PENGEMBANGAN ILMU Mata Kuliah Sejarah Intelektual Pendidikan Islam Dosen : Prof. DR. Khaerul Wahidin, M.Ag
Disusun oleh: HARUN ARROSYID NIM: 09061035
PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI CIREBON 2009
PENDAHULUAN
Pengembangan ilmu tidak bisa dilepaskan dengan perkembagan kemajuan pemikiran, yang selama ini ketertinggalan suatu pendidikan dampak hal kurang diminati masyarakat sekarang. Hal ini sebagaimana tergambar dalam masyarakat kita pengembangan jiwa dalam kata lain masyarakat yang perlunya suatu kemajuan yang tampak dalam masyarakat, sesekali disisi lain masyarakat menginginkan tetap seperti ini (tradisional). Dengan kemajuan itu masyarakat justru menginginkan sesuatu yang mempunyai nilai positif dalam pengembangan ini. A. Pengertian Sudah saatnya pembangunan yang erat kedewasaan ini dijalankan kaitannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan disisi lain juga teknologi begitu pesat, begitu juga pentingnya peranan islam bagi kemajuan ilmu pengetahuan dibahas dalam kesempatan ini. Begitu juga yang diketahui, Yunani adalah tempat lahirnya filsafat dalam ilmu pengetahuan, kira-kira pada 600 Sebelum Masehi. Dalam pemikiran alam dros, Heraclitos, Democritos, dan selanjutnya Phytagoras, Socrates, Plato, dan Aristoteles banyak memakai akal dalam melahirkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.1 Perkembangannya dalam kemajuan pendidikan masyarakat kita masih belum mengena, oleh sebab itulah, dalam perkembangan filsafat ilmu juga mengarahkan pada pengembangan ilmu, begitu juga dengan islam. Dalam perkembangan islam periode awal meliputi masa kehidupan Nabi Muhammad SAW dan masa pemerintahan Khulafa' al-Rasyidin. Periode awal perkemmbangan islam dibedakan dari periode berikutnya dengan pertimnbangan bahwa selama kekuasaan Nabi dan para penggantinya (khulafa' rasyidin), kekuasaan masih berpusat di wilayah Arab. Dan menginngat masa antara kehidupan Nabi SAW dan masa penggantinya relatif 1
Prof. Dr. Harun Nasution,Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Penerbit Mizan 1996. Hlm: 297
hanya sekitar 29 tahun (Nabi wafat tahun 632 M. dan Ali RA. Wafat tahun 661 M). di zaman pemerintahan Umar Ibn Khattab wilayah kekuasaan Islam sudah meluas ke luar tanah Arab, dan dalam perkembangan dipekirakan berkembang sejalan dengan latar belakang sejarah penyebaran agama Islam di mulainya dari Mekkah dan madinah peradaban baru yang didasarkan pada konsep ajaran agama (Islam). Perkembangan ilmuwan Islam dapat dibagi menjadi dua priode: a. periode klasik Masa pasca pemerintahan khulafa' al-Rasyidin hingga masa imperialis barat dan meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan Island an juga kemunduran kekuasaan Islam secara politis hingga ke awal abad XIX. Pada perode ini dapat dibagi menjadi emapat pertimbangan menjadi bahan pembagian, Pertama, sistempemerintahan; kedua, luas wilayah kekuasaan; ketiga, kemajuan-kemajuan yang dicapai; keempat, hubungan antar Negara. Keempat factor ini selanjutnya dijadikan kerangka acuan dalam pendekatan terhadap perkembangan pemikiran yang berkaitan dengan filsafat pendidikan islam. Upaya yang menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan dan falsafat tampaknya diremudah oleh sejumlah factor pendukung yang cukup potensial. Pertama, secara politis terlihat kekuasaan Islam sedang berada dalam puncak kekuatannya. Kedua, wilayah koloni baru yang demikian luasnya memberi dukungan sumber dana yang besar. Ketiga, para peengusaha umumnya memiliki niat terhadap keilmuan, secara tidak langsung terkait dengan kepentingan kerajaan. Keempat, tumbuhnya semacam kecendrungan baru dalam pemikiran rasional dikalangan ilmuan Muslim. Disamping itu semangat ini mendorong para ilmmuan unntuk mengkaji karya-karya asing yang bermanfaat. Dan memunculkan tokoh-tokoh seperti: 1. Ibnu Qutaibah (213-276 H) Seorang keturunan Parsi sebagian besar usianya dihabiskan di Bagdad dan ia belajar pada ulama terkemuka di zamannya seperti Abu al-Fadl al-Rayyani, Ishaq
Ibn Rahawiyah al-Mahruzi al-Nasaiburi dan Abu Hatim. Beliau dikenal sebagai ilmuwan dalam bahasa arab dan sejarah, selain itu ia dikenal sebagai ilmuan yang produktif karyanya yang terkenal Uyun al-Akhbar dalam buku ini Ibn Qutaibah menulis mengenai akhlak yang menyangkut akhlak terpuji dan tercela bagi kaum wanita. 2. Abu Sai'id Sahnun dan Muhammad Ibn Sahnun Abu Sai'id Sahnun lahir di kairawan sekitar tahun 160 H. menuntut ilmu di Mesir, Hijaz dan Syam. Karyanya kurang dikenal kemudian ilmuwan yang lebih dikenal adalah Muhammad Ibn Sahnun al-Tanuhi yang juga berasal dari kairawan yang lahir tahun 202 H. Ia merupakan pemikir yang mempelopori pembeharuan pendidikan di zaman keemasan Islam, pemikiran pendidikan yang lepas dari ketertaitan dengan sastra dan mashab-mashab pemikiran falsafat. Karyanya yang berjudul Adab al-Mu'allimin. 3. Ibn Masarrah (269-319 H) Muhammad Ibn Abdillah Ibn Masarrah al-Jabali seorang Muslim Andalusia (sepanyol), lahir di Cordova pada tahun 269 H dan wafat di Zawiyah dekat Cordova tahun 319 H/931 M. dikenal sufi dan filosof Muslim pertama di belahan wilayah Islam Barat selain itu dikenal penulis pemikirannya mengenai pendidikan dalam bukunya yang berjudul Kitab al-Tabsirat (Buku pengajaran), dan Kitab alHuruf (lambing-lambang huruf). Dalam pemikiran falsafatnya Ibn Masarrah juga menguraikan tentang sifat-sifat jiwa manusia . 4. Ibn Maskawaih (330-421 H) Abu 'Ali Ibn Muhammad Maskawaih dilahirkan di Ray tahu 330 H/940 M. jumlah karyanya berjumlah 18 judul, dan kebanyakan berhubungan dengan masalah kejiwaan dan akhlak. Salah satu dari karyanya yang termuat dalam bukunya Tahzib al-Akhlaq (Pendidikan Akhlak) dan juga banyak judul yang
berkaitannya dengan pendidikan lainnya seperti al-Mufashalah li al-Ahwal alMuta'allimin Wa al-Akhlak al-Mu'allimin Wa al-Muta'allimin (klasifikasi dan Rincian tentang siswa, keterangan mengenai pada pendidikan dan siswa). Ia juga berpendapat bahwa penulisan sejarah harus di landaskan atas kajian yang bersifat ilmiah dan filosofis. 5. Ibn Sina (370-428 H) Abu Ali al-Husain Ibn Abdullah Ibn Sina lahir di Bukhara tahun 370 H/980 M. di usia mudanya (17 tahun) dikenal sebagai filosof kedokteran terkemukaka di Bukhara, selain itu juga di kenal sebagai tokoh yang luar biasa. Ia seorang ilmuwan juga dapat melakukan sebagai pekerjaan dengan baik seperti dalam bidang kedikteran, pendidikan, penasehat politik, pengarang, dan bahkan menjadi wazir (mentri). Pemikiran Ibn Sina yang banyak kaitannya dengan pendidikan, barangkali menyangkut pemikirannnya tentang falsafat ilmu. 6. Al-Gazali (450/1058-505/1111 M) Abu Hamid Muuhammad Ibn Muhammad al-Gazali dilahirkan di Thusia di daerah Khurasan (Persia), tahun 450 H/1058 M. sejak kecil al-Gazali dikenal sebagai anak senang dengan ilmu pengetahuan, diantara guru yang terkenal yang pernah jadi gurunya ialah iamam al-Juwaini (Imam al-Haramain) waktu di Naisabur. Pemikiran pendidikan al-Gazali termuat dalam tiga buku karangannya, yaitu Fatihat al-Kitab, Ayyuha al-Walad dan Ihya Ulum al-din. Menurut pendapat Iman al-Gazali, pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat (Fatihiyat, 1986:22). Pemikiran dari dari tokoh-tokoh tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pemikiran pendidikan di periode klasik ini di tandai beberapa hal antara lain: pertama, pemikiran dilandaskan atas upaya menelaah konsep-konsep ajaran Islam dan menerapkannya dalam bidang pendidikan. Kedua, usaha tersebut ditujukan
untuk menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan beragama dan masyarakat , sebagai bukti bahw aajaran Islam memuat konsep yang berhubungan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ketiga, konsep ajaran Islam berhubung dengan pengembangan peradaban manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Keempat, peradaban dikemabangkan melalui timbale balik agama dan ilmu. Kelima, pemikiran asing digunakan sebagai pelengkap buakan unsure yang mendominasi konsep yang bersumber dari ajaran Islam.2 b. periode moderen menunjuk kepada pembagian priodisasi sejarah Oslam yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Harun Nasution, bahwa periode moderen dimulai sejak tahun 1800 M. Menjelang periode moderen ini, setelah Bani Abbas dan Bani Umayyah secara politik dapat dilumpuhkan, kekuasaan Islam masih dapat dipertahankan. Tiga kerajaan besar yaitu Kerajaan Turki Utsmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika), kerajaan Safawi (Persia) dan kerajaan Mughol (India) masih memgang hegemoni kekuasaan Islam. Namun menjelang abad ke-18 kerajaan-krajaan Islam tersebut, suatu dapat dikuasai oleh bangsa-bangsa Eropa (Barat). Pengaruh pembaratan yang berlangsung sejak abad ke-17 atau awal abad ke18 itu mulai disadari oleh para intelektual di Negara-negara Islam menjelang akhir abad ke-19 di dalam bidang pendidikan. Walaupun tidak persis benar, namun dilema tersebut membekas pada pemikiran dalam bidang pendidikan di Negara-negara Islam di abad Moderen hingga sekarang. Sejumlah pemmikir mengenai pendidikan dikemukakan oleh para tokoh pembahru dalam bidang pendidikan di berbagai Negara Islam akan dikemukakan berikut ini. 1. Rifa'at Badawi Rafi at-Thahthawi (1801-1873)
2
Dr. Jalaluddin dan Drs. Usman Said.Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan pemikirannya, PT. Raja Garafindo Persada, Jakarta. Hlm: 145
at-Thahthawi seorang pemikir pendidkan Mesir, yang dilahirkan di kota Thohtha (Mesir sebelah selatan) tahun 1801. Ayahnya masih mempunyai hubungan keturunan Husein cucu Nabi Muhammad SAW.(Muhammad Munir Mursyi, 1982:285). Ia belajar di Prancis atas biaya Muhammad Ali yang menjadi Pasya di Mesir ketika itu, selama belajar di Prancis at-Thahthawi berusaha melangkapi wawasan ilmiahnya dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti sejarah, teknik, ilmu bumi, politik dan lain-lain. Selain itu juga sempet menerjemah sebanyak 12 buku risalah, antara lain tentang sejarah Alexander Macedonia, buku bergaia bangsa, mengenai ilmu bumi, risalah mengenai teknik, mengenai hak-hak mannusia, tentang kesehatan jas mani dan rohaninya. Ide-ide dan pemikirannya terhadap pendidikan ia tulis dalam buku al-Mursyid al-Amin fi Tarbiyah al-Banin (pedoman tentang pendidikan anak) yang meliputi: a. Pembagian jejang pendidikan atas tingkat permulaan, menengah dan pendidikan tinggi sebagai pendidkan akhir. (Muhammad Munir Mursi:289-290) b. Pendidikan diperlukan, karena pendidikan merupakansalah satu jalan mencapai kesejahteraan (Harun Nasution:47) c. Pendidikan mesti dilaksanakan dan diperuntukan bagi segala golongan (Harun Naasution:47) 2. Muhammad Abduh (1849-1905) Pemikiran Muhammad Abduh tentang pendidkan dinilai sebagai awal dari kebangkitan umat Islam di awal abad ke-20. Pemikiran Muhammad Abduh yang di sebarluaskan melalui tulisan di majalah al-Manar dan al-'Uwat alWusqa menjadi rujukan para tokoh pembaharu dalam dunia Islam, hingga di berbagai Negara Islam muncul gagasan mendirikan sekolah-sekolah.
3. Isma'il Raj'I al-Faruqi (1921-1986)
Menurut pandangan al-Faruqi umat Islam sekarang berada dalam keadaan yang lemah. Kemrosototan muslim dalam zaman kemunduran menyebabkan kebodohan. Di kalangan kaum muslimin berkembang buta huruf, kebodohan dan tahayul. Akibatnya muslim yang awam lari kepada keyakinan yang buta, bersandar kepada literalisme dan legalisme atau menyerahkan diri kepada Syaikh (Pemimpin) mereka. Makanya umat menjadi fanatik secara harfiyah kepada syari'at dan meninggalkan suatu sumber kreativitas yang telah mendapat dalm bentuk ijtihad (al-Faruqi:40).3 B. Pengembangan Ilmu di Inndonesia Sementara pemikiran pembaruan di Indonesia muncul terlambat lima puluh tahun dari India seratus tahun dari Mesir dan Turki. Dalam pada itu latar belakang ide pembaruan di Indonesia jauh berbeda dengan latar belakang yang ada di Mesir, Turki, dan India. Mesir yang mempunyai Kairo sebagai ibu kota dengan Universitas al-Azhar yang didirikan pada abad kesepuluh, merupakan pusat peradaban Islam dan kekuatan politik yang besar pengaruhnya di Dunia Islam pada masa lampau. Turki sendiri merupakan salah satu dari tiga Negara besar di Dunia Islam abadabad keenam belas samapi abad keddelapan belas, ketika di Eropa. Prancis dan Inggris belum muncul sebagai Negara yang berpengaruh dalam politik internasional. Adapun India, dengan berdirinya di sana kerajaan Mughal, merupakan Negara kedua dari ketiga Negara besar tersebut di atas. Delhi merupakan pusat kekuasaan dan kebudayaan Isalm di Dunia Islam bagian timur. Maka ketiga Negara itu sadar bahwa sebagai pusat kekuatan politik dan kebuadayaan Islam. Dan ketiga Inggris dan Prancis memulai penetrasi mereka ke dunia Islam , mereka sadar, kejayaan dan kesaran mereka sudah berakhir. Kesadaran inilah membuat mereka mempelajari dasar-dasar kemajuan Barat dan mereka mengetahui, bahwa dasar utamanya adalah pemikiran rasional dan ilmiah yang 3
Ibid, 157
berkembang di barat karena pengaruh Ibn Rusyd. Oleh karena itulah, pemikir-pemikir pembaruan di keriga Negara itu mengubah pemikiran rasional danilmmiah. Dan telah digambarkan Mesir dan India bahkan dihidupkann kembali pemikiran rasional Mu'tazilah. Keadaan di Indonesia berbeda sekali dengan ketiga Negara di atas, Islan berkembang di Indonesia mulai abad ketiga belas dalam keadaan Islam bukanlah zaman keemasan dengan pemikiran rasional dan kebudayaan denganpemikiran trdisional dan corak tarekat fiqihnya. Dalam pada itu penetrasi Barat ke Indonesia lebih awal dari Timur Tengah, yaitu pada abad keenambelas. Oleh sebab itulah faktor yang mendorong pembaruan di Indonesia bukanlah kesadaran akan kejayaan dan kebsaran Islam mas lampau, tetapi factor lain adalah pengalaman dan pengetahuan orang-orang Indonesia yang belajar di Mekkah dan Kairo dimana pembaruan tumbuh dan berkembang; system pendidikan sekolah Pemerintahan Belanda yang tidak memasukkan pendidikan agama kedalam kurikulumnya; usaha-usaha misi Kristen yang berkembang di berbagai daerah Indonesia; dan pengaruh tarekat dalam masyarakat Islam Indonesia.4 Dalam kajian islamisasi Nusantara, memang ada teori penyebaran Islam. Penyebaran awal islam menempel pada ajaran local.5 Di Indonesian sendiri ada tokkoh berpengaruh dalam dunia pendidikan dalam kontek keilmuan sebut saja dalam dua organisasi besar yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, yang kita kenal KH. A. Dahlan tokoh pendiri Muhammadiyah yang banyak di anggap sebagai pembawa pembaruan di Indonesia dikenal sebagai gerakan moderenis banyak dipengaruhi ide-ide pembaruan Mhaummad Abduh metode berfikir rasional Mu'tazilah6. Organisasi Nahdlatul Ulama yang di kenal tokohnya yaitu KH. Hasyim Asy'ari yang banyak dipengaruhi ide-ide tradisionalis Asy'ariyah
4
Islam Rasional, Hlm: 152. Prof. Dr. Jalaluddin Rahmat. Jurnal Ciganjur Edisi 03/Th.I/tahun 2006. hlm: 61 6 Dr. Adeng Muchtar Ghazali, M.Ag. Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Moderen. Pustaka Setia Bandung, 2005. Hlm: 99 5
pendiri teologi skolastik Islam (ilmu kalam)7, dalam pengembangan pendidikan dengan Pondok Pesantren. Kedua tokoh ini sangat berpengaruh sekali di Indonesia dan punya ciri khas masing-masing, boleh dikatan kaum sarungan dalam NU begitu juga dengan Muhammadiyah. C. Kesimpulan Melihat dari sisi tokoh-tokoh dalam peiode klasik dan moderen sangat mengutamakan pendidikan yang dilandasi ajaran Islam, yang ditujukan untuk menrapkan dalam kehidupan beragama dan Masyarakat bias memuat semua aspek kehidupan, sedangkan pemikiran Barat sebagai pelengkap saja. Sedangkan peride Moderen mengenai pemikiran pendidikan Islam terangkum dalam Komperensi Pendidikan Islam Sedunia. Dalam perkembangan di Indonesia adalah pengalaman dan pengetahuan orang-orang Indonesia yang belajar di Mekkah dan Kairo dimana pembaruan tumbuh dan berkembang; system pendidikan sekolah Pemerintahan Belanda yang tidak memasukkan pendidikan agama kedalam kurikulumnya.
7
Ibid. hlm: 99
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Jalaluddin dan Drs. Usman Said.Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan pemikirannya, PT. Raja Garafindo Persada, Jakarta. Prof. Dr. Harun Nasution,Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Penerbit Mizan 1996. Prof. Dr. Jalaluddin Rahmat. Jurnal Ciganjur Edisi 03/Th.I/tahun 2006. Dr. Adeng Muchtar Ghazali, M.Ag. Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Moderen. Pustaka Setia Bandung, 2005.