkin belum diketahui oleh semua rakyat Indonesia, terkhusus para guru bahwa perpustakaan sekarang ini sudah dapat diakses melalui gadget sehingga memudahkan untuk membaca di mana pun dan kapan. Pada tahun 2016, pemerintah Indonesia telah menyedikan fasilitas membaca berupa aplikasi yang bernama iPusnas. Dalam iPusnas dapat kita temukan ribuan buku yang bisa kita baca. Oleh karena itulah, rasanya tidak ada alasan lagi untuk malas membaca. b. Kualifikasi Guru Untuk mendapatkan tenaga pendidik yang bermutu dan berkualitas, kualifikasi pendidikan menjadi pendidik salah satu hal yang penting. Harapan untuk guru Indonesia ke depannya harus memiliki kualifikasi yang jelas. Artinya, seseorang yang ingin menjadi guru di suatu sekolah dipastikan telah lulus dari jenjang pendidikan. Seleksi penerimaan guru harus diperketat, misalnya untuk mengajar di suatu sekolah seseorang harus lulusan kampus minimal S2 dan memliki kemampuan akses teknologi yang baik. Berdasarkan standar tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Karena untuk menjadi guru dan mendidik anak bangsa bukan hanya bermodalkan kemuan, tetapi kualifikasi pendidikan dengan bekal ilmu yang matang menjadi penting untuk diperhatikan. Sehingga guru tidak hanya mengajar, tetapi juga berusaha untuk menjadi salah satu asset kemajuan bangsa. c. Tingkatkan Kompetensi Pedagogis Guru Seorang yang memilih menjadi guru, ia harus terus mengupgrade kemampuan diri terutama kemampuan dalam mendidik. Metode mengajar guru harus ditingkatkan dan berinovasi sesuai perkembangan zaman dan teknologi. Terdapat salah satu metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru era digital ini, yaitu metode Problem Based Learning (PBL) atau disebut Problem Berbasis
5
Masalah. Guru Indonesia mulai sekarang harus memiliki kemampuan untuk membentuk chritical thinking pada siswanya. Dalam metode PBL ini guru dituntut untuk mampu menyajikan sebuah masalah yang berkaitan dengan kehidupan kepada siswa kemudian mendorong siswa untuk dapat berpikir kritis sehingga menemukan solusi dari masalah yang disajikan oleh guru. Yang mendapatkan fokus penekanan dalam proses PBL bukan saja pada saat pembelajaran itu terjadi, tapi juga nantinya di masa datang, yakni kecakapan-kecakapan yang diperoleh akibat proses itu (Peterson, 2004 dalam Taufiq Amir, 2009: 12). Dalam penerapan metode ini diperlukan seorang pendidik yang mampu memfasilitasi dengan berbagai informasi. Maka dari itu, seorang guru harus terlebih dahulu meningkatkan kemampuan dirinya. Untuk sekarang PBL ini sudah banyak diterapkan di perguruan tinggi, dan untuk ke depannya dapat diterapkan pada jenjang sekolah menengah guna meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. d. Gaji Guru Sampai sekarang, banyak guru yang mengeluh karena gaji guru di Indonesia terhitung rendah, terutama guru honorer. Hal ini pula yang menjadi salah satu penghambat tersebarnya guru di Indonesia, terutama di daerah pedalaman. Untuk meningkatkan gaji guru di Indonesia, sebenarnya harus seimbang dengan kemampuan mengajar guru. Sebagai contoh, di negara Inggris memiliki mekanisme rekrutmen yang sangat ketat. Dari hal itu, gaji guru di Inggris juga sangat perhatikan sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja guru. Di Inggris, kisaran gaji tahunan untuk guru yang belum berkualifikasi (unqualified teachers) atau bisa disamakan dengan guru honorer pada tahun 2015 untuk daerah pinggiran, mencapai £17.368-£26.843. Jika £1 = Rp18.000, maka dapat diperkirakan
gaji
guru
yang
Rp312.624.000-Rp483.174.000
belum
per
tahun
berkualifikasi atau
sekitar
tersebut
sekitar
Rp20.052.000-
Rp40.264.500 per bulan. (Tim Riset Pendidikan Forum Generasi Sinergi, 2016). Oleh karena itu, kualifikasi pendidik di Indonesia pada masa mendatang harus ditingkatkan.
6
Selain itu, untuk guru yang bersedia mengabdi di daerah pedalaman hendaknya mendapat perhatian yang lebih. Misalnya dengan memberikan jaminan berupa asuransi kesehatan anak guna menjamin kesejahteraan. Pencapaian prestasi guru juga patut mendapat apresiasi, misalnya publikasi karya ilmiah. Dengan demikian, hal tersebut dapat menunjang kebutuhan guru. Demikianlah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu guru Indonesia sehingga dapat mencetak Generasi Emas Indonesia 2045 mendatang. Upaya yang utama yang dapat dilakukan guru yaitu upaya untuk membentuk karakter dirinya menjadi seorang pendidik yang berkarakter baik dengan ilmu pengetahuan sebagai bekal mendidik anak bangsa. Seorang guru juga tidak boleh berada dalam keadaan stagnan dan berpuas diri. Ia harus sadar akan tanggung jawab profesinya dan berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan agar dapat bersinergi untuk bangsa dalam menghadapi tantangan zaman.
7
DAFTAR PUSTAKA Aziz, Hamka Abdul. 2014. Karakter Guru Profesional. Jakarta: AL-MAWARDI PRIMA Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: KENCANA Tim Riset Pendidikan Forum Generasi Sinergi. 2016. “Sistem Pencapaian Kualitas Guru yang Terstruktur: Pembelajaran dari Inggris”, https://www.researchgate.net/publication/322754182_Sistem_Pencapaian_Kuali tas_Guru_yang_Terstruktur_Pembelajaran_dari_Inggris, diakses pada 7 Maret 2019 pukul 10.40. Khidhir, Sheith. 2018. “How will Indonesia fare in PISA 2018?”, https://theaseanpost.com/article/how-will-Indonesia-fare-pisa-2018-0, diakses pada 5 Maret 2019 pukul 22.50. Rosari, Andhini. 2017. “Bonus Demografi dan Dampak Terhadap Indonesia”, https://www.kompasiana.com/andhinirosari/5a2e2c4acf01b4574160ed32/bonusdemografi-dan-?page=all, diakses pada 4 Maret 2019 pukul 20.43.