PENGEMBANGAN WILAYAH SEKTOR INDUSTRI PADA TIGA KECAMATAN (GRUJUGAN, MAESAN, DAN TAMANAN) DI BAGIAN SELATAN KABUPATEN BONDOWOSO Yanuar Budi Wicaksono Universitas Negeri Malang Email :
[email protected]
Abstrak Kata kunci Pendahuluan Kawasan industri adalah suatu daerah yang didominasi oleh aktivitas industri yang mempunyai fasilitas kombinasi terdiri dari peralatan-peralatan pabrik
(industrial
plants),
sarana
penelitian
dan
laboratorium
untuk
pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta fasilitas sosial dan fasilitas umum (Dirdjojuwono, 2004). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009, tujuan pembangunan kawasan industri adalah untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan, mempercepat pertumbuhan industri di daerah, meningkatkan daya saing Industri, meningkatkan daya saing investasi, dan memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan inftrastruktur yang terkoordinasi antar sektor terkait. Keenam tujuan tersebut merupakan arah kebijakan pembangunan kawasan industri yang ditempuh untuk mendorong pembangunan industri yang dilakukan melalui pembangunan lokasi industri berupa Kawasan Industri (Sagala dkk., 2004). Pengembangan kawasan industri penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Melalui pertumbuhan ekonomi satu persen saja dapat menyerap tenaga kerja sekitar seratus ribu orang (Soeling, 2007). Lumbuun
(2005)
berpendapat
bahwa
pemerintah
daerah
perlu
mengembangkan perekonomian dan investasi di daerahnya. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berpotensi menciptakan pertumbuhan progresif di sebuah kawasan. Sektor ini layak dikembangkan menjadi tulang punggung perekonomian. Hal inilah yang mendorong Kabupaten Bondowoso untuk
merencanakan
pembangunan
kawasan
industri
di
beberapa
kecamatan.
Keberadaan sektor industri di beberapa kecamatan tersebut diharapkan dapat menjadi mesin penggerak (engine of growth) perekonomian Kabupaten Bondowoso. Implementasi awal dalam pengembangan sektor industri di Kabupaten Bondowoso adalah dengan ditetapkannya wilayah kawasan industri di beberapa kecamatan yang memiliki peluang untuk dijadikan sebagai kawasan sektor industri. Pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Bondowoso Tahun 2011 – 2031, telah ditetapkan beberapa kecamatan yang dapat dikembangkan menjadi kawasan industri, yakni Kecamatan Grujugan, Kecamatan Maesan, dan Kecamatan Tamanan. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menerapakan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode deskriptif dengan menerapakan
pendekatan
kualitatif
pada
penelitian
ini
nantinya
akan
menghasilkan atau memperoleh data yang bukan berupa angka-angka. Data yang diperoleh dengan menggunaan metode deskriptif dengan menerapakan pendekatan kualitatif pada penelitian ini berupa data yang berasal dari observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Tujuan
dari
penelitian
kualitatif
ini
adalah
ingin
menggambarkan realitas empirik secara rinci, mendalam dan tuntas. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti langsung turun ke lapangan untuk melakukan observasi dan wawancara dengan para informan. Penentuan informan atau subyek penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan memilih orang yang mengetahui secara jelas tentang kegiatan-kegiatan industri yang ada di Kecamatan Grujugan, Kecamatan Maesan, dan Kecamatan Tamanan. Selain dari hasil observasi dan wawancara, peneliti juga mengumpulkan data dari dokumen resmi Pemerintah Kabupaten Bondowoso, seperti dokemen-dokumen yang berasal dari BAPPEDA Kabupaten Bondowoso dan RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031. Hasil dan Pembahasan A. Kawasan Pengembangan Sektor Industri Kabupaten Bondowoso
Menurut National Industrial Zoning Committee’s (USA) 1967 , yang dimaksud dengan kawasan industri atau Industrial Estate atau sering disebut dengan Industrial Park adalah suatu kawasan industri diatas tanah yang cukup luas, yang secara administratif dikontrol oleh seseorang atau sebuah lembaga yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya, topografinya, zoning yang tepat, kesediaan semua infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan aksesibilitas transportasi. Definisi lain, menurut Industrial Development Handbook dari ULI ( The Urban Land Institute), Washington DC (1975), kawasan industri adalah suatu daerah atau kawasan yang biasanya didominasi oleh aktifitas industri. Kawasan industri biasanya mempunyai fasilitas kombinasi yang terdiri atas peralatanperalatan pabrik
(industrial plants), penelitian dan laboratorium untuk
pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta prasarana lainnya seperti fasilitas sosial dan umum yang mencakup perkantoran, perumahan, sekolah, tempat ibadah, ruang terbuka dan lainnya. Istilah kawasan industri di Indonesia masih relatifbaru. Istilah tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu pengertian tempat pemusatan kelompok perusahaan industri dalam suatu areal tersendiri. Kawasan industri dimaksudkan sebagai padanan atas industrial estate. Sebelumnya, pengelompokan industri demikian disebut “ lingkungan industri”. Beberapa peraturan perundangan yang ada belum menggunaan istilah kawasan industri, seperti: Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun 1960, belum mengenal istilah istilah semacam Lingkungan, zona atau kawasan industri. Pasal 14 UUPA baru mengamanatkan pemerintah untuk menyusun rencana umum persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah dan baru menyebut sasaran peruntukan tanah yaitu untuk keperluan pengembangan industri, transmigrasi dan pertambangan ayat (1) huruf (e) Pasal 14 UUPA. Undangundang No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian, juga belum mengenal istilah “kawasan Industri”. Istilah yang digunakan UU No.5/1984 dalam pengaturan untuk suatu pusat pertumbuhan industri adalah Wilayah Industri. Di Indonesia pengertian kawasan industri mengacu kepada keputusan Presiden (Keppres) Nomor 41 Tahun 1996 . Menurut Keppres tersebut, yang dimaksud dengan
kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki izin Usaha Kawasan Industri. Kebijakan pengembangan kawasan industri di Kabupaten Bondowoso didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031 yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bondowoso Nomor 12 Tahun 2011. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031 telah ditetapkan beberapa kecamatan yang dapat dikembangkan menjadi kawasan industri, yakni Kecamatan Grujugan, Kecamatan Maesan, dan Kecamatan Tamanan. Tiga kecamatan yang dijadikan sebagai kawasan industri ini, dialokasikan untuk industri pengolahan hasil pertanian dan industri lainnya dengan resiko pencemaran rendah. Guna optimalisasi fungsi kawasan industri ini dikembangkan terintegrasi dengan pergudangan. Kawasan strategis industri ini meliputi kawasan industri dan hinterland-nya, yaitu kawasan disekitar kawasan industri yang memberikan daya dukung langsung dan sekaligus dampak langsung pengembangan industri, diidentifikasi awal adalah pada seluruh wilayah kecamatan yang terdapat kawasan industri tersebut.
Sumber: RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031 Gambar 1. Peta Kawasan Strategis Ekonomi Kabupaten Bondowoso Pemerintah Kabupaten Bondowoso telah menetapkan beberapa konsep pengembangan kawasan industri sebagai kawasan strategis ekonomi. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031 konsep pengembangan kawasan industri sebagai kawasan strategis ekonomi antara lain: 1. Mengutamakan jenis industri pengolahan hasil pertanian dengan jenis limbah yang mudah diolah sehingga memberikan resiko kecil pada pencemaran lingkungan 2. Pengembangan kawasan industri diarahkan dengan pola cluster atau tidak menerus pada kawasan yang luas, sehingga keseimbangan lingkungan masih terjamin dengan adanya ruang terbuka hijau yang memadai. Berdasarkan
konsep
tersebut,
Pemerintah
Kabupaten
Bondowoso
mengarahkan pengembangan industri untuk mengutamakan jenis industri pengolahan hasil pertanian. Hal ini berkaitan dengan tersedianya bahan baku industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Bondowoso. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian ini nantinya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bondowoso. Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini terjadi karena hasil pertanian yang ada tidak dijual secara mentah saja, tetapi akan diolah terlebih dahulu, sehingga akan meningkatkan harga jual. Harga jual yang semakin meningkat akan menambah pendapatan kabupaten, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bondowoso. Pemilihan jenis industri pengolahan hasil pertanian juga bertujuan agar jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri dapat diolah dengan mudah, sehingga memberikan resiko kecil pada pencemaran lingkungan. Pemerintah Kabupaten Bondowoso juga mengarahkan pengembangan kawasan industri dengan pola cluster. Penerapan pola cluster ini bertujuan agar pengembangan wilayah industri tidak berkembangan ke kecamatan lainnya, sehingga kecamatan-kecamatan lain di luar Kecamatan Grujugan, Kecamatan
Maesan, dan Kecamatan Tamanan dapat dikembangkan sebagai kawasan lain yang berkembang di luar sektor industri. Penerapan pola cluster ini juga bertujuan agar keseimbangan lingkungan masih terjamin, sehingga dengan menerapkan pola cluster ini ruang terbuka hijau masih memadai. Pada RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031 juga dijelaskan tentang arahan pengembangan program utama dalam rangka mewujudkan kawasan industri. Arahan pengembangan program utama dalam rangka mewujudkan kawasan industri berdasarkan RTRW Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031 antara lain: 1. Penyiapan lahan bagi pengembangan kawasan industri (industrial estate). Artinya pemerintah akan menyiapkan lahan bagi kawasan yang akan dikembangkan menjadi kawasan industri, sehingga kegiatan industri berjalan dengan baik 2. Pengembangan instalasi pengolah limbah industri terpadu. Artinya pemerintah juga akan memperhatikan tentang pengeloaan limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri, sehingga kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan dapat diminimalisir. 3. Pengelolaan dan pengendalian kawasan industri. Artinya kegiatan industri yang ada tetap dalam pengawasan Pemerintah Kabupaten Bondowoso. B. Potensi Pengembangan Kecamatan Grujugan, Kecamatan Maesan, dan Kecamatan Tamanan sebagai Kawasan Industri Penetapan Kecamatan Grujugan, Kecamatan Maesan, dan Kecamatan Tamanan sebagai kawasan yang dikembangkan menjadi kawasan industri tidak terlepas dari adanya faktor-faktor pendukung yang menjadikan tiga kecamatan ini dapat dikembangkan menjadi kawasan industri. Faktor pendukung ini berupa potensi-potensi yang ada di tiga kecamatan ini. Potensi yang ada di tiga kecamatan ini antara lain adanya bahan baku industri, tersedianya lahan, tersedianya tenaga kerja, permintaan pasar, dan adanya industri-industri yang sudah dijalankan.
Bahan baku industri yang tersedia di tiga kecamatan ini menjadi potensi yang penting untuk dijadikan sebagai faktor pendukung untuk dikembangkannya kawasan industri. Tersedianya bahan baku industri ini tentu akan memudahkan untuk diadakannya kegiatan industri di tiga kecamatan ini. Tiga kecamatan ini memiliki komoditas yang mendukung untuk dijadikan sebagai bahan baku industri. Pada tiga kecamatan ini komoditas yang dapat yang dapat dijadikan sebagai bahan baku adalah hasil pertanian seperti padi, tembakau, dan tebu. Saat ini telah terdapat beberapa pabrik yang mengolah hasil komoditas tersebut. Pada Kecamatan Grujugan terdapat beberapa pabrik beras yang sudah mengolah sendiri bahan baku dan menjadi pemasok beras di beberapa kabupaten di Jawa Timur. Pabrik pengolah tembakau juga sudah terdapat di Kecamatan Maesan dan Kecamatan Tamanan. Pada Kecamatan Maesan sudah terdapat pabrik rokok lokal yang mengolah tembakau sendiri dan menghasilkan produk rokok lokal yang cukup diminati di Kabupaten Bondowoso, sedangkan di Kecamatan Tamanan sudah banyak terdapat pabrik tahu di sepanjang aliran sungai yang melewati Kecamatan Tamanan. Lahan yang masih cukup luas untuk dijadikan sebagai kawasan industri di tiga kecamatan ini juga menjadi faktor pendukung untuk dikembangkannya kegiatan industri di tiga kecamatan ini. Lahan yang tidak lagi produktif dapat dijadikan sebagai kawasan industri di tiga kecamatan ini. Selain itu tersedianya Daerah Aliran Sungai Sampean Baru yang melewati tiga kecamatan ini menyebabkan ketersediaan akan air melimpah. Hal ini dapat mendukung untuk diadakannya kegiatan industri di sektor perikanan air tawar. Sejauh ini kegiatan pembudidayaan air tawar hanya terdapat di Kecamatan Grujugan dan Tamanan. Ketersediaan tenaga kerja yang mendukung untuk dikembangkannya kegiatan industri di tiga kecamatan ini. Selain itu, permintaaan pasar yang tinggi akan hasil produksi juga sangat mendukung. Masih sedikitnya kegiatan industri menyebabkan permintaan pasar meningkat, sedangkan produksi masih sedikit.
Kesimpulan Saran
Daftar Pustaka