Penghimpunan Dan Penyaluran Dana.docx

  • Uploaded by: Mufti Hadi Wibowo
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penghimpunan Dan Penyaluran Dana.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,829
  • Pages: 30
MAKALAH MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA BANK

DISUSUN OLEH : Ardhini Feny W

(12010116120050)

Kartika Dewi P

(12010116120058)

Fadila Desy A

(12010116120067)

Elyta Eka K

(12010116120068)

S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISIS UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2019 1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan hidayah terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bank” ini. Makalah ini dibuat sebagai bentuk penugasan untuk mata kuliah Manajemen Lembaga Keuangan di program studi S1 Manajemen, Universitas Diponegoro pada semester enam. Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan baik secara langsung, maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Akhirnya, Penulis menyadari bahwa pasti terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya berada di luar pengetahuan saya. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 10 Maret 2019 Penulis

2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4 Latar Belakang ................................................................................................................................ 4

A. B.

Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 5 Penghimpunan Dana ...................................................................................................................... 5

A. 1.

Dana Sendiri ................................................................................................................................ 6

2.

Dana dari Deposan ...................................................................................................................... 6

3.

Dana Pinjaman ............................................................................................................................ 7

4.

Sumber Dana Lain ...................................................................................................................... 8 Penggunaan Dana ........................................................................................................................... 9

B. 1.

Pertimbangan Penggunaan Dana ............................................................................................ 10

2.

Alternatif Penggunaan Dana.................................................................................................... 11 Kebijakan Penghimpunan Dan Kebijakan Dana....................................................................... 13

C. 1.

Tingkat Bunga ........................................................................................................................... 14

2.

Pengelolaan Aset dan Liabilitas ............................................................................................... 17

3.

Likuiditas ................................................................................................................................... 19

4.

Indikator Likuiditas.................................................................................................................. 20

5.

Giro Wajib Minimum ............................................................................................................... 21

6.

Jasa Bank Umum ...................................................................................................................... 26

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………26 Kesimpulan ............................................................................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 30

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Secara umum yang dimaksud dengan lembaga keuangan adalah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, dan menyalurkan dana atau kedua-duanya. Yang berarti bahwa apa yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, namun dalam menjalankan kegiatan tersebut ada beberapa kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan maupun lembaga keuangan. Salah satu kendala bagi setiap perusahaan maupun lembaga keuangan dalam menjalankan kegiatannya adalah masalah kebutuhan dana. Hampir seratus persen perusahaan memerlukan dana untuk membiayai kegiatan usahanya, baik untuk biaya rutin maupun untuk keperluan perluasan usaha. Pentingnya dana membuat setiap perusahaan berusaha keras untuk mencari sumber-sumber dana yang tersedia, termasuk perusahaan lembaga keuangan semacam bank. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penghimpunan dana bank, jenis-jenis sumber dana bank, serta hal-hal yang mempengaruhi penghimpunan dana dan fungsi dana bank.

B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian penghimpunan dana bank? 2. Apa saja jenis sumber dana bank? 3. Apa hal-hal yang mempengaruhi penghimpunan dana bank? 4. Apa fungsi dana bank?

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Penghimpunan Dana Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara – cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut. Keberhasilan suatu bank dalam memenuhi maksud itu dipengaruhi antara lain oleh hal – hal berikut : a. Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan Gambaran sebuah secara umum di mata masyarakat sangat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut seperti pelayanan, keadaan keuangan, berita – berita di media massa tentang bank tersebut, laporan – laporan BI tentang bank tersebut, pengalaman masyarakat berhubungan dengan bank tersebut, dan lain – lain. Semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat pada sebuah bank, maka semakin tinngi pula kemungkinan bank tersebut untuk menghimpun dana dari masyarakat dengan efisisen dan sesuai rencana penggunaan dananya. b. Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh (expected of return) oleh penyimpan dana lebih tinggi disbanding pendapatan dari alternative investasi lain dengan tingkat risiko yang seimbang. Semakin tinggi tingkat pendapatan yang diperkirakan oleh calon penyimpan dana ini, maka semakin mudah sebuah bank untuk menarik dana dari calon penyimpan dananya. c. Risiko penyimpanan dana. apabila sebuah bank dapat memberikan tingkat kepastian yang tinggi atas dana masyarakat untuk dapat ditarik lagi sesuai waktu yang telah diperjanjikan, maka masyarakat semakin bersedia untuk menempatkan dananya di bank tersebut. d. Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana. 5

Pelayanan yang baik akan membuat penyimpan merasa dihargai, diperhatikan, dan dihormati sehingga merasa senang untuk terus bertransaksi keuangan dengan bank tersebut. Pelayanan ini bisa berupa pelayanan dari petugas bank, pemberian hadiah, atau pemberian fasilitas yang lain. Sumber Penghimpunan Dana 1. Dana Sendiri Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) adalah dana yang diperoleh dari dalam bank. Perolehan dana ini biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar. Kemudian dana ini dapat pula dicari sesuai dengan tujuan bank. Misalnya apabila bank hendak melakukan perluasan usaha atau mengganti berbagai sarana dan prasarana yang lama dengan yang baru. 2. Dana dari Deposan a. Giro Rekening giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menerbitkan

cek

untuk

penarikan

tunai

atau

bilyet

giro

untuk

pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Cek merupakan perintah takbersyarat kepada bank untuk membayar sejumlah uang tertentu pada saat penyerahannya atas beban rekening penarik cek. Bilyet giro pada dasarnya merupakan perintah kepada bank untu memindahbukukan sejumlah tertentu uang atas beban rekening penarik pada tanggal tertentu kepada pihak yang tercantum dalam bilyet giro tersebut dan bilyet giro dapat dibatalkan secara sepihak oleh penarik disertai dengan alasan pembatalan. b. Deposito Berjangka Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank. Bunga atas deposito berjangka ini dapat ditarik tunai setiap jangka waktu tertentu ataupun ditransfer ke suatu rekening deposan. Pada dasarnya sebelum jatuh tempo simpanan ini tidak dapat ditarik, namun apabila deposan tetap menginginkan penarikan sebelum

6

jatuh tempo , maka biasanya bank mengenakan denda atau biaya administrasi atas penarikan tersebut. c. Tabungan Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat di tarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Contoh alat penarikan uang adalah buku tabungan, slip penarikan, kartu plastik, dan kuitansi. d. Cara lain penghimpunan dana dari deposan 

Sertifikat deposito Sertifikat deposito adalah deposto berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan.



Deposito on call Deposito on call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Semakin besar dana yang akan ditarik biasanya akan semakin lama pula jangka waktu pemberitahuan sebelumnya yang diinginkan oleh pihak bank. Biasanya digunakan oleh nasabah yang tidak setiap saat perlu menarik dananya dan keperluan penarikan dana itu dapat diprediksi oleh nasabah dalam jangka waktu tertentu.



Rekening giro terkait tabungan Bank memberikan fasilitas berupa pemindahan sebagian saldo rekening tabungan ke rekening giro. Fasilitas ini memungkinkan nasabah menikmati bunga yang lebih tinggi, yaitu bunga tabungan, namun tetap dapat menikmati kelebihan fasilitas rekening gironya.

3. Dana Pinjaman a. Call Money Call money merupakan sumber dana yang dapat diperoleh bank berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market. Sumber dana ini 7

sering digunakan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, seperti bila terjadi kalah kliring atau adanya penarikan dana besar – besaran oleh para deposan. Dana ini berjangka waktu relatif pendek, yaitu satu hari atau overnight sampai dengan 180 hari, dan tingkat bunganya berfluktuasi serta sangat dipengaruhi oleh permintaan dan ketersediaan dana di pasar pada suatu saat. Call money dapat juga dimanfaatkan oleh bank yang sedang mengalami kelebihan likuiditas untuk menyalurkan dananya dalam jangka pendek sehingga kelebihan likuiditas tersebut menjadi dana yang produktif menghasilkan penerimaan bagi bank. b. Pinjaman Antarbank Berbeda dengan call money, pinjaman ini dilakukan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha atau meningkatkan penerimaan bank. c. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) KLBI adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama kepada bank yang sedang mengalami kesulitan likuiditas. Masalah ini dapat terjadi karena kalah kliring atau adanya penarikan dana besar – besaran oleh nasabah. BI akan berusaha memberikan bantuan likuiditas kepada bank tersebut sepanjang masih memungkinkan untuk ditolong.

4. Sumber Dana Lain a. Setoran Jaminan Setoran jaminan merupakan sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa – jasa tertentu dari bank. Nasabah tersebut perlu menyerahkan storjam karena jasa – jasa yang diberikan oleh bank mengandung risiko financial tertentu yang ditanggung oleh pihak bank. Storjam ini juga dibutuhkan sebagai dana untuk menutup sebagian kerugian bank yang mungkin timbul akibat terjadinya risiko. b. Dana Transfer Salah satu jasa yang diberikan bank adalah pemindahan dana. Pemindahan dana bisa berupa pemindahbukuan antar rekening, dari uang tunai ke suatu rekening, atau dari suatu rekening untuk kemudian ditarik tunai. Sebelum dana transfer ini ditarik oleh 8

penerima transfer atau selama masih mengendap di bank, dana ini dapat digunakan oleh bank untuk mendanai kegiatan usahanya. Dana ini jelas hanya akan mengendap di bank untuk jangka waktu yang singkat. Namun sumber dana ini digolongkan sebagai sumber dana yang tidak berbiaya. Dana transfer yang tersimpan di bank tidak menimbulkan kewajiban bagi bank untuk memberikan imbal jasa berupa bunga sehingga dana ini merupakan dana murah bagi bank. Mengingat dana transfer biasanya hanya mengendap dalam waktu singkat, maka dana ini termasuk dana jangka pendek. c. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) SPBU merupakan surat – surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara didiskonto oleh Bank Indonesia. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SPBU, dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas. d. Diskonto Bank Indonesia Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembelian promes yang diterbitkan oleh bank – bank atas dasar diskonto. Fasilitas diskonto ini merupakan upaya terakhir bank dan merupakan bantuan bank sentral sebagai lender of last resort. Fasilitas ini dibagi menjadi dua, yaitu fasilitas diskonto yang diberikan dalam rangka memperlancar pengaturan dana bank sehari – hari dan fasilitas diskonto yang diberikan untuk memudahkan bank dalam menanggulangi kesulitan pendanaan karena rencana pengerahan dana tidak sesuai dengan penarikan kredit jangka menengah atau jangka panjang oleh nasabah.

B. Penggunaan Dana

Pengertian Dana yang telah dihimpun sebagian besar adalah dana dari deposan yang menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar imbal jasa berupa bunga. Berdasarkan pada kebutuhan itu dan juga untuk memperoleh penerimaan bank dalam rangka menutup biaya-biaya lain serta

9

mendapatkan keuntungan, maka bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk asset dengan berbagai macam pertimbangan. 1. Pertimbangan Penggunaan Dana Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk asset tertentu dalam pengalokasian dana yang telah berhasil dihimpun, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Terdapat tiga hal utama yang selalu menjadi perhatian bank, yaitu : a. Risiko dan Hasil Apa pun bentuk asset yang dipilih, pengalokasian dana selalu berkaitan dengan aspek risiko dan rate of return dari asset tersebut. Pada dasarnya bank menginginkan bentuk asset yang berisiko serendah mungkin, namun dapat menghasilkan penerimaan atau rate of return yang setinggi mungkin. Apabila dimungkinkan setiap badan usaha menginginkan agar semua dananya diwujudkan dalam asset produktif (earning asset) dan bukan non-earning asset. Hal ini dikarenakan, bank dapat memperoleh penerimaan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional bank seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, dan juga untuk mendapatkan keuntungan. Akan tetapi, dalam kenyataannya semakin tinggi rate of return yang mungkin dapat diperoleh dari suatu asset, maka semakin tinggi pula risiko yang ditanggung dan sebaliknya. Hubungan tersebut dapat dilihat pada grafik Gambar 7.1

Suatu bank biasanya terlebih dahulu menentukan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung. Apabila risiko yang ditanggung dari suatu investasi terlalu tinggi dan disertai dengan kemungkinan rate of return yang sangat tinggi pula, maka kegiatan tersebut lebih merupakan suatu spekulasi dan bukan lagi investasi. Kegiatan spekulasi ini 10

sangat tidak sesuai dengan prinsip kehati-hatian (prudential banking) yang dianut perbankan di Indonesia dan di Negara-negara lain di dunia. b. Jangka Waktu dan Likuiditas Bank memerlukan berbagai bentuk asset yang disesuaikan dengan keperluan kegiatan usahanya. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, bank memilih berbagai macam bentuk asset dengan mempertimbangkan jangka waktu asset tersebut dapat dijadikan alat likuid. Adanya sumber-sumber dana jangka pendek menuntut agar bank mengalokasikan sejumlah tertentu dananya dalam bentuk asset yang tingkat likuiditasnya cukup timggi sehingga sewaktu kewajibannya jatuh tempo bank mempunyai alat likuid untuk memenuhi kewajibannya. Bank juga harus menyediakan sejumlah alat likuid dengan tujuan memenuhi kewajiban giral minimum yang ditetapkan oleh BI. Bank juga perlu mengalokasikan sebagian dananya dalam bentuk asset tetap, seperti bangunan, mobil, tanah, dan computer untuk keperluan kegiatan usahanya.

2. Alternatif Penggunaan Dana Alokasi dari dana yang telah berhasil diberhasil dihimpun oleh bank dapat dalam bentukbentuk berikut: a. Cadangan Likuiditas Asset ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.risiko dari asset ini tergolong rendah dan bank tidak dapat terlalu banyak mengharapkan adanya penerimaan dalam jumlah yang tinggi dari asset ini, bahkan kadang-kadang asset ini disebut asset yang tidak produktif (idle fund). Cadangan likuiditas ini terdiri dari dua kategori, yaitu: 

Cadangan Primer (primary reserves) Cadangan primer bisa dalam bentuk uang kas, saldo pada bank sentral, saldo pada bank lain, dan warkat dalam proses penagihan. Asset ini ditujukan terutama untuk memenuhi Reserves Requirment yang ditentukan oleh bank sentral dan juga untuk kegiatan usaha sehari-hari seperti penarikan dana oleh nasabah, penyelesaian kliring, pemberian kredit , kewajiban yang akan jatuh tempo.



Cadangan Sekunder (secondary reserves) 11

Di Indonesia, asset ini dapat berupa Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara, dan sertifikat deposito. SBPU merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang dapat diperjualbelikan dengan cara didiskonto oleh Bank Indonesia. Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara pembelian promes dan wesel yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto. Pada saat suatu bank mempunyai kelebihan likuiditas, bank tersebut dapat membeli berbagai macam SBPU, dan menjualnya kembali pada saat mengalami kekurangan likuiditas. Penempatan dana dalam bentuk cadangan sekunder ini terutama ditujukan untuk: 

Memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek yang sebelumnya telah dapat diperkirakan seperti penarikan simpanan dan pencairan kredit



Memperoleh penerimaan

Untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas mendadak dalam jumlah yang cukup besar, bank membentuk cadangan sekunder berupa surat berharga jangka pendek yang mudah diperjualbelikan. Asset ini memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi dibandingkan cadangan primer. b. Penyaluran Kredit Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan pada persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA) serta pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang dapat juga digolongkan sebagai kredit. Salah satu penerimaan utama bank diharapkan dari penyaluran kredit. Mengingat penyaluran kredit ini tergolong asset produktif atau tingkat penerimaannya tinggi, maka sebagai konsekuensinya penyaluran kredit juga mengandung risiko yang relative lebih tinggi daripada asset yang lain. Ditinjau dari segi likuiditasnya, penyaluran kredit mempunyai tingkat likuiditas lebih rendah daripada cadangan primer dan sekunder. Lebih lanjut likuiditas penyaluran kredit juga bervariasi bergantung pada jangka waktu kredit, dan kolektibilitas atau kemungkinan tertagihnya. Sebagai salah satu bentuk dari 12

penyaluran kredit yang jangka waktunya pendek adalah pemberian pinjaman kepada bank lain yang sedang mengalami kesulitan likuiditas atau pinjaman berupa call money. c. Investasi Alokasi dana pada asset dengan rate of return yang cukup tinggi selain dapat berupa penyaluran kredit, dapat juga berupa investasi. Investasi dapat berupa penanaman dana dalam surat-surat berharga jangka menengah dan panjang, atau berupa penyertaan langsung pada badan usaha lain. Bentuk dari surat berharga tersebut antara lain adalah saham dan obligasi. Hal yang perlu diingat tentang penyertaan langsung adalah bahwa berdasarkan UU No. 7 tahun 1992 bank hanya boleh melakukan penyertaan pada dua jenis badan usaha , yaitu: a. Lembaga keuangan b. Debitur dengan kreditnya macet dan sifat penyertaannya adalah sementara. Seperti halnya penyaluran kredit karena rate of return dari asset ini relatif tinggi atau dengan kata lain investasi ini tergolong asset produktif, maka asset ini juga mengandung risiko yang relative lebih tinggi juga dibandingkan cadangan primer dan sekunder. d. Asset Tetap dan Inventaris Asset tetap dan inventaris tergolong sebagai asset yang tidak produktif dalam menghasilkan penerimaan dan oleh Bank Indonesia dipandang sebagai asset yang risikonya cukup tinggi. Risiko ini dikaitkan dengan kemungkinan rusak, terbakar atau hilangnya dari asset tetap dan inventaris. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan penanaman dana dalam asset tetap dan inventaris agar tingkat kesehatan bank tetap terjaga. Hal ini berarti bahwa ketika menanamkan dana dalam asset tetap dan inventaris bank harus membiayainya dari modal sendiri sehingga jika asset ini rusak, hilang atau terbakar tidak akan membebani kewajiban bank tersebut kepada pihak lain. Meskipun asset ini tidak produktif, tidak likuid, dan cukup beresiko, bank tetap perlu mengalokasikan dananya untuk asset ini karena bank memerlukan kantor, mobil, computer, dan lain-lain untuk kegiatan usahanya.

C. Kebijakan Penghimpunan Dan Kebijakan Dana

13

1. Tingkat Bunga Dana – dana yang telah berhasil dihimpun disalurkan dalam berbagai macam bentuk penggunaan dana dengan tujuan dasar untuk memperoleh penerimaan. Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penghimpunan dana. Pemikiran inilah yang melandasi penerapan tingkat bunga pinjaman yang lebih besar dari tingkat bunga simpanan. Tingkat bunga simpanan ditambah dengan berbagai unsur dijadikan dasar untuk menentukan tingkat bunga pinjaman bank. Perhitungan umum dalam penentuan tingkat bunga pinjaman dan contohnya dapat dilihat dalam tabel berikut: 7.1 Tabel Komponen Penghitungan Tingkat Bunga Pinjaman Deskripsi Komponen perhitungan tingkat bunga pinjaman Biaya bunga simpanan (rata – rata tertimbang bunga berbagai macam

Contoh perhitungan 6,00%

bentuk simpanan masyarakat di bank yang bersangkutan) Reserve adjustment (proporsi dana simpanan dari masyarakat yang

1,00%

dialokasikan sebagai cadangan untuk tujuan likuidasi) Biaya pelayanan dan pengelolaan simpanan dana masyarakat

0,05%

Penjumlahan 3 komponen di atas disebut dengan marginal cost of funds

7,05%

Biaya pelayanan dan pengelolaan fasilitas kredit/pinjaman

1,00%

Profit margin (tingkat keuntungan yang diinginkan oleh bank)

2,00%

Penjumlahan 3 komponen di atas dengan base rate

10,05%

Risk adjustment (proporsi dari total penyaluran dana yang berisiko

5,00%

untuk tidak dapat ditarik kembali atau bermasalah) Lending rate (tingkat bunga pinjaman yang wajib dibayar oleh debitur)

15,05%

Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan disebut dengan “spread”. Semakin efisien kinerja bank, maka akan semakin kecil komponen – komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atas 14

kinerja suatu bank. Perlu diingat bahwa pengertian tersebut hanya dapat digunakan dalam kondisi perekonomian dan perbankan yang normal. Dalam kondisi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1990-an, Spread tidak dapat digunakan tolok ukur untuk menilai tingkat efisiensi suatu bank. Perbankan secara umum yang sedang mengalami kesulitan likuiditas menyebabkan tingkat bunga simpanan menjadi sangat tinggi. Di sisi lain, kondisi sektor riil yang buruk tidak memungkinkan bank menaikkan tingkat bunga pinjaman berdasarkan pada perhitungan yang standar. Apabila bank menetapkan tingkat bunga yang terlalu tinggi maka calon debitur tidak akan mau meminjam dana dari bank dan debitur lama akan mengalami kesulitan membayar bunga karena tidak mampu. Meskipun tingkat bunga pinjaman mengalami kenaikan, kenaikan tersebut tidak lebih besar dari pada kenaikan tingkat bunga simpanan sehingga bisa saja terjadi tingkat bunga pinjaman lebih rendah dari pada tingkat bunga simpanan atau disebut dengan kondisi negatif-spread. Dalam kondisi ini jelas spread tidak lagi mencerminkan tingkat efisiensi suatu bank. Salah satu komponen dalam perhitungan bank di atas adalah penyesuaian risiko (risk adjustment). Secara umum, risiko yang ditanggung oleh bank dalam kegiatan usahanya tidak hanya terdiri atas risiko kredit bermasalah. Jenis – jenis risiko lain yang terkait dengan usaha bank pada daarnya dapat berasal dari sisi aset maupun liabilitas. Risiko tersebut meliputi: a) Risiko Likuiditas ( liduidity risk ) Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi oleh bank dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Bank perlu memenuhi kebutuhan likuiditasnya untuk berbagai tujuan seperti penarikan dana simpanan oleh nasabah, penyediaan dana untuk fasilitas kredit, pemenuhan reserve reqirement, dan lain – lain. Masalahnya adalah bank tidak mungkin untuk memperkirakan penyediaan likuiditas dalam waktu dan jumlah yang selalu tepat dengan kenyataan. Apabila likuiditas yang disediakan ternyata yang lebih besar dari pada yang betul – betul diperlukan, bank rugi karena kelebihan dan tersebut merupakan dana tidak produktif yang sebenarnya dapat dialokasikan dalam bentuk aset lain yang lebih produktif. Apabila likuiditas yang disediakan ternyata kurang atau tidak mencukupi kebutuhan likuiditas yang sebenarnya, maka bank dapat berada dalam kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas dalam jumlah yang besar dalam waktu lama

15

dapat menempatkan bank tersebut dalam posisi sulit sehingga tergolong bank kurang sehat, kurang dipercaya nasabah, dan ada kemungkinan menjadi bangkrut. b) Risiko kredit (creedit risk) Credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga, dan lain – lain. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan bank menderita kerugian berupa tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan. c) Risiko investasi (investmen risk) Invesment risk adalah risiko yang dihadapi bank berupa kerugian karena penurunan nilai surat utang berharga yang dimiliki oleh bank, misalnya saham dan obligasi. Fluktuasi dari nilai surat berharga tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh suku bunga bank, namun juga oleh indikator – indikator perekonomian lain seperti faktor – faktor nonekonomi seperti

politik,

keamanan,

pengangguran,

kondisi

perbankan,

bencana

alam,

kebangkrutan perusahaan, kerusuhan, dll. d) Risiko Operasi (operating risk) Operating risk adalah risiko yang dihadapi yang berkaitan dengan kebijakan penghimpunan dana dan penggunaan dananya dalam rangka memperoleh penerimaan yang saling terkait. Risiko ini meliputi juga kemungkinan kerugian akibat perubahan struktur biaya operasional bank atau kegagalan dalam meluncurkan produk – produk perbankan baru kepada masyarkat. e) Risiko Kecurangan (fraud risk) Fund risk adalah risiko yang dihadapi bank karena kerugian akibat adanya ketidakjujuran, penipuan, atau perilaku tidak baik lain yang dilakukan oleh nasabah, karyawan bank, pejabat bank, atau pihak lainnya. f) Risiko fiduisari (fiduicary risk) Risiko yang dihadapi bank karena memberikan jasa perwalian amanat kepada nasabah perorangan atau badan. Pengelolaan dana yang dilimpahkan kepada bank ditujukan untuk kegiatan investasi dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan tingkat risiko

16

yang wajar dan bukan untuk tujuan spekulasi. Bank tidak selamanya berhasil mendatangkan keuntungan dari pengelolaan dana nasabahnya.

2. Pengelolaan Aset dan Liabilitas a. Pengertian Pengelolaan aset dan liabilitas bank merupakan suatu yang tidak dapat berjalan sendiri. Pengelolaan aset bank selalu memperhatikan karakteristik dari penghimpunan dana pada sisi liabilitas, dan berlaku pula sebaliknya. Mengingat sangat kompleksnya pengelolaan aset dan liabilitas suatu bank dan tentu saja melibatkan berbagai macam bagian dari suatu bank, kegiatan ini biasanya dilaksanakan oleh suatu badan di dalam bank yang terdiri atas wakil – wakil berbagai bagian dalam bank. Asset – liability Committee (Alco) merupakan suatu bentuk komite atau badan yang melaksanakan tugas tersebut. Secara umum komite ini berhadapan dengan permasalahan: a) Penghimpunan dana, yang mempertimbangkan aspek 

Biaya administratif



Biaya bunga



Strategi/cara/metode



Diversifikasi



Jangka waktu dan likuiditas



Portofolio dan kaitannya dengan penggunaan dana

b) Penggunaan dana yang mempertimbangkan aspek 

Likuiditas dan jangka waktu



Risiko



Rate of return



Biaya bunga



Diversifikasi



Protofolio dan kaitannya dengan penghimpunan dana

b. Pendekatan dasar pengelolaan aset – liabilitas Pendekatan dalam pengelolaan aset dan liabilitas suatu bank dapat menggunakan beberapa pendekatan dasar. Pendekatan dasar ini bukan merupakan sesuatu yang kaku 17

dalam penerapannya, melainkan dapat disesuaikan dengan perkembangan keadaan sektor perbankan dan perekonomian secara umum. Pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut: a)

Pool of funds Dana yang telah berhasil dihimpun bank mempunyai karakteristik yang beragam menurut jangka waktunya, biayanya, sumber dana tersebut berasal, dan lain – lain. Pendekatan pool of funds memperlakukan dana tersebut sebagai dana tunggal tanpa memperhitungkan sifat masing – masing komponen pembentuk dana. Dana tunggal tersebut kemudian dialokasikan untuk berbagai macam tujuan sesuai dengan strategi penggunaan dana. Pendekatan ini dapat digambarkan pada skema gambar 7.2.

b)

Asset Allocation atau Conversion of Funds

Konsep pendekatan ini merupakan kebalikan dari pool of funds. Perlakuan terhadap dana yang mempunyai karakteristik berbeda – beda sebagai dana tunggal dianggap oleh pendekatan ini sebagai asumsi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam kenyataannya masing – masing sumber dana memiliki sifat tersendiri sehingga pengalokasiannya harus secara individual dengan mempertimbangkan karakteristik masing – masing sumber dana. Misalnya, dalam hal jangka waktu dan likuiditasnya, dana jangka pendek hendaknya digunakan juga dalam aset jangka pendek berupa alat – alat likuid. Dana jangka menengah dan panjang dapat digunakan dalam bentuk aset yang likuiditasnya lebih rendah. Aset tetap hendaknya hanya berasal dari modal sendiri. Dengan pendekatan 18

ini diharapkan bank tidak akam mengalami kesulitan likuiditas pada waktu yang akan datang. Pertimbangan jangka waktu ini tentu saja tidak berdiri sendiri, pertimbangan tersebut juga dikombinasaikan dengan pertimbangan lain seperti rate of return dan biaya.

3. Likuiditas a. Manfaat Likuiditas suatu bank mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan bank. Likuiditas diperlukan antara lain untuk keperluan: a) Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang ditetapkan bank sentral b) Penarikan dana oleh deposan c) Penarikan dana oleh debitur d) Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo b. Konsep Likuiditas Bank Suatu bank dianggap likuid apabila: a) Mempunyai sejumlah alat likuid yang dapat memenuhi kebutuhan likuiditasnya sesuai dengan waktunya b) Mampu memperoleh tambahan alat likuid sesuai kebutuhan dengan berbagai macam cara seperti melalui pinjaman, penjualan saham, penyetoran modal, dan konversi dari aset yang likuiditasnya rendah menjadi alat – alat likuid.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditasnya, bank dapat menggunakan beberapa pendekatan. Pendekatan – pendekatan tersebut bukanlah suatu teori yang kaku, namun pendekatan tersebut lebih merupakan dasar pemikiran saja dalam pengelolaan likuiditas bank. Penerapannya selalu fleksibel disesuaikan dengan keadaan riil yang dihadapi suatu bank, mengingat keadaan riil yang dihadapi suatu bank selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. c. Pendekatan Pemenuhan Likuiditas Bank a. Commercial loan theory atau productive theory of credit atau real bills doctrine. Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan dapat terjamin apabila aset produktif bank diwujudkan dalam bentuk kredit pendek dan bersifat liquidating. 19

b. Aset Shiftability theory. Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan dapat dipelihara apabila aset bank dapat cepat diubah dalam bentuk aset lain yang lebih likuid sesuai kebutuhan. c. Doctrine of anticipated income theory. Pendekatan ini menyatakan bahwa sumber likuiditas bank dapat dipelihara meskipun bank menyalurkan kredit jangka panjang. Lebih jauh pendekatan ini menyatakan bahwa kredit jangka panjang tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas apabila jadwal pembayaran pokok dan bunga pinjaman direncanakan sebaik mungkin dan betul – betul disesuaikan dengan pendapatan masa mendatang dari debiturnya. Kunci keberhasilannya adalah: 

Keberhasilan analisis terhadap tingkat kemampuan nasabah debitur untuk memperoleh penghasilan di masa yang akan datang.



Keberhasilan estimasi jumlah penghasilan nasabah debitur pada masa yang akan datang.



Keberhasilan estimasi waktu penghasilan diterima nasabah debitur pada masa mendatang.



Keberhasilan estimasi terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan politik pada masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan usaha debitur yang bersangkutan.



Keberhasilan anailisis terhadap karakter atau kemauan nasabah memenuhi kewajibannya.

4. Indikator Likuiditas Indikator atau ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas bank, antara lain : 1) Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penariakn dana pihak ketiga. Alat likuid tersebut dapat berupa uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank koresponden, dan 20

cek dalam proses penagihan. Dana pihak ketiga tersebut dapat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan kewajiban jangka pendek lainnya. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan likuiditas bank yang tinggi pula. 2) Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga (loan to deposit ratio – LDR) Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid. 3) Rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga yang dimiliki suatu bank, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank tersebut.

5. Giro Wajib Minimum Giro Wajib Minimum (GWM) merupakan jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh bank yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar presentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga Bank (DPK). DPK merupakan kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing. Dalam perhitungan GWM, DPK berpedoman kepada laporan DPK dalam rupiah dan valuta asing pada Laporan Berkala Bank Umum. GWM diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010. Bank diwajibkan memenuhi GWM dalam rupiah yang terdiri atas GWM Primer, GWM Sekunder, dan GWM Loan to Deposit Ratio (GWM LDR) serta tambahan GWM Valas bagi bank devisa. 1) GWM Primer GWM Primer adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar presentase tertentu dari DPK. Pemenuhan GWM Primer dalam rupiah dihitung dengan membandingkan saldo rekening giro bank pada Bank Indonesia setiap akhir hari dalam 1 (satu) masa laporan terhadap rata – rata harian jumlah DPK dalam 1 (satu) masa

21

laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya. GWM Primer dalam rupiah adalah sebesar 8% (delapan persen) dari DPK dalam rupiah. 2) GWM Sekunder GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dipelihara oleh bank berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dan/atau Excess Reserve yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar presentase tertentu dari DPK. Besarnya GWM Sekunder dalam rupiah adalah 2,5% (dua koma lima persen) dari DPK dalam jumlah rupiah yang dihitung dengan membandingkan jumlah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dan / atau Excess Reserve setiap akhir hari dalam 1 (satu) masa laporan terhadap rata – rata harian jumlah DPK dalam 1 (satu) masa laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya. Excess Reserve adalah kelebihan saldo Rekening Giro Rupiah Bank dari GWM Primer dan GWM LDR yang wajib dipelihara di Bank Indonesia. 3) GWM LDR GWM LDR adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia sebesar presentase tertentu dari DPK yang ditetapkan sebesar perhitungan antara Parameter Disinsentif Bawah atau Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR Target dengan memperhatikan selisih antara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank dan KPMM Insentif. Besaran atau Parameter yang Digunakan dalam Perhitungan GWM LDR Besaran dan parameter yang digunakan dalam perhitungan GWM LDR dalam rupiah ditetapkan (dapat sewaktu – waktu diubah oleh BI) sebagai berikut. 

Batas bawah LDR Target sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen)



Batas atas LDR Target sebesar 100% (seratus persen)



KPMM Insentif sebesar 14% (empat belas persen)



Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1 (nol koma satu)



Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2 (nol koma dua)

Perhitungan GWM LDR

22



Jika LDR berada pada kisaran batas bawah LDR Target dan batas atas LDR Target (78%  LDR  100%), maka bank tidak dikenakan GWM LDR atau GWM LDR bank sebesar 0% (nol persen).



Jika LDR < batas bawah LDR Target (78%), maka bank dikenakan GWM LDR sebesar 0,1  (78 – LDR)%  DPK dalam rupiah.



Jika LDR > batas atas LDR Target (100%) dan KPMM bank < KPMM Insentif (14%), maka bank dikenakan GWM LDR sebesar 0,2%  (LDR – 100)%  DPK dalam rupiah.



Jika LDR > batas atas LDR Target (100%) dan KPMM bank  KPMM Insentif (14%), bank tidak dikenakan GWM LDR atau GWM LDR bank sebesar 0% (nol persen).

Rasio KPMM adalah rasio perbandingan antara modal dengan aset tertimbang menurut risiko sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Umum. KPMM yang digunakan dalam perhitungan GWM LDR adalah KPMM triwulanan hasil perhitungan Bank Indonesia yang digunakan dalam rangka pengawasan terhadap bank yang bersangkutan, dengan ketentuan: 

KPMM pada posisi akhir bulan September digunakan untuk perhitungan GWM LDR dalam rupiah harian untuk Desember, Januari, dan Februari.



KPMM pada posisi akhir bulan Desember digunakan untuk perhitungan GWM LDR dalam rupiah harian untuk Maret, April, dan Mei.



KPMM pada posisi akhir bulan Maret digunakan untuk perhitungan GWM LDR dalam rupiah harian untuk Juni, Juli, dan Agustus.



KPMM pada posisi akhir bulan Juni digunakan untuk perhitungan GWM LDR dalam rupiah harian untuk September, Oktober, dan November.

4) GWM Valas GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar persentase tertentu (dapat diubah sewaktu – waktu oleh BI) dari DPK dalam valuta asing. DPK valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada pihak ketiga, termasuk bank di Indonesia, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk, yang terdiri atas giro, tabungan, simpanan berjangka/deposito, dan kewajiban – kewajiban lainnya. Saat ini ketentuan pemenuhan GWM dalam valuta asing ditetapkan sebagai berikut. 23



Sejak tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011, GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari DPK dalam valuta asing.



Sejak tanggal 1 Juni 2011, GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 8% (delapan persen) dari DPK dalam valuta asing.

Penyesuaian Ketentuan GWM Sekunder dan GWM LDR oleh Bank Indonesia Selanjutnya, pada tanggal 26 September 2013, Bank Indonesia menyesuaikan ketentuan GWM Sekunder dan GWM LDR, yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013. Berikut ini hal – hal yang melatarbelakangi adanya penyesuaian tersebut, antara lain : a) Perekonomian Indonesia saat ini menghadapi risiko ketidakseimbangan internal dan eksternal yang antara lain didorong oleh pertumbuhan kredit yang tinggi sehingga diperlukan upaya untuk menyesuaikan pertumbuhan kredit agar sejalan dengan kondisi fundamentalnya. b) Untuk mengantisipasi berbagai potensi risiko sebagai dampak dari dinamika perekonomian, maka dibutuhkan kondisi likuiditas perbankan yang kuat dam memadai. Untuk itu, diperlukan upaya untuk memperkuat likuiditas bank dengan tetap memperhatikan peran bank dalam menjalankan fungsi intermediasi. c) Untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dan pelaksanaan fungsi intermediasi secara optimal, maka perlu dilakukan pengaturan likuiditas bank melalui penyaluran GWM Sekunder dan GWM LDR. Pokok – Pokok Pengaturan Sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013 Adapun pokok – pokok pengaturan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013, yaitu: 1) Menyesuaikan kewajiban GWM Sekunder dan GWM LDR bank. 2) Kewajiban GWM Sekunder disesuaikan dari saat ini sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari DPK akan disesuaikan menjadi 4% (empat persen) dari DPK secara bertahap, yakni : 

3% (tiga persen) dari DPK dalam rupiah sejak tanggal 1 Oktober 2013 sampai dengan tanggal 31 Oktober 2013.



3,5% (tiga koma lima persen) dari DPK dalam rupiah sejak tanggal 1 November 2013 samapi dengan tanggal 1 Desember 2013.



4% (empat persen) dari DPK dalam rupiah sejak tanggal 2 Desember 2013.

24

3) Kewajiban GWM LDR disesuaikan dengan menurunkan batas atas LDR Target dari 100% menjadi 92%, sementara yang lainnya masih dalam besaran yang tetap sesuai dengan peraturan sebelumnya, di mana: 

Batas bawah LDR Target sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen)



KPMM Insentif sebesar 14% (empat belas persen)



Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1 (nol koma satu)



Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2 (nol koma dua)

4) Penyesuaian GWM LDR berlaku sejak 2 Desember 2013 5) Kewajiban GWM Primer dan GWM Valas tidak berubah. Perhitungan GWM Sekunder Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013 

GWM Sekunder dihitung dengan membandingkan jumlah eligible asset yang dimiliki oleh bank setiap akhir hari dalam 1 (satu) masa laporan terhadap perkalian antara persentase GWM Sekunder dengan rata – rata harian jumlah DPK rupiah dalam 1 (satu) masa laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya. Masa laporan tanggal 1-7, 8-15, 16-23, dan 23-akhir bulan.



Eligible asset yang dapat diperhitungkan untuk memenuhi GWM Sekunder adalah : -

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

-

Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI)

-

Surat Berharga Negara (SBN), meliputi Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara(SBSN).

-

Excess Reserve, yaitu saldo rekening giro bank di BI setelah dikurangi kewajiban pemenuhan GWM Primer dan GWM LDR.



Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) diperhitungkan sebagai komponen GWM Sekunder mulai tanggal 1 Oktober 2013.

Perhitungan GWM LDR Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 15/7/PBI/2013 

Jika LDR berada pada kisaran batas bawah LDR Target dan batas atas LDR Target (78%  LDR  92%), maka bank tidak dikenakan GWM LDR atau GWM LDR bank sebesar 0% (nol persen).



Jika LDR < batas bawah LDR Target (78%), maka bank dikenakan GWM LDR sebesar 0,1  (78 – LDR)%  DPK dalam rupiah. 25



Jika LDR > batas atas LDR Target (92%) dan KPMM bank < KPMM Insentif (14%), maka bank dikenakan GWM LDR sebesar 0,2%  (LDR – 92)%  DPK dalam rupiah.



Jika LDR > batas atas LDR Target (92%) dan KPMM bank  KPMM Insentif (14%), bank tidak dikenakan GWM LDR atau GWM LDR bank sebesar 0% (nol persen).

6. Jasa Bank Umum Jasa perbankan diberikan untuk mendukung kelancaran menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan kredit maupun tidak langsung. Berbagai jasa yang diberikan oleh bank umum, misalnya : transfer, inkaso, kliring, safe deposit box, letter of credit (L/C), pelayanan pembayaran (pembayaran pajak, telepon, air, listrik, pembayaran gaji / pensiun / honorarium, pembayaran bonus / hadiah), dan lain sebagainya. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai beberapa jenis jasa perbankan. 1) Automatic Teller Machine (ATM) ATM merupakan sistem pelayanan jasa bank secara elektronik, di mana nasabah dapat melakukan transaksi keuangan, seperti menarik atau mengambil uang secara tunai dan melihat saldo rekening giro atau rekening tabungan tanpa berhadapan langsung dengan petugas bank, baik di dalam maupun di luar jam kerja. Pengoperasian ATM memerlukan peralatan berupa kartu palstik (plastic card) dan kode pengenal diri (personal identification card). 2) Electronic Banking (E – Banking) Jasa e – banking memfasilitasi nasabah untuk melakukan transaksi perbankan melalui sarana teknologi informasi. Jasa e – banking meliputi bentuk layanan internet banking, mobile banking, phone banking, serta sms banking. Dengan fasilitas e – banking, para nasabah dipermudah aksesnya untuk melakukan transaksi – transaksi dalam bidang perbankan tanpa harus datang langsung ke kantor bank terdekat. 3) Transfer Transfer adalah suatu proses pemindahan uang dalam jumlah tertentu yang dilakukan oleh sebuah bank atas perintah pihak ketiga, kepada bank lain agar membayarkan uang 26

tersebut kepada pihak yang ditunjuk oleh pihak ketiga tersebut. Transfer dana dapat ditujukan untuk bank yang berkedudukan di dalam negeri ataupun luar negeri. Beberapa sarana transfer yang dipakai bank- bank umum, antara lain : a) Nota Lalu Lintas Giro (LLG) Yaitu nota kredit yang dikirim ke luar melalui proses kliring atau bentuk transfer yang dilakukan pada bank lain yang masih dalam lingkungan kliring antarbank setempat, atau kepada cabang – cabang bank dalam lingkungan wilayah kliring setempat. Pemindahan dana dilakukan dengan cara melakukan pemindahan dana via rekening yang ada di Bank Indonesia. b) Real Time Gross Settlement (RTGS) Yaitu salah satu bentuk pemindahan uang yang dilakukan antarbank umum dengan proses yang lebih cepat. Minimum transaksi pemindahan uang dengan sistem RTGS senilai Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) dengan pengenaan biaya tertentu. 4) Inkaso Inkaso adalah sebuah layanan bank untuk penagihan pembayaran atas surat atau dokumen berharga kepada pihak ketiga di tempat lain, baik di dalam maupun luar negeri. Surat atau dokumen berharga yang dapat diproses adalah wesel, cek bilyet giro, surat promes/askep, hadiah undian, dan lain – lain. Inkaso dapat dilakukan melalui bank yang telah mendapat izin dari Bank Indonesia. 5) Letter of Credit (L/C) Letter of Credit (L/C) adalah suatu pernyataan tertulis dari bank atas permintaan nasabah untuk menyediakan dan menyelesaikan suatu jumlah kewajiban tertentu bagi kepentingan pihak ketiga (beneficiary), dengan syarat – syarat yang ditentukan. L/C biasanya digunakan oleh perorangan atau badan usaha yang berorintasi ekspor – impor. 6) Safe Deposit Box (SBD) Safe Deposit Box (SDB) adalah jasa penyewaan kotak penyimpanan harta atau surat – surat berharga yang dirancang secara khusus dari bahan baja dan ditempatkan dalam ruang khasanah yang kokoh dan tahan api untuk menjaga keamanan barang disimpan dan memberikan rasa aman bagi penggunanya. Biasanya barang yang disimpan di dalam SDB 27

adalah barang yang bernilai tinggi, di mana pemiliknya merasa tidak aman untuk menyimpannya di rumah, misalnya sertifikat atau logam mulia. 7) Bank Guarantee (Bank Garansi) Bank Guarantee adalah jaminan pembayaran yang diberikan kepada pihak penerima jaminan (bisa perorangan atau perusahaan), apabila pihak yang dijamin tidak dapat memenuhi kewajiban atau cedera janji. Perjanjian bisa berupa perjanjian jual – beli, sewa, kontrak, dan lain – lain. 8) Traveller’s Cheque (Cek Perjalanan) Traveller’s Cheque adalah jenis surat berharga yang dikenal dan dipergunakan oleh masyarakat internasional sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang sah, seperti uang kertas tunai dan kepemilikannya tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain

28

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsinya bahwa bank adalah lembaga keuagan dimana kegiatan sehari-harinya adalah dalam bidang jual beli uang. Adapun sumber-sumber dana bank tersebut yakni dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dari masyarakat luas, dan dari lembaga lainya. Jenis sumber dana bank, yaitu: 

Dana yang bersumber dari bank itu sendiri, yakni Setoran modal dari pemegang saham, cadangan laba, laba bank yang belum dibagi.



Dana yang berasal dari masyarakat luas, yakni simpanan giro, tabungan, deposito.



Dana yang bersumber dari lembaga lain, yakni bantuan likuiditas Bank Indonesia, pinjaman antar bank, pinjaman dari bank-bank luar negeri, surat berharga, pasar uang. Hal-hal yang mempengaruhi penghimpunan dana bank yaitu kepercayaan masyarakat,

perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh, risiko penyimpanan dana, dan pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana. Sedangkan fungsi dana ada sepuluh seperti yang telah disebutkan diatas. .

29

DAFTAR PUSTAKA Budisantoso, Totok Nuritomo. 2017. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat. Peraturan Bank Indonesia No.15/7/PBI/2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia No.12/9/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing.

30

Related Documents


More Documents from "annisa"