LINGUISTIK :FONOLOGI DAN MORFOLOGI PENGERTIAN BAHASA Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disusun berdasarkan kesepakatan bersama yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam rangka menjalankan interaksi sosial. Interaksi yang dapat terjadi dapat menggunakan : Ä bunyi → verbal Ä tulis → lambing terhadap bunyi Beberapa dasar tentang berbahasa : Bebicara → bunyi Mendengarkan → menyimak Menulis → lambing Membaca → memahami lambing Linguistik : Ilmu yang mempelajari tentag bahasa Linguistik dapat dibagi menjadi beberapa cabang : Fonologi Morfologi Etimologi Semantik Sintaksis FONOLOGI Fonologi berasal dari kata fona/fonem/bunyi. (fona = bahasa) Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tenatng bunyi-bunyi bahasa. Dalam fonologi, secara umum dibicarakan : o Fonetik, mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsinya, yaitu bagaimana bunyi ujaran dan alat ucap menusia menghasilkan bunyi bahasa tersebut. o Fonemik, ilmu yang mempelajari bunyi ujaran yang berfungsi membedakan arti. Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat artikulator. Artikulator : o Paru-paru o Tenggorokan o Rongga mulut o Hidu Titik Artikulator : o Bibir o Lidah 1
o Langit-langir o Gigi o Pita suara Bunyi Vokal : bunyi yang tidak mengalami hambatan di daerah artikulator. o Disebut huruf hidup karena dapat berdiri sendiri dan dapat mengihupkan konsonan. o Terdiri dari : a, i, u, e,o. o Diftong → au, ai, oi o Klasifikasi vokal : Berdasarkan bentuk bibir · Vokal bulat → a, o, u · Vokal lonjong → i, e Berdasarkan tinggi rendah lidah · Tinggi → i · Tengah → e · Bawah → a Berdasarkan maju mundurnya lidah · Depan → i, a · Tengah → e · Belakang → o Bunyi Konsonan : bunyi yang mengalami hambatan dalam pengucapan. o Pembentukan konsonan § Bilabial : pembentukan konsonan oleh 2 bibir. (b, p, m) § Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung lidah dan gigi (t, d, h) § Labiodental : pembentukan konsonan oleh gigi dan bibir (f, v) § Palatal : lidah – langit-langit keras (c, j) § Velar : belakang lidah – langit-langit lembut (k,g) § Hamzah (glottal stop) : posisi pita suara tertutup sama sekali. § Laringal : pita suara terbuka lebar, udara keluar melalui geseran. o Pembentukan konsonan : § B → bilabial § C → palatal § D → apikodental § F → labiodental § G → glotis § H → hamsa (pita suara bergetar) § J → palatal § K → glotis § L → laringal § M → bilabial § N → apikodental § P → bilabial 2
§ § § § § § § § §
Q → glotis R → tril S → desis T → apikodental V → labiodental W → labiodental X → glotis Y → langit-langit lunak + lidah Z → desis
MORFOLOGI Berasal dari kata morf dan logos. Morfologi adalah cabang ilmu bahasa ang mempelajari pembentukan kata yang meliputi penggabungan morfem, pengulangan, dan penyerapan bahasa asing. Pembagian Morfem : o Morfem Terikat (Afiks) § Prefiks (awalan) § Infiks (sisipan) § Sufiks (akhiran) § Konfiks § Simulfiks o Morfem Bebas (kata) Jenis kata berdasar tata bahasa : o Tata Bahasa Tradisional (10 Jenis kata) § Kata Benda § Kata Kerja § Kata Keadaan § Kata Keterangan § Kata Ganti § Kata Bilangan § Kata Sambung § Kata Depan § Kata Sandang § Kata Seru o Tata Bahasa Struktural (Keraf Gorys) (4 jenis kata) § Kata Benda § Kata Kerja § Kata Sifat § Kata Tugas Pembentukan Kata Jadian 3
o Mengalami perubahan (Morfofonemis) § Misalnya :me + cari → mencari me + contek → mencontek § Variasi morfem karena pengaruh lingkungan kata yang dimasuki huruf awalnya berbeda-beda : ALOMORF. o Tidak mengalami perubahan (Morfologis) § Misalnya : pe + lari → pelari pe + lompat → pelompat AFIKSASI Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut sebagai morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat berdiri sendiri. Kata dasar dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dll. Penggabungan morfem bebas dan morfem terikat akan membentuk kata jadian. Berikut ini akan dibahas mengenai afiksasi. Afiksasi dibedakan menjadi beberapa kelompok: 1.) PREFIKS (Awalan) 2.) INFIKS (Sisipan) 3.) SUFIKS (Akhiran) 4.) KONFIKS (Penggabungan antara Prefiks dan Sufiks) 5.) SIMULFIKS (Imbuhan gabung) A. PREFIKS 1. Awalan BerSifat: - Semua imbuhan Ber- + (kata benda, kata sifat, kata kerja, kata bilangan, kata keterangan) akan membentuk kata kerja. - Mengalami morfofonemis menjadi be- pada kata yang dimulai dengan konsonan “r”, cth: beracun, dan kata yang suku pertamanya mengandung bunyi [-er], cth: bekerja, beternak. - Mengalami morfofonemis menjadi bel- pada kata dasar ajar menjadi belajar. - Memiliki fungsi sebagai pembentuk kata kerja intransitif. - Bila dipasangkan dengan kata benda umum akan membentuk makna “mempunyai atau memakai”, cth: berdasi, bersepatu. - Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan alat angkutan atau kendaraan akan membentuk makna “naik”, cth: bersepeda, berkuda. - Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan suatu kejadian akan membentuk makna “mengeluarkan atau menghasilkan”, cth: berkarya, bertelur. - Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan zat akan membentuk 4
makna “berisi atau mengandung”, cth: berair. - Bila dipasangkan dengan kata ganti akan membentuk makna “memiliki atau mempunyai”, cth: beradik, berkakak. - Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “merasakan atau mengalami”, cth: bergembira, berduka cita. - Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama akan membentuk makna “kelompok atau himpunan yang terdiri dari yang disebut pada kata dasarnya”, cth: berdua, berlima. 2. Awalan MeSifat: - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan mengalami morfofonemis menjadi meng-, cth: menghilang. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal l, m, n, r, ng, ny, w, dan y akan mengalami morfologis, cth: melawan. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal d, t, c, dan j akan mengalami morfofonemis menjadi men-, cth: mendobrak. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal p, b, dan f akan mengalami morfofonemis menjadi mem-, cth: membanting. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal s, sy akan mengalami morfofonemis menjadi meny-, cth: menyapu. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami morfofonemis menjadi menge-, cth: mengebom. - Jadi, prefiks me- mempunyai beberapa variasi bentuk, yaitu men-, mem-, meny-, meng-, menge-, dan yang tidak mengalami morfofonemis me-. - Prefiks me- jika dipasangkan dengan kata dasar berbentuk apapun akan membentuk kata kerja. 3. Awalan PeSifat: - Membentuk kata benda. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem l, m, n, r, ng, ny, dan w akan mengalami morfologis, cth: pemain. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem d, t, c, dan j akan mengalami morfofonemis menjadi pen-, cth: pendatang. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem p, b, dan f akan mengalami morfofonemis menjadi pem-, cth: pembela. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem s akan mengalami morfofonemis menjadi peny-, cth: penyapu. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami morfofonemis menjadi penge-, cth: pengebom. - Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan mengalami morfofonemis menjadi peng-, cth: pengasuh. - Bila kata dasar yang melekat merupakan kata sifat, maka maknanya: alat untuk … 5
(pembersih), yang memiliki sifat … (pemarah), Yang menyebabkan … (pembersih), yang bersifat … (pemuda) - Bila kata dasar yang melekat merupakan kata benda, maka maknanya: pekerjaan seseorang (petani), alat untuk … (penggaris, penghapus), yang membuat jadi… (perusak). - Bila kata dasar yang melekat merupakan kata kerha, maka akan memiliki makna yang melakukan… (pemain, pekerja). 4. Awalan PerSifat: - Memiliki 3 macam bentuk, Per-, Pe-, dan Pel-. - Membentuk kata kerja perintah, cth: Percepat! - Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “Menjadikan lebih …”, cth: pertegas, perkeras. - Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “ Jadikan atau anggap sebagai”, cth: perbudak. - Bila dipasangkan dengan kata bilangan akan membentuk makna “Menjadi atau Bagi”, cth: perlima (Bagi lima). 5. Awalan DiSifat: - Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif. - Awalan di- jika dipasangkan dengan kata kerja, akan berarti melakukan pekerjaan pasif. - Awalan di- jika dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna: dikerjakan dengan, dibubuhi/diberi, dibuat menjadi. - Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang diimbuhinya. 6. Awalan TerSifat: - Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “ tiba-tiba, tak disengaja, dapat di-, sudah di-, yang di-.” - Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “ paling…”, cth: terpandai. - Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “dikenai atau sampai /kena”. - Fungsi awalan Ter- antara lain, membentuk kata kerja pasif (terhukum), Membentuk kata kerja aktif (tersenyum), Membentuk kata keadaan (terbaru), Membentuk kata benda (tersangka). 7. Awalan KeSifat: - Awalan Ke- tidak mempunyai variasi bentuk atau morfofonemis 6
- Fungsi awalan ke- antara lain: membentuk kata bilangan yang menyatakan tingkat dan kumpulan, membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak disengaja, membentuk kata benda dengan arti “orang atau sesuatu yang di…” - Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama yang letaknya sesudah kata benda akan membentuk makna: tingkat (cth: Ia duduk di kursi kedua), himpunan atau kumpulan (cth: kedua orang itu teman saya). - Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan bermakna “kena atau tidak sengaja”, cth: ketipu, ketabrak. - Bila dipasangkan dengan kata tua, kasih, dan kehendak akan menghasilkan makna “orang atau sesuatu yang di…”. 8. Awalan SeSifat: - Fungsi awalan se- adalah: membentuk kesatuan (serumah), membentuk perbandingan (secantik), membentuk kata penghubung (sebelum, sesudah). - Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata benda, maka maknanya: satu… (sebuah, sepotong), seluruh… (sekampung), seperti…(semacam). - Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya: sama… (secantik), sampai… (sekenyang), sebatas… (sekuat). - Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya adalah segera setelah…, cth: sepulang, sesampai. - Bila dipasangkan dengan kata dasar berawalan huruf apapun akan mengalami morfologis tetap menjadi se-. B. SUFIKS 1. Akhiran –kan Sifat: - Memiliki fungsi: membentuk kata imperative (berikan, terangkan), membentuk kata kerja transitif (bungkukkan, acungkan). - Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “melakukan perbuatan…”, cth: ambilkan. - Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat jadi…”, cth: damaikan. - Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “memasukkan ke…”, cth: gudangkan. - Sufiks –kan searti dengan kata “pada, dengan, atas”, cth: berasaskan kesetiakawanan = berasas pada kesetiakawanan. 2. Akhiran –an Sifat: - Akhiran –an memiliki fungsi membentuk kata benda, cth: makanan. - Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna: tempat (kubangan), hasil pekerjaan (karangan), yang di- (minuman), alat untuk me- (timbangan), cara me- (tendangan), dalam keadaan… (tiduran). 7
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan dan kata sifat akan membentuk makna: yang bersifat (asinan), banyak bilangan (ribuan). - Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna: banyak/ kumpulan (rambutan), tiap-tiap (bulanan, tahunan), serupa/seperti (orang-orangan), mengucapkan/memainkan (musikan, gitaran). 3. Akhiran –i Sifat: - Fungsi akhiran –i adalah membentuk kata kerja imperative (duduki, terangi) dan membentuk kata kerja transitif yang berarti membuat jadi (tulisi). - Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya adalah memberi/membubuhi (garami, gulai), menghilangkan (kuliti), menjadi… (ketuai). - Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat, maka maknanya: membuat jadi (yakini, awali). C. INFIKS Infiks –el-, -em-, -erSifat: Infiks memiliki makna : - Menyatakan identitas- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: gegargelegar, gulung-gemulung. - Menyatakan banyak- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja atau beberapa kata benda, cth: getar-geletar, laki-lelaki, jari-jemari. - Berulang-ulang-bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: getar-gemetar. - Menyatakan benda-bila dilekatkan pada beberapa kata benda, cth: gaji-gergaji, suling-seruling. D. KONFIKS 1. Ber-kan Sifat: - Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang dilengkapi dengan sebuah pelengkap. - Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna “menjadikan yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya”, cth: bersenjatakan, berdasarkan. - Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi. 2. Ber-an Sifat: - Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif. - Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk makna “banyak serta tidak teratur” (berlarian, beterbangan). 8
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang menyatakan letak atau jarak, maka akan membentuk makna “saling atau berbalasan” (berpotongan, bersebelahan). - Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.
3. Per-kan Sifat: - Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu akan membentuk makna “jadikan bahan…” (pertunjukan). - Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna “jadikan supaya…” (perkenalkan). - Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi. 4. Per-an Sifat: - Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an. - Berfungsi membentuk kata benda. - Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna “melakukan hal” (pergerakan). - Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna “masalah tentang…” (perekonomian, perhotelan). - Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tempat ….” (peristirahatan, persembunyian). - Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan membentuk makna “daerah, wilayah, atau kawasan…” (pegunugnan, pedalaman). 5. Per-i Sifat: - Berfungsi membentuk kata kerja. - Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna “lakukan supaya jadi…” (pebaiki) - Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “lakukan yang disebutkan pada kata dasarnya” (Persetujui). - Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi. 6. Pe-an Sifat: - Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an. - Berfungsi untuk membentuk kata benda. 9
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran”). - Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna “proses” (Pembayaran, penulisan). - Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna “tempat…” (pemakaman, pelelangan). - Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan mendapatkan makna “alat”, (penggorengan, penglihatan). 7. Di-kan Sifat: - Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan me-kan. - Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang kata kerjanya. - Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan gabung di-kan akan mengalami morfologi. 8. Di-i Sifat: - Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif yang berimbuhan me-i. - Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya. - Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung di-I akan mengalami morfologi. 9. Me-kan Sifat: - Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif. - Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang menyatakan keadaan, maka maknanya “menyebabkan jadi” (membingungkan). - Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang mebentuk kata jadian, maka maknanya “menyebabkan jadi…” (menyeragamkan). - Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk gabungan kata, maka maknanya adalah “membuat jadi” (menghancurleburkan). - Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna “melakukan sesuatu untuk orang lain” (membukakan, membelikan). 10. Me-i Sifat: - fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif. - Me-I + kata sifat manghasilkan makna “membuat jadi” (menerangi). - Me-I + kata benda menghasilkan makna “meberi atau membubuhi” (menggarami, 10
menggulai) - Me-I + kata kerja menghasilkan makna “melakukan sesuatu” (menanami) - Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna “melakukan berulang-ulang” (menembaki, memukuli). - Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna “merasakan sesuatu pada” (menyukai, menyenangi). 11. Ter-kan Sifat: - Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja. - Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “dapat dilakukan” (terselesaikan). - Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tidak sengaja dilakukan” (tertanamkan). - Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ter-kan akan mengalami morfologi. 12. Ter-i Sifat: - Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja. - Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna “dapat dilakukan”, (terseberangi). - Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk makna “tidak sengaja terjadi” (terlempari). - Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ter-i akan mengalami morfologi. 13. Ke-an Sifat: - Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda. - Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata gabung akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (kedatangan, kenaikan, keterlambatan) - Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan membentuk makna “tempat atau wilayah” (kedutaan, kelurahan). - Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna “sedikit bersifat atau keadaan” (kehijauan, kepucatan). - Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan membentuk makna “mengalami atau tidak sengaja” (kebanjiran, kedinginan). - Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna “terlalu” (kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna “terlalu” disarankan tidak menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan kata keterangan terlalu, sehingga, dll. - Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna “hal atau 11
masalah” (kehutanan, kepariwisataan). - Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Ke-an akan mengalami morfologi. E. SIMULFIKS 1. Memper-kan Sifat: - Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif. - Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “menjadikan sebagai bahan” (memperdebatkan). - Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan akan membentuk makna “menjadikan supaya” (mempersiapkan). - Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Memper-kan akan mengalami morfologi. 2. Memper-i Sifat: - Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif. - Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat supaya obyeknya menjadi atau menjadi lebih” (memperbaiki). - Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “melakukan yang disebut pada kata dasarnya” (memperturuti). - Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Memper-i akan mengalami morfologi. 3. Diper-kan Sifat: - Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan gabung Memper-kan. - Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya dengan makna “dibuat jadi…”. - Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Diper-kan akan mengalami morfologi. 4. Diper-i Sifat: - Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan gabung Memper-i. - Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak sesudah kata kerjanya. - Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan gabung Diper-i akan mengalami morfologi. JENIS KATA 12
Kata adalah kumpulan bunyi ujaran yang mengandung sebuah arti yang jelas. Atau, kata adalah susunan dari huruf-huruf abjad yang mempunyai arti tertentu. Dengan demikian,m apabila ada kumpulan bunyi ujaran atau kumpulan beberapa huruf abjad namun tidak mengandung arti yang jelas, maka itu tidak dinamakan kata. Jenis kata Menurut jenisnya, dalam bahasa Indonesia kata dapat dibedakan menjadi sepuluh jenis, yaitu : Kata Benda Kata Kerja Kata Sifat Kata Ganti Kata Keterangan Kata Bilangan Kata Sambung Kata Depan Kata Sandang Kata Seru Kata Tanya Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan antara kesepuluh jenis kata tersebut, dibawah ini akan diuraikan penjelasannya masing-masing sebagai berikut : 1. Kata Benda Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut wujudnya, kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Kata benda konkrit Ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan dengan jelas and dapat ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya b. Kata benda abstrak Ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya Selain dua jenis kata benda diatas, ada satu lagi jenis kata benda, yaitu kata yang dibendakan. Kata yang dibendakan adalah kata yang sebenarnya tidak terdiri dari kata benda asli namun dianggap sebagai kata benda sebab mendapatkan imbuhan. Contoh : keberanian, kekuatan, penyanyi, dan sebagainya. Kata keberanian asalnya dari kata sifat, yaitu berani. Namun karena mendapatkan imbuhan ke-an, maka kata sifat ini dianggap sebagai kata benda atau disebut sebagai kata yang dibendakan. 13
Begitu pula dengan kata penyanyi yang aslanya kata kerja, yaitu nyanyi. Berhubung kata ini mendapatkan imbuhan pe-, maka kata tersebut berubah menjadi kata yang dibendakan. Ciri-ciri kata benda : 1) Kata tersebut terebntuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an dan – nya. 2) Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang + kata sifat. 2. Kata Kerja Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga disebut verba. Kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Kata kerja transitif Adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh : membeli, menabrak, menangkap, dan sebagainya. b. Kata kerja intransitif Adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung oleh objek. Contoh : menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya. Dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibedakan dalam tujuh bentuk, yaitu : 1) Kata kerja transitif tak berimbuhan, contoh : makan nasi, minum susu, dsb 2) Kata kerja transitif berimbuhan a. Kata kerja transitif berawalan me : · Menabrak pohon · Memukul anjing · Menelan obat b. Kata kerja transitif berimbuhan me-kan : · Mengikatkan tali · Melepaskan sandal · Memutuskan ikatan c. Kata kerja transitif berimbuhan memper-kan : · Mempertahankan prestasi · Memperjuangkan hidup · Mempermainkan bola d. Kata kerja transitif berimbuhan me-i : · Menyeberangi jalan · Mengendarai sepeda · Mengawasi ujian 14
e. Kata kerja transitif berimbuhan memper-i : · Memperbarui lukisan · Memperbaiki sepeda · Memperingati hari kemerdekaan f. Kata kerja transitif berimbuhan memper- : · Memperburuk suasana · Memperdalam ilmu · Memperjelas masalah Sedangkan kata kerja intransitif dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu : 1) Kata kerja intransitive berimbuhan · Saya duduk-duduk · Ibu berjalan-jalan · Adik menangis 2) Kata kerja intransitive yang terbentuk dari kata kerja yang aus (tidak berimbuhan) · Adik lari · Kakak pulang · Ibu pergi Ciri-ciri kata kerja : 1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an, memper-kan, diper-kan, dan memper-i. 2) Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera. 3) Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat. Contoh : menghitung dengan teliti, lari dengan cepat, dan sebagainya. 3. Kata Sifat Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut bentuknya, kata sifat dibedakan menjadi : a. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan sebagainya. b. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil, terbaru, dan sebagainya. c. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan, pontangpanting, gelap-gulita dan sebagainya. d. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif, super, dan sebagainya. e. Kata sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah hati, keras kepala, kepala batu, dan sebagainya 15
Ciri-ciri kata sifat : 1) Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling. 2) Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak, paling, sangat, cukup. 3) Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata) + nya. Contoh : secantik-cantiknya, setinggi-tingginya, dan sebagainya 4. Kata Ganti Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi : a. Kata ganti orang Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi : 1) Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya 2) Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita. 3) Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya. 4) Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian 5) Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau 6) Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka b. Kata ganti kepunyaan Ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya. c. Kata ganti petunjuk Ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda. Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya. d. Kata ganti penghubung Ialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat, waktu. Contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya. Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur. Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali. e. Kata ganti Tanya Ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa. f. Kata ganti Tak Tentu Ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan benda 16
atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-masing, seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya. 5. Kata Keterangan Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan keterangan terhadap selain kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan adalah semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata bilangan atau seluruh kalimat. Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu : a. Kata keterangan tempat Ialah semua kata yang menjelaskan suatu tempat lokasi, misalnya : disini, disitu, di rumah, dan sebagainya. b. Kata keterangan waktu Ialah semua kata yang menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang teretntu, misalnya : sekarang, nanti, minggu depan, dan sebagainya. c. Kata keterangan alat Ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu berlangsung. Contoh : dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi buta, dan sebagainya d. Kata keterangan syarat Ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya, bila, dan sebagainya. e. Kata keterangan sebab Ialah kata yang memberi keterangan mengapa sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena itu, dan sebagainya.
6. Kata Bilangan Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu : a. Kata bilangan utama Ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka. Contoh : satu, seratus, seribu, dan sebagainya b. Kata bilangan bertingkat Ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya 17
c. Kata bilangan tak tentu Ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan sebagainya. d. Kata bilangan bilangan Ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan objeknya, yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya. Pemakaian Kata Bantu Bilangan Dalam Bahasa Indonesia kata Bantu bilangan ini mempunyai pasangan kata tersendiri yang tidak bisa ditukar dengan kata yang lain. Untuk lebih jelasnya, lihatlah daftar kata Bantu bilangan berikut ini. Kata Bantu bilangan Pasangan kata Sebatang Pohon, kayu Sebilah Pisau, keris Seberkas Cahaya Sebentuk Cincin Sebuah Mangga, jeruk Sebidang Tanah Sebongkah Emas Sebonggol Bawang Sebutir Telur Sebulir Padi Secangkir Kopi, susu, teh Secarik Kertas Secocok Sate Secawan Mangkok Seekor 18
Kuda, kambing, sapi Segagang Sirih Segenggam Pasir Segumpal Darah Segulung Ombak Segayung Jagung Segantang Beras Sehelai Rambut, benang Seikat Sayur Sejengkal Tanah Sekaki Paung Sekapur Sirih Sekeping Logam Sekerat Tebu Sekalindan Benang Sekodi Jarit, sarung Semata Wayang, jarum Serorang Anak, manusia Sepasang Kekasih, pengantin Sepatah Kata Sepotong Bambu Sepucuk Surat, senjata Serawan 19
Gelang Serajut Jala Seruas Tebu Serumpun Bamboo Sesayat Daging Sesisir Pisang Sesuap Nasi Setangkai Bunga, daun, dahan Seteguk Air Setandan Pisang Setukal Benang Seulas Limau Seuntai kalung Seutas Tali
7. Kata Sambung Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraph dengan paragraph yang lain. Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu : a. Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta b. Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi, melainkan, tidak hanya, dan sebagainya. c. Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah, sehabis, dan sebagainya. d. Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya e. Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan sebagainya 20
f. Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan sebagainya. g. Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan sebagainya h. Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun i. Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak, dan sebagainya j. Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan sebagainya k. Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa l. Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya m. Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon, dan sebagainya 8. Kata Depan Kata depan adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu dengan kata/kelompok kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan jenis hubungannya. Pada umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata benda atau kata yang dibendakan dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan kata depan adalah harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya. Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Di, ke, dari Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung. 2. Pada Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan pada untuk menggantikan kata depan di atau kata depan yang lain, contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya. 3. Dengan Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara. Contoh : saya berjalan dengan cepat. 4. Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada Kata depan ini digunakan sebagai pengantar objek tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang pelajaran. 9. Kata Sandang Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi, yaitu menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang Pencipta alam. 10. Kata Seru Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu 21
seruan yang terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru yang biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh, amboi, aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh : · Hai, datanglah kemari! · Pergilah ke sekolah! 11. Kata Tanya Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-macam kata tanya : a. Apa Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau lakukan ? b. Siapa Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa namamu ? c. Kapan Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ? d. Berapa Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ? e. Dimana Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ? f. Bagaimana Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar nenekmu ? g. Mengapa Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu bolos kemarin ? PEMBENTUKAN KATA Pembentukan kata dapat melalui proses : 1. Afiksasi (sudah dibahas bada bagian sebelumnya) 2. Pengulangan / reduplikasi : § Kata ulang utuh : perulangan seluruh kata dasar. Bentuk ini juga disebut dwilingga. Contoh : ibu-ibu, kuda-kuda § Kata ulang sebagian / dwipurwa : Bentuk perulangan suku pertama kata dasarnya. Contoh : lelaki, pepohonan, sesame. § Kata ulang berimbuhan : Bentuk perulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan, akhiran atau gabungan awalan dan akhiran sebelum atau sesudah kata asarnya diulang. Contoh : berlari-lari, kekanak-kanakan § Kata ulang berubah bunyi : Bentuk perulangan baik vokal maupun konsonan. Contoh : lauk-pauk, serta-merta 22
§ Kata ulang semu : Bukan kata ulang Contoh : kura-kura, kupu-kupu Makna kata ulang : Ä Menyatakan banyak tak tentu. gunung-gunung, daerah-daerah Ä Menyatakan sangat. rajin-rajin, kuat-kuat Ä Menunjukkan saling. tuduh-menuduh, kenal-mengenal Ä Menyatakan paling. sebaik-baiknya, setinggi-tingginya. Ä Menyatakan tiruan. orang-orangan, mobil-mobilan Ä Menyatakan melemahkan atau menunjukkan ketidaktentuan. duduk-duduk, minum-minum Ä Menyatakan dikenai sifat. kebarat-baratan, kehijau-hijauan Ä Menyatakan himpunan pada kata bilangan. dua-dua, lima-lima 3. Penyerapan Adalah penyerapan kata asing kedalam bahasa Indonesia Kata asing boleh diserap bila : ¨ Dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya Contoh : professor, sit-up, squash, golf, baseball, orgami, mie, rugby, mesin, bakpao. ¨ Terjemahan dalam bahasa Indonesia lebih atau terlalu panjang Contoh : komputer, kalkulator, urbanisasi, transmigrasi, televisi, liberalisme, eksklusif, integrasi, kuantitas, permeabilitas, professional, suplemen, spesifikasi, aborsi, sample, persuasi, deskripsi, inisiatif, manufaktur, komplementer, kongres, konstitusi, deflasi, fantasi, imitasi ¨ Terjemahan dalam bahasa Indonesia ada padanannya tetapi maknanya negatif Contoh : tai ® feses ASAL BAHASA Idiograf : Satu huruf melambangkan satu kata. Cth: Huruf Cina/Korea. Piktograf : Satu lambang melambangkan satu kalimat. Cth: Tulisan Mesir/Indian. Sylabis : Satu huruf melambangkan satu suku. Cth: Bahasa Jawa/Arab. 23
Fonemis : Satu huruf satu bunyi. Cth: Bahasa Indonesia/Inggris.
24