Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Makro Islam Dosen Pengampu : Atika M.Ak Tugas ini untuk memenuhi mata kuliah Ekonomi Makro Islam
Disusun Oleh:
Muhammad Zikri
(1731075)
Muhammad Zulkarnain (1731078)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG 2018/2019
Daftar isi BAB I : PENDAHULUAN BAB II
: PEMBAHASAN A. Pengertian Ekonomi Mikro Islam………………………… B. Sejarah Ekonomi Makro Islam pada Masa Rasulullah…… C. Perbedaan Ekonomi Makro Islam dan Ekonomi Makro Konvensional……………………………………………… D. Tujuan Ekonomi Makro Islam……………………………. E. Peranan Pemerintah………………………………………...
BAB III
: PENUTUP
1 2 3 4 5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada setiap perguruan tinggi di indonesia bahkan didunia, yang didalamnya terdapat program ekonomi, ada dua mata kuliah yang wajib diikuti olev para mahasiswanya, yakni ekonomi mikro dan makro, baik pada jurusan Akuntansi, Pembangunan maupun Manajemen. Dua mata kuliah ini dianggap sebagai mata kuliah dasar untuk memahami ilmu ekonomi secara keseluruhan, dan tanpa menguasai keduanya, seorang pakar ekonomi tidak dianggap menguasai dua mata kuliah keduanya. Menurut pengetahuan umum (pengetahuan dasar) pada fakultas ekonomi, teori mikro ekonomi didefinisikan sebagai teori ekonomi yang menelaah hubungan (prilaku) variable ekonomi individual, atau prilaku dalam ruang lingkup kecil, seperti permintaan suatu barang, produksi suatu barang, konsumsi suatu barang, harga suatu barang dan lain sebagainya. Adapun teori makro ekonomi adala teori yang menelaah hubungan (prilaku) variable-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan) seperti kesempatan kerja,niflasi, Produk Domestic Bruto, pendapatan nasional, permintaan uang, investasi pembayaran, neraca pembayaran dan lain sebagainya. B. Rumusan masalah 1. Apa pengertian dari ekonomi makro islam ? 2. Bagaimana ruang lingkup ekonomi makro islam ? 3. Tujuan ekonomi makro islam ?
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ekonomi Makro Islam Dalam membahas perspektif ekonomi islam, ada satu titik awal yang benar-benar harus diperhatikan, yaitu ekonomi dalam islam itu sesungguhnya bermuara kepada aqidah islam,yang bersumber dari syariatnya. Dan hal ini baru dari satu sisi. Sedangkan dari sisi lain adalah al-qur’an al-karim dan assunnah nabawiyah yang berbahasa arab. Oleh karena itu, berbagai terminology dan substansi ekonomi yang sudah ada, haruslah dibentuk dan disesuaikan terlebih dahulu dalam kerangka islami. Atau dengan kata lain, harus digunakan lata dan
kalimat dalam bingkai
lughawi. Supaya dapat disadari pentingnya titik permasalahan ini. Karena dengan gemblang, tegas dan jelas mampu memberikan pengertian yang benar tentang istilah kebutuhan, keinginan dan kelangkaan (al nudrat) dalam upaya pemecahan problamatika ekonomi islam. Ada beberapa pengertian ekonomi makro islam menurut para ahli ekonomi islam sebagai berikut. 1. M. akram Khan Menurutnya ekonomi makro islam diartikan sebagai ilmu yang bertujuan untuk melakukan kajian kebahagiaan hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya atas dasar bekerja sama dan partisipasi. 2. Muammad Abdul Mannan Ekonomi makro islam adalah ilmu pengetauan social yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.1
1
Nurul Huda.Dkk, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), hlm. 1-2
3. M. umar Capra Menurutnya ekonomi makro islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa memberikan kebebasan individual atau tanpa prilaku makro ekonomi yang berkeseimbangan dan tanpa berkeseimbangan lingkungan. Menurut capra (2002:307), sala satu masala utama dalam keidupan social di masyarakat adalah mengenai cara melakukan pengalokasian dan pendristribusian suber daya yang laksa tanpa harus bertentangan dengan tujuan makro ekonominya. Tanpa ada keseimbangan ini, maka masyarakat mungkin akan menghadapi berbagai masalah. Misalnya, ketika terlalu banyak proporsi sumberdaya yang dialokasikan untuk konsumsi, maka tabunga dan tingkat investasi yang ada mungkin tidak cukup untuk mewujudkan full employment (kesempatan kerja penuh) dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal. Lebih lanjut capra juga menyatakan bahwa pengalokasian sumber daya untuk konsumsi terlalu kecil, dapat menyebabkan kemungkinan terjadi resesi dan pengangguran akibat tdak terpenuhnya permintaan konsumen. Bahkan seandainya pula sumber daya yang dapat dialihkan untuk keperluan konsumsi secara aggregate mampu mencukupi, tetap terbuka kemungkinan bahwa tidak semua kebutuhan pokok individu dalam masyarakat dapat terpenuhi.2 Dari definisi-definisi tersebut dapat dikemukakan
pernyataan apakah
ilmu ekonomi makro islam bersifat positif dan normatif ? Menurut Capra
2
Capra Umer, Sistem Moneter Islam, diterjemakan oleh Irwan Abidin, (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia, 2000), hlm. 307
ekonomi makro islam terjebak oleh pendekatan positif dan normatif . karena sesungguhnya pendekatan itu saling melengkapi bukan saling menafikan.3 Sedangkan mannan mengatakan bahwa, ilmu ekonomi makro islam adalah ilmu yang mementingkan positivisme dan sama sekali tidak mengacu pada pendekatan normative atau sebaliknya, tentu sangat disayangkan. B. Sejarah Ekonomi Makro Islam pada Masa Rasulullah Perkembangan ekonomi Islam menjadi suatu yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sejarah Islam. Pemikiran Islam diawali sejak Nabi Muhammad SAW dipilih sebagai Rasul. Rasulullah saw mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum, politik, dan juga masalah perniagaan atau ekonomi. Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian utama Rasulullah saw, karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Adapun perkembangan pemikiran pada masa-masa tersebut adalah sebagai berikut. 1. Kebijakan Fiskal pada Masa Rasulullah SAW Pada zaman Rasulullah saw pemikiran dan mekanisme kehidupan politik di negara Islam bersumber dan berpijak pada nilai-nilai akidah. Lahirnya kebijakan fiskal merupakan bagian dari instrumen ekonomi publik. Untuk itu faktor-faktor seperti sosial, budaya dan politik termasuk di dalamnya. Tantangan Rasulullah saw
sangat besar dimana beliau dihadapkan pada
kehidupan yang tidak menentu baik dari kelompok internal maupun eksternal, dalam kelompok internal Rasulullah saw harus menyelesaikan masalah bagaimana menyatukan kaum ansar dan kaum muhajirin paska hijrah dari Mekkah ke Madinah. Sementara dalam kelompok eksternal yaitu bagaimana Rasul bisa mengimbangi rongrongan dari kaum kafir quraisy. Kan tetapi 3
Muhammad Syahbudi, Ekonomi Makro Perspektif Islam,(Medan: UIN Sumatera Utara 2018), hlm. 10
Rasulullah saw dapat mengatasi semua permasalahannya berkat pertolongan Allah swt. di dalam sejarah Islam keuangan publik berkembang bersamaan dengan pengembangan masyarakat muslim dan pembentukan warga negara Islam oleh Rasulullah saw paska hijrah. 2. Unsur-Unsur Kebijakan Fiskal Pada Masa Pemerintahan Rasulullah SAW Melihat kondisi yang tidak metu seperti ini, maka Rasullah saw melakukan upaya upaya yang dikenal dengan kebijakan fiskal. Beliau sebagai pemimpin
Madinah
yaitu
dengan
melakukan
unsur-unsur
ekonomi.
Diantaranya adalah sebagai berikut. a. Sistem Ekonomi Sistem ekonomi yang diterapkan Rasulullah saw berakar dari prinsip-prinsip qur’ani. Prinsip Islam yang paling mendasar yaitu kekuasaan tertinggi hanya milik Allah semata dan setiap manusia diciptakan sebagai khalifahnya di muka bumi. Dan ada beberapa prinsip-prinsip yang pokok tentang kebijakan ekonomi Islam yang dijelaskan Al-Qur’an sebagai berikut: 1.) Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah swt. 2.) Manusia hanyalah khalifah Allah swt di mukabumi 3.) Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah atas rahmat Allah swt, oleh karena itu, manusia yang kurang beruntung mempunyai hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki saudaranya. 4.) Kekayaan harus diputar dan tidak boleh ditimbun. 5.) Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba harus dihilangkan. 6.) Menetapkan sistem warisan sebagai media redistribusi kekayaan yang dapat melegimitasi berbagai konflik individu. 7.) Menghilangkan jurang pemisah antara golongan miskin dan kaya.
b. Keuangan dan Pajak Pada tahun awal sejak dideklarasi sebagai Negara, Madinah hampir tidak memiliki sumber pendapatan ataupun pengeluaran negara. Seluruh tugas negara dilakukan secara gotong royong dan sukarela. Rasulullah saw sendiri adalah seorang kepala negara yang juga merangkap sebagai ketua mahkamah agung, mufti besar, panglima perang tertinggi, serta penanggung jawab administrasi Negara. Ia tidak memperoleh gaji dari negara maupun masyarakat, kecuali hadiah-hadiah kecil pada umumnya berupa bahan makanan. Dan pada masa itu juga belum ada tentara dalam bentuk formal maupun tetap. Setiap muslim yang memiliki fisik yang yang kuat dan mampu berperang bisa menjadi tentara. Mereka tidak memperoleh gaji tetap tapi diperbolehkan mendapat harta dari hasil rampasan perang, seperti senjata, kuda, unta dan barang-barang bergerak lainnya.4
C. Perbedaan Ekonomi Makro Islam dan Ekonomi Makro Konvensional Dalam menentukan perbedaan antara ekonomi makro Islam dengan makro konvensional, kita dapat mengelompokkan pelaku ekonomi kedalam lima kelompok besar, yakni: rumah tangga, produsen, pemerintah, lembagalembaga keuangan, dan negara-negara lain. Berikut penjelasannya.
1) Kegiatan Kelompok Rumah Tangga Dalam konteks non syariah atau konvensional, para pelaku ekonomi dari kelompok ini biasanya mereka menerima upah dari atasannya dan tanpa memperhatikan pekerjaan itu halal atau haram. Mereka juga menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga atas
4
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2010), hlm.74-75
simpanan-simpanan mereka. Mereka menggunakan atau membelanjakan uang tadi di pasar barang/jasa tanpa mementingkan halal dan haramnya barang/jasa tersebut. Menyisihkan sedikit dari penghasilan mereka untuk ditabung di lembaga-lembaga keuangan dengan tujuan mendapatkan bunga. Sedangkan
dalam
konteks
syari’ah,
para
pelakunya
sangat
memperhatikan kehalalan upah/gaji yang mereka terima. Dalam sistem ekonomi syariah, mereka mendapatkan bagi hasil. Mereka embelanjakan uangnya kepada barang/jasa yang terikat dengan kehalalan suatu barang/jasa. Mereka juga menyisihkan uang mereka, tetapi untuk zakat, infak, dan sedekah. 2) Kegiatan Kelompok Perusahaan Dalam konteks konvensional, mereka memproduksi barang tanpa memperhatikan halal haramnya suatu barang. Meminta kredit dari lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka. Dalam ekonomi makro konvensional perusahaan hanya dikenakan pajak saja. Dalam konteks syari’ah, mereka memproduksi suatu barang yangmana barang tersebut haruslah halal. Dalam ekonomi Islam bukan kredit yang digunakan, tetapi berupa pembiayaan yang sesuai syariah yaitu mudharabah dan musyarakah. Perusahaan tidak hanya dikenakan pajak semata, tetapi juga dikenai pembayaran zakat perusahaan. 3) Kegiatan Kelompok Pemerintah Dalam konteks konvensional, membelanjakan penerimaan negara kepada hal-hal yang negara butuhkan tanpa adanya ketetapan barang tersebut harus halal. Meminjam uang dari luar negeri dan tidak memperhatikan riba atau tidaknya pinjaman tersebut. Dalam ekonomi Islam, membelanjakan penerimaan negara kepada hal-hal yang haruslah halal. Pinjaman adalah pembiayaan yang sesuai dengan syari’ah dan bebas riba.
4) Kegiatan Kelompok Negara-Negara Lain Dalam konteks konvensional, mereka melakukan impor terhadap suatu barang tanpa memperhatikan halal haram barang tadi. Menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri. Melakukan sistem jual beli forex. Dalam konteks syari’ah, mereka juga melakukan impor terhadap suatu barang, tetapi barang tersebut haruslah halal. Dalam ekonomi Islam berupa pembiayaan secara syariah dan bebas dari riba. Sistem jual beli forex yang dilakukan haruslah sesuai dengan syariah, dan haruslah bebas rida serta gharar. 5) Kegiatan Kelompok Lembaga Keuangan Dalam konteks konvensional, mereka menerima simpanan/deposito dari rumah tangga dengan sistem bunga. Menyediakan kredit dan uang giral. Sedangkan simpanan/deposito
dalam
konteks
tanpa
syari’ah,
memberlakukan
mereka sistem
menerima
bunga,
tetapi
menggunakan sistem bagi hasil. Kredit dalam ekonomi Islam artinya pembiayaan yang sesuai dengan syari’ah dan bebas dari riba. D. Tujuan Ekonomi Makro Islam Tujuan ekonomi syariah adalah untuk memberikan keselarasan bagi keidupan didunia, nilai-nilai yang terkandung didalamnya bukan semata-mata untuk segolongan manusia, melainkan untuk seluruh makluk hidup yang ada di bumi. Sasaran utama ekonomi islam syariah adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai islam. Bahkan ekonomi syariah menjadi rahmat seluruh alam, karena sifatnya yang tak terbatas. Adapun menurut Nik Mustafa (1992: 23-24), islam berorientasi pada tujuan (Goal Oriented). Prinsip-prinsip yang mengarahkan pengorganisasian kegiatan-kegiatan ekonomi pada tingkat individu dan kolektif bertujuan untuk
mencapai tujuan-tujuan menyeluruh dalam tata social islam. Secara islam tujuan-tujuan itu dapat digolongkan sebagai berikut. Menyediakan dan menciptakan peluang-peluang yang sama dan luas bagi semua orang untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Peserta serta individu dalam kegiatan ekonomi merupakan tanggung jawab keagamaan. Individu juga diharuskan menyediakan dan menopang setidaknya kehidupan sendiri dan orang-orang yang bergantung padanya. Memberantas kemiskinan absolute dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar bagi semua individu masyarakat. Kemiskinan bukan hanya merupakan penyakit ekonomi, tetapi juga mempengaruhi spiritualisme individu. Islam menomor satukan pemberantasan kemiskinan. Pendekatan ini memerangi kemiskinan ialah dengan merangsang dan membantu setiap orang untuk berpatisipasi aktif dalam setiap kegiatan-kegiatan ekonomi. Mempertahankan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan, dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Islam memandang posisi ekonomi manusia tidak statis. Dengan ungkapan yang sangat jelas, Allah telah menjamin bahwa seluruh makluk diciptakan untuk dimanfaatkan oleh manusia. Gagasan tentang peningkatan kesejahteraan ekonomi manusia rupanya sebuah proporsi religious. Karena terdapat sintesis antara aspek-aspek material dan spiritual dalam skema islam mengenai kegiatan manusia. Kemajuan ekonomi yang diciptakan islam juga memberi sumbangan bagi spiritual manusia. Stabilitas ekonomi dalam menunjukan pada pencapaian stabilitas arga dan tiadanya pengangguran. Kedua tujuan ini berbeda dalam wilayah keadilan ekonomi. E. Peranan Pemerintah Berbeda dengan ekonomi mikro, dalam ekonomi makro pembahasan peranan pemerintah dalam perekonomian mempunyai porsi yang relative lebih
besar.
Kajian
teradap
seberapa
besar
peranan
pemerintah
dimanifestasikan dalam pembahasan kebijakan moneter dan kebijakan fiscal.
Kebijakan moneter adalah kebijakan mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang lebih baik dengan cara mengubah-ubah jumlah penerimaan uang beredar. Sedangkan kebijakan fiscal adalah kebijakan mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang lebih baik (diinginkan) dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dalam konteks perekonomian global, kajian tentang peranan pemerintah dimanifestasikan dalam analisis kebijakan moneter dan fiscal dalam perekonomian yang terbuka (open economy), yaitu ekonomi yang melakukan transaksi ekonomi dengan perekonomian lain (dunia).5
5
hlm. 6-7.
Rahardja Prathama, Teori Ekonomi Makro, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas, 2005),
BAB III PENUTUP Kesimpulan Dari pembahasan materi “Ekonomi Makro Islam” diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis-analisis dalam teori makro ekonomi lebih global atau lebih menyeluruh sifatnya pada seluruh kegiatan dan perubahan kegiatan ekonomi. Maka ekonomi makro merupakan penyederhanaan realitas ekonomi yang begitu kompleks, karena masalah yang dibahas ekonomi makro jauh lebih luas dan kompleks dibanding dengan ekonomi mikro, maka modelmodel ekonomi makro biasanya lebih kompleks dan bervariasi dibanding dengan model-model ekonomi mikro. Jadi disimpulkan juga bahwasannyan yang dimaksud dengan system makro ekonomi islam adalah suatu system atau ilmu yang mempelajari tentang kegiatan ekonomi yang sejalan dengan ekonomi islam.
DAFTAR PUSTAKA Amalia Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Depok: Gramata Publishing, 2010 Azwar Karim Adiwarman, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014 Karim Adiwarman, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007 Prathama Rahardja, Teori Ekonomi Makro, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas, 2005 Syahbudi Muhammad, Ekonomi Makro Perspektif Islam, Medan: UIN Sumatera Utara, 2018 Umer Capra, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Cendekia, 2000