Pengembangan_kurikulum_paud_berbasis_kea.pdf

  • Uploaded by: Ayi Tansah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengembangan_kurikulum_paud_berbasis_kea.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 2,473
  • Pages: 11
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAUD BERBASIS KEARIFAN LOKAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

Eka Nilawati 1 & Dadan Suryana2 Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Padang [email protected] , [email protected]

Abstrak Permainan tradisional memiliki arti tersendiri dalam menanamkan sikap, perilaku dan keterampilan dan merangsang berbagai aspek perkembangan yang ada pada anak. Ada makna luhur yang terkandung didalamnya yang bermanfaat bagi kehidupan anak nantinya. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini menggunakan berbagai bentuk kurikulum. Kurikulum berbasis karifan lokal dapat dijadikan sebagai salah satu pilihannya dan mengembangkan permainan tradisional sebagai salah satu strateginya.. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan tentang pengembangan kurikulum anak usia dini melalui permainan tradisional dan meninjau literatur terkait dengan permainan tradisional. Hasil keseluruhan tinjauan pustaka ini menyarankan untuk menghidupkan dan melestarikan kembali pemainan tradisional karena memiliki berbagai manfaat terhadap perkembangan dan kreatifitas anak usia dini. Kata Kunci : Kurikulum, Permainan tradisional, anak usia dini

PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan adat istiadat dan budaya. Aneka ragam budaya tersebut patut dilestarikan. Akan tetapi kemajuan zaman telah membuat perubahan gaya hidup. Permainan tradisional sebagai sebuah kearifan lokal sudah tergantikan dengan permainan yang lebih modern. Bila dikaji secara seksama permainan tradisional memiliki arti tersendiri dalam menanamkan sikap, perilaku dan keterampilan dan merangsang lahirnya kreatifitas anak. Beragam permainan tradisional mengarahkan anak menjadi kuat secara fisik maupun mental, berkembang secara emosi dan sosial, tak mudah menyerah, bereksplorasi, bereksperimen dan serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Selain itu terdapat berbagai makna luhur yang terkandung didalamnya, seperti nilai agama, nilai edukatif, norma dan etika.

Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) menurut Undang-undang no 20

Tahun 2003 adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui perangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Di dalam permainan tradisional yang dilakukan oleh anak, semua kegiatan menjadi bagian penting dan strategis yang akan membangun seluruh potensi yang dimiliki anak secara menyeluruh. Oleh karena kandungan dan manfaat permainan tradisional inilah penulis tertarik untuk menggali lebih dalam tentang kebermaknaan permainan tradisional yang dilakukan oleh anak serta bagaimana permainan tradisional yang ada

menjadi alternatif dalam pengembangan

Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Kearifan Lokal.

PEMBAHASAN Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Dalam dunia pendidikan istilah kurikulum sering sekali kita dengar. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum memiliki peranan penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Caswel dan Campbell (dalam Nugraha, 2015) kurikulum diartikan sebagai semua pengalaman belajar yang diterima siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadinya. Menurut Undang-undang no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lembaga PAUD telah diberikan kebebasan untuk mengembangkan kurikulumnya. Kurikulum 2013 PAUD dalam Permendikbud Nomor 146 tahun 2014 merupakan standar minimal kurikulum yang bisa dilaksanakan dimasingmasing lembaga PAUD.

Lembaga boleh saja meningkatkan kualitas

kurikulumnya melalui berbagai inovasi dan pengembangan. Salah satunya dengan menerapkan kurikulum berbasis kebudayaan dan kondisi setempat yang lebih

dikenal dengan sebutan berbasis kearifan lokal. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan sekaligus ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk melestarikan tradisi yang sudah ada contohnya melalui permainan tradisional.

Hakikat Bermain Bagi Anak Usia Dini Usia Dini merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia. Sedangkan Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan

tingkat

pertumbuhan

dan

perkembangannya.

Pertumbuhan

dan

perkembangan anak sejak lahir sampai delapan tahun merupakan masa yang menentukan. karena pada saat ini terjadi perkembangan yang penting seperti pertumbuhan Fisik, intelektual, emosional, bahasa dan perkembangan sosial harus dimulai stimulasinya di rumah, tempat pengasuhan anak, pelayanan pendidikan lainnya. (Suryana, 2016) Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children, 2010), adalah anak yang berusia antara 0 sampai 8 tahun yang mendapatkan layanan pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak dalam keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik negeri maupun swasta, taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD). Yang menjadi ciri khas dari masa usia dini adalah adanya kecendrungan anak untuk bermain. Setiap anak di dunia ini memiliki hak untuk bermain. Bermain juga adalah kegiatan pokok anak. Dengan bermain anak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang membantu perkembangannya dan menyiapkan diri dalam kehidupan selanjutnya. Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berkspresi dan mengatasi masalah melalui cara yang positif (Sujiono, 2009).

Para ahli

pendidikan menganggap bahwa bermain sebagai kegiatan yang memiliki nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Bermain merupakan jembatan

bagi anak dari belajar informal menjadi formal. Dengan bermain, anak dapat melakukan kegiatan sehingga semua aspek perkembangan dapat berkembang secara maksimal. Bermain bukan hanya menjadi kesenangan saja, tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus terpenuhi. Sehingga sesuailah bila proses belajar yang dilaksanakan di PAUD adalah sambil bermain. Atau belajar seraya bermain. Menurut Montololu (2005) bahwa manfaat sikap senang bermain bagi anak adalah sebagai berikut: 1. Bermain memicu kreatifitas anak, 2. Bermain bermanfaat mencerdaskan otak anak, 3. Bermain bermanfaat menanggulangi konflik bagi anak, 4. Bermain bermanfaat untuk melatih empati, 5. Bermain bermanfaat mengasah panca indera, 6. Bermain sebagai media terapi, 7. Bermain itu melakukan penemuan. Menurut Semiawan (2009), dalam kegiatan bermain, seluruh tahapan perkembangan anak dapat berfungsi dan berkembang dengan baik dan hasil dari perkembangan yang baik itu akan muncul dan terlihat pada saat si anak menginjak masa remaja. Bermain, atau permainan sebagai aktivitas terkait dengan keseluruhan diri anak, bukan hanya sebagian, namun melalui permainan (pada saat anak bermain) anak akan terdorong mempraktekkan keterampilannya yang mengarahkan perkembangan kognitif anak, perkembangan bahasa anak, perkembangan psikomotorik, dan perkembangan fisik. Pengalaman bermain akan mendorong anak untuk lebih kreatif. Munandar (2009), menyebutkan bahwa kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.

Proses lahirnya kreatifitas ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya pengalaman serta pengetahuan yang didapatkan oleh anak usia dini ketika bermain. Terutama dalam permainan tradisional yang biasanya melibatkan lebih banyak orang, sehingga interaksi yang berlangsung pun menjadi lebih besar. Setiap pengalaman yang didapatkan dari hasil berinteraksi ini akan disimpan dan suatu akan akan dijadikan dasar ataupun dikombinasi untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Disinilah kreatifitas ini akan muncul. Ide-ide baru akan mengalir.

Permainan Tradisional Permainan tradisional merupakan salah satu ragam dari kegiatan bermain aktif, yaitu kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh (Hurlock dalam Tedjasaputra, 2001). Permainan tradisional lebih banyak bersifat mengeksplorasi dan termasuk dalam jenis permainan dan olahraga. Maksudnya adalah permainan yang dimainkan memiliki aturan serta persyaratan yang disetujui bersama. Namun jika dilihat dari tahap perkembangan bermain, maka permainan tardisional termasuk dalam tahap cooperative play. Cooperative play adalah suatu kegiatan bermain bersama yang melibatkan kerjasama, pembagian tugas, dan pembagian peran (Mildred Parten dalam Tedjasaputra, 2001). Sedangkan menurut Jean Piaget (dalam Tedjasaputra, 2001), permainan tradisional termasuk dalam tahap social play games with rules atau kegiatan bermain yang aturan permainannya dibuat sendiri dan biasanya untuk anak usia kurang lebih 8-11 tahun. Menurut Rubin (dalam Tedjasaputra, 2001)

permainan tradisional

termasuk dalam tahap bermain pura-pura dan permainan dengan peraturan, dimana bermain pura-pura biasanya dilakukan oleh anak usia 3-7 tahun dan permainan dengan peraturan untuk anak usia 6-11 tahun. Permainan tradisional menjadi bagian dari berbagai jenis pendorong yang kuat bagi perkembangan anak. Permainan tradisional sesungguhnya memiliki banyak manfaat bagi anak-anak. Selain tidak mengeluarkan banyak biaya, permainan–permainan tradisional sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan

mental anak. Secara tidak langsung, anak-anak akan dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya melalui permainan tradisional. Para psikolog menilai bahwa sesungguhnya mainan tradisional mampu membentuk motorik anak, baik kasar maupun halus. Selain itu, permainan tradisional juga dapat melatih kemampuan sosial para pemainnya. Inilah yang membedakan permainan tradisional dengan permainan modern. Pada umumnya, mainan tradisional adalah permainan yang membutuhkan lebih dari satu pemain. Permainan galah, dan benteng misalnya. Kemampuan sosial sangat dilatih pada permainan ini. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Pada permainan tradisional kemampuan anak untuk berempati dengan teman, kejujuran, dan kesabaran sangat dituntut. Hal ini sangat berbeda dengan pola permainan modern. Kemampuan sosial anak tidak terlalu dipentingkan dalam permainan modern ini, malah cenderung diabaikan karena pada umumnya mainan modern berbentuk permainan individual di mana anak dapat bermain sendiri tanpa kehadiran temantemannya. Sekalipun dimainkan oleh dua anak, kemampuan interaksi anak dengan temannya tidak terlalu terlihat. Pada dasarnya sang anak terfokus pada permainan yang ada di hadapannya. Mainan modern cenderung bersifat agresif, sehingga tidak mustahil anak bersifat agresif karena pengaruh dari mainan ini. Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.

Manfaat-manfaat dari permainan tradisional (Montolulu, 2007) yaitu : 1. Mengembangkan kreatifitas anak Misal mobil-mobilan anak akan berfikir bagaimana memanfaatkan bahan yang ada dan tersedia disekitar untuk dijadikan bagian dari alat bemainnya. Dan anak juga berfikir untk mengolah dan mengoperasikan alat bermain tersebut. Sehingga berbagai kreasi baru akan muncul. Dan kreatifitas anak jadi terbentuk. 2. Belajar sportifitas Menerima kekalahan dari permainan merupakan sikap sportifitas yang dipelajari pada saat bermain. Pada dasarnya menang dan kalah bukan merupakan hal yang penting, namun hal tersebut mengajarkan pada anak bagaimana seharusnya bersikap 3. Melatih kemampuan fisik Kemampuan fisik akan terlatih sejak dini jika melakukan permainan tradisional. Contoh permainan ini diantaranya adalah permainan lompat tali, lompat tali memiliki banyak gerakan dimana hal itu akan membantu otot-otot dalam bekerja. Sehingga menjadi lebih sehat 4. Mengasah kecerdasan permainan tradisional seperti bermain kelereng akan membantu mereka melatih kecerdasannya, seperti bagaimana harus mengatur dan melempar kelereng agar mengenai kelereng lain 5. Mampu bekerja sama Misal pada permainan galah atau semba lakon dituntut adanya kerjasama antar anggota tim untuk menjaga daerah kekuasaan mereka. 6. Belajar mengelola emosi, Pada saat anak bermain seorang anak tentu akan mengutarakan emosianya, seperti berteriak, bergerak, melompat, tertawa dan mengangis. Hal ini akan membantu anak untuk memberikan mereka stimulus untuk berekspresi. dengan berekspresi anak akan lebih mendapatkan manfaat yang banyak 7. Meningkatkan kepercayaan diri Dengan melakukan permainan tradisional otomatis mengatur anak untuk melatih berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain.

8. Anak akan saling menghargai Melalui permainan tradisional seorang anak akan belajar bagaimana caranya menghargai prestasi orang lain. 9. Bersikap demokratis Permainan tradisional tentu ada ketentuan yang dibuatnya bersama, permainan yang dibuat bersama ini harus disepakati bersama. Sebelum kesepakatan pasti adalah perundingan-perundingan yang dilakukan. Tentu hal itu banyak mengajarkan pada anak mengenai arti demokratis itu sendiri. 10. Anak menjadi lebih aktif Permainan tradisional menuntut anak untuk lebih aktif, aktif dalam bermain, aktif dalam bertanya, aktif dalam melakukan eksplorasi dengan sekitarnya. 11. Melatih bertanggung jawab. Permainan tradisional akan membantu anak untuk belajar tanggungjawab, ketika seorang sedang bermain tentu akan menggunakan barang-baran permainannya seperti masak-masakan, untuk itu anak akan merapikannya ketika setelah selesai.

Berbagai macam contoh permainan tradisional yang berasal dari sumatera barat diantaranya : main sepak tekong, main lore, main galah, cik mancik, main pijak bayang, main tali, cak bur, patok lele, kudo-kudoan, main alek-alekan dan lain-lain. Dibeberapa daerah lainnya di Indonesia juga terdapat berbagai permainan tradisional seperti permainan petak umpet, congklak, egrang, ular naga panjang, layang-layang, kelereng, bentengan, kasti, balap karung, dan permainan tradisional yang lainnya memiliki manfaat seperti yang telah diuraikan diatas.

Pengembangan Kurikulum anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional Komponen-komponen kreatif dalam pengembangan kurikulum anak usia dini diantaranya yaitu : How Children Develop and Learn artinya apa yang membuat

anak

mendapatkan

pengalaman

dan

keunikan

dari

kegiatan

pengembangan sosial, emosional, fisik, kognitif dan bahasanya. (Suryana, 2014). Melalui permainan tradisional semua yang diharapkan diatas sebenarnya sudah

tercapai. Dan telah diuraikan pada manfaat-manfaat permainan tradisional. Tinggal bagaimana kita mengemasnya menjadi satu paket kegiatan pembelajaran yang nantinya tertuang dalam Rencana Kegiatan Harian. Ada beberapa upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk menjadikan permainan tradisional (berbasis kearifan lokal) bisa dikembangkan dalam kurikulum PAUD, diantaranya : 1. Menyisipkan permainan tradisional kedalam kegiatan di tema-tema atau sub tema yang sudah ada. Misal : Tema Binatang dengan memasukan kegiatan bermain pacu kudo, patok lele, ular naga dan sebagainya. Pada tema alam semesta dengan bermain pijak bayang, lago layang layang dan sebagainya. 2. Menyiapkan sub tema khusus permainan tradisional misal pada tema Tanah Airku dengan mengembangkan sub tema permainan tradisional minang kabau.

SIMPULAN Bermain sebagai salah satu kebutuhan anak memiliki nilai penting bagi kehidupan anak. Melalui bermain anak mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang ada pada dirinya. Permainan tradisional menjadi bagian dari berbagai jenis pendorong yang kuat bagi perkembangan kreatifitas anak. Permainan tradisional sebagai sebuah kearifan lokal mengajarkan anak untuk bersikap berani, tangkas, terampil, lincah, berfikir strategis, feeling (naluri) menjadi terasah, persahabatan, kerjasama, gotong royong, kasih sayang, saling menghargai, sportif, kepatuhan, kesabaran, kehati-hatian, mampu mengukur, membandingkan, menafsirkan, berfantasi serta mengembangkan imajinasi. Dunia anak adalah belajar seraya bermain. Dengan bermain anak akan kaya dengan pengalaman dalam mengeksplorasi lingkungan dan bersosialisasi dengan teman sebaya dan hal ini adalah hal penting sebagai media stimulasi

perkembangan mereka dan semuanya bisa dikembangkan dalam kurikulum PAUD. Mengingat banyaknya manfaat dari permainan tradisional terutama untuk stimulasi dan perkembangan kreatifitas anak usia dini sehingga sangat perlu rasanya untuk menghidupkan kembali serta melestarikan berbagai permainan tradisional yang ada di Indonesia sehingga nantinya akan tumbuh dalam jiwa anak cinta akan budaya lokal sendiri

DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta : Depdiknas Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Montolalu, dkk. 2007. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka Cipta Munandar, Utami. 2002. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta: PT. Gramedia. NAEYC (National Association of Early Childhood). (2010). The Core of DAP. [online]. tersedia: www.naeyc.org. [15 Mei 2018]. Ngalimun,dkk. 2013. Perkembangan dan karta: Aswaja Pressindo

Pengembangan

Kreativitas.Yogya

Nugraha, Ali dkk. 2015. Kurikulum dan Bahan Ajar TK. Jakarta : Unversitas Terbuka Semiawan, Conny R. 2009. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menegah. Jakarta: Gramedia Suryana, D. 2014. Dasar-Dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas Terbuka

Suryana, D. 2014. Kurikulum Pendidikan Perkembangan. Padang : UNP

Anak

usia

Dini

Berbasis

Suryana, D. 2016. Stimulasi & aspek Perkembangan Anak. Jakarta : Media Grup Sujiono, Yulia Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Perkembangan dan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: Gramedia

More Documents from "Ayi Tansah"

Bab Iv Halu Tn K.docx
June 2020 11
Pem.docx
April 2020 11
Laprak (tpkl).docx
June 2020 7
Rondown Acara.docx
June 2020 5
Laprak Lpb.docx
April 2020 12