Pengolahan Limbah Cair Di Industri.docx

  • Uploaded by: Ramdani
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengolahan Limbah Cair Di Industri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,354
  • Pages: 14
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Ibu Dewi W Tugas: Pengolahan Limbah di Industri dari Laporan KP, penggunaan air dan penghasilan sampah selama 1 minggu

Disusun oleh: Ramdani Fathulrizqi Abdilah

NIM: 161431023

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2018 A. Pengolahan Limbah di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk PT Chandra Asri Petrochemical Tbk memiliki departement yang khusus yang bertanggung jawab menangani pengelolaan lingkungan. Berdasarkan struktur organisasi, penanggung jawab penuh pelaksanaan pengelolaan lingkungan adalah environmental divisison manager di bawah Chief Executive Officer (CEO) yang tugasnya melaksanakan pengelolaan lingkungan di lokasi pabrik yang berhubungan dengan pengelolaan limbah gas, cair dan padat. Pengelolaan lingkungan yang meliputi pengelolaan limbah terbagi dalam dua unit pengawasan yaitu internal dan eksternal. Pengawasan internal dilakukan oleh PT Chandra Asri Pertrochemical Tbk sendiri. Pengawasan eksternal dilakukan oleh instansi pemerintah yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan ditingkat pusat diawasi oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkunan (BAPEDAL) sebagai pengawas dan pelaksana kebijakan mengenai lingkungan secara nasional. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan Entitas Anak, PT Styrindo Mono Indonesia menerima Piagam Penghargaan PROPER (Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) dengan peringkat hijau untuk perseroan dan peringkat biru untuk SMI. Penghargaan ini diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia pada Desember 2012. Peringkat Hijau sendiri merupakan salah satu dari dua tingkatan tertinggi dalam PROPER yang menunjukkan bahwa Perseroan telah melakukan upaya pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan mencapai hasil yang lebih baik dari persyaratan yang ditentukan sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku. Penghargaan ini menjadi refleksi dari komitmen Perseroan untuk terus berupaya menerapkan praktik ramah lingkungan demi kelestarian alam sekitar. Pengelolaan lingkungan dilakukan berdasarkan jenis-jenis limbah yang terdiri dari pengolahan limbah cair, pengolahan limbah gas dan pengolahan limbah padat.

Pengolahan Limbah Cair Limbah cair PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk bersumber dari blowdown boiler, backwash water dan regeneran dari unit demineralisasi, air buangan dari pembangkit hidrogen, air buangan domestik, air hujan yang turun di daerah proses, limbah laboratorium dan minyak pelumas bekas. Data laju alir limbah cair dari masing-masing sumber dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Laju Alir Limbah Cair PT Chandra Asi Petrochemical Tbk Sumber Boiler blowdown Laboratorium Backwash water dari unit demineralisasi Air regenerasi dari unit demineralisasi Air limbah unit pembangkut Air limbah unit pembangkit hidrogen (Sumber: PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, 2016)

Laju Alir (m3/jam) Normal Rata-rata 0.18 0.18 Approx 0 Max 110 3.3 Max 25 0.5 Max 1.2 0.02 Max 605 -

1. Proses Pengolahan Limbah Cair Unit pengolahan limbah cair dirancang untuk mengolah semua limbah dalam fasa cair yang dihasilkan dari seluruh proses produksi di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk menjadi treated water yang nantinya dibuang kembali ke laut. Karakteristik limbah cair terdapat pada Tabel 2. Proses pengolahan air limbah terdiri dari 8 unit dengan skema pada Gambar 8.2. Tabel 2 Karakteristik Limbah Cair Jenis Limbah Spent caustic

Laju Alir 2200 kg/jam

Kondisi Suhu: 40 C

Air limbah Steam buangan

1400 m3/jam 700 kg/jam

pH: 5-9 pH: 8,5-9

Limbah domestic

12 m3/jam

-

4500 kg/jam

pH: 7

TLE Hydrojetting Water

Suhu: ambient

Komposisi NaOH (0,6%b) Na2CO3 (5%b) Na2SO4 (9%b) Na2SO3 (44 ppm) Na2S (4 ppm) BOD (900 ppm) COD (1000ppm) Minyak (200 ppm) BOD (300 ppm) COD (500ppm) TDS (2500 ppm) TSS (200 ppm) Phenol (10-50 ppm) Minyak (10-100 ppm) Benzene (5 ppm) Toluene (5 ppm) BOD (100-150 ppm) COD (100-150 ppm) BOD (30 ppm) COD (50 ppm) TDS (300 ppm) TSS (500 ppm)

Tahapan-tahapan pengolahan limbah cair : 1) Unit Pemisahan Minyak Air yang terkontaminasi oleh minyak dengan kandungan mencapai 200 ppm dengan laju 5 ton/jam yang ditampung dalam surge basin selama 5 menit. Air limbah ini dikirim ke unit pemisahan minyak. Minyak yang telah terpisah dialirkan secara gravitasi ke tangki penampungan minyak (waste oil pit) untuk ditampung sementara yang selanjutnya ditransfer ke incinerator unit dengan karakteristik gas pada 7.3 Apabila level minyak di air limbah mencapai pH tertentu, maka lube oil akan dipompa ke slop oil tank. Akumulasi air yang terpisah dari minyak dipompakan ke equalization basin 2) Unit Netralisasi dan Equalisasi Unit netralisasi berfungsi untuk mengatur kondisi pH dan aliran buangan yang bersifat basa, sedangkan unit equalisasi berfungsi untuk mengumpulkan, dan mengequalisasi air yang telah terpisah dari minyak, basa yang telah dinetralisasi, dan limbah domestik. Spent caustic dengan pH tinggi masuk ke tangki I dan dinetralkan dengan H2SO4 (asam). Langkah ini dilanjutkan dengan penambahan NaOH (basa) pada tangki II Untuk menjaga agar pH tetap netral. Air yang telah dinetralisasi dialirkan secara gravitasi ke kolom equalisasi. Pengequalisasisan aliran ini dilakukan dengan menggunakan sebuah alat sistem pendifusi udara. Selanjutnya air equalisasi dipompa ke Coagulation Tank. 3) Unit Penggumpalan (Unit Koagulasi dan Flokulasi) Limbah dari tangki equalisasi masuk ke dalam coagulation tank. Di dalam coagulation tank terjadi pembentukkan gumpalan-gumpalan kecil akibat injeksi Al2(SO4)3

dan FeCl3. Kemudian aliran tersebut masuk ke flocculation tank sehingga akan terbentuk gumpalan-gumpalan yang lebih besar karena adanya injeksi flocculant yang berupa sejenis polimer (polyelectrolyte 100%). Dalam tangki ini juga ditambahkan lumpur aktif yang diambil dari bagian dasar settler unit yang berfungsi untuk meningkatkan flokulasi. 4) Unit Pengapungan Unit pengapungan berfungsi untuk membersihkan endapan padatan dan mengurangi kandungan minyak serta mengentalkan kelebihan endapan biologis. Air limbah yang berasal dari flocculation tank mengalir menuju tangki pengapungan. Zat-zat tersuspensi yang mengapung pada permukaan air dipindahkan dengan alat pengapungan dan dikirim secara gravitasi ke bak penampungan lumpur (sludge pit). 5) Unit Pengolahan Biologi Unit pengolahan biologi berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembang biak bakteri yang dapat menguraikan bahan-bahan kimia dalam air tersebut. Limbah domestik dan limbah unit pengapungan masuk ke aeration basin. Dalam unit ini diinjeksikan urea dan trisodium phosphate (Na3PO4) sebagai nutrisi bagi bakteri. Kapasitas aeration basin adalah 750 m3/jam dengan jumlah empat buah. 6) Unit Penjernihan (Settler Unit) Air dari aeration basin masuk ke settler di mana terjadi pengendapan dan air yang berlebih masuk ke final check basin. Langkah selanjutnya adalah dikeluarkan ke laut secara gravitasi sedangkan sludge-nya dikembalikan ke aeration basin. 7) Unit Penghilangan Air pada Lumpur Unit ini berfungsi untuk menghilangkan air pada lumpur atau busa. Endapan yang ada di dalam sludge pit dialirkan ke unit penghilangan air dan diinjeksikan polimer yang berfungsi untuk meggumpalkan sludge yang disimpan dalam tangki penyimpanan. Selanjutnya sludge yang telah menjadi gumpalan besar diumpankan ke unit pembakaran untuk diproses hingga menjadi abu. 8) Unit Pembakaran Unit Pembakaran berfungsi untuk membakar lumpur. Unit Pembakaran meliputi multiple heart furnace untuk pembakaran lumpur dan diatur untuk dioperasikan secara kontinu. Tabel 3 Karakteristik Gas Keluaran dari Incinerator Parameter Parameter Kandungan Padatan Terlarut 200 ppm Minyak 15 ppm Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) 50 ppm Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) 100 ppm pH 6-9 (Sumber : PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., 1991) Tabel 4 Gas Hasil Pembakaran Sludge dari Limbah Cair Parameter

Kandungan

CO2 H2O N2 O2 SO2 Smoke Padatan H2SO4-SO3 HCl Cl2 H2S NOx CO F Pb As Ammoniac Sb Cd Hg Zn

8-10% 35-38% 49% 5,7-5,85% 0,2% maks 5 mnt/jam 0,4 gm/Nm3 0,2 gm/Nm3 0,4 gm/Nm3 0,2 gm/Nm3 5 gm/Nm3 1,7 gm/Nm3 1 gm/Nm3 0,02 gm/Nm3 0,025 gm/Nm3 0,025 gm/Nm3 1 ppm 0,025 gm/Nm3 0,015 gm/Nm3 0,01 gm/Nm3 0,1 gm/Nm3

2. Alat-Alat Waste Water Treatment a) Oil Separator Kapasitas desain: Volume surge basin:

30 m3/h 950 m3

b) Neutralization Unit Kapasitas desain:

4 m3/h x 2 unit

c) Equalization Basin Ukuran: Volume:

1500 mm x 6000 mm 350 m3

d) Air Floculation Unit Kapasitas desain:

56 m3/h

e) Biological Trearment Unit Jenis: Sludge aktif Volume aeration basin: 750 m3 x 4 unit f) Final Check Basin Volume:

560 m3 x 2 unit

B. Pengolahan Limbah di PT PERTAMINA RU VI Balongan Limbah industri minyak bumi umumnya mengandung logam-logam berat, senyawa sulfur dan amine, senyawa kimia berbahaya, serta senyawa-senyawa hidrokarbon yang mudah terbakar. Hal ini menuntut adanya unit pengolahan limbah agar limbah yang dibuang dapat memenuhi spesifikasi dan persyaratan yang telah ditetapkan pemerintah. PT. PERTAMINA RU VI Balongan menghasilkan berbagai macam limbah, yang terdiri dari limbah cair, limbah gas, dan limbah padat. Dari ketiga macam limbah tersebut, limbah cair merupakan limbah yang paling potensial untuk menyebabkan pencemaran lingkungan. 1. Pengolahan Limbah Cair Tujuan utama pengolahan limbah cair pada Waste Water Treatment (Unit 63) adalah mengurangi BOD, partikel tercampur, serta membunuh mikroorganisme patogen. Selain itu, pengolahan limbah juga berfungsi untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan tidak terdegradasi agar konsentrasinya menjadi lebih rendah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibangun unit Sewage dan Effluent Water Treatment di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ini. Setelah diambil kadar sulfurnya di SWS, pengolahan limbah cair dilanjutkan ke unit Sewage dan Effluent Water Treatment. Unit ini dirancang untuk memproses buangan seluruh kegiatan proses dan area pertangkian dalam batas-batas effluent yang ditetapkan air bersih. Kapasitas unit ini 600 m3/jam dimana kecepatan effluent didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area proses dan utilitas. Desain awal dari unit WWT (Waste Water Treatment) adalah untuk mengolah air buangan yang terbagi menjadi dua sistem pengolahan, yaitu: A. Dissolved Air Floatation (DAF), untuk memisahkan kandungan padatan dan minyak dari air yang berasal dari air buangan (oily water) ex process area dan tank area. Pada proses ini yang diolah umumnya mempunyai kandungan minyak dan solid yang tinggi tetapi mempunyai kandungan COD dan BOD yang rendah. Spesifikasi desain air yang keluar DAF adalah mempunyai kandungan minyak maksimum 25 ppm dan solid maksimum. B. Activated Sludge Unit (ASU), untuk mengolah secara kimia, fisika dan biologi air buangan dari unit proses terutama: Treated Water ex Unit SourWater Stripper (Unit 24), desalter effluent waterex Unit CrudeDistillation (Unit 11), GO HTU, RCC, dan sistem sanitasi pabrik. Air yang diolah umumnya mempunyai kandungan amonia, COD, BOD dan fenol sedangkan kandungan minyak dan solid berasal dari desalter effluent water. Secara garis besar effluent water treatment di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan dibagi menjadi dua, yaitu oily water trea

tment dan treatment air buangan proses. Oily water treatment dilakukan di rangkaian separator sedangkan treatment air buangan proses dilakukan menggunakan lumpur aktif (activated sludge) yang merupakan campuran dari koloni mikroba aerobik. Oily water berasal dari air hujan yang bercampur minyak, air ballast, air dari parit-parit unit proses, dan pertangkian. Process effluent water (air buangan proses) berasal dari air buangan unit proses seperti CDU, SWS, GO HTU, dan RCC. Limbah cair buangan dihasilkan dari berbagai macam proses pengolahan di PERTAMINA RU VI memiliki kandungan limbah yang berbeda-beda. Secara garis besar, kontaminan utama yang terkandung dalam air buangan proses adalah gas terlarut (hidrogen sulfida, merkaptan, dan amonia), emulsi minyak, kimia alkali, serta padatan (effluent desalter). Jenis-jenis limbah cair effluent process berdasarkan sifat kimianya adalah: 1) Sour water merupakan air buangan proses yang umumnya asam karena banyak mengandung H2S dan NH3 yang dihasilkan dari proses. 2) Spent caustic dihasilkan dari proses pencucian naphta dan LPG dari RCC. 3) Desalter effluent water dihasilkan dari unit DTU.

Proses treatment air limbah baik oily water maupun process effluent water meliputi proses fisik, proses kimia, dan proses mikrobiologi. Unit pengolah air buangan terdiri dari Air Floatation Section, Pre Activated Oil Sludge Section, Activated Oil Sludge Section, dan Dehydrator and Incinerator Section. Prinsipnya adalah memisahkan minyak dari air dan sludge pada oily water dan process effluent secara fisik. Minyak yang terpisah dikumpulkan di recovery oil sump untuk disimpan pada tangki 42-T-502 dan 42-T-101. Air dan sludge kemudian diproses secara kimia dan mikrobiologis. Air yang diperoleh dikumpulkan di impounding basin untuk dipisahkan kembali minyak dan airnya, minyaknya dikirim ke recovery oil sump dan airnya dapat dibuang ke sungai. Sedangkan sludge akan dibakar.

2. Proses Fisik Proses fisik merupakan proses awal sebelum limbah diproses secara kimia dan mikrobiologi. Pada proses ini diusahakan agar minyak maupun buangan padat dipisahkan secara fisik dari air melalui CPI separator, API separator, dan DAF A/B tanpa menangani parameter lain seperti suspended solid, COD, BOD, dan NH3. Setelah melalui proses fisik tersebut, kandungan minyak dalam buangan air hanya diperbolehkan ± 25 ppm. Proses fisik terjadi pada seksi Air Flotation yang terdiri dari:

1) CPI Separator /Corrugate Plate Interceptor (63-S-102) CPI separator terdiri dari: 1) Process effluent CPI pit dimana process effluent water dipisahkan menjadi fraksi atas (skimmed oil) dan fraksi bawah (air dan sludge). Skimmed oil dikirim ke oil sump kemudian dipompa ke recovery oil sump. Air dan sludge dikirim ke process effluent pit (PEP) untuk diolah. 2) Process oily water CPI pit dimana oily water dipisahkan menjadi fraksi atas (skimmed oil) dan fraksi bawah (air, sludge, dan minyak). Skimmed oil dikirim ke 63-OS-102 dan dipompa ke recovery oil sump. Fraksi bawah yang masih mengandung minyak diolah di DAF. CPI separator dirancang pada laju alir 600 m3/h dengan kandungan minyak maksimum 200 ppm dan temperatur 35 oC. 2) API Separator API separator dirancang dengan laju alir 242 m3/jam dan kandungan minyak maksimum 200 ppm. API separator berupa kolam penampung air dimana masih terdapat minyak yang dapat dimanfaatkan kembali. Prinsip kerja dari alat ini berdasarkan perbedaan densitas minyak dan air. Kolam ini juga dilengkapi dengan sekat-sekat yang memperlambat laju alir sehinga sebanyak mungkin air dan minyak dapat terpisahkan. API separator mengolah oily water dan air ballast. Sebelum tanker menerima produk, air ballast dari tanker yang berisi kandungan minyak dapat dimasukkan ke tangki air ballast (42T-505A/B) yang berbentuk cone roof dengan kapasitas 2500 m3. Limbah cair terpisah menjadi fraksi atas (skimmed oil) dan fraksi bawah (air, sludge, dan minyak). Skimmed oil dikirim ke 63-OS-104 dan dipompa ke recovery oil sump. Fraksi bawah yang masih mengandung minyak diolah di DAF.

3) DAF A/B (Dissolved Air Flotation) Fraksi bawah dari process oily water CPI pit dan API separator yang masih mengandung minyak mengalir ke seksi ini secara gravitasi. Campuran dari separator mengalir ke bak DAF feed pump dan sebagian langsung dipompakan ke bak floatation (63-Z202), dan sebagian campuran dipompakan ke pressurize vessel terlebih dahulu sebelum ke bak floatation. Dalam pressurized vessel udara dari plant air atau DAF compressor udara dilarutkan dalam pressurized waste water. Bilamana pressurized wastewater dihembuskan ke pipa inlet bak flotation pada tekanan atmosfir, udara yang terlarut akan tersebar dalam bentuk

gelembung karena kecepatan pelarutan udara berkurang yang menyebabkan udara berlebih terlepas ke atmosfer. Hal ini mengakibatkan minyak yang tersuspensi dalam waste water terangkat ke permukaan air dalam bentuk buih. Setelah masuk ke bak flotation (63-Z-202) minyak yang tersuspensi dalam air umumnya mengendap atau mengapung karena perbedaan SG. Peralatan ini didisain untuk mengapungkan minyak yang tersuspensi.Sedangkan minyak yang memiliki SG sama dengan air akan tersuspensi dalam air dan tidak mengapung atau mengendap, sehingga perlu zat pengapung untuk memisahkan air dengan minyak dengan cara menurunkan tegangan permukaan dari minyak. Minyak yang mengapung diambil dengan skimmer dan dialirkan ke bak flotation oil (63-Z-203) untuk dipompa ke recovery oil sump. Air yang terpisahkan di bak flotationdialirkan keimpounding basin. Sedangkan sludge dan minyak yang mengendap dikumpulkan ke PEP.

3. Proses Kimia Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan aditif seperti koagulan, flokulan, penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya yang dimaksudkan untuk menetralkan zat kimia berbahaya di dalam air limbah. Pada tahap ini dilakukan pengolahan terhadap senyawa beracun berbahaya karena senyawa tersebut tidak dapat dipisahkan secara proses fisika. Senyawa yang tidak diinginkan diikat menjadi padat dalam bentuk endapan lumpur yang selanjutnya dikeringkan. Proses kimia ini terjadi pada proses koagulasi dan lumpur aktif. Koagulasi adalah proses pembentukan gumpalan dari ion-ion yang berlawanan. Karena itu, kemampuan koagulasi bergantung pada valensi ion. Reaksi antara ion-ion menghasilkan ”flok”. Koagulan-koagulan yang digunakan di dalam pengolahan air buangan adalah senyawa aluminium atau besi yang umumnya berbentuk sulfat, contohnya Al2(SO4)3, Fe2(SO4)3, dan FeCl3. Khusus untuk koagulan aluminium, apabila air yang diproses tingkat kewarnaannya tinggi, maka pH yang dibutuhkan untuk proses koagulasi harus dibawah 5,5 sedangkan jika air mengandung mineral tinggi maka dibutuhkan pH 7,5. Pengadukan yang terkontrol juga membantu pembentukan flok yang mudah mengendap. Untuk koagulasi dengan senyawa FeCl3 memiliki keuntungan daerah pH yang lebih luas daripada aluminium. Selain itu air asam atau air basa dapat digunakan untuk koagulan besi, kondisi optimalnya adalah pH 3-8. Proses kimia yang terjadi pada seksi Pre Actived Oil Sludge terdiri dari: 1) Process Effluent Pit / PEP (63-Z-501)

Campuran air dan sludge dari process effluent CPI pit dan bak floatation (63-Z-202) DAF diinjeksikan udara dari blower. Tujuannya agar tidak terjadi akumulasi dan air limbah dapat terlarut. Selanjutnya air dan sludge dipompa ke rapid mixing pit. Apabila kualitas air off spec, maka air dikembalikan ke bak PEP sedikit demi sedikit untuk dibersihkan dengan normal proses.

2) Rapid Mixing Pit (63-Z-302)

Rapid Mixing Pit adalah tempat untuk melarutkan senyawa kimia pada air limbah dengan tujuan menjaga pH air buangan. Jika pHnya rendah maka diinjeksikan NaOH. Air dijaga pada rentang pH 6-8.

3) Floculation Pit (63-Z-303) Floculation Pit adalah bak tempat pemisahan zat-zat padat yang tersuspensi dengan membentuk gumpalan. Air buangan dari rapid mixing pit mengalir ke floculation pit yang dilengkapi mixer dan diinjeksikan ferri chlorida (FeCl3) agar terbentuk Fe(OH)3, sehingga logam-logam seperti Mg dan Ca dapat dihilangkan. Selain itu diinjeksikan pula polimer untuk memperbesar gumpalan. Selanjutnya limbah air (air dan sludge) menuju clarifier pit.

4. Proses Biologi Proses biologi merupakan proses akhir dan berlangsung lama, serta hanya dapat mengolah senyawa yang sangat sedikit mengandung logam berbahaya. Pada dasarnya proses ini memanfaatkan makhluk hidup (mikroba) untuk mengolah bahan organik, dimana air buangan yang akan diolah memiliki kadar BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid) tinggi, tetapi kadar logam dan bahan beracun rendah. Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologis. Tujuannya untuk menggumpalkan dan memisahkan zat padat koloidal yang tidak mengendap serta menstabilkan senyawa-senyawa organik. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan limbah secara biologis dengan segala modifikasinya. Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan limbah secara biologis adalah eksploitasi kemampuan mikroba dalam mendegradasi senyawa-senyawa polutan dalam air limbah. Pada

proses degradasi, senyawa-senyawa tersebut akan berubah menjadi senyawasenyawa lain yang lebih sederhana dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Hasil perubahan tersebut sangat bergantung pada kondisi lingkungan saat berlangsungnya proses pengolahan limbah. Oleh karena itu, eksploitasi kemampuan mikroba untuk mengubah senyawa polutan biasanya dilakukan dengan cara mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk pertumbuhan mikroba sehingga tercapai efisiensi yang maksimum. Proses biologi terjadi pada seksi Activated Oil Sludge Section dan Dehydrator and Incinerator Section yang terdiri dari: 1) Activated Oil Sludge Aliran proses penjernihan air dengan CPI Separator dan aliran sanitary dengan pompa dialirkan secara gravitasi ke seksi activated sludge. Air hasil proses CPI dan filtrate dehydrator dicampurkan dalam bak proses effluent dan campuran air ini dipompakan ke pit aeration pada operasi normal dan pada emergency ke pit clarifier melalui rapid mixing pit dan Flocculaton pit. Apabila kualitas air off spec, maka air tersebut dikembalikan ke bak effluent sedikit demi sedikit untuk dibersihkan dengan normal proses. Ferri Chlorida (FeCl3) dan Caustic Soda (NaOH) diinjeksikan ke bak flocculation. Air yang tersuspensi, minyak, dan sulfida dalam air kotor dihilangkan dalam unit ini. Lumpur yang mengendap dalam bak clarifier dipompakan ke bak thickener. Pemisahan permukaan dari bak clarifier dilakukan secara over flow ke bak aeration. Dalam bak aeration ditambahkan nutrient. Selain itu, untuk menciptakan lingkungan aerobik bak ini dilengkapin pula dengan aerator. Treatment dengan biological ini mengurangi dan menghilangkan benda-benda organik (BOD dan COD).Setelah treatment dengan biological, air kotor bersama lumpur dikirim ke bak aeration kembali, sebagian lumpur dikirim ke bak thickener. Pemisahan permukaan air dari bak sedimentasi mengalir ke atas ke Impounding Basin. Unit Sewage and Effluent Water Treatment dirancang untuk sistem waste water treatment yang bertujuan memproses buangan seluruh kegiatan dari unit proses dan area pertangkian dalam batas-batas effluent yang diterapkan air bersih. Kapasitas unit ini sebesar 600 m3/jam dimana kecepatan effluent didesain untuk penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area proses dan utilitas. 2) Dehydrator dan Incinerator Padatan berupa lumpur yang terkumpul dari floatation section dan activated sludge ditampung dalam sebuah bak. Selanjutnya lumpur tersebut dipisahkan airnya dengan bantuan

bahan kimia dan alat mekanis berupa centifuge (alat yang bekerja memisahkan cairanpadatan dan dengan memutarnya pada kecepatan tinggi). Cairan hasil pemisahan centrifuge dialirkan melalui got terbuka menuju PEP di seksi ASU, sedangkan padatannya disebut cake dan ditampung pada sebuah tempat bernama Hopper (Cake Hopper). Proses selanjutnya adalah membakar cake dalam sebuah alat pembakar atau incinerator menjadi gas dan abu pada temperatur tinggi (T = 800ºC). Kapasitas desain dehydrator sebesar 5,5 m3/jam dan kapasitas pembakaran incinerator adalah 417 kg solid/jam.

DAFTAR PUSTAKA Pengolahan Limbah Cair di PT Chandra Asri Petrochemical Tbk diambil dari laporan KP Inda Robayani Walayudara dan Syifa Siti Aisyah Annur Pengolahan Limbah Cair di PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT VI BALONGAN-INDRAMAYU diambil dari laporan KP Ghifaris Vasha Irhamsyah dan Muhammad Ardani

Related Documents


More Documents from "Noor Yudhi"