Pengertian Semen Faisal.docx

  • Uploaded by: Muhammad Irfan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengertian Semen Faisal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,162
  • Pages: 21
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran. Pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton, seorang insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.

1

1.2 Perumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan semen itu sendiri ? b. Proses pembuatan semen ? c. Unsur kimia semen ? d. Proses hidrasi semen ? e. Tipe-tipe semen ? f. Tipe semen Portland ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah ini disusun dengan tujuan untuk: a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan semen b. Mengetahui Proses pembuatan semen c. Mengetahui Unsur kimia semen d. Mengetahui proses hidrasi semen e. Mengetahui Tipe-tipe semen semen terhadap f. Mengetahui Tipe semen Portland semen.

2

BAB II PENGERTIAN SEMEN Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi satu massa yang padat. Meskipun definisi ini dapat diterapkan untuk banyak jenis bahan, semen yang dimaksudkan untuk konstruksi beton adalah bahan jadi dan mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidraulis. Hidraulis berarti semen bereaksi dengan air dan membentuk suatu bahan massa. Adapun,Semen portland adalah bahan utama campuran beton yang merupakan hasil dari penggilingan kalsium silikat hidrat dan ditambah dengan satu atau lebih senyawa kalsium sulfat dalam bentuk kristal. menurut sejarah penamaan semen portland atau "portland cement" diambil dari nama salah satu pulau di inggris, yaitu pulau portland. Bubuk semen tersebut pada awalnya dikenal merupakan hasil pencampuran air, pasir, dan bebatuan yang ada di pulau tersebut.

3

BAB III PROSES PEMBUATAN SEMEN Bahan baku pembuat semen antara lain : 

Limestone (batu kapur) yang banyak mengandung CaCO3



Clay (tanah liat) yang banyak mengandung SiO2 dan Al2O3



Pasir silika yang banyak mengandung SiO2



Pasir besi yang banyak mengandung Fe2O3

Sebenernya proses pembuatan semen itu intinya mengambil oksida-oksida yang terkandung di empat bahan baku di atas yang pada akhirnya membentuk mineral-mineral baru yang membentuk komposisi semen. Berikut tahapan tahapan produksi semen.

3.1 Raw Material Extraction & Preparation

Pertama-tama dilakukan persiapan bahan baku baik penambangan (quarry) limestone maupun clay. Tahapan penambangan seperti pada umumnya, ada drilling, blasting, haulage dan loading, selengkapnya bisa di liat di referensi mengenai penambangan. Ukuran limestone hasil tambang umumnya masih besar, sehingga hasil tambang tadi dibawa ke Crusher. Crusher berfungsi untuk mengecilkan ukuran limestone hasil tambang. Maksimum ukuran limestone yang masuk ke crusher adalah 1500 mm dan setelah keluar crusher menjadi sekitar 75 mm. Mungkin ada sebagian yang bingung gimana persiapan dari bahan baku yang lain seperti clay, pasir silika dan pasir besi. Ketiga bahan baku itu juga punya 4

treatment sendiri-sendiri. Kenapa yang dibahas hanya batu kapur? itu karena batu kapur merupakan bahan baku utama hehehe.

Setelah limestone melewati crusher, limestone tersebut ditampung di sebuah tempat (storage). Ditempat ini terjadi proses pre-homogenization. Limestone hasil dari crushing tadi tentunya belum sepenuhnya memiliki ukuran yang sama, sebagian ada yang terlalu kecil, artinya ukurannya belum sama. Pada storage ini, limestone yang ukurannya berbeda tersebut disebar merata (komposisinya) sehingga homogen.

3.2 Raw Meal Preparation

Dari storage tersebut limestone dibawa oleh belt conveyor menuju bin silo, demikian pula dengan clay, pasir silika dan pasir besi masuk ke bin silo masingmasing seperti gambar berikut.

5

Dari sini lah keempat bahan baku tersebut mulai dicampurkan. Umumnya untuk membuat semen portland (Tipe I) adalah sebagai berikut:

1. Limestone (+/- 82%)

2. Clay (+/- 13,5%)

3. Pasir Silika (+/- 3%)

4. Pasir besi (+/- 1,5%)

Setelah bahan baku tersebut dicampur,maka itu lah yang disebut Raw Material. Bahan baku tersebut kemudian masuk ke dalam unit operasi yang disebut Raw Mill (RM), (prinsip kerja dan macam-macam RM dapat dilihat di referensi lain juga hehehe) seperti pada gambar berikut.

6

3.3 Verticcal Raw Mill Tujuan utama Raw Mill adalah:

1.Grinding Material campuran yang masuk dihaluskan lagi, yang semula 700 mm, setelah

keluar dari RM menjadi 9 Mikro.

2. Drying Material campuran dikeringkan sampai kelembaban 1%. Media pengeringan adalah hot gas yang berasal dari Kiln (Kiln tar kita ketemu di depan Gan hehe)

3. Transport Untuk menjelaskan ini harus tau dulu prinsip kerja RM -.-” Intinya, hot gas

yang

dipakai

untuk

ngeringin

material

juga

berfungsi

untuk

mentransportasikan material campuran tersebut. Bayangin aja Gan, 7 Mikro kalo ditiup hot gas kan terbang dia

4. Separating Selama proses di RM, material yang sudah halus kemudian menuju tahapan proses berikutnya, sedangkan yang masih kasar akan terus mengalami penggilingan (grinding) sampai halus. Setelah keluar dari RM, bahan material ini disebut dengan istilah Raw Mix atau Raw Meal. Raw meal ini kemudian masuk lagi ke sebuah storage atau biasa disebut Blending Silo. Selain bertujuan untuk penyimpanan sementara, Blending Silo berfungsi untuk tempat homogenization. Proses Homogenization intinya sama kek Pre-homogenization, cuma ukurannya aja yang beda dan bahan penyusunnya juga sudah tercampur. Pre-homogenization materialnya hanya limestone saja, sedangkan Homogenization terdiri dari empat bahan baku semen.

7

Sehingga proses homogenisasi yang dilakukan bertujuan untuk memaksimalkan pencampuran dari keempat bahan tersebut.

3.4. Clincker Manufacture Raw Meal kemudian masuk ke sebuah unit operasi yang disebut dengan Pre-heater. Pre-heater ini terdiri dari beberapa siklon, umunya terdiri dari 4-5 siklon (4-5 stage) seperti gambar berikut.

Namanya juga Pre-heater, fungsinya sebagai pemanasan awal sebelum masuk ke proses selanjutnya. Media pemanasan sama kek di RM, yaitu berasal dari hot gas dari Kiln. Namun, Inti utamanya dari proses pemanasan ini adalah untuk terjadinya proses Pre-calcination. Dari proses kalsinasi ini mulai lah terbentuk oksida-oksida pembentuk Klinker (hasil proses di Kiln). Proses kalsinasi adalah sebagai berikut: CaCO3 —-> CaO + CO2

Reaksi ini terjadi pada suhu sekitar 800°C (Untuk lebih jelasnya, silahkan pelajari unit operasi Pre-heater dari referensi lain hehehe). Naaah, dari reaksi di atas, yang paling utama adalah CaO nya Gan. Proses kalsinasi di Pre-heater hanya sekitar 95% nya, sisanya dilakukan di Kiln (pokonya kalo pengen lebih jelas, pelajari prinsip kerja Pre-heater Gan :D).

8

Setelah keluar dari Pre-heater, material ini disebut dengan Kiln Feed. Kiln Feed ini masuk ke unit operasi pembentuk klinker (terak) yang disebut dengan Rotary Kiln, seperti gambar berikut.

Rotary Kiln Di sini terjadi proses kalsinasi lanjutan. Suhunya mencapai sekitar 1400ºC. Suhu sebesar ini diperoleh dari pembakaran bahan bakar, biasanya digunakan batu bara, IDO (Industrial Diesel Fuel Oil), Natural Gas, Petroleum Coke, dan lain sebagainya. Pada suhu sebesar ini, di Kiln terjadi reaksi-reaksi logam sehingga dihasilkan mineral-mineral baru, yaitu: 1. C3S (3CaO.SiO2) 2. C2S (2CaO.SiO2) 3. C3A (3CaO.Al2O3) 4. C4AF (4CaO.Al2O3.Fe2O3) Mineral-mineral

di

atas

yang

kemudian

membentuk

Clincker

(klinker/terak). Setelah melewati Kiln, klinker ini masuk ke dalam Cooler. Bayangin aja Gan, abis dipanasin ampe 1400ºC, tiba-tiba aja didinginin ampe suhunya 100ºC. Kenapa harus demikian? tujuannya diantaranya:

1. Heat recuperation

9

2. Keamanan (safety) dalam melakukan transportasi dan storage 3. Kualitas Klinker itu sendir.

3.5. Cement Grinding Setelah melewati Cooler, Klinker ini kemudian dilewatkan ke Finish Mill. Naah oleh equipment ini lah maka si Klinker berubah lagi menjadi powder. Jadi di dalem Cement Mill ini klinker tadi di tumbuk, digerus pake bola-bola besi Gan, Cemen Mill nya berputar sehingga bola-bola tersebut menggerus klinker menjadi powder lagi. Sebelum digiling, biasanya komposisi Klinker ditambah oleh bahan-bahan tambahan seperti Gipsum, Pozzolan, Trash dan lain sebagainya. Untuk membuat semen Tipe I cukup ditambah gipsum saja. Setelah halus, klinker ini berubah namanya menjadi hasil akhir yaitu semen:) Semen ini kemudian ditampung di Cement Silo sebelum akhirnya dikirim ke Bin Cement untuk proses Packing and Dispatch.

3.6 Packing and Dispatch Langkah terakhir adalah pengepakan semen-semen. Setelah dari Cement Silo, semen ditransport ke Bin Cement dan akhirnya ada yang di packing dan ada yang dimasukan ke bulk (curah).

10

BAB IV UNSUR KIMIA SEMEN Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan semen portland adalah batuan alam yang mengandung oksida-oksida kalsium, silika, alumina dan besi sebagai pembentuk senyawa potensial semen portland. Bahan baku tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : 

Bahan baku utama



Bahan baku korektif



Bahan baku tambahan

4.1 BAHAN BAKU UTAMA Bahan baku utama merupakan bahan baku yang mengandung komposisi kimia oksida-oksida kalsium, silika dan alumina. Batuan alam yang tergolong bahan baku utama adalah “Calcareous” dan “Argillaceous”.  Calcareous Calcareous pada dasarnya adalah semua batuan alam yang mengandung semyawa CaCO3 dan digunakan sebagai sumber oksida kalsium. Batuan alam yang termasuk calcareous dan paling banyak dipakai adalah “limestone” (batu kapur), “chalk” dan “marl”,

ketiga batuan alam tersebut dibedakan berdasarkan

kandungan senyawa CaCO3 dan kekerasannya. 

Limestone mempunyai kadar CaCO3 diatas 90 % dengan nilai kekerasan antara 1.8 – 3.0 skala Mohs. Mineral utama dalam batuan ini adalah calcite, berbentuk kristal hexagonal dengan spesific grafity 2.7, dan aragonit, berbentuk kristal rhombic dengan spesific gravity 2.95, karena di alam didapatkan bercampur dengan tanah liat dan oksida-oksida lain, warna batu kapur menjadi abu-abu sampai kuning.

11

 Argillaceous Argillaceous pada umumnya terdapat sebagai batuan alam yang mengandung okisda silika dan alumina, secara umum jenis-jenisnya dibedakan berdasarkan kandungan silika (pasir / sand), alumina (clay) dan ukurannya, gambar 3. Disamping oksida tersebut terdapat pula senyawa-senyawa lain seperti oksidaoksida besi, kalsium, magnesium, sulfur, kalium, natrium, titanium, chromium, mangan dan phosphor. Batuan alam yang termasuk argillaceous dan paling banyak digunakan adalah tanah liat (clay), secara umum tanah liat dapat digolongkan sebagai berikut : Golongan Kaolinit 

Banyak dijumpai di alam



Rumus umum mineral Al2O3.2SiO2.2H2O



Strukturnya terdiri dari lapisan tunggal silika tetrahedral dan lapisan tunggal alumina oktahedral

Golongan Montmorillonite   

Banyak dijumpai di alam Rumus umum mineral Al2O3.4SiO2.2H2O Strukturnya terdiri dari dua lapisan silika tetrahedral dengan sebuah pusat lapisan oktahedral.

4.2 BAHAN BAKU KOREKTIF Bahan baku korektif adalah bahan tambahan pada bahan baku utama apabila pada pencampuran bahan baku utama komposisi oksida-oksidanya belum memenuhi persyaratan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada umumnya, bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida silika, oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (sand), tanah liat (clay) dan pasir besi / pyrite cinder / iron ore.

12

BAB V PROSES HIDRASI SEMEN Reaksi yang terjadi di dalam semen portland adalah reaksi kimia antara senyawa potensial dengan air, senyawa-senyawa kalsium silikat, kalsium aluminat dan kalsium ferit hidrat yang terjadi berupa struktur larutan padat yang spesifik dan akan mengeras. Reaksi selanjutnya adalah interaksi antar senyawa hidrat tersebut, masing-masing saling mengikat membentuk strukrur baru yang kokoh, kaku dan kuat yang biasa disebut pasta, mortar atau beton. 

Reaktifitas dan komposisi mineral utama serta bahan tambahan Reaksi hidrasi yang terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas masingmasing senyawa utama. Senyawa C3A adalah yang paling reaktif, senyawa ini bereaksi dengan cepat, kemudian disusul oleh senyawa-senyawa C3S dan C2S. Jadi reaksi hidrasi semen portland akan berjalan dengan cepat sesuai dengan reaktifnya senyawa utama. Untuk mengatur kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan perlu ditambahkan bahan tambahan, senyawa gypsum ditambahkan sebagai pengendali reaktifitas senyawa C3A.



Kehalusan Kecepatan reaksi hidrasi semen portland akan bertambah besar dengan semakin halusnya ukuran partikel. Sebaliknya, jika ukuran partikel semakin kasar, reaksi hidrasi akan berjalan semakin lambat. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, jika ukuran partikel semakin halus, berarti luas permukaan

total

semakin

besar.

Bertambah

luasnya

permukaan

menyebabkan kemungkinan terjadinya kontak antara air dengan permukaan butiran akan menjadi besar. Akibatnya kemungkinan terjadinya reaksi antara air dengan butiran juga menjadi lebih besar atau dengan perkataan lain, kecepatan reaksi bertambah besar.

13

Perbandingan air semen Portland Air dan semen portland merupakan reaktan dalam reaksi hidrasi, perbandingan konsentrasi antara kedua reaktan tersebut dan produk yang dihasilkan akan mempengaruhi kesetimbangan reaksi, kesetimbangan reaksi merupakan salah satu parameter dari kecepatan reaksi.



Waktu Dengan bertambahnya waktu, kecepatan reaksi masing-masing senyawa potensial akan berkurang sebab komposisi senyawa utama mulai habis bereaksi.



Temperatur Kecepatan reaksi akan bertambah dengan kenaikan temperatur. Demikian juga reaksi yang terjadi di dalam semen portland akan bertambah cepat karena naiknya temperatur. Hal ini disebabkan karena reaksinya bersifat eksoterm yaitu dengan melepas sejumlah panas. Jadi tanpa tambahan panas dari luar pun reaksi ini akan bertambah cepat dengan kenaikan temperatur akibat panas yang dilepaskan selama reaksi hidrasi.



Mekanisme reaksi

Mekanisme reaksi hidrasi senyawa utama semen portland adalah sebagai berikut : Senyawa

kalsium

silikat

(C3S

dan

C2S)

Reaksi antara senyawa C3S dan C2S dengan air menghasilkan kalsium silikat hidrat, CSH, dan kalsium hidroksida, Ca(OH)2. Perbedaan reaksi antara kedua senyawa tersebut dalam hal kecepatan dan panas reaksinya, kecepatan dan panas reaksi C3S lebih besar dari pada C2S. Panas reaksi C3S yang ditimbulkan sekitar 500 J/gram Panas reaksi C2S yang ditimbulkan sekitar 350 J/gram. Senyawasenyawa CSH yang dihasilkan merupakan komponen utama dalam penyumbang

14

kekuatan semen portland, dan biasa disebut dengan tobermorite gel. Senyawa C3S merupakan komponen penentu kekuatan awal semen portland, pada umur 1 – 28 hari, hal ini disebabkan reaksi hidrasinya yang berlangsung cepat dan kadarnya yang tinggi. Sedangkan C2S merupakan komponen penentu kekuatan akhir semen portland, peranannya baru terlihat 28 hari setelah pengikatan. Senyawa

kalsium

aluminat

(C3A)

Reaksi antara senyawa C3A dan air berlangsung sangat cepat dan menghasilkan panas sekitar 1350 J/gram. Reaksi yang terjadi terdiri dari beberapa tahap tergantung pada lingkungannya. Senyawa C3A memainkan peranan yang sangat penting dalam pengembangan kekuatan awal, 1 sampai dengan 3 hari, hal ini disebabkan karena panas hidrasinya yang cukup tinggi sehingga dapat mempercepat reaksi hidrasi secara keseluruhan. Karena senyawa hasil hidrasinya mempunyai daya rekat yang relatif rendah, sumbangan kekuatan yang diberikan senyawa C3A relatif kecil. Kadar senyawa C3A dalam semen portland mempengaruhi sifat fisik semen portland, dalam hal ini pemuaian dan ketahanan terhadap sulfat. Semakin tinggi kadar senyawa C3A, semakin tinggi pemuaian yang terjadi dan semakin tidak tahan terhadap serangan sulfat. Pemuaian yang terjadi disebabkan banyak terbentuknya senyawa ettringite, sedangkan senyawa ettringite

merupakan

senyawa

yang

mempunyai

volum

yang

sangat

besar. Ketahanan terhadap serangan sulfat dapat diterangkan sebagai berikut, alkali sulfat bereaksi dengan kalsium hidroksida bebas membentuk senyawa gypsum, Ca(OH)2 + (Na/K)2SO4 + 2H2O

——–>

CaSO4.2H2O +2NaOH,

(gipsum) senyawa gypsum yang terbentuk akan bereaksi dengan senyawa C 3A membentuk senyawa ettringite, senyawa ettringite merupakan senyawa yang mempunyai volum yang sangat besar sehingga menyebabkan pemuaian dan dapat menimbulkan keretakan pada beton. Senyawa

kalsium

aluminoferrit

(C4AF)

Reaksi hidrasi senyawa C4AF berlangsung cepat dan menghasilkan panas

15

sekitar160 J/gram. Reaksi yang terjadi terdiri dari beberapa tahap tergantung pada lingkungannya. Senyawa kalsium oksida bebas (CaO-bebas) CaO + H2O

——–>

Ca(OH)2

Senyawa magnesium oksida bebas (MgO) MgO + H2O

——->

Mg(OH)2

Senyawa Mg(OH)2 cenderung membentuk senyawa hidrat, senyawa hidrat yang dihasilkan mempunyai volum yang relatif besar sehingga manyebabkan pemuaian.

Senyawa kalsium sulfat dihidrat Senyawa kalsium sulfat dihidrat (gypsum) relatif tidak stabil terhadap temperatur. Di Dalam semen portland, senyawa kalsium sulfat mempunyai kandungan air hidrat antara 2 sampai dengan 0.5, hal ini disebabkan proses yang terjadi di “cement mill”. Senyawa kalsium sulfat yang mengandung air hidrat kurang dari 2 dan sampai dengan 0.5 disebut senyawa kalsium sulfat hemihidrat.

16

BAB VI TIPE SEMEN 6.1 Semen Portland Type I Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain 6.2. Semen PortLand type II. Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0, 10 – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan. 6.3 Semen Portland type III Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat. 6.4 Semen Portland type IV Adalah tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.

17

6.5 Semen Portland type V Dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.

18

BAB VII TIPE SEMEN PORTLAND

7.1 Super Masonry Cement Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton, hollow brick, Paving blok dan lain-lain.

7.2. Oil Well Cement, Class G-HSR (High Sulfate Resistance) Merupakan semen Khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi, OWC yang telah diproduksi adalah class G, HSR ( High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai ” BASIC OWC” . adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur.

7.3 Portland Composite Cement (PCC) Semen memnuhi persyratan mutu portland COmposite Cement SNI 157064-2004. Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton. Struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, Plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus. 7.4 Super ” Portland Pozzolan Cement” (PPC) Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti : - konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi) - Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat

19

BAB VII PENUTUP 8.2 Kesimpulan Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh. Beberapa jenis semen diantaranya semen portland putih, semen portland pozolan, semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC), semen portland campur, semen masonry, semen portland komposit. Langkah utama proses produksi semen diantaranya penggalian, penghancuran, pencampuran awal, penghalusan dan pencampuran bahan baku, pembakaran, pendinginan klinker dan penghalusan akhir. Dampak dari industri semen diantaranya pencemaran lingkungan, polusi udara dan suara, dan lain-lain. 8.2 Saran Penggalian dan pengolahan semen sangat mendukung kemajuan suatu Negara, tetapi yang jangan dilupakan adalah masalah limbah. Untuk mengatasi permasalah tersebut diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, diantaranya: A.Industri, diharapkan sebelum membuang limbah pabriknya harus dimenetralisasinya atau mendaurnya. B.Pemerintah, diharapkan melakukan pengawasan yang ketat terhadap industriterutama dalam masalah penanggulangan limbahnya. C. Masyarakat, diharapkan turut serta dalam melakukan pengawasan kinerja industri-industri terutama masalah penanggulangan limbahnya.

20

DAFTAR PUSTAKA

http://ismunote.blogspot.co.id/2016/01/makalah-proses-pembuatansemen.html http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/plh/1562hidrasi-semen https://id.wikipedia.org/wiki/Semen#Masa_Depan_Industri_Semen_ASEAN https://id.wikipedia.org/wiki/Semen http://www.lamudi.co.id/journal/macam-jenis-semen-dan-fungsi/

21

Related Documents

Industri Semen
April 2020 35
Semen Sexing
June 2020 20
Semen Pozolan.docx
May 2020 17
Semen Impurity
May 2020 16
Pengertian
June 2020 53

More Documents from ""

Bab2_2 State Space
June 2020 2
Bab Ii.docx
December 2019 4
Pid
June 2020 2
Daftar Isi Uji Bahan Ii.docx
December 2019 12