PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN KONSEP DIRI, HARGA DIRI, CITRA DIRI
Dosen Pembimbing : Dr.drg. Daisy Novira, MARS
Disusun Oleh: ANNISA WULANDARI P0 5120217003 2A D3 KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU TAHUN AJARAN 2018/2019
1. KONSEP DIRI Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya
pandangan
positif
terhadap
kualitas
kemampuan
yang
dimiliki
mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai
dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep dirididefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter,
maupun
sikap
yang
dimiliki
individu
(Rini,
2002:http:/www.e-
psikologi.com/dewa/160502.htm). Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
2. HARGA DIRI Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. Sedangkan menurut Gilmore (dalam Akhmad Sudrajad) mengemukakan bahwa: “….self esteem is a personal judgement of worthiness that is a personal that is expressed in attitude the individual holds toward himself. Pendapat ini menerangkan bahwa harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1973) memberikan pengertian harga diri (self esteem)sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan. Menurut pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten. Salah
satu
komponen konsep
diri yaitu
harga
diri
dimana harga
diri
(self
esteem) adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain. Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Orang tua dan guru memiliki tanggung jawab besar untuk dapat memenuhi kebutuhan harga diri anak (siswanya), melalui pemberian kasih sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sehat, yang didalamnya terkandung perasaan
harga diri yang stabil dan mantap. Disinilah, tampak arti
penting peran orang tua dan guru sebagai fasiltator. Akhmad Sudrajad mengatakan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan kayakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya (Jordan et. al. 1979).
3. CITRA DIRI Citra diri adalah gambaran tentang siapakah diri kita menurut pendapat kita sendiri. Mungkin citra diri ini tidak sama dengan kenyataan yang terjadi, tetapi kita meyakininya. Citra diri ini membentuk ‘ kepribadian ‘ kita bagaimana kita berlaku, penampilan, mengambil keputusan, termasuk menghargai kondisi tubuh. Kepribadian kita dibentuk oleh 2 komponen besar yaitu a) Citra-diri dan b) Watak seseorang. Inti dari ‘ kepribadian ‘ ini adalah citra diri itu karena ‘ watak ‘ kita dipengaruhi oleh citra diri itu sendiri. Kita bisa menilai diri kita tergantung pada beberapa aspek yaitu aspek tubuh dan aspek psychologi. Sebagai contoh ; orang yang berkelahiran normal akan mempunyai citra diri yang positif, sedangkan orang yang cacat akan memiliki citra diri yang negatif. Itu dtinjau dari aspek pisik. Ditinjau dari aspek psychologis ; orang lahir dari keluarga kaya akan memiliki citra diri positif, sedangkan orang yang kelahiran dari keluarga miskin mempunyai citra diri negatif. Contoh ini bisa dikembangkan tetapi berdasarkan pembagian aspek diatas. Watak adalah kualitas perilaku atau reaksi dari setiap persoalan termasuk
cara menghadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut. Jadi kedua komponen besar diatas membentuk kepribadian kita dalam kehidupan sehari-hari. Citra diri dapat digolongkan kepada 2 golongan besar yaitu citra diri positif dan citra diri negatif. Citra diri positif akan mempunyai watak atau sikap percaya diri yang tinggi, menghargai diri sendiri, dan dapat menerima diri seperti apa adanya. Disamping itu orang ini pula memiliki watak yang baik dalam pergaulan sosial, mengembangkan potensi diri secara seoptimal mungkin. Bagi orang yang mempunyai citra diri negatif, mempunyai watak atau sikap yang rendah diri, sombong, pemalu, peragu, pergaulannya terhambat. Apakah kita bisa merubah citra diri itu ? Seperti diuraikan dimuka bahwa citra diri itu menunjukan kepribadian kita yang sebenarnya yang dilihat oleh orang lain, bukan berdasarkan penilaian kita sendiri. Walaupun penilaian ini secara subyektif, tanpa mempertimbangkan kenyataan yang ada maka hal itu dapat dirubah. Penilaian kita dilakukan atas dasar ingatan dan pengalaman yang lalu, sehingga secara tidak sadar tercermin keluar dari diri kita. Jadi penilaian atas citra diri ini hanya berdasarkan perasaan kita sendiri saja, pada hal sesungguhnya lain dari itu. Oleh karena itu sulit diidentifikasi untuk melakukan perubahan, apa lagi hanya merupakan reaksi emosional belaka. Perlu dibuat daftar hal-hal positif pada diri kita dan daftar hal-hal negatif yang kita miliki. Secara sadar dan jujur mengakui kekurangan maupun kelemahan kita, sehingga tepat mengambil solusinya. Kita menilai diri kita secara seobyektif mungkin bukan lagi berdasarkan perasaan kita. Fakta menunjukan sebenarnya banyak hal-hal yang positif terlewatkan begitu saja tanpa dapat memanfaatkan secara optimal. Disamping itu perlu dipertimbangkan, apa yang dikatakan orang lain termasuk keluarga terhadap diri kita. Hati-hatilah meminta penilaian orang lain karena ada yang mempunyai motivasi tertentu sehingga menyanjung atau membesar-besarkan ( ABS ). Ingatlah penilaian terakhir adalah keputusan kita sendiri, karena kitalah yang akan melakukannya ( Obyektif ). Banyak orang tidak sadar atas citra diri ini bermanfaat dalam pergaulan sosial seharihari karena merupakan kepribadian kita yang sebenarnya. Tetapi ada pula orang yang menilai diri secara berlebihan sehingga kelihatan seperti orang sombong, angkuh atau merasa pintar pada hal sebaliknya. Cara penilaian diatas dapat menemukan kepribadian
kita secara obyektif walaupun menurut perasaan kita tidak sesuai atau berbeda dengannya. Dengan kepribadian yang baik kita mempunyai karakter yang pasti dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Orang lain akan cepat mengetahui sifat maupun keadaan kita sehingga mudah ditebak oleh orang lain. Orang demikian dikatakan mempunyai prinsip hidup atau karakter yang kuat sehingga bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.