Pengukuran Dasar.docx

  • Uploaded by: Fuad Sulistio
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengukuran Dasar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,194
  • Pages: 18
PENGUKURAN DASAR

A. Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa diharapkan mampu menggunakan dan memahami prinsip kerja dan karakteristik dari a. Jangka sorong b. Mikrometer sekrup c. Neraca ohauss 2610 2. Memahami mengenai angka penting serta pengaplikasiannya.

B. Dasar Teori Pengamatan suatu gejala pada umumnya berjumlah lengkap jika belum memberikan informasi yang kuantitatif. Proses memperoleh infomasi yang demikian itu memelukan pengukuran suatu sifat fisis, Lord kelvin mengatakan bahwa pengetahuan kita barulah memuaskan hanya jika kita dapat menyatakannya dalam bilangan. 1. Pengukuran dan ketidakpastian Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan suatu pengukuran yang akurat dan presisi sangat bergantung pada metode pengukuran dan alat ukur. Hasil pengukuran yang baik akan berarti/bermanfaat jika pengolahannya dikerjakan secara tepat. Dalam melakukan pengukuran, kita harus berusaha agar sesedikit mungkin menimbulkan gangguan pada sistem yang sedang diamati. Dalam pengukuran dengan termometer dapat mengambil atau memindahkan kalor pada sistem yang terukur sehingga dipengaruhi oleh suhu sistem yang diukur, ini perlu disadari dan diperhitungkan agar pengaruh tersebut sekecil mungkin, lebih kecil dari sesatan eksperimen (experimental error) ini akan dilaksanakan lebih lanjut.

1

Apabila keadaan memungkinkan secara intuitif kita merasakan bahwa jika suatu besaran diukur beberapa kali kita akan mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai besaran tersebut. Ketika kita mengukur suatu besaran, kita selalu membandingkannya terhadap suatu acuan standar. Jika kita katakan mobil force 944 memiliki panjang 4,29 meter, ini artinya bahwa panjang mobil tersebut adalah 4,29 kali panjang suatu batang meteran. Standar seperti itu didefinisikan sebagai satuan (unit) besaran meter adalah satuan jarak, dan sekon adalah satuan waktu. Untuk membuat pengukuran yang akurat dan handal, kita memerlukan satuan pengukuran yang tidak berubah dan dapat diduplikasi oleh pengamat di berbagai lokasi. Sistem satuan yang digunakan para ilmuwan dan isinyur di sekuruh dunia disebut “sistem metrik”, tetapi sejak 1960 disebut sebagai sistem internasional (international system), atau SI (singkatan diambil dari bahasa prancis, systeme international). Daftar dari semua satuan SI diberikan dalam apendik A, begitu pula definisi satuansatuan paling dasar. Ketika menyajikan hasil dari suatu pengukuran, kita perlu menyatakan pula estimasi ketidakpastian (estimated uncertainly) bersama hasil tersebut.

Persen ketidakpastian (percent uncertainly) adalah rasio

ketidakpastian terhadap nilai yang terukur, dikalikan 100. Ketidakpastian dalam nilai numerik diasumsikan sebesar satu atau beberapa satuan dalam digit terakhir yang dinyatakan. Diantara sumbersumber utama ketidakpastian itu, selain kecerobohan tentunya adalah akurasi

yang

terbatas

pada

setiap

instrumen

pengukuran

dan

ketidakmampuan manusia untuk membaca nilai pecahan yang lebih kecil daripada satuan terkecil yang disediakan oleh sebuah instrumen pengukur. Hasil akhir suatu perkalian atau pembagian harus memiliki jumlah digit yang tidak melebihi jumlah digit pada nilai numerik dengan angka signifikan yang paling sedikit.

2

2. Angka signifikan Banyaknya digit atau angka yang dapat di percaya pada suatu bilangan disebut jumlah angka signifikan. Digit-digit tidak harus selalu dituliskan pada bilangan hasil, terkecuali digit-digit itu memang benar-benar angka signifikan. Akan tetapi, untuk memperoleh hasil yang paling akurat, anda sebaiknya memang mempertahankan satu atau lebih angka signifikan ekstra selama proses perhitungan, dan melakukan pembulatan hanya pada hasil akhirnya. 3. Macam-macam alat ukur Untuk mengukur barang yang panjang dan tidak membutuhkan ketelitian yang tinggi digunakan meteran dan mistar baja. Sedangkan untuk menghasilkan pengukuran yang teliti dipergunakan mistar ingsut dan mikrometer. a.

Mistar ingsut Mistar ingsut berfungsi untuk mengukur bagian luar : panjang, lebar, tebal, dan diameter. Bagian dalam : dalamnya lubang, diameter lubang, dan lebar lubang. Mistar ingsut mempunyai ketelitian 0,1 sampai 0,02 mm, selain mistar ingsut biasa seperti tersebut diatas masih ada macam yang lain yaitu mistar ingsut kedalaman dan mistar ingsut gigi. Untuk menentukan hasil suatu pengukuran, diperlukan keterampilan membaca mistar ingsut tersebut. Adapun pembacaan mistar ingsut dapat dilakukan sebagai berikut : pertama, setelah selesai mengukur lihatlah kedudukan strip nol pada rangka mulut geser mistar ingsut, misalnya menunjukkan strip ke 21 pada rangka tetap berarti hasil pengukuran 21 mm. Kedua, perhatikan strip nonius mana yang paling segaris / lurus, jika misalnya nonius yang paling lurus dengan strip strip pada rangka strip ke tiga ini berarti mempunyai harga 0,3 mm.

Untuk

ketelitian

0,1

mm

maka

hasil

pengukurannya

selengkapnya 21,3 mm.

3

b.

Mikrometer Mikrometer dapat digolongkan menjadi : 1.

Mikrometer luar digunakan untuk mengukur diameter luar tebal, dan lebar suatu benda kerja.

2.

Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur diameter lubang dan lebar celah.

3.

Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur diameter dalamnya lubang, sep/tahapan dan tingkatan bagian luar dan dalamnya benda kerja.

4.

Mikrometer roda gigi berfungsi untuk mengukur tebal dan tusuk roda gigi.

Mikrometer mempunyai kapasitas : 0 - 25 mm ; 25 -50 mm ; 50 -75 mm ; 75 - 100 mm ; 100 -125 mm ; 125 -150 mm. c.

Jangka sorong Jangka sorong dapat digunakan untuk menentukan dimensi dalam, luar, dan kedalaman dari benda uji. Skala vernier dari jangka sorong meningkatkan akurasi pengukuran hingga 1/20 mm.

4. Notasi ilmiah Salah satu manfaat penggunaan notasi ilmiah (diuraikan dalam apendiks A) yaitu notasi itu memungkinkan semua angka signifikan dituliskan secara jelas. Kita biasa menuliskan bilangan dalam bentuk “pangkat sepuluh” (power of ten). Dengan menggunakan notasi pangkat sepuluh, kerancuan semacam ini dapat dihindarkan. Misalnya tidak begitu jelas apakah bilangan 36.900 memiliki tiga, empat, atau lima angka signifikan. Banyak permasalahan dalam fisika melibatkan aproksimasi (perkiraan), sering kali karena kita tidak diharuskan untuk menyelesaikan permasalahan ini secara tepat (presisi). Presisi dalam arti sempit mengacu pada keterulangan suatu pengukuran dengan menggunakan instrumen tertentu. Akurasi juga

4

mengacu pada seberapa dekat suatu pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya. 5. Satuan, standar dan sistem SI Pengukuran kuantitas apapun dilakukan relatif terhadap standar atau satuan (unit) tertentu, dan satuan ini harus disebutkan bersama dengan nilai numerik dari kuantitas tersebut. Kita perlu terlebih dahulu mendefinisikan sebuah standar yang secara spesifik. Panjang Standar pertama yang benar-benar bersifat internasional adalah meter (disingkat m) yang ditetapkan sebagai standar panjang oleh French Academy of Sciences tahun 1790-an. Meter standar pada mulanya didefinisikan sebagai sepersepuluh juta dari jarak antara garis katulistiwa dan kutub utara atau kutub selatan bumi. Definisi meter yang baru ini berbunyi “meter adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh cahaya didalam ruang hampa selama interval waktu sebesar 1/299.792.458 dari satu sekon”. Waktu Satuan standar untuk waktu adalah sekon (s). Selama bertahuntahun, sekon didefinisikan sebagai 1/86.400 dari satu hari rata-rata matahari. Sekon standar sekarang didefinisikan secara lebih presisi dalam bentuk frekuensi radiasi yang dipancarkan oleh atom sesium (cesium) ketika atom tersebut berpindah diantara dua keadaan tertentu. Massa Satuan standar untuk massa adalah kilogram (kg). Massa standar adalah sebuah silinder platinum-iridium tertentu yang disimpan di lembaga international Bureau of Weights and Measures didekat kota paris, prancis yang massanya didefinisikan secara eksak sebesar 1 kg.

5

Besaran

Satuan

Singkatan

Panjang

Meter

M

Waktu

Sekon

S

Massa

Kilogram

Kg

Arus listrik

Ampere

A

Suhu

Kelvin

K

Jumlah zat

Mol

Mol

Intensitas cahaya

Candela

Cd

6

C. Alat dan Bahan 1. Kegiatan I : Pengukuran besaran panjang dengan jangka sorong Alat Jangka sorong, 1 unit Bahan Balok, 1 buah

2. Kegiatan II : Pengukuran besaran panjang dengan micrometer sekrup Alat Micrometer sekrup, 1 unit Bahan a. Cincin silindris, 1 buah b. Balok, 7 buah

3. Kegiatan III : Pengukuran besaran massa dengan neraca ohauss 2610 Alat Neraca Ohauss 2611, 1 unit Bahan Cincin silindris, 1 buah

7

D. Prosedur Kerja 1.

Kegiatan I : Pengukuran besaran panjang dengan jangka sorong a. Diambil sebuah jangka sorong kemudian tentukan nilai skala utama dan banyaknya skala noniusnya b. Ditentukan NST jangka sorong tersebut c. Diukur berapa benda yang bentuknya berbeda-beda d. Dihitung masi e. ng-masing volume benda lengkap dengan ketidakpastiannya

2.

Kegiatan II : Pengukuran besaran panjang dengan micrometer sekrup a. Diamati skala mendatar dan skala putar dari sebuah micrometer sekrup b. Ditentukan nilai skala mendatar dan jumlah skala putarnya c. Ditentukan NST micrometer secrup tersebut d. Diukur dimensi beberapa benda yang tipis seperti pelat tipis, uang koin, dan silinder kecil f. Dinyatakan ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatifnya

3

Kegiatan III : Pengukuran besaran massa dengan neraca Ohauss 2610 a. Ditentukan NST masing-masing lengan neraca 2610 b. Diukur massa benda dengan neraca 2610 c. Dibandingkan hasil pengukuran neraca tersebut d. Dihitung ketidakpastian pengukuran dari tiap benda yang diukur

8

E. Data dan Perhitungan Kegiatan 1 (pengukuran besaran panjang dengan jangka sorong) 0,005 Nilai skala utama

= 0,1 cm

Jumlah skala nonius

= 20 skala

NST Jangka sorong

= 0,005 cm

Tabel Data Benda

Balok

Panjang (cm)

Lebar (cm)

Tinggi (cm)

1. 8,030 ±0,005

1. 4,190 ±0,005

1. 4,070±0,005

2. 8,000±0,0052 2

2. 4,180 ±0,005

2. 4,060±0,005

3. 8,010±0,005

3. 4,190±0,005

3. 4,070±0,005

Perhitungan Berulang Balok Volume Balok: V= p x l x t Panjang Balok p1+ p2+ p 3

𝑝̅ =

3 (8,030+8,000+ 8,010)cm

=

3

= 8,013 cm 𝛿1 = |𝑝1 − 𝑝̅|cm = |8,030 − 8,013|𝑐𝑚 = 0,017 cm 𝛿2 = |𝑝2 − 𝑝̅ |cm = |8,000 − 8,013|𝑐𝑚 = 0,013 cm 𝛿3 = |𝑝3 − 𝑝̅ |cm = |8,010 − 8,013|𝑐𝑚 = 0,003 cm ∆𝑝 = 𝛿𝑚𝑎𝑘𝑠

= 0,017 cm

Pelaporan ketidakpastian mutlak p = ( 𝑃̅ ± ∆𝑝 ) cm = ( 8,013 ± 0,017 ) cm

9

Rentang kesalahan p = ( p - ∆𝑝 ) cm sampai dengan ( p + ∆𝑝 ) cm = ( 8,013 – 0,017 ) cm sampai dengan ( 8,013 + 0,017 ) cm = 7,996 cm samapi dengan 8,030 cm Ketidak pastian relatif =

∆𝑝 𝑝

x 100%

0,017 𝑐𝑚

= 8,013 𝑐𝑚 x 100% = 0,21 % Pelaporan ketidakpastian relatif p

= ( p ± 0,21 % ) = ( 8,013 cm ± 0,21 % )

Lebar balok 𝑙̅

= =

𝑙1 +𝑙2 +𝑙3 3 (4,190+4,180+4,190)𝑐𝑚 3

= 4,186 cm ̅ 𝛿1 = |𝑙1 − 𝑙 |cm = |4,190 − 4,186|𝑐𝑚 = 0,004 cm 𝛿2

̅ = |𝑙2 − 𝑙 |cm = |4,180 − 4,186|𝑐𝑚 = 0,006 cm

𝛿3

̅ = |𝑙3 − 𝑙 |cm = |4,190 − 4,186|𝑐𝑚 = 0,004 cm

∆𝑙

= 𝛿𝑚𝑎𝑘𝑠

= 0,006 cm

Pelaporan ketidakpastian mutlak l = ( 𝑙 ̅ ± ∆𝑙 ) cm = (4,186± 0,006 ) cm Rentang kesalahan l = ( l - ∆𝑙 ) cm sampai dengan ( p + ∆𝑝 ) cm = (4,186– 0,006 ) cm sampai dengan (4,186+ 0,006 ) cm = 4,180 cm samapi dengan 4,192 cm

10

Ketidakpastian relatif =

∆𝑙 𝑙

x 100%

0,006 𝑐𝑚

= 4,186 𝑐𝑚 x 100% = 0,1 % Pelaporan ketidakpastian relatif l = ( l ± 0, 1 % ) = (4,186cm ± 0,1 % )

Tinggi balok 𝑡̅

= =

𝑡1+𝑡2+𝑡3 3 (4,070 + 4,060 + 4,070)𝑐𝑚 3

= 4,066 cm 𝛿 1 = │t1 - 𝑡̅│cm = │4,070 – 4,066│ cm = 0,004 cm 𝛿 2 = │t2 - 𝑡̅│ cm = │4,060 – 4,066│ cm = 0,006 cm 𝛿 3 = │t3 - 𝑡̅│ cm = │4,070 – 4,066│ cm = 0,004 cm Δt = 𝛿 maks = 0,006 cm Pelaporan ketidakpastian mutlak t = (𝑡̅ ± Δt) cm = (4,066 ± 0,006) cm Rentang kesalahan t

= (𝑡̅ – Δt) cm sampai dengan ((𝑡̅ + Δt) cm = (4,066 – 0,006) cm sampai dengan (4,066 + 0,006) cm = 4,060 cm sampai dengan 4,072 cm

Ketidakpastian relatif

=

Δt 𝑡̅

x 100%

0,006 cm

= 4,066 𝑐𝑚 x 100% = 0,1%

11

Pelaporan ketidakpastian relatif t

= (𝑡̅ ± 0,1%) = (4,066 ± 0,1%)

Volume balok V1 = p x l x t = 8,030 cm x 4,190 cm x 4,070 cm = 136,9 cm3 V2 = p x l x t = 8,000 cm x 4,180 cm x 4,060 cm = 135,8 cm3 V3 = p x l x t = 8,010 cm x 4,190 cm x 4,070 cm = 136,6 cm3 ̅ = 𝑣1+𝑣2+𝑣3 V 3 =

(136,9 + 135,8 + 136,6) cm3 3

= 136,4 cm3 𝛿 1 = │v1 - 𝑣̅ │ cm3 = │136,9 – 136,4│ cm3 = 0,5 cm3 𝛿 2 = │v2 - 𝑣̅ │ cm3 = │135,8 – 136,4│ cm3 = 0,6 cm3 𝛿 3 = │v3 - 𝑣̅ │ cm3 = │136,6 – 136,4│ cm3 = 0,2 cm3 ΔV = 𝛿maks = 0,6 cm3 Pelaporan ketidakpastian mutlak V

= (𝑣̅ ± Δv) cm3 = (136,4 ± 0,6) cm3

Rentang kesalahan V

= (𝑣̅ - Δv) cm3 sampai dengan (𝑣̅ + Δv) cm3 = (136,4 – 0,6) cm3 sampai dengan ( 136,4 + 0,6) cm3 = 135,8 cm3 sampai dengan 137,0 cm3

12

Ketidakpastian relatif

Δv

=

̅ v

x 100%

0,6 cm3

= 136,4 cm3 x 100% = 0,4% Pelaporan ketidakpastian relatif v

= (𝑣̅ ± 0,4%) = (136,4 cm3 ± 0,4%)

Perhitungan Tunggal Rambat ralat volume = p x l x t = 8,030 cm x 4,190 cm x 4,070 cm = 136,9 cm3 ΔV V ΔV V ΔV V

=

│δV δp

δV

│ Δp + │ δl │ Δl +│

pxlxt

δV δt

pxlxt

│ Δt pxlxt

= │ p x l x t │Δp + │ p x l x t │Δl +│ p x l x t │ Δt = [│

Δp

Δv = [│

p

│ +│

Δp p

Δl

│ +│

l

│ +│

Δl l

Δt

│ +│

0,017 cm

t

│]

Δt t

│] v

0,006 cm

0,006 cm

= [│ 8,030 𝑐𝑚 │ +│ 4,190 𝑐𝑚 │ +│ 4,070 𝑐𝑚 │] 136,9 cm3 = (0,002 + 0,001 + 0,001). 136,9 cm3 = 0,5 cm3 Pelaporan ketidakpastian mutlak = (v ± Δv) cm3 = (136,9 ± 0,5) cm3 Rentang kesalahan V

= (v - Δv) cm3 sampai dengan (v + Δv) cm3 = (136,9 – 0,5) cm3 sampai dengan ( 136,9 + 0,5) cm3 = 136,4 cm3 sampai dengan 137,4 cm3

Ketidakpastian relatif =

Δv ̅ v

x 100%

0,5 cm3

= 136,9 cm3 x 100% = 0,4%

13

Pelaporan ketidakpastian relatif

= (v ± 0,4%) = (136,9 cm3 ± 0,4%)

14

F. Pembahasan Pada praktikum kali ini, kami membahas mengenai pengukuran dan ketidakpastian serta melakukan percobaan yaitu tentang mengukur besaran panjang dengan jangka sorong, mengukur besaran panjang dengan mikrometer sekrup, dan melakukan pengukuran besaran massa dengan neraca ohauss 2610. Mengukur besaran panjang dengan jangka sorong, mempunyai skala utama 0,1 cm dan skala nonius = 20 skala. Untuk mendapatan NST yaitu skala utama dibagi banyaknya skala nonius sehingga NST jangka sorong = 0,005 mm. Pada percobaan kali ini, kami mengambil contoh benda sebuah balok. Untuk percobaan balok dengan 3 kali percobaan didapatkan percobaan 1 dengan panjang = 8,030 cm, lebar = 4,190 cm, dan tinggi = 4,070 cm. Percobaan 2 didapat panjang= 8,000 cm, lebar = 4,180 cm, dan tinggi = 4, 060 cm. Percobaan 3 didapat panjang =8,010 cm, lebar = 4,190 cm, dan tinggi = 4,070 cm, serta didapat panjang rata-rata =8, 013 cm, lebar rata-rata = 4,186 cm, dan tinggi rata-rata =4,066 cm. Cara membaca skala pada jangka sorong yaitu dengan melihat skala utama ditambah skala noniusnya, dan didapatkan pelaporan ketidakpastian mutlak = (8,013 ± 0,017)cm dan pelaporan ketidakpastian relatif = (8,013 cm ±0,21%) untuk panjang balok. Untuk lebar balok, pelaporan ketidakpastian mutlak = (4,186 ±0,006)cm dan pelaporan ketidakpastian relatif = (4,186 cm±0,1 %). Untuk tinggi balok pelaporan ketidakpastian multak = (4,006 ± 0,006)cm, dan pelaporan ketidakpastian relatif = (4,006 cm± 0.1 %). Volume balok mempunyai 3 volume yang berbeda dengan volume balok 1 = 136,9 cm3, dan volume balok 2 = 135,8 cm3, volume balok 3 = 136,6 cm3, dan volume rata-rata = 136,4 cm3, serta mempunyai pelaporan ketidakpastian mutlak = (136,4 ± 0,6)cm3, dan pelaporan ketidapastian relatif = (136,4 cm3±0,4%). Pada balok juga mempunyai perhitungan data tunggal dengan rambat ralat volume = 136,9 cm3. Pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup yaitu untuk mengukur diameter suatu benda, mempunyai skala mendatar 0,5 mm dan skala putar 50 skala. Untuk mendapatkan NST yaitu nilai skala mendatar dibagi banyaknya

15

skala putar = 0,01 mm karena tidak mempunyai skala nonius, maka untuk mendapatkan ketidakpastian dengan cara NST dibagi dua = 0,005 mm. Pada kegiatan 2, kami menggunakan dua benda yaitu cincin silindris dengan 3 kali percobaan dan balok dengan 3 kali percobaan berulang, pada cincin silindris didapat diameter 1 = 29,120 mm, diameter 2 = 29,110 mm, dan diameter 3 = 29,030 mm dengan tebal cincin rata-rata = 29,087 mm. Pada percobaan ini pun didapat pelaporan ketidakpastian mutlak untuk cincin = (29,087 ± 0,057) mm, dan pelaporan ketidakpastian relatif (29,087mm ± 0,19%). Pada percobaan benda 2 menggunakan balok mempunyai T rata-rata = 41,147 mm dengan pelaporan ketidakpastian mutlak (41,147 ± 0,063)mm dan pelaporan ketidakpastian relatif (41,147mm ±0,15%). Pengukuran besaran massa dengan neraca ohauss 2610 atau disebut juga neraca 3 lengan, dengan bagian tengah paling besar yaitu mempunyai NST 100 gr, lengan kedua bagian atas NST = 10 gr, dan lengan ketiga mempunyai NST 0,1 gr. Sama seperti mirkrometer sekrup yang tidak mempunyai skala nonius sehingga langsung bisa melihat antar skala yang tertera di neraca. Mempunyai ketidakpastian lengan 1 / 2 / 3 dibagi dua yaitu lengan 1 = 50 gr, lengan 2 = 5 gr, lengan 3 = 0,05 gr. Dinamakan neraca ohauss 2610 karena batas maksimum adalah 2610 gr, sehingga dinamakan neraca ohauss 2610. Pada percobaan ini kami menggunakan 3 beban. Pada beban 1, dengan m1 = 200,10 gr dan ∆m1 = 0,05 gr sehingga didapat pelaporan ketidakpastian mutlak = (200,10 ± 0,05)gr dan pelaporan ketidakpastian relatif = (200,10 gr ± 0,02%). Pada beban 2 mempunyai m2 = 200,20 gr dengan∆m2 = 0,05 gr dan didapat pelaporan ketidakpastian mutlak = (200,20 ± 0,05)gr serta pelaporan ketidakpastian relatif = (200,20gr± 0,02%). Pada beban 3 tidak mempunyai perubahan yang signifikan dengan m3 = 200,20 gr dan ∆m3 = 0,05 gr sehingga didapat pelaporan ketidakpastian mutlak = (200,20 ± 0,05)gr dan pelaporan ketidakpastian relatif = (200,20gr ± 0,02%).

16

Dalam melakukan semua percobaan diatas yang dilakuan berulang sebanyak 3 kali, ditemukan hasil yang berbeda-beda walaupun hanya berbeda sedikit, namun disitulah letak ketelitian dan tujuan diadakannya praktikum serta mengetahui angka-angka penting. Hal ini disebabkan oleh beberapa fator diantaranya kurangnya ketepatan saat mengunci atau menguatkan sekrup pada jangka sorong dan mikrometer sekrup, sehingga didapatkan hasil yang berbeda-beda, kesulitan saat menguatkan skala dan juga adanya keragu-raguan dalam menentukannya pun hanya memakai seadanya karena keterbatasan alat saat praktikum juga menjadi kendala. Pada mikrometer sekrup, kita tidak bisa mengukur benda yang diameternya dibawah 25 mm, sehingga kita hanya mengukur benda dengan diameter diatas 25 mm. Timbulnya kesalahan dalam pengukuran salah satunya juga disebabkan oleh kesalahan kalibrasi yaitu mengkondisikan alat dari nol semua atau menstabilkan alat. Sehingga jika terjadi kesalahan dalam kalibrasi maka akan kesulitan dalam melihat angka penting.

17

G. Kesimpulan 1. Dalam praktikum, praktikan hendaknya dapat menggunakan alat ukur fisika seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca ohauss 2610. Selain dapat menggunakan alat, Praktikan juga harus memahami prinsip kerja dari masing-masing alat. a. Hasil pengukuran dengan jangka sorong dapat ditentukan dengan cara melihat skala utama dengan skala nonius yang tepat berhimpit atau segaris dengan skala utama. Jangka sorong digunakan untuk menentukan dimensi luar, dalam, dan kedalaman suatu benda. b. Hasil pengukuran dengan menggunakan mikrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara membaca skala utama/mendatar ditambah skala putar yaitu garis yang tepat di tengah-tengah skala utama. Mikrometer sekrup digunakan untuk mentukan tebal dan diameter suatu benda. c. Hasil pengukuran dengan menggunakan neraca ohauss 2610 dapat ditentukan dengan cara melihat dari skala yang terbesar ke skala yang terkecil. Neraca ohauss 2610 digunakan untuk menentukan massa suatu benda. 2. Dalam menggunakan angka penting ada hal-hal yang harus diperhatiakan yaitu kalibrasi dan pembulatan dengan melihat angka dibelakang koma.

18

Related Documents

Pengukuran
May 2020 30
Pengukuran
November 2019 37
Pengukuran
December 2019 53
Pengukuran Excees
November 2019 23
Pengukuran (bu.catur)
May 2020 15

More Documents from ""