Pengukuran_dasar-1.docx

  • Uploaded by: Annisa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengukuran_dasar-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,095
  • Pages: 25
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ilmu fisika banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penggunaan ilmu fisika yang sering ditemui yaitu berkaitan dengan pengukuran. Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya menjandi pembanding atau alat ukur yang besarnya harusnya distandarkan. Tujuan pengukuran yaitu untuk mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran (Giancoli, 2013). Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda perlu dilakukan hal yang spesifik. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur. Jenis alat ukur yang digunakan dalam pengukuran berpengaruh terhadap keakuratan atau tingkat ketelitian suatu perhitungan. Ukuran benda dapat ditentukan dari skala yang terdapat pada alat ukur yang digunakan. Paham mengenai pengukuran merupakan suatu hal yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu untuk memahami mengenai pengukuran karena pengukuran dibutuhkan dalam banyak hal. Praktikum “Pengukuran Dasar” kali ini akan mengenalkan beberapa alat ukur dan cara pengukuran terhadap suatu benda dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah untuk praktikum “Pengukuran Dasar” diantaranya: 1. Bagaimana menentukan nst suatu alat ukur? 2. Bagaimana prinsip penggunaan alat ukur? 3. Bagaimana menentukan pengukuran tidak langsung menggunakan ralat nst dan ralat standar deviasi?

1.3 Tujuan Tujuan dari praktikum “Pengukuran Dasar” adalah sebagai berikut: 1. Mampu mengetahui nst suatu alat ukur. 2. Mampu dan memahami prinsip penggunaan alat ukur. 3. Mampu menentukan dan memahami cara pengukuran tidak langsung menggunakan ralat nst dan ralat standar deviasi.

1.4 Manfaat Manfaat

melakukan

praktikum

pengukuran

dasar

diantaranya

dapat

memahami penggunaan alat ukur. Alat ukur yang diperlukan sehari-hari misalnya untuk menimbang berat badan, sehingga kita dapat mengetahui bagaimana cara menentukan hasilnya. Pengukuran juga sering ditemui dikehidupan, dalam pembuatan meja misalnya, dapat menentukan panjang, lebar, dan tingginya.

BAB 2. DASAR TEORI

2.1 Pengukuran Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah ditetapkan sebagai standar pengukuran. Alat bantu dalam proses pengukuran disebut alat ukur. Alat ukur dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, misalnya alat ukur panjang (mistas, jangka sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur massa, alat ukur waktu, dan alat ukur suhu, dll (Sasmito, 2010).

2.2 Alat Ukur Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat dibuthkan dengan namanya alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan data hasil pengukuran. Faktor lain selain alat ukur untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara lain benda yang diukur, proses dalam pengukuran, kondisi suatu lingkungan dan orang yang melakukan pengukuran. Alat-alat pengukuran tersebut antara lain (Mikrajuddin, 2016). 2.2.1 Mistar Mistar adalah alat ukur panjang yang paling sederhana dan memiliki 2 skala ukuran yaitu skala utama dan skala terkecil. Skala utama pada mistar adalah sentimeter (cm) dan satuan skala terkecil adalah milimeter (mm). Nilai skala terkecil mistar yaitu 1 mm. Mistar memiliki ketelitian sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm (Ihsan, 2006).

Gambar 2.1 Mistar (sumber : Ihsan, 2006) 2.2.2 Jangka Sorong Jangka sorong adalah alat ukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi, diameter luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong dapat mengukur hingga ketilitian 0,1 mm. Skala utama terletak di batang di batang jangka sorong, sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10 bagian dengan panjang 9 mm maka disebut skala nonius.

Gambar 2.2 Jangka Sorong (Sumber : Tim Penyusun, 2017). 2.2.3 Mikrometer Mikrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal maupun diameter luar benda yang berukuran kecil. Mikrometer sekrup empunyai ketelitian 0,01 mm sehingga cocok untuk mengukur ketebalan kertas.

Gambar 2.3 Mikrometer (Sumber : Tim Penyusun, 2017). 2.2.4 Amperemeter Amperemeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus yang mengalir dalam satu rangkaian listrik. Berdasarkan jenisnya, sumber arus amperemeter dibagi menjadi 2 yaitu amperemeter DC dan amperemeter AC.

Gambar 2.4 Amperemeter (Sumber : Tim Penyusun, 2017). 2.2.5 Voltmeter Voltmeter merupakan alat untuk mengukur besarnya tegangan dalam suatu benda yang dilewati oleh listrik. Berdasarkan jenis dari arus listrik voltmeter dibagi menjadi 2 yaitu voltmeter AC dan voltmeter DC.

Gambar 2.5 Voltmeter (Sumber : Tim Penyusun, 2017). 2.2.6 Neraca O’hauss Neraca o’hauss adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu massa benda. Penentuan massa benda hanya dilakukan dengan menggeser sejumlah ahak timbangan yang telah berada pada lengan neraca, massa benda yang ditimbang sama dengan massa anakan timbangan yang digeser pada lengan.

Gambar 2.6 Neraca O’hauss (Sumber : Tim Penyusun, 2017). 2.2.7 Stopwatch

Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk mengukur waktu. Stopwatch terbagi menjadi 2 jenis yaitu dalam bentuk digital dan analog.

Gambar 2.7 Stopwatch (Sumber : Tim Penyusun, 2017).

2.3 Standar Deviasi Hasil Pengukuran Pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan pada akhirnya terkumpul data x1, x2, x3, ..., xn. Standar deviasi adalah nilai statistik yang digunakan untuk menentukan bagaimana sebaran data dalam sampel, dan seberapa dekat titik data individu ke mean atau rata-rata nilai sampel. Sebuah standar deviasi dari kumpulan dara sama dengan nol menunjukkan bahwa semua nilai-nilai dalam himpunan tersebut adalah sama (Sutarno, 2009).

BAB 3. METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum “Pengukuran Dasar” antara lain: 1. Jangka Sorong, digunakan sebagai alat ukur panjang. Digunakan mengukur panjang, lebar, tinggi, diameter luar dan dalam, dan kedalaman lubang suatu benda. 2. Mikrometer, digunakan khusus untuk mengukur panjang, tebal, ataupun diameter luar dari benda yang berukuran relatif kecil. 3. Amperemeter, digunakan untuk mengukur kuat arus yang mengalir dalam sebuah rangkaian tertutup yang menghubungkan sebuah sumber tegangan dengan beban. 4. Voltmeter, digunakan untuk mengukur besar tegangan dalam sebuah beban yang dialiri oleh arus listrik. 5. Stopwatch, digunakan untuk mengukur waktu. 6. Neraca, digunakan untuk mengukur besaran massa. 7. Termometer, digunakan untuk mengukur besaran suhu. 8. Blok logam, digunakan sebagai bahan yang diukur (mistar dan neraca). 9. Bola besi kecil, digunakan sebagai bahan yang diukur (mikrometer). 10. Mistar/penggaris panjang, digunakan untuk mengukur besaran panjang.

3.2 Desain Percobaan

Gambar 3.1 Mistar (Sumber : Ihsan, 2006).

Gambar 3.2 Jangka Sorong (Sumber : Tim Penyusun, 2017).

Gambar 3.3 Mikrometer (Sumber : Tim Penyusun, 2017).

Gambar 3.4 Amperemeter (Sumber : Tim Penyusun, 2017).

Gambar 3.5 Voltmeter (Sumber : Tim Penyusun, 2017).

Gambar 3.6 Neraca O’hauss (Sumber : Tim Penyusun, 2017).

Gambar 3.7 Stopwatch (Sumber : Tim Penyusun, 2017).

3.3 Langkah Kerja Langkah kerja praktikum “Pengukuran Dasar” antara lain: 3.3.1

Penentuan nilai skala terkecil atau nst dan kesalahan titik nol.

1. Jangka sorong diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila skalanya tidak menunjukkan angka nol pada saat jangka sorong belum digunakan. 2. Mikrometer diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila skalanya tidak menunjukkan titik nol pada saat mikrometer belum digunakan.

3. Voltmeter diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila jarumnya tidak menunjukkan titik nol pada saat tidak ada tegangan. 4. Termometer diambil dan ditentukan nst-nya. 5. Neraca pegas diambil dan ditentukan nst-nya. Dicatat juga apabila skalanya tidak menunjukkan titik nol pada saat pegas belum terbebani. 6. Stopwatch diambil dan ditentukan nst-nya. 7. Mistar/penggaris ditentukan nst-nya. 8. Neraca/timbangan diambil dan ditentukan nst-nya.

3.3.2

Pengukuran langsung dengan menggunakan nila skala terkecil. Catatan: hanya dilakukan sekali saja

1. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar dari sebuah cincin. 2. Mikrometer digunakan untuk mengukur diameter luar dari sebuah bola besi kecil. 3. Voltmeter digunakan untuk mengukur besar tegangan yang muncul. 4. Neraca diberi beban dan dicatat nilai skalanya. 5. Diukur panjang, lebar, dan tinggi balok yang tersedia dengan menggunakan mistar. 6. Waktu dihitung dengan stopwatch saat berjalan dari titik A ke B sejauh 2 meter.

3.3.3

Pengukuran langsung dengan menggunakan standart deviasi. Catatan: semua langkah percobaannya seperti poin b (no 1-6) hanya

masing-masing diulangi selama 3 kali. 1. Jangka sorong untuk mengukur diameter luar dari sebuah cincin. 2. Mikrometer digunakan untuk mengukur diameter luar dari sebuah bola besi kecil. 3. Voltmeter digunakan untuk mengukur besar tegangan yang muncul. 4. Neraca diberi beban dan dicatat nilai skalanya. 5. Diukur panjang, lebar, dan tinggi balok yang tersedia dengan menggunakan mistar.

6. Waktu dihitung dengan stopwatch saat berjalan dari titik A ke B sejauh 2 meter.

3.3.4

Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nilai skala terkecil. Catatan: lakukan 1 kali saja.

1. Dilakukan kembali langkah pada poin b no. 5 dengan balok yang sama, kemudian ditimbang massa balok tersebut. 2. Dilakukan kembali langkah yang sama pada poin b no. 6, diulangi untuk jarak 2,5m, 3m, 3,5m, dicatat masing-masing waktunya.

3.3.5

Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan standar deviasi. Catatan: lakukan kegiatan seperti point d sebanyak 3 kali.

3.3.6

Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nilai skala terkecil dan standart deviasi.

1. Dilakukan kembali langkah pada poin c no.5 dengan balok yang sama, diukur panjang, lebar, dan tinggi penggunakan standart deviasi dan kemudian ditimbang massa balok menggunakan nst. 2. Dilakukan langkah yang sama pada poin d no. 2 dengan pengukuran jarak menggunakan nst dan perhitungan waktu menggunakan standart deviasi.

3.4 Analisis Data Adapun analisis data yang digunakan untuk menganalisa data hasil praktikum, antara lain: 3.4.1

Tabel Tabel 3.1 Tabel hasil Nst dengan pengukuran langsung dengan Nst No Alat nst x Δx I K AP x ± Δx

Tabel 3.2 Tabel hasil pengukuran langsung dengan standar deviasi No Alat x I K AP x ± Δx 𝑥̅

Tabel 3.3 Pengukuran tidak langsung dengan nst No Balok Δx I K 𝑥̅

Tabel 3.4 Pengukuran tidak langsung dengan nst No Gerak t(waktu) Δt I 𝑡̅

AP

K

AP

Δx

x ± Δx

t ± Δt

Tabel 3.5 Tabel hasil tidak langsung dengan standart deviasi, pengulangan 3 kali No Bahan x v Δv I K AP v ± Δv 𝑥̅

Tabel 3.6 Tabel hasil tidak langsung dengan standart deviasi, pengulangan 3 kali No Gerak t v Δv I K AP v ± Δv 𝑡̅

Tabel 3.7 Tabel hasil pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart deviasi No Bahan p l t v massa ρ Δρ I K AP ρ ± Δρ

Tabel 3.8 Tabel hasil pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart deviasi No Jarak t(waktu) V Δv I K AP v ± Δv

3.4.2 Ralat a. Cara penulisan hasil pengukuran yang benar x = 𝑥̅ ± ∆𝑥 satuan

(3.1)

dimana 𝑥̅ = hasil ukur Δx = ralat Atau x = 𝑥̅ satuan ± Δx % ∆𝑥

Dengan Δx % = [ 𝑥̅ ] 𝑥 100%

(3.2) (3.3)

b. Nilai skala terkecil Jika pengukuran langsung hanya sekali. 1

Δx = 2 𝑛𝑠𝑡

(3.4)

Pengukuran sebanyak n kali, maka Δx dicari dengan menggunakan standar deviasi 

Jika n ≤ 10 𝜖(𝑥1− 𝑥̅ )2

Δx = √

𝑛(𝑛−1)

(3.5)



Jika n ≥ 10 𝜖(𝑥1− 𝑥̅ )2

Δx = √

(3.6)

𝑛

c. Ralat nisbi/ralat relatif ∆𝑥

I = ( 𝑥̅ ) 𝑥 100%

(3.7)

d. Keseksamaan K = 100% - I

(3.8)

e. Jumlah angka penting ∆𝑥

AP = 1 − log ( 𝑥̅ )

(3.9)

f. Ralat yang digunakan pada pengukuran langsung dengan sandart deviasi 𝑥̅ =

𝑥1+𝑥2+𝑥3+⋯+𝑥𝑛

(3.10)

𝑛 𝜖(𝑥1− 𝑥̅ )2

Δx √

𝑛(𝑛−1)

g. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan standart deviasi V=pxlxt 𝜕𝑣 2

𝜕𝑣 2

𝜕𝑣 2

𝜕𝑣 2

𝜕𝑣 2

Δv = √(𝜕𝑝) |∆𝑝|2 + ( 𝜕𝑙 ) |∆𝑙|2 + ( 𝜕𝑡 ) |∆𝑡|2 𝑠

V=𝑡

Δv = √(𝜕𝑠 ) |∆𝑠|2 + ( 𝜕𝑡 ) |∆𝑡|2

h. Ralat yang digunakan pada pengukuran tidak langsung dengan nst dan standart deviasi

ρ=

𝑚 𝑣 𝜕𝜌 2

𝜕𝜌 2

Δρ = √(𝜕𝑚) |∆𝑚|2 + (𝜕𝑣 ) |∆𝑣|2 1

Δm = Δv = 2 𝑛𝑠𝑡 𝑠

V=𝑡

𝜕𝑣 2

𝜕𝑣 2

Δv = √(𝜕𝑠 ) |∆𝑠|2 + ( 𝜕𝑡 ) |∆𝑡|2

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Hasil yang diperoleh dari praktikum pengukuran dasar antara lain sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Nst dengan Pengukuran Lansung Nst No Alat Nst x Δx I (%) K (%)

1

2

3

4

1,11

Dd =

Jangka

0,05

(cm)

0,0025

Sorong

mm

1,46

Dl =

(cm)

0,0025

Mikromet

0,01

er

mm

Amperem

1

eter

mA

Voltmeter

1 mV

0,753

0,0005 cm

AP

0,23

99,77

4

0,17

99,83

4

0,07

99,93

4

x ± Δx 1,11 ± 0,0025 1,46 ± 0,0025 0,753 ± 0,0005

2,5

0,5 mA

20

80

2

2,5 ± 0,5

1 mV

0,5 mV

50

50

1

1 ± 0,5

2,5

97,5

3

2 ± 0,05

p= 0,05 cm 5

Mistar

1 mm

2 cm

l = 0,05 cm t = 0,05 cm

6

7

Stopwatc h

0,01 s

Neraca

0,1

O’hauss

g

2,16 s

0,005 s

0,23

99,77

4

65,6 g

0,05 g

0,08

99,92

4

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Langsung dengan Standart Deviasi

2,16 ± 0,005 65,6 ± 0,05

No

Alat

𝑥̅

x

I (%)

K (%)

AP

Dd1= 1,15 Dd2 = 1,14 1

Jangka

Dd3 – 1,13

Sorong

Dl1 = 1,46 Dl2 = 1,41

1,14

0,5

99,5

3

Δx

𝑥̅ ± Δx

0,577

1,14 ±

x

0,577 x

10¯²

10¯² 1,44 ±

1,44

1,4

98,6

2

0,02

7,91

2,3

97,7

3

0,18

2,5

0

100

1

0

2,5 ± 0

1 mV

0

100

1

0

1±0

3,2

96,8

3

0,075

1

99

2

0,56

0,02

Dl3 = 1,46

2

3

7,9 mm

Mikromet

7,95 mm

er

7,91 ± 0,18

7,88 mm x1 = 2,5 mA

Amperem

x2 = 2,5 mA

eter

x3 = 2,5 mA x1 = 1 mV

4

Voltmeter

x2 = 1 mV x3 = 1 mV x1 = 2,15 s

5

Stopwatch

x2 = 2,19 x3 = 2,25 s

6

x1 = 66,4 g

Neraca

x2 = 67,1 g

O’hauss

x3 = 65,7 g

2,19 s

66,4 g

Tabel 4.3 Pengukuran Tidak Langung Dengan Nst No Balok 𝑥̅ (cm) Δx (cm) I (%) K (%) 1

p

2

0,05

2,5

97,5

2,19 ± 0,075

66,4 ± 0,56

AP

x ± Δx

3

2 ± 5 x 10ˉ²

l

2

0,05

2,5

97,5

3

2 ± 5 x 10ˉ²

t

2

0,05

2,5

97,5

3

2 ± 5 x 10ˉ²

Tabel 4.4 Pengukuran Tidak Langsung Dengan Nst No Gerak (m) t(s) 𝑡̅ (s) Δt I (%)

K (%)

AP

2,5

2,72

2,82

0,005

0,18

99,82

4

3

2,91

2,82

0,005

0,17

99,73

4

2

3,47

2,82

0,005

0,14

99,86

4

3,5

2,16

2,82

0,005

0,23

99,77

4

2

t ± Δt 2,72 ± 0,005 2,91 ± 0,005 3,47 ± 0,005 2,16 ± 0,005

Tabel 4.5 Hasil Tidak Langsung Dengan Standart Deviasi, Pengulangan Sekali No Bahan x (cm) 𝑥̅ (cm) v Δv I (%) K (%) AP v ± Δv p1 = 2 p2 = 2

2

8

0

100

0

1

8±0

2

8

0

100

0

1

8±0

2

8

0

100

0

1

8±0

p3 = 3 l1 = 2 1

Balok

l2 = 2 l3 = 2 t1 = 2 t2 = 2 t3 = 2

Tabel 4.6 Hasil Tidak Langsung Dengan Standart Deviasi, Pengulangan Sekali I No Jarak (m) t (s) v Δv K (%) AP v ± Δv 𝑡̅ (%) t1 = 1

2,5

2,84 t2 =

3

0,8

0,7

14,2

3

75

5

85,25

1

0,83 ± 0,775

3,03 t3 = 3,13 t1 = 3,09 2.

3

t2 =

3,1

0,9

3,25

33

57

2,1

23

2,1

0,20

2

6

87

1

99,79

1

0,957 ± 2,1

t3 = 3,06 t1 = 3,12 3

3,5

t2 =

3,4

3,66

36

1,0 18 6

t3 =

1,0186 ± 2,12

3,53 Tabel 4. 7 Pengukuran Tidak Langsung Dengan Nst dan Standart Deviasi No Bahan p l t v m ρ Δρ I K AP ρ ± Δρ 1

Balok

2 2 2 8 65,6

8,2

1,626

25

97,5

x 10ˉ²

3

8,20 ± 1,63 x 10 ˉ²

Tabel 4. 8 Pengukuran Tidak Langsung Dengan Nst dan Standart Deviasi No Jarak t(s) v Δv I (%) K (%) AP v ± Δv 1

2,5

2,72

0,919 0,211 x

0,02

99,98

4

10ˉ² 3

3,47

1

x 10ˉ²

43,47 x 0,0167

99,98

4

10ˉ² 3,5

2,59

1,351 1,216 x 10ˉ⁹

0,919 ± 0,211

1 ± 43,47 x 10ˉ²

0,014

99,98

4

1,351 ± 1,216 x 10ˉ⁹

4.2 Pembahasan Praktikum fisika yang berjudul “Pengukuran Dasar” mempelajari teknikteknik mengukur yang benar. Dikenalkan bermacam-macam alat ukur dasar yang digunakan dalam fisika, meliputi jangka sorong, mikrometer, voltmeter, termometer, neraca o’hauss, stopwatch, dan mistar. Dibimbing cara mengukur dan menentukan hasil pengukuran yang benar. Masing-masing alat ukur ditentukan nst dan kesalahan titik nol. Nst diperoleh dari skala terkecil masing-masing alat ukur. Diamati dengan teliti dan seksama agar penentuan nst tepat. Pengamatan harus sejajar antara mata pengamat dengan 1

alat ukur. Kesalahan titik nol ditentukan dengan rumus 2 𝑛𝑠𝑡. Cara menentukan ralat nst dengan pengukuran langsung ialah dengan menggunakan aturan bahwa ralat nst merupakan setengah nilai nst masing-masing alat ukur. Oleh karena itu, kunci menentukan ralat pada pengukuran langsung adalah tentukan nst terlebih dahulu. Setelah itu ralat bisa dicari dengan rumus 1 2

𝑛𝑠𝑡. Hasil dapat dituliskan dengan aturan nilai yang dihasilkan ± ralat nst yang

diperoleh. Penentuan hasil pengukuran secara langsung dan berulang dapat diperoleh dari rata-rata hasil pengukuran ± standart deviasi. Pengukuran dilakukan 3 kali sehingga dapat dicari rata-ratanya. Rata-rata tersebut dimasukkan ke dalam rumus standart deviasi sehingga hasil pengukuran dapat dicari. Standart deviasi dapat menunjukkan kepresisian suatu alat ukur. Semakin kecil standart deviasi yang terbentuk, maka semakin besar pengukuran kita yang mendekati benar. Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang dilakukan terhadap besaran lain yang memiliki hubungan matematis dengan besaran yang dicari. Pengukuran tidak langsung yang dilakukan pada praktikum ini tidak langsung dilakukan pada semua alat ukur, namun pengukuran tidak langsung dibagi menjadi dua, yaitu pengukuran tidak langung dengan nst dan standart deviasi. Pengukuran tidak langsung menggunakan mistar, neraca o’hauss, jarak. Terdapat perbedaan hasil ukur dari pengukuran tidak langsung diatas, walaupun dilakukan pada besaran dan menggunakan alat yang sama. Pengukuran yang dilakukan

secara berulang memiliki ralat lebih kecil dari pada pengukuran yang dilakukan sekali. Jumlah angka penting yang digunakan dapat dilihat dari ralat relatif. Semakin banyak angka penting menunjukkan presentase ralat yang relatif kecil berarti semakin tepat hasil pengukuran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa pengukuran yang dilakukan mendapatkan hasil yang mendekati tetap, namun beberapa juga menunjukkan hasil yang kurang tepat karena memiliki angka penting dengan jumlah kecil.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum pengukuran dasar kali ini diantaranya adalah: 1. Nilai skala terkecil (nst) pada alat ukur ditentukan pada skala yang tertera pada alat ukur tersebut. 2. Penggunaan alat ukur harus dengan cara yang benar. 3. Pengukuran tidak berulang menggunakan ralat nst dan pengukuran berulang menggunakan ralat standart deviasi.

5.2 Saran Saran untuk praktikum pengukuran dasar yaitu, sebelum melakukan percobaan praktikan harus memahami dan mengetahui hal yang akan dilakukan. Mengetahui fungsi dari setiap alat ukur juga harus diperhatikan oleh setiap praktikan. Praktikan juga harus memperhatikan intruksi dari asisten agar praktikum berjalan dengan lancar dan sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Giancolli, Dauglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Ihsan, Helly. 2006. Pengertian Pengukuran. UPI: FIP Mikrajuddin, Abdullah. 2016. Fisika Dasar. Bandung: ITB Sasmito, Teguh. 2010. Pengukuran, Besaran dan Satuan. Jakarta: Erlangga. Sutarno. 2009. Fisikan Untuk Universitas. Bandung: Pustaka Media. Tim Penyusun. 2017. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember: FMIPA Universitas Jember

More Documents from "Annisa"