BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu permasalahan yang tidak bisa lepas dari manusia. Kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran tidak hanya berupa kerusakanbangunan saja, melainkan kerugian yang menyangkut moral dan jiwa manusia. Beberapa penyebab kebakaran antara lain adalah rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya
kebakaran,
kurangnya
kesiapan
masyarakat
untuk
menghadapi
dan
menanggulangi bahaya kebakaran, sistem penanganan kebakaran yang belum terwujud dan terintegrasi, rendahnya prasarana dan sarana sistem proteksi kebakaran bangunan yang memadai. Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung, faktor keselamatan adalah suatu syarat yang harus dipenuni oleh bangunan gedung, dimana kebakaran merupakan salah satu aspeknya. Bangunan diharapkan memiliki sistem proteksi kebakaran yang memenuhi syarat dimana bangunan tersebut mampu mencegah timbulnya api, menjalarnya api dan asap, adanya fasilitas pemadaman api, dan menyediakan sarana evakuasi yang layak bagi penghuni gedung. Dilengkapi oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa keselamatan masyarakat yang berada di dalam bangunan dan lingkungannya harus menjadi pertimbangan utama khususnya terhadap bahaya kebakaran, maka suatu bangunan harus memiliki sistem proteksi kebakaran, baik itu aktif maupun pasif, dilengkapi dengan kelengkapan tapak dan sarana penyelamatan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan sistem proteksi kebakaran? 2. Apa saja yang termasuk alat-alat proteksi kebakaran? 3. Bagaimana pencegahan kebakaran?
1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian sistem proteksi kebakaran 2. Mengetahui alat-alat proteksi kebakaran 3. Mengetahui bagaimana mencegah kebakaran
1.4 Manfaat Penulisan Dengan penulisan makalah ini, penulis mengharapkan manfaat : a. Secara teoritis, pembaca dan penulis dapat mengetahui hal-hal mengenai sistem proteksi kebakaran dan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran. b. Secara praktis, pembaca dan penulisan dapat mengaplikasikan teori mengenai sistem proteksi kebakaran dalam kehidupan sehari-hari.
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan makalah ini sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai teori-teori yang membahas hal-hal mengenai bangunan gedung, kebakaran, dan sistem proteksi kebakaran BAB III PEMBAHASAN Bab ini berisi mengenai sistem proteksi kebakaran, alat-alat proteksi kebakaran, dan pencegahan serta pengendalian kontrol sumber kebakaran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bangunan Gedung Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. 2.2 Pengertian Kebakaran Kebakaran rumah dan gedung adalah perubahan langsung atau tidak langsung keadaan fisik rumah dan gedung akibat kebakaran yang disebabkan oleh penggunaan api, BBM, gas dan listrik yang tidak aman. Akibat kebakaran, rumah dan gedung menjadi tidak berfungsi dan tidak dapat dipakai lagi untuk kegiatan sehari-hari. 2.3 Pengertian Sistem Proteksi Kebakaran Menurut Permen PU Nomor 26 Tahun 2008, sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif, maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Adanya sistem proteksi kebakaran khususnya pada bangunan gedung bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung yang aman terhadap bahaya kebakaran, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan kesejahteraan sosial. Sistem proteksi kebakaran merupakan sarana penyelamatan dari suatu bahaya, dimana sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk digunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya
penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Sistem Proteksi Kebakaran Terdapat dua macam sistem penanggulangan atau proteksi kebakaran, yaitu sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Sistem proteksi aktif merupakan sistem penanggulangan atau proteksi kebakaran melalui sarana aktif yang terdapat pada bangunan yang menangani kebakaran secara langsung. Yang termasuk dalam sistem proteksi aktif seperti smoke detector, heat detector, alarm sebagai alat pendeteksi kebakaran, dan sprinkler, hydrant, APAR sebagai alat pemadam kebakaran. Sedangkan sistem proteksi pasif merupakan sistem penanggulangan atau proteksi kebakaran melalui saran-saran pasif yang terdapat pada bangunan, seperti meningkatkan kinerja bahan bangunan, struktur bangunan, pengontrolan dan penyediaan fasilitas pendukung penyelamatan terhadap bahaya api dan kebakaran. Sistem proteksi aktif yang telah disebutkan diatas telah banyak yang digunakan dalam kehidupan masyarakat. Bahkan telah banyak terdapat standardstandar tentang sistem proteksi aktif untuk menjamin bahwa sistem proteksi telah terpasang dan dapat berfungsi dengan baik. Namun pada kenyataannya masih terdapat kekurangan dalam penggunaan sistem proteksi ini, seperti penggunaan water sprinkler yang mengeluarkan air dalam jumlah berlebih dan ukiran droplet air yang terlalu besar, sehingga dapat merusak peralatan yang terkena air. Untuk penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) yang pada saat ini banyak digunakan masih menggunakan zat-zat yang secara langsung maupun tidak langsung membahayakan bagi manusia, seperti halon, πΆπ2 dan serbuk kimia kering. 3.2 Alat-alat Proteksi Kebakaran Alat pemadam kebakaran adalah suatu alat proteksi kebakaran yang digunakan untuk memadamkan kebakaran atu memadamkan api yang berbentuk tabung pemadam maupun bentuk selang pemadam, baik dengan pengoperasian
manual ataupun otomatis. Alat pemadam kebakaran terdiri dari berbagai macam nama dan fungsi, diantaranya : 1. Tabung Pemadam, yang berfungsi untuk memadamkan api secara manual. 2. Tabung Pemadam Portable, berfungsi untuk memadamkan api yang bersumber dari api kecil. 3. Tabung Pemadam Roda, berfungsi untuk memadamkan api yang bersumber dari api yang besar. 4. Fire Hydrant System, berfungsu untuk memdamkan kebakaran di gedung atau bangunan besar. 5. Pompa Hydrant, berfungsi untuk memompa sumber air yang digunakan untuk memadamkan kebakaran. 6. Selang Hydrant atau Fire Hose, berfungsi untuk menyalurkan air ke sumber api yang didukung oleh tekanan dari pompa hydrant. 7. Nozzle, berfungsi sebagai pegangan petugas pemadam kebakaran yang berada di ujung selang dan di ujung keluarnya air. 8. Coupling, berfungsi sebagai pengikat selang dengan output pompa dan pengikat di ujung selang dengan pegangan nozzle. 9. Hydrant Pillar, berfungsi sebagai output pompa hydrant yang disambungkan dengan selang hydrant untuk menyalurkan air ke sumber api. 10. Box Hydrant, berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan hydrant dan sebagai tempat output pompa di dalam gedung maupun di luar gedung. 11. Valve, berfungsi untuk membuka dan menutup saluran air bila pompa telah dihidupkan atau dimatikan. 12. Hose Reel, berfungsi sebagai tempat menggulung selang pemadam di dalam box hydrant. 13. Fire Alarm System, berfungsi untuk mendeteksi dan memberikan alarm adanya asap atau api yang muncul di dalam gedung maupun di luar gedung.
14. Smoke Detector, berfungsi sebagai penangkap asap dan pemberi peringatan bila terdeteksi adanya asap dan mengeluarkan bunyi pada alarm bel. 15. Heat Detector, berfungsi sebagai penangkap api dan memberi sinyal ke panel sehingga mengeluarkan bunyi alarm pada alarm bel. 16. Panel MCFA, berfungsi sebagai pusat kontrol seluruh sistem jaringan fire alarm. 17. Indicating Lamp, berfungsi sebagai lampu untuk menandai terjadinya deteksi asap atau kebakaran. 18. Push Button atau Manual Switch, berfungsi sebagai tombol darurat untuk menghidupkan alarm bila ditemui adanya kebakaran. 19. Alarm Bel atau Sounder, berfungsi untuk membunyikan bel yang menandai terjadinya deteksi api atau timbulnya kebakaran. 20. Manual Call Point, berfungsi untuk menekan bel dan membunyikan alarm bila terjadi kebakaran atau timbulnya api. 21. Break Glass, berfungsi untuk memecahkan kaca dan untuk menekan tombol darurat untuk menyalakan bel. 22. Sprinkler, berfungsi untuk menyemprotkan air di tempat kebakaran. 3.3 Pencegahan Kebakaran Potensi terjadinya kebakaran di suatu gedung dapat dikurangi secara substansi. Pencegahan kebakaran dapat dilakukan melalui program pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance). Terdiri dari prosedur inspeksi dan praktekpraktek tatagraha (housekeeping) yang baik. Tiga persyaratan dasar untuk tatagraha yang baik adalah: 1. Pengaturan denah dan penyediaan peralatan yang benar. 2. Penanganan dan penyimpanan material secara benar. 3. Kebersihan dan kerapian.
Pengendalian atau kontrol sumber kebakaran: 1. Kontrol kebiasaan merokok, tujuannya untuk mencegah pembuangan punting rokok sembarangan yang dapat menjadi faktor kebakaran. 2. Kontrol listrik static, listrik static dapat terjadi oleh aliran dua material berbeda melalui masing-masing. Cairan yang dibawa oleh pipa atau cerobong menghasilkan potensi listrik, dimana pada kondisi yang tepat dan terdapat cukup oksigen dapat menimbulkan api. 3. Kontrol gesekan, bisa dengan upaya mengidentifikasi dan mengeliminasi potensi sumber gesekan seperti pelumasan dan penyetelan mesin dengan benar. 4. Kontrol bahaya elektrikal, bisa dengan upaya mengidentifikasi sirkit listrik yang kelebihan beban, sambungan pengawatan peralatan yang tertumpuk dan penggantian peralatan yang rusak. 5. Kontrol bahaya tatagraha, bisa dengan perencanaan dengan pengaturan kain lap dan spon pembersih yang aman, pelapis dan pelumas yang tertata rapih dan bersih, baki penadah dijauhkan dengan sumber panas dan api, pembuangan limbah cair yang mudah terbakar harus diamankan, tumpahan
cairan
mudah
terbakar
harus
langsung
dibersihkan,
penyimpanan cairan mudah terbakar harus di tempat yang aman dan terjamin, menghilangkan genangan minyak, bahan pembungkus material yang telah terstandar dan aman, juga berhati-hati dalam pekerjaan pengelasan dan pemotongan.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Arifin, Anwar. (2016). Macam-macam Nama Perlengkapan Alat Pemadam Kebakaran dan Fungsinya. https://pemadamapi.net. Diakses pada 25 Februari 2019 Samekto, Bambang Hendro. (No Year). Kebakaran Rumah dan Gedung. http://belajarbencanalearndisaster.com . Diakses pada 25 Februari 2019