Perkembangan Pendidikan dan Standar Pelayanan Minimal Madrasah Diniyah Dalam Menghadapi Tantangan Abad 21 Oleh : Drs. H. RUHIYAT, M.M.Pd KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA DEPARTEMEN AGAMA KANTOR KOTA CIMAHI
I.
1.
PENDIDIKAN PADA ERA GLOBALISASI
Memasuki milenium ketiga kita memasuki dunia tanpa batas yang ditandai sebagai abad informasi dimana ilmu pengetahuan berkembang dan tersebar dengan sangat cepat. Kecepatan komputer akan menjadi double setiap 18 bulan sampai tahun 2012 dan pada tahun 2030 kecepatan komputer telah sama dengan seribu otak manusia sedangkan tahun 2050 kecepatan menjadi sama dengan 100 milyar otak manusia. Pakar pendidikan Islam mempunyai gambaran yang belum jelas mengenai pendidikan Islam pada umumnya mereka masih beranggapan bahwa pendidikan Islam masih mendapat hambatan yang besar ialah sifatnya tertutup dan sangat ortodok, dan belum terbuka untuk kemajuan ilmu dan teknologi dipihak lain perubahan besar sedang terjadi disekitar pendidikan Islam yang mau tidak mau harus menghadapinya dan harus mengubah diri agar pendidikan Islam menjadi salah satu alternatif di muka bumi.
Menurut Malik Fajar, pendidikan Islam yang ingin menjadi alternatif harus memenuhi 4 tuntutan sebagai berikut : a. Kejelasan cita-cita dengan langkah-langkah
operasional di dalam mewujudkan cita-cita pendidikan Islam. b. Memberdayakan kelembagaan dengan menata kembali sistemnya. c. Meningkatkan dan memperbaiki manajemen. d. Meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM).
2. Madrasah Diniyah dan Implementasi PP NOMOR 19 TAHUN 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan a. Standar Isi
b. Standar Proses c. Standar Kompetensi Lulusan d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan e. Standar Sarana dan Prasarana f. Standar Pengelolaan g. Standar Pembiayaan h. Standar Penilaian Pendidikan
Pendidikan Keagamaan PP NO. 55/2007
Pend. Diniyah
Pesantren
Salaf
Khalaf MI
Wajar Dikdas
Salaf / Murni
MTs MA
Formal
‘Ula Muadalah
Wusto
Non formal
In Formal
Pengajian Kitab-kitab
Majelis Ta’lim
Pendidikan Al-Quran
Diniyah Takmiliyah
Dan Pend. Lain yang sejenis
II.
PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA 1. Ketidaksamaan pandangan diantara para ahli pendidikan
tentang pendidikan itu sendiri sebagaian yang berkiblat ke Amerika Serikat memandang pendidikan sebagai cara mengajar dan belajar, jadi tidak memerlukan ilmu pendidikan. Sebagian lagi berorientasi pada pendidikan di Eropa yang memandanga pendidikan sebagai suatu ilmu yang utuh yaitu ilmu pendidikan.
2. Terjadi ketidak konsistenan arah pendidikan karena
pengarahan kurang jelas, yang ada hanya arahan umum yang bisa ditemukan dalam Undang-undang Pendidikan Nasional beserta Peraturan-peraturannya dan di dalam GBHN arahan seperti itu sulit diaplikasikan di lapangan sehingga tujuan pendidikan di lapangan pada umumnya hanya memiliki dua corak yaitu TIU danTIK. Suatu tujuan yang hanya menyebarkan tujuan pengajaran, bagaimana mengaitkan tujuan seperti ini dengan tujuan Nasional belum terjawab, ini pula yang menyebabkan tujuan pendidikan Nasional belum bisa diwujudkan dengan baik sampai sekarang.
3. Keleburan yang menyelimuti para pelaksana pendidikan
di lapangan mereka hanya melaksakan petunjuk-petunjuk yang diberikan pada waktu mengikuti penataran atau pada waktu masih kuliah bila ditanya bagaimana cara mengembangkan manusia seutuhnya atau manusia pancasilais sejati, mereka tentu bingung menjawabnya oleh karena itu perlu dirintis filsafat pendidikan yang cocok dengan kondisi budaya Indonesia suatu filsafat pendidikan yang dijabarkan dari filsafat Pancasila sebagai filsafat Negara, kita tidak perlu meniru sifat Amerika sebagai filsafat hidup mereka berbeda dengan kita.
III.
KONSEP PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI PENDIDIKAN ISLAM
A. KONSEP PENDIDIKAN AL-GHOZALI
TUJUAN a. Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri pada Allah b. kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat 2. KURIKULUM a. Ilmu yang terkutuk yaitu ilmu yang tidak ada manfaatnya baik dunia maupun akhirat seperti ilmu nujub, ramalan dll b. Ilmu yang terpuji yaitu ilmu yang berkaitan dengan peribadatan dalam ilmu ini Al-Ghozali membagi pada dua bagian 1.
a) Wajib Aen seperti shalat, puasa dll b) Wajib Kifayah seperti kedokteran, faroid, ilmu
aqoid dll c. Ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu atau sedikit tercela jika dipelajari secara mendalam, karena dengan dipelajarinya secara mendalam akan menyebabkan terjadinya kekacauan dan kesemrautan antara keyakinan dan keraguan serta dapat pula membawa kekafiran, seperti ilmu filsafat, ilmu logika, ilmu politik, ilmu ilahiyah dll
B. KONSEP PENDIDIKAN IBNU SINA 1. TUJUAN PENDIDIKAN
- Harus diarahkan pada perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti - Tujuan pendidikan harus diaarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup dimasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilih sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimiliki
2. KURIKULUM
didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik. Untuk usia 3 -5 tahun perlu diberikan mata pelajaran olah raga, budi pekerti, kebersihan, seni suara dan kesenian. Untuk usia 6-14 tahun pelajaran membaca, menghafal Al-Quran, agama, pelajaran syair dan olahraga Untuk 14 tahun ke atas harus diberikan kepada anak banyak namun harus dipilih sesuai dengan bakat dan minat sianak
Ibnu Sina menganjurkan kepada guru agar memilih jenis pelajaran yang berkaitan dengan keahlian tertentu yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh anak Kesimpulan dalam menyusun kurikulum a. Mempertimbangkan aspek psikologis yakni minat dan bakat para siswa dalam menentukan keahlian yang akan diilihnya b. Kurikulum yang ditawarkan bersifat pragmatis, fungsional, yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan keterampilan yang dipelajari dengan tuntutan masyarakat atau berorientasi pada pasar c. Strategi pembentukan kurikulum dipengaruhi oleh pengalaman yang terdapat dalam dirinya.
IV. KONSEP DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT 1. Teknologi
Teknologi yang dipelajari hendaknya sesuai dengan situasi dan kondisi nyata di masyarakat. 2. Kelembagaan Ada wadah yang strukturnya jelas, dimiliki, dipimpin, dikelola dan dikembangkan oleh masyarakat disini digugah dan ditumbuhkan partisipasi masyarakat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan kebutuhan pendidikan luar sekolah.
3. Sosial
Program belajar harus bernilai sosial atau harus bermakna bagi kehidupan peserta didik oleh karena itu program harus digali berdasarkan potensi lingkungan dan berorientasi pasar, bukan berorientasi akademik semata 4. Kepemilikan Kelembagaan harus menjadi milik masyarakat bukan milik Instansi Pemerintah 5. Organisasi Aparat pendidikan luar sekolah tidak menangani sendiri programnya, melainkan bermitra dengan organisasi kemasyarakatan 6. Aspek yang paling penting dalam pendidikan berbasis masyarakat antara lain pendidikan sepanjang hayat
V.
PERAN PEMERINTAH DALAM PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT
1. Peran sebagai pelayan masyarakat
Pemerintah perlu menampilkan diri sebagai pelayanan yang cepat tanggap, cepat memberi perhatian, tidak berbelit-belit dan bukan minta dilayani. Masyarakat harus dipastikan sebagai pelayanan yang paling utama. 2. Peran sebagai falisitator Merupakan fasilitas yang ramah, menyatu dengan masyarakat, bersahabat, menghargai masyarakat, mampu menangkap inspirasi masyarakat, mampu membuka jalan, mampu membantu menemukan peluang, memberikan dukungan, meringankan beban, mampu menghidupkan komunikasi dan partisipasi masyarakat tanpa masyarakat merasa terbebani.
c. Peran sebagai pendamping
Kemampuan petugas sebagai teman, sahabat, mitra setia dalam membahas, mendiskusikan, membantu merencanakan dan menyelenggarakan kegiatan yang dibutuhkan masyarakat perlu terus dikembangkan. d. Peran sebagai mitra Sebagai mitra hubungan dalam mengambil keputusan bersifat horizontal, sejajar, setara dalam jalur yang sama sebagai mitra petugas pendidikan, harus dapat saling memberi, saling mengisi, saling mendukung dan tidak bersebrangan dengan masyarakat, tidak terlalu banyak campur tangan yang akan menyusahkan yang membuat masyarakat pasif dan akhirnya mematikan kreatifitas masyarakat d. Peran sebagai penyandang dana
VI.
KARAKTERISTIK MADRASAH DINIYAH
1. Jiwa Keikhlasan Tidak didorong ambisi apapun untuk memperoleh keuntungan tertentu tapi sematamata demi ibadah kepada Allah SWT, jiwa ini terbentuk oleh suatu keyakinan bahwa perbuatan baik mesti dibalas Allah SWT.
2. Jiwa Kesederhanaan Sederhana bukan berarti pasif, melarat dan miskin tapi mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi segala kesulitan, dibalik kesederhanaan itu mengandung jiwa yang besar, berani maju terus dalam menghadapi dinamika sosial
3. Jiwa Ukhuwah Islamiyah 4. Jiwa Kemandirian 5. Jiwa Bebas
Bebas memiliki alternatif jalan hidup dan menentukan masa depan dengan jiwa besar dan sikap optimis menghadapi segala problema hidup berdasarkan nilai-nilai Islam, kebebasan disini juga berarti tidak mau didikte atau terpengaruh oleh dunia luar