LAPORAN PRAKTIKUM ALAT DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI “PENGENALAN ALAT UKUR PROTEKSI RADIASI“
Disusun Oleh : Nama
: Hasna Nurhanifa Rosyadi
Prodi
: Elektronika Instrumentasi
NIM
: 021600471
Dosen
: Irianto, ST
Rekan kerja
: 1. Gratia Lara Yana C (021600469) 2. Ika Cismila Ningsih
(021600473)
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL YOGYAKARTA 2018
PENGENALAN ALAT UKUR PROTEKSI RADIASI I. TUJUAN Tujuan instruksional Umum: Mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi untuk penanganan radiasi Tujuan Insnstruksional khusus : Mengetahui beberapa alat ukur radiasi Mengetahui cara kerja beberapa alat proteksi radiasi Mengetahui jenis dan penggunaan instrumen radiasi Mengetahui satuan yang digunakan dalam instrumen radiasi II. TEORI DASAR I. Instrumen ukur radiasi Alat ukur radiasi diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur kuantitas dua jenis potensi paparan.: 1. Paparan eksterna untuk penetrasi radiasi yang dipancarkan oleh sumber diluar tubuh manusia 2. Paparan interna dimana sekumpulam material radioaktif dalam suatu bentuk mempunyai kemampuan masuk dan berinteraksi dengan tubuh manusia. Alat ukur radiasi yang dapat digunakan di daerah kerja seperti gambar 1., meliputi: A. Doserate meter, alat ukur laju dosis, digunakan untuk mengukur potensi paparan eksternal
Gambar 1. Alat ukur radiasi B. Dosimeter , alat ukur dosis, menyangkut kumulatip paparan eksternal C. Surface Contamination meter, alat ukur kontaminasi permukaan, menyangkut potensi paparan interna bila substansi radioaktif yang tersebar di permukaan
D. Airborne contamination meter and gas monitor, Alat ukur kontaminasi udara dan monitor gas, yang menyangkut potensi paparan interna bila substansi radioaktif tersebar diatmosfeer. Dalam penggunaanya, alat ukur radiasi digunakan sebagai alat proteksi radiasi, yang dibedakan atas: Surveymeter, Dosimeter personal dan Monitor radiasi II. A. SURVEYMETER Suatu Surveymeter -alat ukur laju dosis (doserate meter) menyerap energi dari radiasi yang masuk. Respon/ tanggapannya proporsional dengan laju kerusakan tissue (organ) akibat dari paparan eksterna. Kesesuaian dan efisien instrumen ukur dengan besarannya pada pekerjaan khusus, harus mampu menyediakan pembacaan langsung laju dosis ekivalent S perjam. Nilai tanggapan instrumen yang lebih kecil menyatakan laju dosis serap dalam G perjam. (lihat gambar 10.) Tanggapan ini hanya untuk radiasi sinar X atau Gamma dan atau radiasi
.
Doserate meter mengukur bahaya eksterna dalam satuan laju dosis ekivalen
Gambar 2. Pengukuran laju dosis radiasi Instrumen khusus diperlukan untuk pengukuran laju dosis ekivalent dari neutron. Satuan lama (CGS) laju dosis (mrem/jam; mrad/jam dan mR/jam), masih digunakan ada banyak instru men (10 S/j ekivalent dengan 1 mrem/j). Surveymeter tidak dapat memberikan respon akurat terhadap kecelakaan eksterna yang berubah secara cepat atau terpulsa. Integrasi doserate meter dalam selang waktu tertentu atau dosimeter lebih sesuai untuk penggunaan keadaan tersebut. Doserate meter memberikan pengukuran langsung paparan eksterna
Beberapa surveymeter yang sesuai untuk jenis radiasi Surveymeter Gamma: Merupakan surveymeter yang banyak digunakan. Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas seperti geiger muler, atau proporsional. Detektor ini dapat juga digunakan untuk mengukur radiasi sinar-x Nilai kalibrasi surveymeter gamma energi tinggi berbeda dengan nilai kalibrasi untuk sinar-x Surveymeter Alpha/Beta : Surveymeter ini sama dengan surveymeter gamma, hanya penggunaan detektornya harus mempunyai window tipis dan penutup yang dapat dilepas. Bila digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha, maka penutup harus dibuka sedangkan untuk radiasi beta penutup dipasang sehingga menyaring radiasi alpha. Surveymeter netron : Detektor yang digunakan pada surveymeter neutron biasanya detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau surveymeter biasa (untuk gamma) yang windownya dilapisi dengan boron. Surveymeter netron dilengkapi dengan bahan parafin sebagai bahan penahan radiasiatau polietilen untuk membedakan energi netron. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunakan surveymeter adalah:
Periksa faktor kalibrasi: merupakan parameter yang mengkonversi nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur menjadi nilai yang sesungguhny. Tanpa faktor kalibrasi nilai yang ditunjukkan oleh alat tidak mempunyai makna. Periksa Bateray: harus dilakukan untuk menguji kondisi catu daya tegangan tinggi detektor. Tegangan catu yang baik akan memberikan detektor peka atau sensitif terhadap radiasi yang masuk detektor. Perhatikan faktor pengali dan tampilan surveymeter. Display laju dosis kadang dalam satuan yang berbeda misal Sv/jam dan cpm
II.B. DOSIMETER Dosimeter mengukur kumulatif energi yang diserap sebagai akibat terhadap paparan radiasi pengion. Dosimeter personal harus dipakai pekerja radiasi untuk mengukur paparan radiasi. Dosimeter digunakan secara rutin mencatat dosis kumulatif paparan eksterna. Dosimeter menyediakan pembacaan seketika, dan mungkin juga memberikan alarm bila dosis yang terukur mencapai nilai yang telah diatur (setting) oleh pemakai atau pekerja. (lihat gambar 3.)
Gambar 3. Personal dosimeter Integrasi doserate meter dan dosimeter digunakan untuk menaksir/ memperkirakan paparan eksterna yang cepat berubah. Personal dosimeter dan integrasi doserate meter mengukur dosis ekivalen bahaya eksternal yang berubah terhadap waktu Dosimeter memberikan pengukuran kumulatif paparan radiasi Contoh: Dalam medan dengan laju dosis tinggi, Pekerjaan harus diselesaikan dengan durasi waktu yang singkat. Tiga jenis dosimeter perorangan yang banyak digunakan: 1. Dosimeter saku (Pocket dosimeter) Dosimeter ini menggunakan detektor kamar ionisasi, dan prinsip kerjanya sama dengan detektor kamar ionisasi tetapitidak menghasilkan respon yang langsung.Konstruksi alat ini berupa silinder berupa gas. Dinding silinder berfungsi sebagai katoda, sedang sumbu logam dengan jarum quartz sebagai anoda (bermuatan positif) Dalam pemakaiannya, radiasi yang memasuki detektoe akan mengionisasi gas. Ion akan bergerak ke anoda dan katoda, yang akan mengurangi beda potensial pada jarum quartz dan dinding silinder, sehingga terjadi penyimpangan jarum penunjuk. Pnyimpangan jarum sebanding dengan banyaknya dosis yang diterima detektor. Sebelum digunakan biasanya alat ini dilakukan charging untuk menyimpangkan jarum menunjuk ke nilai nol. Nilai yang ditunjukkan jarum quartz harus dikalibrasi kenila dosumeter secara berkala. Keuntungan alat ini dapat dibaca langsung, tidak membutuhkan peralatan tambahan, kecuali alat charger. Kelemahannya, alat ini tidak dapat menyimpan informasi dosis dalam waktu lama, karena kebocoran elektrostatis detektor, kurang teliti serta mempunyai rentang energi tertentu.
Meskipun demikian, pekerja yang berada di medan radiasi tinggi dianjurkan menggunakan alat ini. 2. Film Badge Detektor yang digunakan pada film badgr adalah film fotografi. Film Bage terdiri dari film dan tempat film (Holder). Holder terpasang beberapa filter seperti plastik dengan tebal 0,5 mm, 1,5 mm dan 3 mm, Aluminium 0,6 mm, tembaga 0,3 mm stanium (Sn) 0,8 mm , Pb 04 mm dan campuran Cd0,8 mm, Masing-masing filter berfiungsi untuk menyaring jenis radiasi dan energi radiasi. Tanggapan film dipengaruhi oleh energi radiasi. Keuntungan dari alat ini, karena ada filter sehingga dapat membedakan jenis radiasi dan mempunyai rentang energi yang lebih lebar dari dosimeter saku. Disamping itu film yang telah diproses dapat digunakan untuk perhitungan yang teliti dan dapat digunakan sebagai dokumen. Kekurangan film badge adalah perlu proses fil dan perlu alat baca film yang disebut densitometer. 3. Thermoluminisensi Detector (TLD) Alat ini menyerupai film badge, hanya detektor yang digunakan adalah kristal anorganik thermoluminisensi seperti LiF. Bila radiasi mengenai bahan ini, akan terjadi proses seperti scintilasi, perbedaanya perbedaan cahaya akan dipercikkan setelah bahan dipanaskan, tidak langsung seperti bahan scintntilator. Jumlah elektron yang tereksitasi dan terperangkap dalam pita konduksi sebanding dengan dosis radiasi yang mengenai kristal Dosis radiasi duhitung dengan jumlah percikan transisi dari pita konduksi ke keadaan dasar. Dalam praktek, pembacaan pengukuran dilakukan dengan alat yang disebut ‘TLD reader”, yang harganya cukup mahal. Keuntungan alat ini, setelah dibaca alat dapat digunakan kembali. II. C. ALAT UKUR KONTAMINASI PERMUKAAN Alat ukur kontaminasi permukaan digunakan untuk mendeteksi keberadaan substansi radioaktif pada permukaan dengan batas/ nilai yang dapat diterima (accessible). Keberadaan substansi tersebut walaupun konsentrasi rendah memungkinkan potensi paparan interna. Setiap instrumen mempunyai nilai efisiensi 0 hingga 30% untuk radio nuklida yang berbeda. Pengukuran harus dilakukan menggunakan instrumen yang telah dikalibrasi dan efisiensi untuk kontaminan telah ditentukan sebelum nya. Pengukuran dalam Count (cacah) per detik (cps), selanjutnya dikonversi menjadi Bq/cm2 . (lihat gambar 12.) Banyak alat kontaminasi permukaan dibuat programable. Pengguna dapat mengatur instrumen tersebut, seperti tanggapan terhadap radionuklida yang digunakan dan memperolah pengukuran langsung kontaminasi permukaan dalam Bq/cm2. Kontaminasi permukaan (surface contamination meter) digunakan untuk mendeteksi dan mengukur tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan.
Gambar 4. Alat ukur Kontaminasi permukaan (surface contamination meter) Beberapa jenis monitor kontaminasi antara lain adalah:
Monitor tangan dan kaki (Hand and Foot monitor) yang digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada tangan dan kaki. Setiap pekerja radiasi yang menggunakan sumber terbuka, seharusnya mengukur tingkat kontaminasi tangan dan kaki setelah selesai melaksanakan tugas.
Monitor seluruh tubuh (Whole body monitor) digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi seluruh tubuh. Peralatan ini biasanya ditempatkan di pintu keluar fasilitas yang mempunyai potensi kontaminasi sangat tinggi, dan setiap pekerja radiasi harus mengukur tingkat kontaminasi seluruh tubuh.
II. D. KONTAMINASI UDARA DAN MONITOR GAS Alat ukur kontaminasi udara digunakan untuk mendeteksi kemingkinan kebera daan aerosol radioaktif di atmosfeer. Radioaktif mungkin terdispersi dalam aerosol (debu), Aerosol kondensasi (asap) atau aerosol cair (Kabut). Instrumen ini digunakan, untuk menggam barkan secara umum udara yang secara potensial terkontaminasi, yang dialirkan pada laju tetap melalui suatu filter. Instrumen ini mampu mendeteksi akumu lasi material radioaktif pada filter (lihat gambar 13.) Monitor gas terdiri detektor radiasi dan secara terus menerus menyampling udara secara langsung, untuk mengukur keberadaan gas radioaktif. Kontaminan harus diidentifikasi, dan selanjutnya menentukan aktivitas konsentrasi dalam Bq/m3. Alat ukur kontaminasi udara dan monitor gas digunakan untuk memperkirakan kontaminasi udara di ruang kerja. Personal Air Samplers (PAS) digunakan untuk memonitor resiko/ bahaya yang lebih signifikan di daerah pekerja. Instrumen ini biasanya peralatan pasif yang tidak dapat memberikan hasil seketika. Instrumen yang mampu mendeteksi radionuklida, biasanya digunakan sebagai peralatan aktif yang memberi sinyal / alarm bila konsentrasi radioaktif udara mencapai nilai batas.
Gambar 5. Sampler statis dan monitor gas untuk memonitor kontaminasi udara Alat ukur Kontaminasi udara (Airbonrne contamination meter) digunakan untuk mendeteksi dan mengukur partikel radioaktif di atmosfer. Monitor gas digunakan untuk mendeteksi dan mengukur gas-gas radioaktif di atmosfer
III.
PEMBAHASAN
A. Dosimeter a) Pen Dose (Dosimeter Saku)
Gambar 1: Wujud dan Struktur Pen Dose Pen dose merupakan dosimeter berbentuk silinder isian gas. Pen dose sendiri terdiri dari dinding silinder bermuatan negatif (sebagai katoda) dan sumbu logam / jarum 'quartz' di bagian bermuatan positif (sebagai anoda). Prinsip kerja : Bila ada radiasi yang memasuki detektor isian gas pada pen dose, maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas, sehingga akan terbentuk ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju kutubnya masing-masing (anoda atau katoda) sehingga mengurangi beda potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan beda potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum ‘quartz’. Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan intensitas radiasi yang telah memasuki detektor dalam pen dose. Skala dari penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis radiasi yang diterima oleh pengguna.
Gambar 2: Prinsip kerja Pen Dose Cara penggunaan : Pemberian catu daya pada tegangan tertentu pada dosimeter ini sebelum digunakan (pemberian muatan) akan mengakibatkan jarum quartz pada sumbu detektor menyimpang karena adanya beda potensial. Penyimpangan jarum ini dapat diset pada posisi skala 0 dengan cara melakukan 'charging' mengunakan alat seperti Gambar 3. berikut:
Gambar 3 : Alat charging Pen Dose (charger) Cara penggunaan charger tersebut dengan jalan memompa tuas hitam yang ada hingga jarum bergerak ke arak kiri mendekati angka nol (0). Charger ini sebagai pensuplai aliran listrik, sehingga jarum dapat bergerak. Pengesetan skala nol ini bertujuan untuk menentukan titik mula-mula pen dose kaitanya dengan perubahan skala terbaca setelah terpapar radiasi. Namun, setting posisi jarum ‘nol’ ini tidak harus selalu dilakukan tiap kali akan menggunakan Pen Dose. Pembacaan dosis cukup dengan melihat selisih antara skala yang tertunjuk jarum akhir dikurangi dengan skala awal yang ditunjuk jarum sebelum memasuki daerah radiasi. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum penggunaannya, yaitu perhatikan satuan dan faktor kalibrasinya. Untuk dosimeter saku sendiri memiliki jangkauan dosis 0-200 mR (0-200 mikroR). Selain itu, faktor lain adalah tanggal kalibrasi dimana pengkalibrasian peralatan ini harus dilakukan secara berkala. Kelebihan : - Dapat dibaca langsung (tidak membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya, hanya dibutuhkan charger untuk me-reset/membuat nol skala jarum quartz) - Dapat digunakan oleh lebih dari satu individu.
Kekurangan : - Akumulasi kurang baik (tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah terbaca dalam waktu yang lama). Hal ini disebabkan oleh adanya kebocoran elektrostatik pada detektor. Jadi, meskipun tidak sedang dikenai radiasi, nilai yang ditunjukkan jarum akan berubah. - Kurang teliti dan mempunyai rentang energi pengukuran tertentu yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan film badge dan TLD.
b) Film Badge
Gambar 4: Film Badge Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya atau telah mengenai orang yang memakainya, maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat. Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi yang telah mengenainya. Di pasar terdapat beberapa merk film maupun holder, tetapi BATAN selalu menggunakan film dengan merk Kodak buatan USA dan holder merk Chiyoda buatan Jepang. Hal ini dilakukan agar mempunyai standar atau kalibrasi pembacaan yang tetap. Holder sendiri tersusun atas 8 macam filter. Pembacaan dosis radiasi dilakukan 3 bulan sekali di BPFK (Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan ).
c)
Mini Dose
Gambar 4: Mini Dose Mini dose termasuk alat proteksi radiasi yang memiliki 2 fungsi sekaligus yaitu untuk mengukur dosis (dosimeter) dan laju dosis (surveymeter). Ketika lampu (light) menyala pada indikasi dose rate maka mini dose akan berfungsi sebagai surveymeter untuk mengukur laju dosis radiasi. Ketika indikator lampu menyala pada dose maka mini dose berfungsi sebagai dosimeter untuk mengukur dosis radiasi d)
TLD Badge
Gambar 7: TLD Badge TLD badge menggunakan detektor kristal anorganik thermoluminisensi sprti LiF. Kemudian terjadi proses sintilasi. Pembacaan TLD badge dengan dipanaskan terlebih dahulu menggunakan densitometer dan dibaca 3 bulan sekali di PTKMR – BATAN. B.
Surveymeter
Surveymeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan jumlah radiasi yang akan diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama waktu tertentu. Dengan informasi yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja dapat menjaga diri agar tidak terkena paparan radiasi yang melebihi batas ambang yang diizinkan. Jenis surveymeter yaitu: Surveymeter Gamma Surveymeter Alpha/Betha Surveymeter Neutron Langkah awal sebelum menggunakan Surveymeter ialah: Periksa tanggal kalibrasi dan faktor kalibrasi. Tanggal kalibrasi dilihat 1 tahun sekali. Faktor kalibrasi agar pembacaan yang masuk sesuai dengan yang sebenarnya dengan rentang berada di angka 0,8-1,2. Periksa baterai. Pengecekan baterai pada analog yaitu dengan menekan tombol bat yang ada pada posisi berdekatan dengan tombol reset. Apabila jarum bergerak dan berhenti pada tulisan ”baterai OK”, berarti baterai masih layak untuk digunakan. Sedangkan apabila jarum bergerak dan berhenti tidak pada tulisan ”baterai OK”, berarti baterai harus diganti. Dalam memeriksa baterai, surveymeter harus dalam keadaan ON agar jarum dapat bergerak. Adapun baterai yang digunakan ialah baterai berukuran D berjumlah 2 buah. Untuk menghemat baterai biasanya setelah selesai digunakan, baterai akan dilepas. Pengecekan baterai pada digital yaitu pada saat dinyalakan, surveymeter ini akan menunjukan jumlah baterai yang ada pada layar surveymeter. Pelajari pembacaan. Dilakukan agar tidak salah baca. Caranya untuk analog dengan kita memilih akan menggunakan skala x0,1 ; x1 ; x10 ; ataupun x100. Dengan memperhatikan satuan apakah mikro Sievert per jam ataukah mR per Jam. Cara untuk digital yaitu memeriksa satuan yang digunakan, seperti yang telah tertera pada layar surveymete
a)
Surveymeter Analog
Gambar 8: Surveymeter Analog Pada percobaan ini surveymeter analog digunakan untuk mengukur radiasi Alpha, Beta maupun Gamma. Surveymeter ini menggunakan detektor Geiger Muller. Untuk mengukur radiasi Alpha, maka penutup pada window yang berwarna merah harus dilepas. Sedangkan untuk mengukur radiasi energi Beta maupun Gamma, penutup pada window harus di tutup untuk menyaring energi Alpha. Dalam penggunaanya sumber radiasi didekatkan dengan cerobong window pada surveymeter . Sedangkan untuk pembacaan Surveymeter sendiri, harus dikalikan antara hasil yang terbaca pada surveymeter dengan faktor kalibrasinya. b)
Surveymeter Digital
Gambar 9: Surveymeter Digital Surveymeter ini menghasilkan angka dan satuan yang akan muncul pada layar. Digunakan untuk mengukur laju dosis/paparan radiasi pada suatu lokasi secara langsung. Surveymeter ini menggunakan detektor proporsional sehingga dapat digunakan untuk mengukur radiasi gamma, alpha, dan beta. Cara penggunaan alat ini adalah dengan mendekatkan Surveymeter pada sumber radioaktif. Dalam pembacaan Surveymeter, harus dikalikan antara hasil yang terbaca pada surveymeter dengan faktor kalibrasinya. .
c)
Surveymeter Neutron
Gambar 10: Surveymeter Neutron Surveymeter neutron Detektor yang digunakan pada surveymeter neutron adalah detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau gas Helium. Karena yang dapat berinteraksi dengan unsur Boron atau Helium adalah neutron termal saja, maka surveymeter neutron biasanya dilengkapi dengan moderator yang terbuat dari parafin atau polietilen yang berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepat menjadi neutron termal. Moderator ini hanya digunakan bila radiasi neutron yang akan diukur adalah neutron cepat. Dalam penggunaanya sumber radiasi didekatkan dengan surveymeter. Sedangkan untuk pembacaan Surveymeter sendiri, harus dikalikan antara hasil yang terbaca pada surveymeter dengan faktor kalibrasinya.
C.
Monitor Kontaminasi Detektor yang digunakan untuk monitor kontaminasi ini harus mempunyai “jendela” (window) yang luas, karena kontaminasi tidak selalu terjadi pada satu daerah tertentu, melainkan tersebar pada permukaan yang luas. Tampilan dari monitor kontaminasi ini biasanya menunjukkan kuantitas radiasi (laju cacah) seperti cacah per menit atau cacah per detik (cpd). Nilai ini harus dikonversikan menjadi satuan aktivitas radiasi, Currie atau Becquerel, dengan hubungan sebagai berikut. Cara penggunaan alat ini adalah dengan mendekatkan cerobong detektor pada monitor kontaminasi dengan sumber radioaktif. Ada catatan tertentu dalam penggunaan alat ini, yaitu cerobong detektor pada monitor kontaminasi tidak boleh mengenai sumber radioaktif. Jika sumber radioaktif mengenai cerobong detektor, maka cerobong detektor akan terkontaminasi radiasi sehingga pembacaan monitor kontaminasi menjadi tidak akurat
Gambar 11: Monitor Kontaminasi
KESIMPULAN 1. 2. 3. 4. 5.
Alat ukur radiasi terdiri dari Dosimeter, Surveymeter, Monitor Kontaminasi dll Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan Instrumen Radiasi adalah melakukan pengecekan tanggal dan faktor kalibrasi, pengecekan baterai, dan pelajari pembacaan. Hasil yang terbaca pada setiap instrumen radiasi harus dikalikan dengan faktor kalibrasinya. Semakin dekat alat instrumen radiasi dengan sumber, maka pembacaan radiasi pada instrumen akan semakin besar nilainya. Satuan yang digunakan dapat berupa mikro Sievert per jam atau mR per Jam
DAFTAR PUSTAKA Anonim, Workplace Monitoring For Radiation and Contamination, IAEA, Vienna, 1995. file:///D:/Documents/ADPR/Alat%20Proteksi.pdf Surakhman, dkk. 2018. Petunjuk Praktikum Alat dan Pengukuran Radiasi. Yogyakarta: STTNBATAN Tim Proteksi Radiasi, Diktat Kursus Proteksi Radiasi, Pusdiklat Batan, Jakarta, 2002
Yogyakarta, 14 Mei 2018 Praktikan,
Delfi
Nalasari