Pengolahan limbah industri Kelompok 2 dan 5
Upaya penanggulangan pencemaran air oleh logam berat
Pencemaran air oleh limbah domestik dan industri dapat diminimalkan dengan cara: Membangun
instalasi pengolahan limbah cair (IPLC) sehingga kualitas limbah cair yang dibuang ke perairan umum tidak melampaui baku mutu yang berlaku Mengurangi atau mengganti bahan kimia (penolong) dalam proses produksi sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan
Lanjutan Mengumpulkan
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan diolah secara khusus Setiap industri yang beroperasi harus memiliki unit pengolahan limbah cair (UPLC)
UPLC
UPLC terdiri dari serangkaian kolam (disebut kolam stabilisasi), yang bertujuan untuk menstabilkan limbah cair(mengurangi beban pencemaran). Keunggulan teknologi UPCL dalam penanggulangan limbah cair adalah sebagai berikut. Konstruksi sederhana, mudah dirancang dan diubah, jika diperlukan perubahan. Tanah yang digunakan mudah direklamasi, jika suatu saat diperlukan untuk penggunaan lain.
Lanjutan Dapat
memulihkan pencemaran berat, tetapi dengan massa retensi (retention time) yang lebih lama. Relative tetap aktif walaupun limbah yang masuk beragam, seperti limbah peternakan, limbah rumah tangga, dan limbah domestic lainnya. Mampu memulihkan kualitas limbah cair dengan biaya pemeliharaan yang relative murah. Menghasilkan ganggang(alga) yang mengandung protein tinggi, yang dapat dimanfaatkan untuk usaha perikanan.
Rancangan dan ukuran UPLC dapat dibuat, jika tersedia data kuantitatif sebagai berikut: 1.Berat atau volume bahan baku yang diperlukan dan diproses per satuan waktu (ton/jam, ton/hari, atau m3/jam, m3/hari) 2.Volume air yang digunakan dalam proses produksi per satuan waktu (m3/jam, m3/hari) 3.Volume limbah cair yang dihasilkan per berat atau volume produk, atau persatuan waktu ( m3 /ton, m 3 /m 3 atau m 3 / jam)
UPLC dibangun dengan struktur rangkaian beberapa kolam yang satu sama lain saling berhubungan. Masing-masing kolam mempunyai fungsi dan kedalaman tertentu, yang terdiri dari: 1.Kolam pengendapan (P), kedalaman 1,0-2,0 m 2.Kolam anerobik (A) kedalaman 3.0-5,0 m 3.Kolam fakultatif (F), kedalam 2,0-3,0 m 4.Kolam aerobik atau maturasi (M), kedalaman 1,0-1,5 m
Teknologi Pengolahan limbah Chemical
Conditioning
Tujuan utama dari chemical conditioning ialah: menstabilkan
senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur mendestruksi organisme patogen memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas metana yang dihasilkan pada proses digestion mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan
beberapa tahapannya yaitu:
Concentration
thickening :bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan Treatment, stabilization, and conditioning : bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi.
Kimia, berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid Fisika, berlangsung dengan jalan memisahkan bahanbahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi Biologi, berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi
De-watering
and drying :bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur (pengeringan dan filtrasi)
TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH Solidification/Stabilization :proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah Incineration :proses pembakaran untuk mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Proses ini menghasilkan energi dalam bentuk panas
TEKNOLOGI Pengolahan limbah Bioremoval
dan Bioabsorpsi : kemampuan material biologi untuk mengakumulasikan logam berat melalui media metabolisme atau jalur psiko-kimia Beberapa jenis mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bioabsorpsi terutama adalah dari golongan alga yakni alga dari divisi Phaeophyta, Rhodophyta dan Chlorophyta contohnya Rhizopus stolonifer dapat mengikat Cu,Cd,Zn,U,Pb dan Aspergillus orizae dapat mengikat Cu
Mekanisme Proses Bioabsorpsi
Sebagian besar mekanisme pembersihan logam berat oleh mikrooganisme adalah proses pertukaran ion yang mirip pertukaran ion pada resin. Mekanisme pertukaran ion ini dapat dirumuskan sebagai: A2+ + (B-biomassa) –> B2+ + (A-biomassa) Berdasarkan metabolisme sel (dibagi atas; proses yang bergantung pada metabolisme dan proses yang tidak bergantung pada metabolisme sel). Berdasarkan posisi logam berat di-remove, dapat dibagi atas; akumulasi ekstraseluler (presipitasi), akumulasi intraseluler dan penyerapan oleh permukaan sel. Berdasarkan cara pengambilan (absorbsi) logam berat Passive uptake: Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben Aktif uptake: Mekanisme masuknya logam berat melewati membran sel sama dengan proses masuknya logam esensial melalui sistem transpor membran
Pembuangan Limbah B3 (Disposal) Tempat
pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 yaitu: landfill (lahan urug) Peraturan secara rinci mengenai pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui Kep 04/BAPEDAL/09/1995 disposal well (sumur pembuangan)
referensi Eddy
Sontang Manik, Karden. Pengelolaan lingkungan hidup. Penerbit Djambatan. http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/biokimia/bioremoval_ metode_alternatif_untuk_menanggulangi_pe ncemaran_logam_berat