PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI WARUNG BACA LEBAK WANGI, RUMAH BACA KWARTET, DAN RUMAH BACA ZHAFFA
RABIA ADAWIAH 1215041044 Teknologi Pendidikan
Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2008
LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
NAMA
TANDA TANGAN
TANGGAL
Dra. Jeni Adria Jahja, M.Si. (Pembimbing I)
...................................
………………..
Prof. Dr. B.P Sitepu. M. A. (Pembimbing II)
..................................
………………..
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan
( Dra. Dewi Salma Prawiradilaga, M.Sc ) NIP. 131.285.496
i
ABSTRAK RABIA ADAWIAH. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Skripsi. Jakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas pengelolaan taman bacaan masyarakat yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa yang dilihat pada tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini tidak ada usaha apapun untuk merubah atau merekayasa keadaan tempat penelitian. Penelitian tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti, yaitu pengelolaan taman bacaan masyarakat. Jika ditinjau berdasarkan ruang lingkupnya, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Oleh karena penelitian ini dilakukan terhadap tiga taman bacaan masyarakat, maka pendekatan penelitian yang digunakan termasuk ke dalam pendekatan multiple case study. Data diperoleh dari dokumen dan pengelola di tiap-tiap tempat penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik wawancara dan observasi, serta dokumentasi untuk memperoleh data penunjang. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara dan lembar observasi. Hasil penelitian ini hanya berlaku terhadap ketiga taman bacaan masyarakat yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan untuk taman bacaan masyarakat yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa melakukan kegiatan pengelolaan taman bacaan masyarakat meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan pada tiap-tiap taman bacaan masyarakat memiliki persamaan dan perbedaan. Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar berupa lingkungan yang dapat mencapai tujuannya jika dengan maksimal sehingga dapat menjadi wadah untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang kuat untuk membentuk masyarakat pembelajar. Oleh karena itu disarankan kepada pengelola Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa perlu untuk terus mengupayakan perbaikan pelaksanaan kegiatan agar dapat mengoptimalkan kegiatan pelayanannya.
ii
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
14
C. Pembatasan Masalah
15
D. Perumusan Masalah
15
E. Tujuan Penelitian
16
F. Kegunaan Penelitian
17
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Hakikat Minat Baca Masyarakat 1. Pengertian Membaca
19
2. Tujuan Membaca
21
3. Manfaat Membaca
22
4. Pengertian Minat Baca
23
iii
B. Hakikat Taman Bacaan Masyarakat 1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat
26
2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat
28
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
29
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat
30
5. Peran Taman Bacaan Masyarakat
30
6. Taman Bacaan Masyarakat sebagai Sumber Belajar
32
C. Hakikat Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat 1. Pengertian Pengelolaan
36
2. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
39
D. Kajian Penelitian yang Relevan
61
E. Kerangka Berfikir
63
BAB III METODOLOGI PENELTIAN A. Tujuan Penelitian
68
B. Tempat dan Waktu Penelitian
68
C. Metode Penelitian
69
D. Sumber Data
70
E. Tekhnik Pengumpulan Data
71
F. Instrumen Penelitian
71
G. Tekhnik Analisis Data
72
iv
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data
73
B. Analisis Data
129
C. Keterbatasan Penelitian
169
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan
170
B. Implikasi
172
C. Saran
173
DAFTAR PUSTAKA
174
LAMPIRAN
v
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Peranan peserta didik dalam kehidupan masyarakat, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, merupakan hasil (output) dari sistem dan fungsi pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan, dan martabat manusia baik individu maupun sosial. Pendidikan berfungsi sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia yang modern guna menghadapi perkembangan zaman di masa mendatang. Suatu bangsa yang maju dan modern, ditandai oleh sikap menjunjung tinggi profesionalisme, menghargai prestasi, efisiensi, memiliki etos kerja, berdisiplin serta memiliki kesadaran pemanfaatan waktu untuk kegiatan produktif, sadar Iptek dan senantiasa memperbaharui diri melalui belajar. Salah satu sarana belajar yang paling efektif adalah dengan membaca. Oleh karena perubahan zaman yang cepat seperti sekarang ini, tanpa membaca, masyarakat akan semakin tertinggal oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak setiap orang harus menguasai teknologi, setidaknya mengetahui perkembangannya, supaya tidak hidup dalam
2
keterasingan akibat miskin informasi yang berkembang di sekitarnya. Dan untuk mengetahui perkembangan tersebut, masyarakat tidak cukup hanya melalui menonton tayangan-tayangan televisi dan media elektronik lainnya. Melalui membaca seseorang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang jauh terjadinya di masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui membaca. Dengan demikian, membaca mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Apa yang diketahui orang melalui kegiatan membaca pada hakekatnya adalah informasi. Artinya dengan membaca seseorang mendapatkan sejumlah informasi yang dalam kadar tertentu bisa mempengaruhi sikap dan pandangan-pandangannya tentang perilaku kehidupannya. Melalui membaca seseorang dapat menemukan sejumlah informasi yang bisa menjadikannya banyak tahu. Dari hasil kegiatan tersebut memungkinkan seseorang untuk berusaha menghubungkan konsep yang satu dengan yang lainnya sehingga menjadi rangkaian konsep yang mempunyai arti bagi dirinya, yang pada akhirnya menambah kekayaan informasi yang sudah dimilikinya. Penambahan informasi yang kaya tersebut dapat dilakukan dengan membaca berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan. Dari sini timbul minat untuk menambah informasi untuk kepentingan kehidupannya, yakni melalui membaca. Konsep minat membaca secara umum, dapat
3
dideskripsikan sebagai suatu perhatian yang terus-menerus dari seseorang terhadap kegiatan membaca karena adanya harapan mendapatkan manfaat dari kegiatan membaca tersebut. Minat baca itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu sikap seseorang untuk mencurahkan perhatian akan sikap ingin tahu yang intelektual dan bijaksana, disertai dengan usaha konstan untuk menggali bidang-bidang pengetahuan (informasi) yang baru, dan adanya kesediaan untuk menyediakan waktu guna melakukan kegiatan tersebut. Dari pemahaman akan minat baca seperti itu, maka minat baca diawali dari melakukan kegiatan membaca, kemudian menjadi minat membaca, dan minat tersebut menjadi suatu kebiasaan untuk menggemari kegiatan membaca, yang kemudian mengkristal menjadi budaya membaca. Budaya membaca sangat erat kaitannya dengan kemampuan membaca. Artinya, hanya masyarakat yang memiliki kemampuan membaca yang tinggi yang mampu menerapkan pola budaya baca sebagai bagian terpenting yang mampu menuntun kehidupan masyarakat. Tingkat minat baca masyarakat Indonesia sendiri masih rendah. Bahkan, kegiatan membaca buku belum dianggap sebagai suatu kebutuhan dalam hidup. Kenyataan ini tentunya memprihatinkan, karena minat membaca yang identik dengan minat belajar menjadi kemampuan dasar yang sangat
penting.
Pengalaman
pembangunan
negara-negara
maju
membuktikan bahwa tingkat kemajuan yang dicapai suatu bangsa mayoritas
4
ditentukan oleh keberhasilan bangsa itu dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas seluruh masyarakatnya. Ada beberapa hambatan yang menyebabkan minat membaca masyarakat Indonesia hingga kini belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Salah satunya, karena pesatnya perkembangan budaya media elektronik, terutama televisi dan sarana hiburan lainnya, seperti bioskop, taman hiburan, mall, dan yang lainnya, masih sangat digemari masyarakat pada umumnya. Bagi masyarakat yang masih berorientasi pada nilai-nilai kebersamaan, seperti menonton TV, yang pada umumnya tidak dilakukan sendirian, lebih menyenangkan dan mengasyikkan dari pada membaca, yang biasanya dilakukan secara individual. Hambatan yang lain ialah masih kurangnya minat terhadap bahan bacaan seperti koran, majalah, dan buku-buku. Masyarakat umumnya lebih cenderung untuk memilih bahan bacaan komik yang menarik untuk di baca. Permasalahan yang muncul disini adalah bagaimana agar buku-buku yang mendidik juga menjadi menarik untuk dibaca. Selain itu, kegemaran membaca juga berkaitan dengan lemahnya kemampuan dalam bidang ekonomi. Rendahnya kemampuan ekonomi (pendapatan) masyarakat kita sering membuat masyarakat kurang mampu menjangkau atau membeli bukubuku dan kepustakaan lainnya yang dirasa cukup tinggi. Dengan demikian, kebutuhan akan memperoleh bahan bacaan ditempatkan dalam prioritas bawah.
5
Karena itu, upaya untuk menumbuhkembangkan gemar membaca harus dimulai dari usaha dalam meniadakan kendala utama yang menyebabkan orang tidak mampu atau malas membaca. Maka, metode dalam menggalakkan minat baca pada masyarakat juga perlu diubah, agar masyarakat dapat berminat melakukan kegiatan membaca. Kegiatan membaca harus menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan murah. Oleh karena itu dibutuhkan suatu wadah atau tempat yang dapat menjadi sarana membaca yang dapat menarik perhatian masyarakat. Dalam rangka mencapai masyarakat belajar (learning society) diperlukan adanya kebebasan kepada warga masyarakat untuk belajar apa saja yang diminati dan dibutuhkan. Sesuai dengan prinsip pembelajaran seumur hidup, warga masyarakat harus memiliki kesempatan dan kebebasan untuk memperoleh pembelajaran dari mana saja, dan kapan saja. Untuk mewujudkan prinsip bahwa pendidikan adalah untuk semua serta pendidikan berlangsung sepanjang hayat, diperlukan adanya sumber-sumber belajar dalam jumlah dan mutu yang memadai sehingga setiap orang dapat dengan mudah memperoleh kesempatan belajar mengembangkan potensi diri dan lingkungannya.
Tersedianya
sumber-sumber
belajar
tersebut
akan
mendorong serta mempercepat terwujudnya masyarakat belajar (learning society) yang merupakan jembatan menuju masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, dan berakhlak.
6
Salah satu upaya masyarakat, secara perseorangan atau bersamasama/kolektif, dalam usaha pengembangan budaya baca sebagai wujud keikutsertaannya
dalam
penyelenggaraan
pendidikan
ialah
dengan
menyediakan sumber belajar dalam bentuk taman bacaan di tengah masyarakat. Upaya ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dengan membaca, masyarakat memperoleh informasi yang dapat mengubah prinsip/prilaku, kemudian membentuk pola pikir (mind set) yang memotivasi prilaku yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya secara jasmani dan rohani. Dengan demikian, masyarakat belajar dan terpelajar yang diinginkan akan terbangun melalui masyarakat gemar membaca (reading society). Sumber belajar dalam bentuk taman bacaan ini tumbuh di tengahtengah masyarakat dengan berbagai kegiatan dan mutu pelayanan yang kalau dikembangkan secara terencana, sistematis, dan sistemik dapat berfungsi secara potensial memberikan kemudahan belajar kepada semua kalangan masyarakat. Sumber belajar yang menyentuh kehidupan berbagai kalangan masyarakat, termasuk masyarakat kalangan bawah atau pinggiran, tentu sangat diperlukan untuk mendorong terwujudnya masyarakat belajar sepanjang hayat secara meluas. Sumber belajar seperti itu juga diperlukan oleh aksarawan baru dan anggota masyarakat lainnya agar berpengetahuan, berketerampilan, dan berbudaya maju. Dalam
kawasan
Teknologi
Pendidikan,
ada
sumber
belajar.
AECT(1997) memberikan definisi bahwa sumber belajar adalah berbagai
7
atau semua sumber baik yang berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Dalam bukunya, Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber belajar (1986), menurut Mudhoffir Sumber belajar ada enam, yaitu: pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Pesan didefinisikan sebagai ajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Semua bidang studi atau mata pelajaran adalah termasuk pesan. Sumber belajar berupa Orang didefinisikan sebagai manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Yang termasuk ke dalam sumber belajar Orang adalah Guru Pembina, guru pembimbing, tutor, murid, pemain, pembicara. Sumber belajar berupa bahan adalah sesuatu (media atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat maupun oleh dirinya sendiri. Sumber belajar berupa bahan bisa berupa Transparansi, bingkai, film, film rangkai, audio tape, buku, majalah, bahan pengajaran terprogram, dan lain lain. Sumber belajar berupa Alat diartikan oleh Mudhoffir sebagai sesuatu (biasa pula disebut hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan. Yang termasuk ke
8
dalam sumber belajar berupa alat yaitu: proyektor bingkai film rangkai, film, overhead, pesawat radio, pesawat TV, komputer, dan lain lain. Sumber belajar berupa Teknik didefinisikan sebagai prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Yang termasuk di dalam sumber belajar berupa Teknik antara lain: pengajaran terprogram, belajar sendiri, mastery learning, discovery learning, simulasi, permainan, demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain-lain. Sumber belajar berupa Lingkungan adalah situasi sekitar di mana pesan diterima. Lingkungan dibedakan menjadi dua jenis yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Contoh Lingkungan fisik: gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, pusat sarana belajar, studio, auditorium, museum, taman, dan lain-lain. Contoh Lingkungan non fisik: penerangan, sirkulasi udara, dan lain-lain. Berdasarkan pengertian sumber belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa Taman Bacaan Masyarakat merupakan salah satu sumber belajar. TBM merupakan salah satu lingkungan fisik yang dapat dijadikan sumber belajar. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan sumber belajar pendidikan yang nonformal, khususnya dalam peningkatan minat membaca. Upaya ini dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan nonformal bagi komunitas
(sekelompok
masyarakat).
Karena
sasarannya
merupakan
kelompok masyarakat sekitar, maka TBM lebih bersifat umum dibandingkan
9
dengan Perpustakaan. Sampai dengan tahun 2007 berdasarkan Direktori TBM di Direktorat Pendidikan Masyarakat, Ditjen Pendidikan Nonformal dan Informal, terdapat 1.029 TBM yang tersebar di 30 Propinsi, dengan jumlah yang bervariasi antarpropinsi. Di samping jumlah TBM tersebut, diyakini masih terdapat lebih banyak TBM lain yang belum terdata. Taman Bacaan Masyarakat merupakan wadah membaca yang suasananya didesain terbuka seperti taman atau halaman rumah dan bahan bacaannya bersifat ringan, praktis sesuai dengan kebutuhan komunitas. Koleksi bahan bacaan di Perpustakaan lebih bersifat akademis dan ditempatkan pada ruangan tertutup. Dengan konsep ini, TBM diasumsikan sebagai tempat membaca yang santai, tidak seperti Perpustakaan yang lebih terkesan serius. TBM memberikan pelayanan yang lebih luas dari sekedar pelayanan perpustakaan. Perpustakaan hanya melayani kegiatan peminjaman dan membaca, sedangkan TBM memberikan pelayanan yang lain seperti mengadakan kegiatan berdiskusi dan mempraktekkan isi buku bacaan yang bersifat lifeskills, memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar, berkolaborasi dengan kegiatan ekonomi, melakukan promosi bahan bacaan dan TBM itu sendiri. Oleh karena itu, TBM merupakan wadah pembelajaran yang bersifat praktis. Sebagai wadah yang menyediakan bahan bacaan yang didirikan oleh masyarakat di suatu kelompok masyarakat, TBM mendukung pengembangan
10
budaya baca di kelompok masyarakat tersebut. Melalui TBM, masyarakat dapat mengembangkan budaya baca dan peningkatan produktifitas, sehingga dapat tercipta masyarakat yang candu belajar serta mampu meningkatkan kemampuannya secara mandiri. Penyediaan bahan bacaan dan program di TBM ditentukan berdasarkan kebutuhan informasi masyarakat sekitar. Artinya, TBM sebagai salah satu wadah yang berfungsi untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada masyarakat melalui bahan bacaan dan pembelajaran. Keberadaan pengelola TBM yang bertindak sebagai fasilitator, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan yang berinteraksi langsung dengan warga baca atau pengunjung TBM. Sebagai satuan pembelajaran dalam pendidikan nonformal, TBM memiliki program-program literasi yang menarik sekaligus mendidik untuk merebut
perhatian
masyarakat.
TBM
melakukan
metode
dalam
menggalakkan minat baca pada masyarakat yang berbeda dengan pendidikan formal. Agar kegiatan pembelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan, berbagai program diselenggarakan, mulai dari storytelling, pelatihan menulis, diskusi tentang buku bacaan dan lainnya. Mendukung metode belajar yang nyaman dan menyenangkan tersebut, lingkungan belajar di TBM dibuat berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Unsur lingkungan sangat mempengaruhi kenyamanan dalam proses pembelajaran. Penataan ruang yang sejuk, suhu udara yang tidak terlalu panas hingga pemandangan yang asri menjadi kelebihan yang dimiliki TBM. TBM didirikan
11
di sejumlah wilayah pedesaan dan perkotaan guna merangsang minat baca masyarakat, khususnya masyarakat dari kalangan menengah ke bawah. TBM didirikan disekitar tempat tinggal penduduk, di sentra pelayanan publik, seperti di kantor-kantor pelayanan, di tempat-tempat menunggu, dan lainnya. Namun, kondisi TBM yang ada selama ini masih menghadapi berbagai kendala untuk benar-benar menjadi sebuah media pembelajaran sepanjang hayat
bagi
seluruh
sarana/prasarana,
lapisan
jumlah
dan
masyarakat.
Secara
jenis
bacaan,
bahan
umum,
kondisi
profesionalisme
pengelolaan, mutu layanan, dan jaringan kerja kemitraan di TBM selama ini masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Jika TBM diharapkan menjadi sebuah pusat belajar dan pembelajaran yang bermutu maka diperlukan kegiatan pengelolaan yang sesuai dengan peran dan fungsinya yang ideal sehingga pemanfaatan TBM sebagai salah satu sumber belajar di masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat dapat dicapai. Hal tersebutlah yang terjadi di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Ketiganya merupakan komunitas yang menjalankan fungsi sebagai Taman Bacaan Masyarakat, namun dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan ketiganya memiliki pola dan cara yang tidak sama. Warung Baca Lebak Wangi yang biasanya disingkat dan dikenal oleh masyarakat sekitar desa Kampung Saja dengan Warabal, merupakan suatu taman bacaan masyarakat memiliki kegiatan layanan yang unik untuk
12
menarik perhatian pengunjung dengan berbagai macam kegiatan edukatif yang diperuntukkan bagi masyakarat berbagai tingkat usia di Desa Kampung Saja, Parung Bogor. TBM ini memiliki kegiatan layanan yang unik yaitu melakukan kegiatan layanan dengan cara rutin berkeliling dari kampung ke kampung, meminjamkan buku koleksinya secara gratis. Kegiatan berkeliling dilakukan sembari menjual jamu keliling dan bersepeda keliling oleh pendirinya, Ibu Kiswanti. Ibu Kiswanti merupakan pendiri sekaligus salah seorang relawan di Warabal yang berprofesi sebagai penjual jamu dengan pendidikan terakhir lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. TBM ini telah didirikan sejak tahun 2003 dan berlokasi di rumah tinggal Ibu Kiswanti. Taman Bacaan Masyarakat Kwartet atau sering disebut dengan istilah Rumah Baca Kwartet atau RBK juga memiliki keunikan atas fasilitas atau layanan yang disediakan. Selain bahan bacaan, Rumah Baca Kuartet juga melayani jasa peminjaman film-film dokumenter dan menerima pesanan kliping pers dan segala informasi yang dibutuhkan masyarakat sekitar TBM secara khusus dan masyarakat Kelurahan Cibubur secara umum. Hal tersebut sesuai dengan misi para pendiri mempunyai 4 misi yang sama untuk menjadikan Rumah Baca Kuartet sebagai wadah interaksi para pencinta dunia perbukuan lintas generasi, pusat mencari informasi bagi mereka yang membutuhkan, tempat berkreasi, menumpahkan segala karya dalam bentuk apapun, dan tempat rekreasi dan hiburan yang mendidik. TBM ini didirikan pada tahun 2005 oleh Edi Dimyati seorang pustakawan sebuah perusahaan
13
swasta di Jakarta. TBM ini didirikan di halaman rumah milik relawan RBK, Sigit salah seorang warga Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Taman Bacaan Zhaffa atau Rumah Baca Zhaffa berdiri pada tanggal 24 Agustus 2008. Penggagasnya adalah Yudy Hartanto salah seorang pustakawan sebuah perusahaan di Jakarta dan lokasi Rumah Baca Zhaffa ini didirikan dirumahnya sendiri. Rumah Baca Zhaffa merupakan sebuah taman bacaan gratis yang ditujukan bagi kalangan anak-anak dan umum yang jauh dari akses bahan bacaan untuk seluruh kalangan masyarakat secara umum, dan masyarakat kelurahan Manggarai secara khususnya. Ketiga komunitas diatas memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda. Dari ketiga Taman Bacaan Masyarakat
tersebut
memiliki
perbedaan.
Baik
karakter
komunitas
masyarakat, latar belakang pendidikan dan profesi pendiri, dan jangka waktu berdirinya yang berbeda satu sama lainnya. Namun, ketiga taman bacaan tersebut mampu menarik pengunjung yang banyak. Oleh
karena
itu
upaya
yang
dilakukan
tidak
hanya
pada
penyelenggaraan taman bacaan di desa ataupun kota, tetapi bagaimana pengelolaan taman bacaan itu dapat menampilkan sesuatu yang atraktif kepada masyarakat untuk rajin berkunjung. Hingga pada tujuan akhir TBM dapat terwujud, bahwa membaca dapat menjadi candu bagi masyarakat. Berdasarkan relevansinya dengan bidang garapan Teknologi Pendidikan dan diperkuat dengan kesadaran akan pentingnya Taman Bacaan Masyarakat sebagai upaya pemecahan masalah belajar di masyarakat menjadi menarik
14
perhatian untuk mengetahui bagaimana gambaran kegiatan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, permasalahan yang ada dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apakah rencana program kegiatan pembelajaran di Taman Bacaan Masyarakat sudah sesuai dengan karakteristik pengguna? 2. Bagaimana pengembangan bahan koleksi di Taman Bacaan Masyarakat agar dapat meningkatkan minat masyarakat? 3. Apakah pemanfaatan Taman Bacaan Masyarakat sebagai sumber belajar masyarakat sudah efektif? 4. Bagaimana relevansi pengembangan bahan bacaan di Taman Bacaan Masyarakat dengan kebutuhan masyarakat? 5. Bagaimana Efektifitas pengembangan Taman Bacaan Masyarakat dapat meningkatkan minat baca masyarakat? 6. Bagaimanakah Masyarakat?
pengelolaan
yang
dilakukan
di
Taman
Bacaan
15
C. PEMBATASAN MASALAH Oleh karena luasnya masalah yang telah diidentifikasi, sedangkan keterbatasan peneliti dari segi kemampuan, waktu, dana dan tenaga, maka peneliti memfokuskan pada satu masalah yang telah diidentifikasi yaitu, “bagaimanakah pengelolaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?”. Saat ini Taman Bacaan Masyarakat yang ada di Indonesia jumlahnya sangat banyak. Untuk memperoleh data mengenai Taman Bacaan Masyarakat yang fokus dan lebih mendalam, maka perlu dibatasi masalah dan tempat penelitian. Oleh karena itu penelitian ini hanya berfokus dilakukan pada tiga Taman Bacaan Masyarakat yang dipilih dan tidak memberikan perwakilan untuk TBM yang lainnya. Adapun Taman Bacaan Masyarakat yang akan diteliti yaitu, Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa.
D. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah pengelolaan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?”
16
Berdasarkan
masalah
yang
telah
dibatasi
di
awal,
peneliti
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengelolaan taman bacaan masyarakat, yaitu: 1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa? 2. Bagaimanak pengorganisasian yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa? 3. Bagaimanak pengarahan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa? 4. Bagaimana pengawasan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?
E. TUJUAN PENELITIAN Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan yang dilakukan di Warabal, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Berdasarkan data yang diperoleh maka akan dapat diidentifikasikan baik perbedaan dan persamaan kegiatan pengelolaan yang dilakukan di ketiga Taman Bacaan Masyarakat tersebut. Oleh karena itu, dapat diidentifikasikan keunggulan dan kelemahan bagi ketiga Taman Bacaan Masyarakat.
17
F. KEGUNAAN PENELITIAN Dengan menggambarkan pengelolan Taman Bacaan Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu secara teoritis bagi Jurusan Teknologi Pendidikan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau studi pendahuluan untuk penelitian lebih lanjut, dalam kawasan penelitian pengelolaan sumber belajar di masyarakat. Penelitian ini juga dapat digunakan oleh para praktisi pendidikan sebagai bahan studi pendahuluan
untuk
menyusun
model
pengelolaan
Taman
Bacaan
Masyarakat. Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini antara lain meliputi pihakpihak yaitu : 1. Peneliti. Penelitian
ini
dapat
dijadikan
wadah
aktualisasi
diri
dalam
mengembangkan potensi dan minat peneliti, menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai sumber belajar berupa lingkungan, khususnya Taman Bacaan Masyarakat. 2. Pengelola Taman Bacaan Masyarakat. a) Mengetahui model atau contoh pengelolaan yang dilakukan di Taman Bacaan Masyarakat lainnya. b) Mengetahui
kekurangan
serta
keunggulan
pengelolaan di Taman Bacaan Masyarakat.
terhadap
kegiatan
18
c) Mengetahui keunggulan dari pengelolaan yang dilakukan di TBM lainnya, sebagai bahan rekomendasi untuk diterapkan bagi Taman Bacaan Masyarakat. 3. Masyarakat. Dapat
dijadikan
sebagai
bahan
bacaan
yang
dapat
menambah
pengetahuan tentang pengelolaan salah satu sumber belajar berupa lingkungan, khusunya Taman Bacaan Masyarakat. 4. Pemerintah. Penelitian
ini
bermanfaat
untuk
mengetahui
gambaran
kegiatan
pengelolaan salah satu sumber belajar masyarakat khususnya Taman Bacaan Masyarakat. oleh karena itu, dapat dijadikan sebagai referensi bagi pemerintah untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya pemeliharaan dan pengembangan minat dan kemampuan baca masyarakat.
BAB II KAJIAN TEORITIK
Agar pemanfaatan sumber belajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka tiap-tiap sumber belajar penting untuk dikelola dengan baik, sehingga sumber belajar dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran secara efektif dan efisien. Taman Bacaan Masyarakat adala salah satu sumber belajar. Taman Bacaan Masyarakat adalah salah satu sumber belajar yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan minat baca masyarakat. Kajian teori mencakup: (1) Hakikat minat baca; (2) Hakikat taman bacaan masyarakat; dan (3) Hakikat pengelolaan taman bacaan masyarakat.
A. HAKIKAT MINAT BACA 1. Pengertian Membaca Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa membaca, manusia dapat dikatakan tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup manusia sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara membaca. Dalam definisi yang sederhana, membaca diartikan sebagai kegiatan
19
melisankan kata-kata atau paparan tertulis 1 . Definisi ini lebih tepat mengartikannya di dalam kondisi seorang anak yang baru belajar membaca pada tingkat pendidikan usia dini. Mengeja satu persatu huruf demi huruf. Apabila anak tersebut telah mampu melafalkan kata-kata sederhana dengan benar, maka anak tersebut dapat dikatakan sudah dapat membaca. Telah dietahui secara umum, bahwa setiap kata mempunyai makna tertentu. Dalam definisi yang lain, merupuskan, membaca adalah kegiatan yang dilakukan untuk memahami setiap kata 2 . Dengan demikian membaca bukan hanya sekedar melafalkan bunyi huruf dengan benar, tapi juga memperoleh makna atau arti dari suatu kata yang dilambangkan oleh hurufhuruf. Definisi lebih lengkap dirumuskan oleh Tampubolon 3 : Membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. dikatakan kegiatan fisik, karena bagian tubuh, khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental, karena bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan terlibat didalamnya. Dari rumusan tentang membaca diatas terlihat bahwa mambaca merupakan aktivitas yang melibatkan aspek fisik dan mental. Jadi, membaca tidak hanya mengenal dan melafalkan huruf saja. Membaca juga melibatkan peranan otak dalam memaknai kata-kata. Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami bahwa membaca tidak hanya membutuhkan mata sebagai 1
Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara,1992), hal. 192. 2 Ibid., hal. 192. 3 D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak (Bandung: Angkasa, 1998), hal. 41.
20
alat indra yang berperan, namun juga membutuhkan kemampuan untuk mengenal huruf, memahami makna dari kata-kata. Artinya di dalam kegiatan membaca juga ada proses berfikir. Dalam proses berfikir, kegiatan membaca juga melibatkan peranan ingatan dan persepsi. Dari uraian mengenai definisi-definisi membaca diatas, data ditarik benang merah mengenai kegiatan membaca. Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang melibatkan indra penglihatan yaitu mata, dan kemampuan berfikir
untuk
mempersepsikan
kata,
mengingatnya,
dan
akhirnya
memahaminya. Oleh karena itu, membaca merupakan proses yang rumit.
2. Tujuan Membaca Sesuatu kegiatan yang akan dilakukan memerlukan tujuan. Secara umum, tujuan membaca adalah untuk mendapatkan informasi. Adapun tujuan membaca yang lebih rinci dikemukakan oleh Gray dan Rogers dalam Mudjito 4 antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h.
4
Mengisi waktu luang; Mengetahui hal-hal aktual yag terjadi di lingkungannya; Memuaskan pribadi yang bersangkutan; Memenuhi tuntutan praktis kehidupan sehari-hari; Meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut; Meningkatkan pengembangan diri sendiri; Memuaskan tuntutan intelektual; Memuaskan tuntutan spiritual.
Mudjito, Pembinaan Minat Baca (Jakarta: Karunika UT, 1993) , hal. 62-63.
21
Dari uraian diatas, seseorang membaca berdasarkan tujuan tertentu. Seseorang membaca dengan tujuan mengisi waktu luang adalah membaca untuk memperoleh kesenangan (rekreatif). Membaca untuk mengetahui halhal aktual yang terjadi di lingkungannya adalah kegiatan membaca untuk mmeperbaharui informasi yang telah diterima sebelumnya.
3. Manfaat Membaca Juel mengungkapkan bahwa hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan. 5 Intisari dari sebuah bahan bacaan merupakan informasi yang dapat digunakan seseorang untuk mempelajari sesuatu hal. Sehingga, semakin banyak seseorang membaca, maka akan semakin banyak informasi yang akan diperoleh. Dari pemaparan tersebut,
maka
mendapatkan
jelaslah
manfaat
bahwa dalam
dengan
membaca
memperoleh
seseorang
informasi
serta
akan dapat
mengembangkan pengetahuannya. Ada banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan membaca. Beberapa manfaat membaca menurut Jordan E. Ayan 6 , diantaranya adalah :
5
Universitas Unika, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan, hal. 1., 2008 (http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf). 6 Hernowo, Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munsulnya Potensi Membaca, (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), hal. 36.
22
1) 2) 3)
Membaca dapat menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis. Banyak buku yang mengajak untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain. Membaca dapat memicu Imajinasi. Manfaat mambaca memang tidak dapat dielakkan lagi, karena
membaca merupakan kegiatan yang penting dan bermanfaat. Dengan banyaknya manfaat akan membaca, maka dapat diyakini bahwa membaca merupakan suatu kegiatan yang sangat penting.
4. Pengertian Minat Baca Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Sutarno NS mendefinisikan minat sebagai berikut: Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah, atau keinginan seseorang tersebut terhadap sesuatu 7 . Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari seseorang dalam melakukan
suatu
kegiatan
yang
dipilih
karena
kegiatan
tersebut
menyenangkan dan memberi nilai baginya.
7
Sutarno NS, Perpustakaan Dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hal. 19
23
Pengertian lain tentang minat, yaitu dari sdut pandang Tampubolon, yaitu minat merupakan perpaduan keinginan dan kemauan yang berkembang jika ada motivasi 8 . Tampubolon mengartikan bahwa seseorang berminat karena adanya motivasi. Misalnya saja seseorang yang memiliki keinginan untuk membaca buku di perpustakaan. Namun, karena ia tidak menemukan buku yang menarik untuk dibaca, maka dia tidak termotivasi. Akibatnya, keinginannya untuk membaca tidak berkembang menjadi minat. Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivas adalah daya penggerak minat. Jika dilihat dari aspek emosi, minat juga sering dilihat melalui ukuran senang tidaknya melakukan sesuatu 9 . Melihat definisi diatas, kesenangan merupakan unsur yang dominan dalam pembentukan minat. Berminat terhadap sesuatu, berarti memiliki kesenangan terhadap sesuatu itu pula. Tetapi minat tidak sama dengan kesenangan. Kesenangan sifatnya sementara, sedangkan minat cenderung menetap. Minat baca merupakan perhatian, gairah, dan keinginan siswa pada kegiatan membaca. Kegiatan membaca ini dipilih atas dasar pengalaman, yang dipelajarinya bahwa membaca itu penting dan sesuai bagi dirinya, menarik, memuaskan atau menyenangkan keinginan atau kebutuhannya, sehingga dapat melahirkan usaha dan tindakan aktif untuk membaca yang akan bersifat menetap menjadi suatu kebiasaan membaca. Berdasarkan
8 9
Tampubolon, op. cit., hal. 41. W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo, 1996), hal.188
24
pendapat Kartono, ada tiga aspek minat membaca, meliputi aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (perasaan), dan aspek konatif (kemauan) 10 . Lebih lanjut, Kartono menyebutkan bahwa aspek kognitif minat baca ditunjukkan oleh dua hal yaitu pengetahuan tentang perlunya membaca dan Keyakinan tentang keuntungan kegiatan membaca. Pengetahuan tentang perlunya membaca ditunjukkan dengan adanya pengetahuan mengenai perlunya membaca untuk memperoleh wawasan baru, pengetahuan baru, keterampilan baru, dan hiburan. Sedangkan keyakinan tentang keuntungan kegiatan membaca, antara lain: membaca sebagai kegiatan yang menarik, menyenangkan, dan memuaskan. Aspek afektif minat baca ditunjukkan oleh dua hal yaitu perasaan tertarik untuk membaca dan Perasaan senang membaca. Perasaan tertarik untuk membaca, yaitu memperhatikan segala hal yang berhubungan dengan bacaan dan mengunjungi tempat-tempat yang menyediakan buku bacaan. Sedangkan perasaan senang membaca, yaitu ditunjukkan dengan tidak merasa bosan membaca, menghayati isi bacaan, dan mendiskusikan isi bacaan dengan orang lain. Aspek konatif minat baca ditunjukkan oleh dua hal yaitu kecenderungan membaca dan Kebiasaan membaca. Kecenderungan membaca, yaitu mempunyai rasa ingin tahu membaca dan memilih kegiatan membaca dibandingkan dengan kegiatan lain. Sedangkan kebiasaan
10
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Jakarta: CV. Mandar Maju, 1990), hlm. 120.
25
membaca, dapat ditunjukkan dengan melakukan kegiatan membaca di waktu luang dan menyediakan waktu khusus untuk membaca. Akhirnya, dari uraian paparan keseluruhan mengenai membaca dan minat diatas dapat disimpulkan bahwa minat baca merupakan tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dalam melakukan kegiatan membaca yang dipilihnya karena kegiatan membaca tersebut menyenangkan dan memberi nilai kepadanya. Kesenangan seseorang membaca bahan bacaan berdasar pada faktor kemenarikan. Baik dari segi fisik bahan bacaan, tingkat penting tidaknya bahan bacan bagi seseorang, maupun selera seseorang.
B. HAKIKAT TAMAN BACAAN MASYARAKAT 1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) telah dimulai sejak tahun 1992/1993. Kehadiran TBM merupakan pembaharuan dari Taman Pustaka Rakyat (TPR) yang didirikan oleh Pendidikan Masyarakat. TBM adalah sebuah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat, sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat 11 . TBM merupakan wadah yang mampu menyediakan berbagai bahan belajar yang dibutuhkan masyarakat.
11
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006) h. 1.
26
Lebih dari itu, TBM dapat pula didefinisikan sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca, tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran serta tempat untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan masyarakat. Dalam buku Pedoman Pengelolaan TBM yang diterbitkan Direktorat Pendidikan
Masyarakat
disebutkan
bahwa
definisi
Taman
Bacaan
Masyarakat adalah sebagai sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran seumur hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 12 . Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa TBM merupakan suatu lembaga atau organisasi yang dapat dikelola oleh pemerintah ataupun masyarakat. Definisi tersebut juga mendefinisikan TBM sebagai sumber belajar yang bertujuan untuk memberikan kesempatan setiap individu untuk dapat belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, TBM dapat dimanfaatkan oleh semua pebelajar dari golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat kemampuan intelektual, serta kondisi fisik lainnya. Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan definisi Taman Bacaan Masyarakat. Definisi Taman Bacaan Masyarakat di dalam penelitian ini adalah salah satu sumber belajar yang menyediakan berbagai bahan 12
Ibid., hal. 9-10.
27
kebutuhan belajar dalam rangka menyelenggarakan pembinaan kemampuan membaca,
memberikan
informasi
yang
dibutuhkan
masyarakat,
dan
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran sepanjang hayat.
2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat Segala sesuatu memerlukan tujuan. Begitu juga dengan TBM sebagai salah satu sumber belajar yang penting di masyarakat memiliki tujuan. Adapun tujuan didirikannya TBM adalah untuk 13 : a) Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. b) Menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat. c) Mendukung
peningkatan
kemampuan
aksarawan
baru
dalam
Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali. Dari uraian mengenai tujuan diatas, terlihat bahwa keberadaan Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar yang sangat penting. karena TBM tidak hanya sebagai tempat untuk membaca namun, juga tempat untuk kegiatan pembelajaran.
13
Ibid., hal. 1.
28
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat Dalam memenuhi peranannya sebagai sumber belajar yang dapat memfasilitasi pembelajaran seumur hidup, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) memiliki fungsi sebagai berikut 14 : a) Sarana pembelajaran bagi masyarakat; b) Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu yang efektif dengan memanfaatkan bahan-bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka; c) Sarana informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat. Dari uraian diatas, Taman Bacaan Masyarakat menjalankan tiga jenis fungsi. Fungsi tersebut terdiri dari fungsi pembelajaran, hiburan, dan informasi. TBM menyelenggarakan kegiatan pelayanannya yang bervariasi. Ada banyak nama yang digunakan untuk TBM, misalnya Rumah Baca, Pondok Baca, Perahu Baca, Kapal Baca, Warung Baca. Namun, pada hakikatnya kesemua lembaga atau organisasi tersebut melakukan fungsi yang sama dengan TBM.
14
Ibid., hal.2.
29
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat TBM dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya dalam 15 : a) Menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca; b) Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat; c) Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri; d) Membantu pengembangan kecakapan membaca; e) Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; f) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Selain memberikan kemudahan mendapatkan bahan bacaan yang diperlukan masyarakat, TBM juga melakukan berbagai kegiatan untuk menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca. Apabila dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
5. Peran Taman Bacaan Masyarakat Agar dapat meningkatkan minat dan budaya baca, TBM memiliki peran sebagai berikut : a) TBM berperan sebagai tempat layanan informasi Agar TBM dikunjungi oleh masyarakat sekitar TBM harus menjadi tempat layanan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar melalui media bahan bacaan yang tersedia. Sesuai dengan peran tersebut maka 15
Ibid., hal. 2.
30
TBM harus berisi berbagai jenis media seperti buku, audio, audio visual gerak, leaflet, booklet, atau bahan bacaan praktis lainnya yang dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar TBM. Dengan demikian di TBM perlu memprioritaskan bahan bacaan yang menyajikan informasi umum yang sangat diperlukan masyarakat. b) TBM berperan sebagai tempat untuk memperluas wawasan dan pengetahuan Sesuai dengan peran tersebut maka TBM harusnya menyediakan berbagai bahan bacaan baik koran, majalah, tabloid, buku otobiografi, kamus, ensiklopedia,
buku
tentang
berbagai
budaya
nusantara,
buku-buku
ensiklopedia dan sebagainya. Selain itu TBM juga harusnya memiliki bahan bacaan ilmu pengetahuan praktis (yang bersifat aplikatif), serta buku pelajaran untuk membantu anak-anak yang sekolah tetapi tidak memiliki buku. c) TBM berperan sebagai tempat hiburan yang edukatif Sesuai dengan peran tersebut maka TBM baiknya dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang belajar merasa senang dan nyaman. Oleh karena itu, TBM juga menyediakan bahan bacaan yang bersifat humoris atau bahan bacaan yang bersifat dagelan/cerita, novel, komik, dan sebagainya.
31
d) TBM berperan sebagai pembinaan watak dan moral TBM dapat menjadi tempat pembinaan watak dan moral apabila berisi bahan bacaan yang terkait dengan ilmu dan pengetahuan tentang psikologis, agama, sejarah, otobiografi tokoh/negarawan/ artis, pengalaman hidup seseorang, dan sebagainya. e) TBM berperan sebagai tempat belajar keterampilan Untuk dapat memfasilitasi masyarakat yang akan belajar keterampilan TBM perlu menyediakan bahan bacaan baik berbagai keterampilan yang bersifat praktis baik pertukangan, pertanian, peternakan, elektronika, dan sebagainya.
6. Taman Bacaan Sebagai Sumber Belajar Teknologi Pendidikan merupakan pemecahan masalah-masalah yang menyangkut semua aspek pembelajaran manusia, agar kegiatan belajar menjadi bertujuan dan terkontrol. Hal ini dijelaskan dalam definisi Teknologi Pendidikan (1977), sebagai berikut : Educational technology is a complex, integrated process, involving people, procedures, ideas, devices and organization, for analizing problems and devising, implementing, evaluating and managing solutions to those problems, involved in all aspects of human learning 16 .
16
Alan Januszewski, Educational Technology: The Development of A Concept, (Englewood: Libraries Unlimited, 2001), hal. 78
32
Sumber belajar merupakan salah satu hal penting dalam pemecahan masalah. Di dalam Teknologi Pendidikan, pemecahan masalah berupa desain,
pemilihan,
dan
pemanfaatan
sumber
belajar.
Lebih
lanjut,
Januszewski mengidentifikasikan sumber belajar sebagai Pesan, Orang, Materi, Alat, Tekhnik, dan Lingkungan. Sumber belajar yang dimanfaatkan dalam sistem pendidikan adalah sumber belajar yang tidak didesain untuk kepentingan pembelajaran atau sumber belajar by utilization. Sedangkan sumber belajar yang didesain untuk tujuan pembelajaran adalah sumber belajar by design. Menurut AECT (Association For Educational Communication and Technology) sebagaimana dikutip oleh Soeharto (1995), Learning resources (for Educational Technology) all of the resources (data, people, and things) which may be used by the learner in isolation or in combination, usualy in an formal manner, to fasilitate learning; they include messages, people, materials, devices, techniques, and settings 17 . Dari definisi diatas dapat terlihat bahwa sumber belajar bukan hanya terbatas pada bahan dan alat yang digunakan dalam proses belajarpembelajaran. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu individu untuk belajar dan menampilkan kompetensinya. Sumber belajar tersebut dapat berupa pesan, manusia, material (mediasoftware), peralatan (media-hardware), teknik (metode) dan lingkungan. 17
Karti Soeharto, Teknologi Pembelajaran, (Surabaya: SIC,1995), hal. 73
33
Menurut Edgar Dale, sumber belajar merupakan suatu hal yang pernah dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar pada diri seseorang. Sebagaimana yang dikutip oleh Arsyad (2002), bahwa sumber belajar merupakan pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan mencakup segala sesuatu yang dapat dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar 18 . Sumber belajar dalam pengertian tersebut menjadi sangat luas maknanya, karena segala sesuatu yang di alami dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman yang menyebabkan belajar. Sebagaimana diketahui bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Sumber belajar bukan hanya berupa benda yang dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi sumber belajar juga bisa berupa pengalaman, dimana pengalaman merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi hanya dapat dirasakan. Melalui sebuah pengalaman yang pernah dialami oleh seseorang di masa lampau bisa memberikan suatu pengetahuan baru, pengalaman tersebut tidak harus berasal dari suatu hal yang dialaminya sendiri, tetapi bisa melalui pengalaman yang dialami oleh orang lain. Membaca buku atau bahan bacaan adalah salah satu contohnya. Melalui membaca buku seseorang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di 18
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 3
34
masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui membaca buku atau bahan bacaan. Merujuk pada beberapa pengertian mengenai sumber belajar yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang dan memiliki unsur daya tarik yang dirancang atau dimanfaatkan untuk memfasilitasi dan memudahkan terjadinya
proses
belajar
sehingga
memungkinkan
pebelajar
untuk
menampilkan potensinya secara mandiri. Daya tarik merupakan suatu unsur yang digunakan agar dapat terjadi perubahan dalam diri seseorang dengan keinginan yang muncul dari dalam dirinya sendiri tanpa adanya suatu keterpaksaan selama proses belajar tersebut berlangsung. Perubahan dalam proses belajar, dapat berupa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak bisa menjadi bisa. Berbagai sumber yang dipergunakan untuk keperluan belajar dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, lingkungan, teknik atau pun pengalaman. Pemanfaatan sumber belajar tersebut dapat dilakukan secara individual atau berkelompok dan terpisah maupun mengkombinasikan beberapa sumber. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, maka sumber belajar perlu dikelola. Salah satu sumber belajar yang dimanfaatkan dan perlu dikelola adalah taman bacaan masyarakat. Dalam kedudukannya sebagai sebuah sumber belajar, bila dilihat dari dari bentuknya sekaligus
35
merujuk pada AECT, Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar berupa lingkungan yang ada di masyarakat. Sedangkan bila kita melihat asal usulnya, Taman Bacaan Masyarakat dapat dikelompokan menjadi sumber belajar by design, karena taman bacaan masyarakat dengan sengaja dirancang untuk memenuhi tujuan pembelajaran tertentu.
C. HAKIKAT PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT 1. Pengertian Pengelolaan Pengelolaan merupakan salah satu bidang garapan Teknologi Pendidikan. Teknologi Pendidikan sebagai suatu konsep terdiri dari sejumlah gagasan dan rujukan. Adapun gagasan yang ingin diwujudkan adalah agar setiap individu dapat berkembang semaksimal mungkin dengan jalan memanfaatkan
teknologi
sedemikian
rupa
hingga
selaras
dengan
perkembangan masyarakat dan lingkungan 19 . Dalam definisi Teknologi Pendidikan tahun 2004, pengelolaan dirumuskan sebagai salah satu kawasan
kegiatan
Communications
teknologi
and
pendidikan.
Technology
Association
(1994) 20
for
mendefiniskan
Educational Teknologi
Pendidikan sebagai berikut:
19
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 132. 20 Barbara Seels & Rita Richey, Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, diterjemahkan oleh Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo (Alm), dan Yusufhadi Miarso, (Washington DC: AECT, 1994), hal. 10.
36
Teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. Definisi tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan menjadi salah satu rujukan dari konsep Teknologi Pendidikan yang diperoleh secara sintesis dari gejala yang diamati dan kecenderungan yang ada, antara lain 21 : a) Adanya orang-orang belajar yang belum cukup memperoleh perhatian tentang kebutuhannya, kondisinya, dan tujuannya. b) Adanya si belajar yang tidak cukup memperoleh pendidikan dari sumber-sumber sedekala (tradisional), dna karena itu perlu dikembangkan dan digunakan sumber-sumber baru. c) Adanya sumber-sumber baru berupa: orang (penulis buku ajar, pembuat media instruksional, dan sebagainya), pesan (yang tertulis dalam buku, tersaji dalam media, dan sebagainya), pesan (yang tertulis dalam buku, tersaji dalam media, dan sebagainya), alat (pesawat televisi, komputer, dan sebagainya), cara-cara tertentu dalam memanfaatkan orang, pesan, bahan dan alat, serta lingkungan tempat proses itu berlangsung. d) Adanya kegiatan yang bersistem dalam mengembangkan sumbersumber belajar itu yang bertolak dari landasan teori tertentu dan hasil penelitian, yang kemudian dirancang, dipilih, diproduksi, disajikan, digunakan, disebarkan, dinilai, dan disempurnakan. e) Adanya pengelolaan atas: kegiatan belajar yang memanfaatkan berbagai sumber, kegiatan manghasilkan dan atau memilih sumber belajar, serta orang dan lembaga yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar kegiatan lebih berdaya guna, berhasil guna, dan produktif. Berdasarkan konsep Teknologi Pendidikan seperti diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan menjadi salah satu pemecahan masalah-masalah
yang
menyangkut
semua
aspek
belajar
manusia.
Tujuannya adalah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien dalam proses pengadaan dan pemakaian sumber belajar. 21
Miarso, op. cit., hal. 133.
37
Sejalan dengan pemikiran tersebut, Ivor Davies menyebutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola (pembelajar) agar proses pembelajaran menjadi efektif 22 : a) Merencanakan tujuan belajar; b) Mengorganisasikan sumber belajar, sehingga dalam mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan ekonomis; c) Memimpin untuk memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar; d) Mengawasi apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin telah berhasil dalam mewujudkan tujuan belajar yang telah dirumuskan. Dari uraian diatas, terlihat bahwa pengelolaan yang berkaitan dengan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola. Kegiatan tersebut diawali dengan merencanakan, dilanjutkan dengan mengorganisasikan, kemudian memimpin, sampai melakukan pengawasan terhadap
kegiatan
yang
dilakukan
dalam
rangka
mencapai
tujuan
pembelajaran. Seels and Richey juga mengungkapkan bahwa pengelolaan meliputi pengendalian
Teknologi
pengorganisasian,
Pembelajaran
pengkoordinasian,
dan
melalui supervisi 23 .
perencanaan, Lebih
lanjut,
pengelolaan dalam bidang garapan Teknologi Pendidikan terdiri dari empat
22
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Penerjemah: Sudarsono Sudirjo, dkk, (Jakarta: Rajawali, 1991), hal. 35-36. 23 Barbara Seels & Rita Richey, op. cit., hal. 54.
38
kategori, yaitu: pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian, dan pengelolaan infomasi. Melengkapi kedua pendapat diatas, Koontz dan O’Donnell dalam bukunya The Principal of Management: An Analysis of Managerial Function, sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahman Saleh dan Fahidin 24 menyebutkan bahwa fungsi pengelolaan ada lima yaitu: Planning (Perencaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Staf), Directing (Pengarahan), dan Controlling (Pengendalian). Berdasarkan pemaparan beberapa teori baik dalam bidang ilmu Teknologi Pendidikan dan Ilmu Perpustakaan, dapat ditarik benang merah bahwa pengelolaan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang teleh ditetapkan dengan menggunakan sumbersumber yang ada secara efektif dan efisien. Usaha sadar tersebut dilakukan dengan
melalui
proses
kegiatan
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan.
2. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Dalam upaya mewujudkan masyarakat belajar (learning community) harus diciptakan kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan pemelajar memiliki pengalaman belajar baik melalui sumber belajar yang dirancang (by
24
Abdul Rahman Saleh & Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Universitas Terbuka, Dpdikbud, 1995 ), hal. 3.
39
design) maupun yang dimanfaatkan (by utilization) untuk keperluan pembelajaran. Salah satu sumber belajar yang dirancang untuk keperluan pembelajaran nonformal adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM). TBM sejenis dengan perpustakaan umum, namun sasarannya lebih diperuntukkan untuk komunitas kelompok. Komunitas kelompok sasaran TBM yang satu bebeda dengan TBM lainnya. Adapun peranan TBM adalah sebagai berikut: TBM yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan untuk memberi kemudahan akses kepada warga masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Di samping itu, TBM berperan dalam meningkatkan minat baca, menumbuhkan budaya baca, dan cinta buku bagi warga belajar dan masyarakat. Secara khusus TBM dimaksudkan untuk mendukung gerakan pemberantasan buta aksara yang antara lain karena kurangnya sarana yang memungkinkan para aksarawan baru dapat memelihara dan meningkatkan kemampuan baca tulisnya. Di samping itu, TBM juga ditujukan untuk memperluas akses dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat mendapatkan layanan pendidikan. 25 Berdasarkan kutipan diatas, dapat disadari pentingnya fungsi TBM dalam menyediakan koleksi baik berupa bahan bacaan maupun jenis lain yang berguna bagi warga masyarakat, maka diperlukan pengelolaan yang baik dan memadai agar fungsi Taman Bacaan Masyarakat dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengelola TBM diarahkan pada penguasaan beberapa aspek kompetensi yang diperlukan untuk pengelolaan TBM. Kompetensi mengelola adalah salah satu 25
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Naskah AkademikPengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM), (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal. 7
40
aspek penting dalam pengelolaan TBM. Kompetensi pengelolaan terdiri dari kemampuan dalam merencanakan program TBM, mengorganisasikan sumber
daya
TBM,
mengarahkan
pelaksanaan
program
TBM,
mengendalikan pelaksanaan program TBM, dan mengevaluasi 26 . kompetensi inilah yang harus dipenuhi dalam kegiatan mengelola TBM. Kegiatan mengelola TBM merupakan sebuah rangkaian aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pengelola, dimana rangkaian aktivitas tersebut dimaksudkan sebagai fungsi pengelolaan TBM. Berdasarkan kajian sebelumnya, telah di ketahui bahwa pengelolaan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang teleh ditetapkan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara efektif dan efisien melalui proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Maka, dapat dirumuskan bahwa proses pengelolaan TBM yang harus dilaksanakan yaitu melalui fungsi-fungsi pengelolaan yang terdiri dari Perencanaan TBM, Pengorganisasian TBM, Pengarahan TBM, dan Pengawasan TBM.
a) Perencanaan Sebelum
seorang
pengelola
dapat
melakukan
kegiatan
mengorganisasi, mengarahkan dan mengawasi, mereka haruslah membuat rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Perencanaan adalah 26
Ibid., hal. 13
41
pemilihan dan penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa 27 . Berbagai definisi mengenai fungsi perencaan dalam pengelolaan diberikan oleh para praktisi. Mulai dari yang paling mendasar, dikemukakan oleh William Herbert Newman (1957), Planning is deciding in advance what is to be done 28 . Ia mendefinisikan bahwa perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan. Untuk menentukan apa saja yang diperlukan sebelum melakukan fungsi selanjutnya, dapat diperoleh dengan menjawab pertanyaan yang menjadi unsur esensi dalam perencanaan, sebagaimana diungkapkan oleh Manullang 29 : a. b. c. d. e. f.
Tindakan apa yang harus dikerjakan? Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan? Di manakah tindakan itu harus dilaksanakan? Kapankah tindakan itu dilaksanakan? Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Menurut
Manullang,
dalam
kegiatan
perencanaan,
pengelola
menentukan jawaban keenam unsur tersebut sebagai penuntun dalam kegiatan pengelolaan selanjutnya. Berdasarkan definisi fungsi perencanaan tersebut bahwa perencanaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, mengapa, kapan, 27
Ritha F. Dalimunthe, Keterkaitan Antar Penelitian Manajemen Dengan Pendidikan Dan Pengembangan Ilmu Manajemen. Universitas Sumatra Utara DIgital Library, 2003. (http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf) 28 William Herbert Newman dikutip langsung oleh Manullang, Dasar-dasar Manajemen (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), hal. 39. 29 Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: gadjah Mada University Press, 2006), hal. 41.
42
dimana, bagaimana, dan oleh siapa, yang akan dikerjakan di masa depan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah diinginkan. Oleh karena itu, perencanaan dapat didefinisikan sebagai tahap menentukan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan dilakukannya, dan siapa yang akan melakukannya. Berdasarkan
teori
diatas,
kegiatan-kegiatan
perencanaan
yang
dilakukan pengelola TBM adalah dengan menetapkan kegiatan yang akan dilakukan, menetapkan tempat atau lokasi, menetapkan waktu kegiatan atau penjadwalan, menetapkan siapa yang melakukan atau pelaku kegiatan, dan menentukan bagaimana atau dengan cara yang dipilih untuk mencapai tujuan TBM. Abdul Rahman Saleh & Fahidin mengungkapkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang terus menerus dan merupakan suatu siklus yang sangat penting untuk dipahami 30 . Dalam konteks ini, perencanaan didefinisikan sebagai suatu siklus yang berkesinambungan, dan tidak bersifat permanen. Artinya, perencanaan selalu dapat direvisi dan dikontrol. Adapun siklus perencaan tersebut terdiri dari (1) menentukan kebutuhan, (2) menentukan tujuan, (3) menentukan sasaran, (4) menentukan metode/cara mencapai sasaran, (5) pengujian cara yang dipilih, (6) simulasi, (7) memilih cara, (8) implementasi, dan (9) monitoring.
30
Abdul Rahman Saleh & Fahidin, op. cit., hal, 28.
43
Kesembilan tahapan yang merupakan siklus perencaan merupakan hal yang harus dilakukan oleh sebuah perpustakaan. TBM dan perpustakaan memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan pengelolaan, namun kegiatan pengelolaan di TBM tidak sama persis dengan konsep pengelolaan perpustakaan diatas. Oleh karena itu, dapat diambil benang merah berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Manullang dan Abdul rahman Saleh & Fahidin, bahwa perencanaan yang dilakukan di TBM dapat dilakukan dengan mengikuti siklus perencanaan perpustakaan yang mencakup perencanaan
terhadap
kebutuhan
TBM,
merencanaka
sasaran
dan
merencanakan metode serta menjawab keenam unsur apa yang harus dilakukan, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan oleh siapa. 1) Merencanakan kebutuhan TBM Adapun kegiatan perencaaan TBM yang pertama dimulai dengan menentukan kebutuhan. Selayaknya di perpustakaan, di TBM pun ditentukan kebutuhan terlebih dahulu dengan user study atau studi pemakai. Dari study user ini akan diidentifikasi kebutuhan pemakai TBM, baik kebutuhan bahan bacaan maupun kebutuhan layanan, serta kebutuhan pekerjaan di TBM. 2) Merencanakan Tujuan TBM Tahap selanjutnya adalah menentukan tujuan TBM. Telah disinggung dalam hakikat sebelumnya bahwa tujuan TBM adalah sebagai wadah kegiatan belajar masyarakat, khususnya dalam upaya membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang
44
cerdas yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan TBM tersebut hendaknya harus selalu disadari, dihayati dan diimplementasikan oleh seluruh anggota TBM. 3) Merencanakan Sasaran dan Metode Langkah
selanjutnya
adalah
menentukan
sasaran
atau
target
kemudian menentukan metode yang akan dipakai untuk mencapai tujuan sasaran tersebut. Adapun perencanaan terhadap metode yang akan digunakan dalam TBM berkaitan dengan kondisi TBM yang bersangkutan. Metode yang dipilih dilakukan untuk meninjau TBM dilihat dari komponenkomponen TBM. Adapun komponen penting setiap TBM yaitu lokasi, sumber daya manusia, organisasi dan manajemen, sarana dan prasarana, layanan dan promosi, dan anggaran 31 . berdasarkan pedoman tersebut, komponen yang ditinjau dengan menggunakan sasaran dan metode yang telah direncanakan adalah lokasi, sumber daya manusia, dokumen keorganisasian dana manajemen, sarana dan prasarana, layanan, serta anggaran. Dalam merencanakan lokasi TBM, perlu diperhatikan sasaran pemakai TBM. Tony Simbolon, Taman Bacaan Masyarakat seyogyanya berada di 32 : a) Desa atau kelurahan yang dikelola oleh kantor desa atau kelurahan, khususnya yang belum memiliki fasilitas akses layanan
31
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006), hal. 20. 32 Tony Simbolon, Pengembangan Budaya Baca Melalui Taman Bacaan Masyarakat, (Jakarta: PT Ryan Eka Mandiri, 2007), hal. 69-70.
45
bahan bacaan seperti toko buku, rental buku/bahan bacaan, atau perpustakaan. b) Di kota, di sentra layanan masyarakat (fasilitas umum), atau ditempat-tempat mastarakat berkumpul dan menunggu seperti, pembayaran telepon, listrik, terminal, penjara, bandara, dll. c) Tempat TBM yang mudah dilihat dan dijangkau. Dalam merencanakan sumber daya manusia TBM, ditentukan berapa jumlah tenaga yang dibutuhkan dan proses rekruitmen tenaga pengelola TBM. Mengenai berapa jumlah tenaga pengelola TBM belum ditentukan jumlah yang baku. Di dalam buku pedoman penyelenggaraan TBM, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sumber daya manusia, yang pertama yaitu komposisi pengelola TBM. Komposisi pengelola TBM, baik pimpinan maupun staff, disesuaikan dengan volume dan beban kerja/kegiatan dan juga anggaran 33 . Hal tersebut menandakan bahwa belum adanya ketentuan mengenai jumlah tenaga pengelola TBM. Lebih lanjut, tertera di dalam pedoman penyelenggaraan TBM, hal kedua yang harus diperhatikan dalam rangka meningkatkan wawasan dan keterampilan pengelolaan TBM maka setiap pengelola diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan latihan yang terkait dengan penyelenggaraan TBM. Hal ketiga yang harus diperhatikan yaitu kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja TBM. Kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja TBM disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan tenaga setempat. Selain tenaga tetap, pengelola TBM
33
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat, hal. 34.
46
dapat diperoleh dengan cara memberdayakan orang muda atau tokoh masyarakat setempat sebagai relawan. Dalam merencanakan sarana dan prasarana TBM, ditentukan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh setiap TBM. Tony Simbolon mengungkapkan bahwa TBM yang baik seharusnya memiliki sarana sebagai berikut 34 : a) Ruang baca baik indoor (tertutup) maupun outoor (terbuka/taman), ruang display, ruang pembelajaran/kegiatan, ruang administrasi yang memadai. b) Koleksi bahan bacaan yang bervariasi dan sesuai dan berguna serta dibutuhkan masyarakat yang ditata sehingga mudah dilihat dan dicari. c) Kursi/bangku dan meja baca baik di indoor maupun outdoor. d) Memiliki WC dan alat komunikasi. Sarana
dan prasarana merupakan hal yang sangat berpengaruh
dalam mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), karena tanpa adanya perencanaan sarana dan prasarana seperti gedung yang permanen, koleksi yang memadai serta sarana lain seperti rak-rak buku, meja baca dan lain-lain kalau tidak terpenuhi maka pengguna jasa tersebut tidak akan tertarik untuk mengunjunginya. Untuk membuat TBM yang menarik dapat direncanakan pengadaan sarana dna prasarana dengan mencoba beberapa hal berbeda yang sesuai dengan karakteristik sasarannya, tentunya untuk menambah semarak TBM dan menarik masyarakat untuk mengunjunginya.
34
Tony Simbolon, op. cit., hal. 70.
47
Dalam merencankaan layanan TBM, perlu diperhatikan beberapa aspek yang berkaitan dengan pelayanan di TBM. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan TBM yang baik sebagai berikut 35 : a) Suasana TBM yang hendaknya diatur sedemikian rupa agar menarik dan menyenangkan pengunjung. Keadaannya juga harus dijaga agar tetap bersih, sejuk, rapi dan nyaman, termasuk peralatan/perlengkapan lain supaya ditata dengan rapi sehingga pengunjung merasa senang berada di ruangan atau di sekitar TBM. b) Tenaga Pelayanan yang melayani pengguna TBM perlu ditentukan berapa jumlah dan apa saja kualifikasinya. c) Sistem Layanan yang digunakan TBM, apakah menggunakan sistem pelayanan terbuka sehingga pengunjung/ pengguna dapat masuk ke ruang baca untuk memilih dan mengambil bahan bacaan sendiri dari rak, atau sistem pelayanan tertutup dimana penunjung/pengguna dapat meminta bantuan dari petugas. d) Jenis kegiatan yang diselenggarakan disesuaikan dengan kebutuhan sasarna atau pemakai TBM. e) Peraturan dan Tata Tertib TBM dibuat oleh pengelola TBM meliputi keanggotaan pemakai (siapa saja yang dapat memanfaatkan TBM), hari dan Jam Buka TBM, lama dan Waktu Peminjaman bahan bacaan, jumlah pinjaman, sanksi pelanggaran. f) Pendaftaran Anggota pengguna TBM, perlu ditentukan persyaratannya. g) Kartu Anggota, diperlukan untuk membedakan anggota TBM dengan bukan anggota TBM. h) Sistem Peminjaman (Sirkulasi) TBM ditentukan menggunakan sistem pinjamannya. Dalam
merencanakan
anggaran
TBM,
ditentukan
bagaimana
pengelompokkan anggaran, sumber anggaran yang merupakan asal pendanaan, dan komposisi anggaran. Dalam menentukan rencana anggaran, diperlukan kemampuan wirausaha bagi pengelola untuk selalu kreatif 35
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, hal.17
48
memperoleh tambahan penghasilan bagi operasional TBM sehingga TBM dapt mandiri.
b) Pengorganisasian TBM Istilah Pengorganisasian secara umum memiliki dua pengertian. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional. Sedangkan dalam pengertian yang lain, pengorganisasian dimaksudkan sebagai proses pengorganisasian. Dalam kajian teori ini, akan dibahas pengorganisasian dengan pengertian yang kedua. Hani Handoko mendefinisikan pengorganisasian sebagai proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi dapat dicapai dengan efisien 36 . Menurut definisi diatas, pengorganisasian merupakan proses atau alur kegiatan yang didasarkan pada struktur organisasi, kemudian mengelompokkan dan mengatur tugas atau pekerjaan anggota organisasi, membagi tugas atau pekerjaan anggota organisasi. Setelah merencanakan mengenai rekruitment anggota organisasi melalui kualifikasi dan kompetensinya, maka anggota organisasi tersebut dikelompokkan tugas atau pekerjaannya berdasarkan kemampuannya. Melengkapi definisi diatas, Yayat mendefinisikan pengorganisasian (Organizing) ialah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian 36
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000), hal.168.
49
tugas, siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab pada siapa 37 . Dalam definisi ini, terlihat adanya pembagian tanggung jawab diantara sesama anggota organisasi. Pembagian tanggung jawab mengenai tugas atau pekerjaan ini dilakukan untuk memudahkan para anggota organisasi melakukan pekerjaan lebih mudah dan terorganisasi. Berdasarkan
kedua
definisi
pengorganisasian
diatas,
dapat
disimpulkan bahwa Pengorganisasian adalah proses yang didasarkan pada struktur organisasi dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan dikelompokkan berdasarkan kemampuan anggotanya, serta diatur mengenai pembagian tanggung jawabnya di kalangan anggota organisasi, dengan efisien dan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Kepala TBM
Bidang Administrasi Teknis
Bidang Layanan Pembaca
Gambar 1: Struktur Organisasi Taman Bacaan Masyarakat
37
Yayat, Modul Manajemen Umum Dan Bidang-bidang Manajemen: Mata Pelajaran Ekonomi Kelas II, 2007. (http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=11&fname=eko206_07.htm)
50
Struktur organisasi tersebut bukanlah struktur organisasi yang baku dan menjadi standar untuk setiap TBM. Karena struktur organisasi di TBM dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi TBM. Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat, oleh karena itu proses pengorganisasian TBM juga diikuti dengan kesesuaian kebutuhan masyarakat pengguna TBM. Adapun mengenai pembagian tugas atau pekerjaan anggota organisasi TBM sebagai berikut 38 : 1) Kepala TBM mempunyai tugas-tugas sebagai berikut: a. Memimpin TBM; b. Menyusun dan menetapkan program TBM; c. Mengembangkan dan memajukan TBM; d. Melakukan kerjasama antar TBM maupun perpustakaan atau institusi lain (pemerintah dna swasta); e. Mengkordinasikan dan mengawasi/mengontrol pelaksanaan tugas administrasi/pengolahan dan tugas-tugas layanan. 2) Bidang Administrasi dan Tekhnis mempunyai tugas-tugas berikut : a. Mengurus kegiatan administrasi dan surat-menyurat, b. Melaksanakan pengembangan koleksi, c. Mengadakan pemilihan dan pengadaan bahan pustaka, d. Melaksanakan pengolahan bahan pustaka, e. Pemeliharaan koleksi bahan pustaka, f. Membuat laporan administrasi dan teknis. 3) Bidang Layanan Pembaca mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menata koleksi secara sistematis, b. Mempersiapkan dan mengatur tata tertib layanan; c. Melaksanakan/menyelenggarakan layanan; d. Melaksanakan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka; 38
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat , hal. 3.
51
e. Melaksanakan administrasi keanggotaan; f. Membuat laporan pelayanan dan penggunaan koleksi TBM. Sedangkan mengenai pembagian tanggung jawab di kalangan anggota pengelola TBM dapat diketahui dari ada atau tidaknya struktur organisasi pengelola TBM. Berdasarkan bagan struktur tersebut, dapat menggambarkan bagaimana pembagian tanggung jawab di TBM itu sendiri. Dengan melihat tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anggota organisasi TBM, maka terdapat tugas-tugas pengelolaan TBM yang harus dilakukan oleh pengelola di dalam tahapan pengorganisasian TBM. Tugastugas yang harus dilakukan oleh pengelola adalah usaha-usaha yang harus dilakukan dalam rangka melakukan pengelolaan TBM. Tugas-tugas tersebut terangkum dalam kegiatan pengolahan bahan koleksi TBM agar memberikan kemudahan terhadap pelaksaaan kegiatan pelayanan di TBM. Tahapan kegiatan pengolahan bahan koleksi di TBM sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat meliputi kegiatan registrasi atau pencatatan bahan koleksi (inventarisasi), katalogisasi yang terdiri dari katalogisasi
deskriptif
dan
klasifikasi,
memberi
kelengkapan
buku,
penyusunan buku di rak. Sejalan dengan uraian pedoman pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat diatas Ibrahim Bafadal menambahkan proses pengolahan koleksi dilakukan melalui tahapan pengadaan, klasifikasi, katalogisasi, serta
52
pengaturan dan pemeliharaan koleksi 39 . Perbedaan diantara kedua tahapan yang ada yaitu pada tahap awal dan tahap akhir proses pengolahan. Uraian kedua lebih lengkap karena menjelaskan proses pengolahan koleksi hingga tahap pemeliharaan. Sedangkan pada tahap awal pengolahan, kegiatan pengadaan bahan koleksi sudah dilakukan dalam tahapan perencanaan. Oleh karena itu kedua tahapan tersebut sejalan dan saling melengkapi. Berdasarkan uraian diatas, pengolahan koleksi di TBM terdiri dari tahapan pengadaan, registrasi atau pencatatan bahan koleksi (inventarisasi), klasifikasi, katalogisasi, memberi kelengkapan buku, penyusunan buku di rak pemeliharaan koleksi TBM. Pengolahan diawali dengan pencatatan atau registrasi masing-masing jenis bahan pustaka/bacaan dengan menggunakan Daftar Buku atau Buku Induk untuk bahan pustaka yang berupa buku, Kartu Majalah untuk majalah dan Kartu Surat Kabar untuk surat kabar, sedangkan leaflet dan pamphlet tidak perlu diregistrasi. Setelah koleksi diregistrasi, kemudian dikelompokkan menurut subjeknya menggunakan angka atau simbol tertentu sesuai skema atau sistem klasifikasi yang digunakan. Tahap ini disebut juga dengan proses katalogisasi deskriptif. Setelah dikatalogisasi deskriptif, koleksi dideskripsikan menurut data bibliografisnya, seperti pengarang, judul, nama penerbit, tahun terbit, serta jumlah halaman. Data tersebut beserta nomor klasifikasi dan tajuk subjek kemudian diformulasikan ke dalam kartu katalog. Kemudian setiap buku diberi label nomor panggil (call 39
Ibrahim Bafadal, op.cit., hal. 27
53
number) yang diperlukan untuk menentukan posisi atau letak buku di rak. Label nomor panggil direkatkan pada punggung buku. Setelah itu, agar pengguna TBM lebih mudah menemukan buku yang dibutuhkannya di rak, setiap buku yang sudah ada label nomor panggilnya juga diberi label berwarna sesuai dengan kelompok subjeknya. Koleksi juga perlu dilengkapi dengan kartu buku, kantong kartu buku, dan lembar tanggal kembali. Kartu buku berfungsi sebagai kartu kendali buku yang dipinjamkan kepada pengguna/anggota. Ketika bukunya dipinjamkan, kartu buku diisi nomor anggota, nama anggota serta tanggal kapan harus dikembalikan. Kantong kartu buku berfungsi untuk meletakkan buku ketika buku sedang tidak dipinjam oleh anggota TBM. perlengkapan terakhir untuk sebuah buku yang perlu disiapkan sebelum buku diletakkan dalam rak adalah lembar/slip tanggal kembali yang berfungsi untuk mengingatkan peminjam kapan buku tersebut harus dikembalikan. Lembar tanggal kembali ini direkatkan pada halaman terakhir atau dibagian dalam cover buku di atas kantong kartu buku. Setelah seluruh proses sebelumnya telah selesai, maka buku/koleksi disusun sesuai pada sistem yang tetap (konsisten), maksudnya agar pemakai dapat dengan mudah menemukan dan memanfaatkan bahan bacaan yang dibutuhkan. Selain, menyusun buku/koleksi di rak, kegiatan pengolahan koleksi juga termasuk memelihara buku dengan cara memberikan sampul
54
buku dan memperbaiki buku-buku yang rusak misalnya menjilid kembali, mengganti halaman yang rusak atau hilang dan sebagainya.
c) Pengarahan Pengarahan merupakan tindak lanjut dari fungsi-fungi manajemen sebelumnya, yaitu perencanaan dan pengorganisasian. Pengarahan dalam bahasa Inggris berarti directing, yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai ‘memimpin’, atau ‘mengarahkan’. Siswanto memberikan batasan secara umum mengenai pengarahan sebagai suatu proses pembimbingan, pemberian petunjuk, dan instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan 40 . Pengarahan berarti menentukan bawahan tentang apa yang harus mereka kerjakan atau tidak boleh dikerjakan. Dalam pengertian ini, kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan memberikan perintah, petunjuk (orientasi) dari atas atau pimpinan kepada orang-orang yang dipimpinnya atau di bawahnya, untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu, baik secara lisan maupun tulisan berupa peraturan dan tata tertib. Mengarahkan atau memberikan arahan merupakan suatu fungsi pengelolaan yang kompleks, dimana tujuannya untuk mempengaruhi karyawan agar mau melaksanakan tugas-tugas secara efektif dan efisien,
40
Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 111.
55
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sebagaimana diungkapkan oleh Abdul Rahman Saleh dan Fahidin 41 : Tujuan utama fungsi memimpin adalah untuk menciptakan kerja sama yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan anggota serta menumbuhkan perasaan untuk menyukai pekerjaan yang dilakukan. Melihat definisi diatas, dapat diketahui bahwa keberasilan untuk memenuhi tujuan tersebut sangat bergantung kepada kemampuan para pemimpin. Dalam manajemen modern, para pengelola menambahkan pendekatan lain sebagai pendorong atau motivator. Oleh karena itu, pengarahan berkenaan dengan cara bagaimana pengelola dapat memotivasi para bawahannya agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat. Pengarahan diawali dengan motivasi, karena para pengelola tidak dapat
mengarahkan
kecuali
bawahan
dimotivasi
untuk
bersedia
mengikutinya. Berdasarkan kedua teori diatas, pengarahan merupakan aspek hubungan manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat bawahan untuk bersedia memahami dan menyumbangkan tenaga dan fikirannya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pengelolaan, pengarahan ini bersifat sangat komplek, karena disamping menyangkut orang perorang, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari masing-masing mereka. Dalam melaksanakan fungsi pengarahan yang menyangkut pada
41
Rahman Saleh & Fahidin, op. cit., hal. 98.
56
hubungan atara pengelola dan karyawan, dapat dilakukan dengan cara memberikan orientasi mengenai informasi atau petunjuk yang perlu diketahui karyawan agar tugasnya dapat dilakukan dengan baik. Dalam proses pengarahan, pemimpin juga harus membangun komunikasi yang baik dengan para karyawannya. Bagi para karyawan, untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik dipengaruhi oleh cara pengelola dalam mempengaruhi orientasi tugas. Misalnya dengan memberi motivasi agar mereka bekerja dengan semangat tinggi. Oleh karena itu, perlu disadari pentingnya pengelola dalam menjalankan fungsi kegiatan pengarahan dalam bentuk memberikan orientasi tugas, komunikasi, dan motivasi kepada para karyawannya. Berdasarkan kajian teorits mengenai pengarahan sebelumnya, jika dikaitkan dengan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, maka dapat dapat diambil benang merah bahwa kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pengelola TBM dalam menjalankan fungsi pengarahan, dapat dilakukan dengan cara memberikan orientasi untuk menyampaikan informasi atau petunjuk yang perlu diketahui oleh pengelola/pengurus TBM agar tugasnya dapat dilakukan dengan baik, membangun komunikasi yang baik diantara para pengelola, pengurus dan anggota, serta memberi motivasi agar pengelola/pengurus/relawan
TBM
dapat
melaksanakan
tugas
dengan
semangat tinggi. Oleh karena itu, di dalam proses pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat bahwa pengelola TBM dalam menjalankan fungsi
57
kegiatan pengarahan perlu dilakukan kegiatan memberikan orientasi, komunikasi, dan motivasi kepada para pegawai maupun relawan TBM.
d) Pengawasan Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin organisasi pengelolaan tercapai. Hal ini dilakukan dengan cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang direncanakan. Beberapa pakar telah menguraikan pengertian penagawasan dari berbagai sudut pandang berbeda. Definisi pengawasan secara sederhana dikemukakan oleh Murdick bahwa pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai 42 . Menurut definisi ini pengawasan merupakan proses dasar yang secara essensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Hal ini dikarenakan bahwa ketercapaian tujuan dari organisasi merupakan prinsip dasar dari pengelolaan itu sendiri. Lebih
rinci
mengenai
definisi
dan
proses
pengawasan
yang
dikemukakan oleh Robert J. Mockler, berikut ini telah memperjelas unsurunsur esensial proses pengawasan 43 : Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan 42
Nanang Fatah, Landasan Manajamen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 101. 43 Robert J. Mockler sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995), hal. 360-361.
58
mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Dari
definisi
pengawasan
diatas,
dapat
dilihat
bahwa
fungsi
pengawasan didasarkan pada fungsi perencanaan. Di dalam definisi tersebut dijelaskan
bahwa
pengawasan
merupakan
suatu
proses
yang
berkesinambungan. Proses pengawasan yang dimaksud terdiri dari lima tahap. Tahap-tahapnya adalah (1) Penetapan standar pelaksanaan, (2) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, (3) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata, (4) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan, dan (5) pengambilan tindakan koreksi bila perlu. Penetapan standar pelaksanaan merupakan satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menilaian hasil-hasil. Penetapan standar pelaksanaan di TBM terdiri dari: (1) standar fisik, yaitu ketentuan mengenai relawan di TBM, ketentuan mengenai jumlah koleksi di TBM, (2) standar moneter yaitu ketentuan pengenai biaya pembelian bahan koleksi, ketentuan biaya operasianal TBM, (3) standar waktu yaitu jadwal kegiatan pelayanan TBM. Selain itu standar kualitatif juga diperlukan dalam proses pengawasan. Standar kualitatif TBM misalnya ketentuan mengenai adanya keriteria kesehatan relawan TBM, sikap kerjasama yang dimiliki antara relawan TBM, dan standar berpakaian relawan TBM.
59
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan diperlukan sebagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Dalam tahap ini perlu ditetapkan berapa kali pengawasan harus dilakukan, apakah setiap jam, harian, mingguan, atau bulanan. Dalam bentuk apa pengukuran tersebut dilaksanakan, apakah dalam bentuk laporan tertulis, inspeksi visual, atau melalui media tertentu. Siapa saja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pengawasan. Setelah frekuensi dan sistem pengawasan ditentukan, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus menerus. Berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu: (1) pengamatan atau obervasi, (2) laporan-laporan, (3) metode-metode otomatis, dan (4) inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel. Tahap selanjutnya adalah membandingkan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Penyimpangan yang ada harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai. Bila hasil analisa menunjukkan upaya perbaikan, tindakan tersebut harus diambil. Upaya perbaikan dapat diambil dalam berbagai bentuk yaitu: (1) mengubah standar awal, (2) mengubah pengukuran pelaksanaan, (3) mengubah
cara
analisa
dan
mengintepretasikan
penyimpangan.
60
penyimpangan-
Berdasarkan kajian teori diatas, pengawasan merupakan suatu usaha yang tersusun secara sistematis dan berkesinambungan yang digunakan pengelola melalui penetapan standar pelaksanaan, penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan,
pengukuran
pelaksanaan
kegiatan
nyata,
pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan, dan pengambilan tindakan koreksi, untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan. Usaha diatas merupakan kegiatan-kegiatan yang essensial bagi setiap organisasi, termasuk Taman Bacaan Masyarakat. Oleh karena itu, TBM sebagai suatu organisasi yang juga merupakan sumber belajar berupa lingkungan,
perlu
diketahui
bagaimana
efektivitas
dan
efisiensi
pendayagunaan sumber dalam pencapaian tujuannya, dengan menerapkan tahapan-tahapan proses pengawasan TBM yang terdiri dari penetapan peraturan mengenai pelaksanaan TBM, penentuan metode pengukuran pelaksanaan kegiatan TBM, melakukan pengukuran pelaksanaan kegiatan di TBM, menganalisa penyimpangan yang ada di dalam pelaksanaan TBM, dan melakukan upaya perbaikan untuk TBM.
C. KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN Untuk menunjang penelitian ini, maka diperlukan hasil penelitian yang relevan dengan tema atau judul penelitian yang akan dilakukan. Belum
61
adanya penelitian studi kasus berganda mengenai pengelolaan taman bacaan masyarakat yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dalam upaya melihat perbandingan pengelolaan di tiga TBM sebagai sumber belajar, merupakan salah satu keterbatasan dalam penelitian ini. Penelitian tentang Taman Bacaan Masyarakat yang diperoleh peneliti adalah mengenai penggunaan taman bacaan masyarakat di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan skripsi yang disusun oleh salah satu mahasiswi Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Jakarta Cika Tri Damayanti, dengan Judul Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Sumber Belajar (Studi Deskriptf Penggunaan TBM di Wilayah Jakarta Timur). Penelitian tersebut dilaksanakan di 10 Taman Bacaan Masyarakat yang berfokus pada wilayah Kotamadya Jakarta Timur dan dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Februari 2005. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana TBM yang ada di Wilayah Jakarta Timur digunakan sebagai sumber belajar bagi warga belajar, pengelola, maupun masyarakat yang berada di lingkungan TBM. Penelitian ini melibatkan 10 pengelola TBM yang mewakili 30 TBM yang saat itu ada di wilayah Jakarta Timur, sebagai responen penelitian. Data dijaring dengan melakukan kegiatan obervasi dan penyebaran angket. Data mengenai penggunaan TBM sebagai sumber belajar diukur melalui lima dimensi yaitu (1) Dimensi ruang serta sarana TBM, (2) Dimensi penataan dan koleksi buku, (3) Dimensi tenaga pengelola, (4) Dimensi
62
anggaran, dan (5) Dimensi keterlibatan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikumpulkan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa Taman Bacaan Masyarakat di wilayah Jakarta Timur belum berfungsi sebagai sumber belajar. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari adanya pengelolaan yang kurang pada TBM wilayah Jakarta Timur, yang ditunjukkan dengan belum efektifnya jumlah petugas pada tiap-tiap TBM, fasilitas kartu peminjam kartu anggota & formulir anggota yang belum tersedia, serta pelatihan perpustakaan bagi petugas dan pengelola belum terlaksana seluruhnya.
D. KERANGKA BERFIKIR Sebagaimana diketahui bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Sumber belajar bukan hanya berupa benda yang dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi sumber belajar juga bisa berupa pengalaman, dimana pengalaman merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi hanya dapat dirasakan. Melalui sebuah pengalaman yang pernah dialami oleh seseorang di masa lampau bisa memberikan suatu pengetahuan baru, pengalaman tersebut tidak harus berasal dari suatu hal yang dialaminya sendiri, tetapi bisa melalui pengalaman yang dialami oleh orang lain. Membaca buku atau bahan bacaan adalah salah satu contohnya. Melalui membaca buku seseorang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di
63
masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui membaca buku atau bahan bacaan. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang dan memiliki unsur daya tarik yang dirancang atau dimanfaatkan untuk memfasilitasi
dan
memudahkan
terjadinya
proses
memungkinkan pebelajar untuk menampilkan potensinya
belajar
sehingga
secara mandiri.
Perubahan dalam proses belajar, dapat berupa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak bisa menjadi bisa. Berbagai sumber yang dipergunakan untuk keperluan belajar dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, lingkungan, teknik atau pun pengalaman. Pemanfaatan sumber belajar tersebut dapat dilakukan secara individual atau berkelompok dan terpisah maupun mengkombinasikan beberapa sumber. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, maka sumber belajar perlu dikelola. Salah satu sumber belajar yang dimanfaatkan dan perlu dikelola adalah taman bacaan masyarakat. Dalam kedudukannya sebagai sebuah sumber belajar, bila dilihat dari dari bentuknya sekaligus merujuk pada AECT, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan sumber belajar berupa lingkungan yang ada di masyarakat. Sedangkan bila kita melihat asal usulnya, Taman Bacaan Masyarakat dapat dikelompokan menjadi sumber belajar by design, karena
64
taman bacaan masyarakat dengan sengaja dirancang untuk memenuhi tujuan pembelajaran tertentu. Taman Bacaan Masyarakat adalah sebagai sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran seumur hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar TBM. TBM
merupakan
sumber
belajar
pendidikan
yang
nonformal,
khususnya dalam peningkatan minat membaca. Upaya ini dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan nonformal bagi komunitas (sekelompok masyarakat). Sebagai wadah yang menyediakan bahan bacaan yang didirikan oleh masyarakat di suatu kelompok masyarakat, Pada hakikatnya semuanya melakukan fungsi Taman Bacaan Masyarakat. TBM memiliki fungsi sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat; sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu yang efektif dengan memanfaatkan bahanbahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka; serta sarana informasi sebagai sarana penyedia berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat. Mengingat pentingnya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai upaya pemecahan masalah belajar di masyarakat, maka fungsi dan tujuan
65
harus tercapai demi terwujudnya TBM menjadi sebuah sumber pembelajaran sepanjang hayat bagi seluruh lapisan masyarakat. Agar mencapai fungsi tujuannya sebagai sumber belajar maka diperlukan pengelolaan yang baik dan memadai agar fungsi TBM dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengelolaan merupakan salah satu bidang garapan Teknologi Pendidikan. Pengelolaan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang teleh ditetapkan dengan menggunakan sumbersumber yang ada secara efektif dan efisien. Untuk mencapai pengelolaan yang efektif dan efisien, maka pengelola TBM diarahkan pada penguasaan beberapa aspek komponen pengelolaan yang diperlukan untuk pengelolaan TBM.
Komponen
pengelolaan
TBM
terdiri
dari
Perencanaan
TBM,
Pengorganisasian TBM, Pengarahan TBM, dan Pengawasan TBM. Dalam kompenen perencanaan, meliputi perencanaan kebutuhan TBM, merencanaka Tujuan TBM, merencanakan sasaran dan metode yang sesuai dengan sasaran TBM. Perencaaan kebutuhan TBM meliputi kebutuhan bahan bacaan, kebutuhan layanan, serta kebutuhan pekerjaan. Perencanaan metode Taman Bacaan Masyarakat (TBM) meliputi lokasi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, layanan, serta anggaran. Komponen
selanjutnya
dalam
pengelolaan
TBM
adalah
pengorganisasian. Dalam kompenen Pengorganisasian TBM, meliputi struktur organisasi pengelola, penentuan tugas pengelola, pembagian tugas pengelola, dan penolahan koleksi TBM.
66
Komponen selanjutnya dalam pengelolaan TBM adalah pengarahan Dalam kompenen pengarahan TBM, meliputi orientasi tugas; perintah untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan, komunikasi, dan motivasi. Komponen selanjutnya dalam pengelolaan TBM adalah pengawasan. Dalam kompenen pengawasan TBM, meliputi standar pelaksanaan kegiatan TBM, penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan TBM, pengukuran pelaksanaan kegiatan TBM, analisa penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di TBM, dan pengambilan upaya perbaikan terhadap penyimpangan. Berdasarkan penjelasan mengenai komponen-komponen pengelolaan TBM atas, dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeksripsikan tentang kegiatan pengelolaan TBM. Taman bacaan Masyarakat yang ada sangat banyak jenis dan jumlahnya. Namun, dalam pelaksanaan pengelolaan memiliki pola dan cara yang tidak sama. Berdasarkan komponen-komponen pengelolaan TBM yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeksripsikan tentang kegiatan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat yang
meliputi
merencanakan,
mengorganisasikan,
pengawasan.
67
mengarahkan
dan
68
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. TUJUAN PENELITIAN Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Secara khusus
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendeskripsikan
bagaimana
pengelolaan yang dilihat dari tahap : 1. Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat, 2. Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat, 3. Pengarahan Taman Bacaan Masyarakat, 4. Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di tiga Taman Bacaan Masyarakaat, yaitu : 1. Warung Baca Lebak Wangi, Jl. Kamboja No. 71, Desa Pamegar Sari, Parung – Bogor. 2. Rumah Baca Kwartet, Jl. Taruna Jaya, Gg. Karya Bakti No.04, Cibubur – Jakarta Timur. 3. Rumah Baca Zhaffa, Jl. Menara Air VII No. 43 Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan.
69
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, yaitu dari bulan November 2008 sampai dengan bulan Januari 2009
C. METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan 1 . Dalam penelitian ini nantinya akan dijelaskan secara jelas dan teliti serta sistematis mengenai variabel yang diteliti tanpa mencari hubungan antar variabel tersebut. Jadi, tidak ada usaha apapun untuk merubah atau merekayasa keadaan di tempat penelitian dilakukann. Penelitian ini juga tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti 2 . Jika
ditinjau
berdasarkan
ruang
lingkupnya,
penelitian
ini
menggunakan pendekatan studi kasus. Oleh karena penelitian ini dilakukan terhadap tiga taman bacaan masyarakat yang memiliki situasi dan kondisi yang berbeda, maka digunakan pendekatan multiple case studies. Studi kasus bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, 1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineke Cipta, 2000), hal. 309. Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara. 2006), hal. 26.
2
70
kelompok, dan lembaga atau masyarakat 3 . Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian studi kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, studi kasus lebih mendalam. Hasil penelitian ini nantinya tidak dapat digeneralisasikan ke tempat lain karena hasil penelitian hanya berlaku pada situasi dan kondisi yang ada pada waktu penelitian dilakukan. Dengan kata lain, hasil penelitian ini hanya akan berlaku bagi ketiga taman bacaan masyarakat yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan untuk taman bacaan masyarakat yang lain.
D. SUMBER DATA Objek penelitian dalam penelitian ini ialah taman bacaan masyarakat dilihat
dari
pengelolaannya
yang
terdiri
dari
tahap
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Sedangkan sumber data yang digunakan untuk memperoleh data-data tentang pengelolaan taman bacaan masyarakat adalah dokumen-dokumen dan pengelola yang ada di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa yang terdiri dari kepala TBM, Bidang Administrasi dan Tekhnis, dan Bidang Layanan Pembaca.
3
Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 46
71
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam melakukan penelitian diperlukan metode yang tepat, tekhnik yang tepat, serta alat pengumpul data yang relevan. Dengan demikian, maka akan mungkin diperolehnya data yang objektif. Pada penelitian ini tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui studi wawancara dan observasi untuk memperoleh data primer, serta dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari pengelola ketiga TBM, dan studi dokumen dilakukan untuk memperoleh data Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa dalam bentuk dokumen. sedangkan observasi dilakukan untuk memperoleh data yang akurat tentang proses pengelolaan di ketiga TBM serta daapt digunakan untuk meyakinkan kebenaran data yang diperoleh melalui studi dokumen dan wawancara. Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan secara pasif, yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
F. INSTRUMEN PENELITIAN Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat ukur dalam mengumpulkan data adalah format studi dokumen untuk studi dokumen, lembar ceklis untuk observasi, dan pedoman wawancara untuk wawancara. Format studi dokumen berisi pentunjuk mengenai dokumen-
72
dokumen TBM yang harus dilihat peneliti. Sama halnya dengan format dokumen, lembar ceklis berisi hal-hal yang harus diamati langsung oleh peneliti. Pedoman wawancara yang akan digunakan berbentuk semi terstruktur kemudian satu persatu diperdalam untuk merinci keterangan lebih lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh nantinya akan lengkap dan mendalam.
G. TEKNIK ANALISIS DATA Teknik analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui tahapan-tahapan yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur dalam penelitian. Data yang telah diperoleh dengan studi observasi, wawancara, dan dokumentasi, akan dikelompokkan berdasarkan ketiga objek penelitian. Kemudian akan dianalisis dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan aspek perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan antara ketiga objek. Analisis data akan disajikan dengan deskriptif. Sehingga akan didapat gambaran tentang pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa.
1
B. ANALISIS DATA Setelah deskripsi data diatas, akan diuraikan analisis data yang diperoleh di ktiga Taman Bacaan Masyarakat, yaitu Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Secara umum, kegiatan Pengelolaan di ketiga TBM tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat No .
Sub Variabel
Taman Bacaan Masyarakat Warabal
Kuartet
Zhaffa
1.
Perencanaan TBM
√
√
√
2.
Pengorganisasian TBM
√
X
√
3.
Pengarahan TBM
√
√
√
4.
Pengawasan TBM
√
√
√
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan Dari tabel Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat diatas, terlihat persamaan dan perbedaan tahapan-tahapan pengelolaan yang sudah dilakukan pada tiap-tiap TBM. Diantara ketiga TBM, hanya Rumah Baca Kuartet yang melakukan seluruh tahapan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat,
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan,
dan
pengawasan. Dari ketiga TBM yang diteliti, hanya Rumah Baca Kuartet yang melakukan pengelolaan tidak melakukan tahapan pengarahan. Persamaan.
2
Sedangkan Warung Baca lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa melakukan seluruh tahapan pengelolaan Taman Bacaan Masyaraakt. Namun, pada pelaksanaan pada tiap-tiap tahapan pengelolaan yang dilakukan terdapat persamaan dan perbedaan yang lebih spesifik. Persamaan dan perbedaan tersebut disajikan dalam analisis yang disertai tabel tahap-tahap pengelolaan berdasarkan urutan tahapan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
1. Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan perencanaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat No.
Indikator
Taman Bacaan Masyarakat Warabal
RBK
RBZ
1.
Perencanaan kebutuhan pengguna TBM
√
√
√
2.
Perencanaan tujuan TBM
√
√
√
3.
Perencanaan lokasi TBM
X
X
X
4.
Perencanaan sumber daya manusia TBM
X
X
√
5.
Perencanaan organisasi dan manajemen TBM
√
√
√
3
6.
Perencanaan ruangan TBM
√
√
X
7.
Perencanaan koleksi TBM
√
√
√
8.
Perencanaan perlengkapan TBM
√
√
√
9.
Perencanaan layanan TBM
√
√
√
10.
Perencanaan sosialisasi TBM
√
√
√
11.
Perencanaan anggaran TBM
X
X
X
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan Dari tabel diatas terdapat beberapa persamaan dan perbedaan langkah langkah di dalam melakukan tahapan perencanaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang meliputi merencanakan kebutuhan pengguna TBM, merencanakan tujuan TBM, merencanakan lokasi TBM, merencanakan sumber daya manusia TBM, merencanakan organisasi dan manajemen TBM, merencanakan ruangan TBM, merencanakan koleksi TBM, merencanakan perlengkapan TBM, merencanakan layanan TBM, merencanakan sosialisasi TBM, merencanakan hubungan kemitraan TBM, dan merencanakan anggaran TBM.
a) Perencanaan kebutuhan pengguna TBM Dari Tabel 4.2 pada poin 1, terlihat bahwa Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) telah
4
malakukan perencanaan sasaran pengguna. Sasaran pengguna Warabal adalah seluruh warga pemukiman Kampung Saja, Desa Pamegar Sari, Parung Bogor. Sasaran pengguna RBK adalah seluruh warga pemukiman RW 05, Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Sasaran pengguna Rumah Baca Zhaffa (RBZ) adalah seluruh warga pemukiman Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan. Dari persamaan tersebut, pengelola pada tiap-tiap TBM telah melakukan identifikasi terhadap sasaran penggunanya. Hal tersebut menandakan bahwa pengelola pada ketiga TBM telah mengetahui pentingnya
melakukan
identifikasi
sasaran
pengguna,
yaitu
untuk
memudahkan pengelola dalam merencanakan kegiatan dan bahan bacaan apa saja yang perlu untuk diadakan di TBM. Walaupun ketiganya sudah melakukan identifikasi terhadap sasaran pengguna, namun ketiganya mengidentifikasi sasaran pengguna yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan identifikasi sasaran pengguna TBM satu sama lain dikarenakan TBM merupakan suatu komunitas. Dimana setiap TBM memiliki ciri khusus yaitu masyarakat yang menjadi penggunanya berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, baik Warabal, RBK, dan RBZ memliki sasaran pengguna yang bebeda satu sama lain, karena merupakan tiga komunitas yang berbeda. Selain itu, ketiga TBM juga sudah melakukan identifikasi kebutuhan penggunanya,
walaupun
dengan
cara
yang
berbeda-beda.
Melihat
kenyataan tersebut, masing-masing pengelola TBM, sudah mengetahui
5
manfaatnya melakukan identifikasi kebutuhan pengguna dalam rangka mewujudkan fungsi TBM itu sendiri, yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh faktor pendidikan yang dimiliki pengelola. Pengelola Rumah Baca Kuartet dan Pengelola Rumah Baca Zhaffa memiliki bekal ilmu perpustakaan dan keduanya juga berprofesi sebagai
librarian
atau
kepustakawanan.
Namun
faktor
pendidikan
kepustakaan tidak dimiliki oleh pengelola Warabal yang berpendidikan akhir tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan berprofesi sebagai penjual jamu. Berbeda dengan yang lainnya, pengelola Warabal melakukan identifikasi kebutuhan pengguna dengan tujuan untuk mewujudkan keinginan pribadinya yaitu mengetahui bahan bacaan dan kegiatan pembelajaran apa saja yang dibutuhkan oleh warga kampung disekitarnya agar ia dapat berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan akan pendidikan, khususnya bahan bacaan untuk warga kampung yang secara ekonomi termasuk kedalam ekonomi lemah. Walaupun ketiganya sudah melakukan identifikasi terhadap kebutuhan pengguna, namun masing-masing TBM melakukan identifikasi kebutuhan pengguna dengan cara yang berbeda-beda. Pengelola Warabal melakukan kegiatan
mengelilingi
kampung
dan
berkunjung
ke
sekolah-sekolah.
Pengelola RBK melakukan kegiatan pengamatan langsung da melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang diminati oleh warga. Pengelola RBK melakukan identifikasi terhadap perencanaan kebutuhan warga dengan menampung
6
ide-ide
yang
berasal
dari
warga.
Perbedaan
ketiga
TBM
dalam
mengidentifikasi kebutuhan penggunanya dikarenakan perbedaan dari ketiga karakteristik
masyarakat
pengguna
yang
berbeda-beda.
Karakteristik
masyarakat pengguna Warabal merupakan masyarakat didaerah pedesaan yang letak rumahnya berjauhan satu sama lainnya. Selain itu sifat masingmasing individu di kampung tersebut cenderung tertutup. Oleh karena itu, pendiri Warabal melakukan kegiatan berkeliling kampung terlebih dahulu agar
dapat
mengidentifikasi
kebutuhan
penggunanya.
Sedangkan
karakteristik dari pengguna kedua TBM lainnya cenderung terbuka karena termasuk kedalam karakter masyarakat urban atau perkotaan. Oleh karena itu, mudah saja bagi pendiri RBK untuk melihat langsung minat para penggunanya dengan melihat kegiatan yang diminati warga. Begitu juga dengan pendiri RBK, dipengaruhi dengan keterlibatannya dalam kegiatan Karang
Taruna
khususnya
ketika
melakukan
identifikasi
kebutuhan
memperoleh dukungan dari para sukarelawan Karang Taruna. Melalui proses kegiatan identifikasi dan mengetahui apa saja kebutuhan sasaran pengguna, berarti pengelola pada tiap-tiap Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sudah melakukan tahapan perencanaan TBM. Maka, pengelola ketiga TBM dapat merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh Warabal, Rumah Baca Zhaffa, dan Rumah Baca Kuartet sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Sudah dilakukannya kegiatan merencanakan kebutuhan pengguna di Warabal, RBK, dan RBZ, menandakan tujuan yang
7
akan dicapai oleh masing-masing TBM menjadi tepat guna bagi masyarakat. Oleh karena itu, pengelola telah melakukan tahapan perencanaan kebutuhan pengguna di warabal, RBK, dan RBZ sesuai dengan sebagai mana mestinya.
b) Perencanaan tujuan TBM Dari Tabel 4.2 pada poin 2, terlihat bahwa Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) telah melakukan perencanaan tujuan. Tujuan Warung Baca Lebak Wangi terdiri dari dua, yaitu yang pertama menjadi tempat membaca yang tidak hanya sekedar tempat membaca, namun juga tempat untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan kreatifitas warga kampung. Tujuan yang kedua menjadi tempat kegiatan pembelajaran masyarakat dengan biaya yang murah. Tujuan Rumah Baca Kuartet yaitu menyediakan tempat untuk membaca, menulis, dan kegiatan hiburan edukatif lainnya secara gratis, yang dibutuhkan anak-anak khususnya dan warga masyarakat secara umumnya. Tujuan Rumah Baca Kuartet terdiri dari empat tujuan, yaitu (1) Wadah interaksi para pecinta dunia perbukuan lintas generasi. (2) Pusat informasi bagi mereka yang membutuhkan. (3) Tempat berkreasi, menumpahkan segala karya dalam bentuk apapun. (4) Tempat rekreasi dan hiburan yang mendidik.
8
Sudah dilakukannya perencanaan tujuan, menandakan Pengelola masing-masing Taman Bacaan Masyarakat (TBM) mengetahui pentingnya tujuaan TBM sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan pada tahapan selanjutnya. Tujuan Ketiga TBM yang sudah dirumuskan berbeda satu sama lain. Perbedaan pengelola dalam merumuskan tujuan TBM sangat dipengaruhi
dengan
kebutuhan
pengguna
yang
sudah
diidentifikasi
sebelumnya. Kebutuhan akan pengguna TBM yang berbeda-beda, membuat tujuan masing-masing TBM berbeda pula, karena tujuan dirumuskan berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna. Dari ketiga TBM, hanya Rumah Baca Kuartet (RBK) yang sudah merumuskan tujuannya ke dalam dokumen. Berbeda dengan kedua TBM lainnya, RBK sudah menuliskan tujuan ke dalam dokumen karena mengetahui pentingnya tujuan TBM untuk diketahui dan dipahami bersamasama dengan para pengguna. Hal tersebut terlihat dengan adanya rumusan tujuan RBK di dalam buku keanggotaan. Sedangkan pengelola Warung Baca Lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa belum merumuskan tujuannya secara tertulis. Walaupun keduanya belum merumuskan tujuan secara tertulis, namun alasan pengelola kedua TBM tersebut berbeda. Pengelola Warabal beranggapan bahwa tujuan Warabal hanya perlu diketahui oleh pengelolanya sendiri. Sedangkan pengelola RBZ belum merumuskan tujuan secara tertulis karena sampai pada waktu data ini diperoleh, RBZ belum memiliki dokumen resmi mengenai pengelolaan TBM. Ada dua faktor yang menjadi penyebab
9
perbedaan mengenai belum dituliskannya rumusan tujuan TBM ke dalam dokumen.
Selain
dipengaruhi
faktor
perbedaan
pendidikan
diantara
pengelola, faktor lama berdirinya TBM juga mempengaruhi. Diantara ketiga TBM yang diteliti, Rumah baca Zhaffa merupakan TBM yang paling baru berdiri. Sampai pada waktu data penelitian ini diperoleh, RBZ belum menuliskan rumusan TBM di dalam dokumen karena baru berjalan selama 3 bulan. Dengan sudah dirumuskannya tujuan, tiap-tiap TBM memiliki acuan yang pasti dalam pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan kajian teori pada bab sebelumnya, telah diketahui bahwa perumusan tujuan diperlukan sebagai acuan untuk mengetahui keberhasilan TBM. Sehingga akan memudahkan pengelola untuk mengukur sejauh mana keberhasilan TBM telah tercapai. Adanya acuan untuk kegiatan pengukuran terkait dalam proses pengawasan. Oleh karena ketiga TBM sudah merumuskan tujuan yang hendak dicapai, ketiga TBM seharusnya tidak ada kesulitan yang berarti dalam melakukan kegiatan pengawasan. Selain itu, tujuan juga penting untuk diketahui oleh para pengguna TBM lainnya agar tujuan disadari dan dihayati oleh seluruh anggota TBM demi tercapainya tujuan TBM dengan efektif dan efisien. Dituliskannya rumusan tujuan RBK di dalam buku keanggotaan adalah salah satu cara agar tujuan TBM dapat disadari dan dihayati adalah dengan menuliskannya ke dalam dokumentasi dan menginformasikannya kepada
10
seluruh anggota. Belum dirumuskannya tujuan secara tertulis menjadi kelemahan Warabal dan RBK. Sudah dirumuskannya tujuan di Warabal, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa, menandakan bahwa masing-masing TBM sudah memiliki acuan dasar untuk melakukan tahapan pengelolaan selanjutnya. walaupun sudah dirumuskan, namun sebaiknya tujuan tetap dituliskan ke dalam dokumen untuk memudahkan pengelola melakukan pengukuran untuk proses pengawasan.
c) Perencanaan lokasi TBM Dari Tabel 4.2 pada poin 3, terlihat bahwa baik Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) tidak melakukan perencanaan terhadap lokasi TBM. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor dana yang tidak mencukupi untuk menyewa tempat atau lokasi strategis. Baik, pengelola Warabal, RBK tidak mempunyai cukup dana untuk menyewa tempat yang strategis. Berbeda dengan kedua TBM yang memiliki kelemahan dalam faktor dana, pengelola RBZ memiliki hambatan dalam memperoleh izin dari pemerintah kelurahan Manggarai untuk meminjam ataupun menyewa kantor kelurahan untuk mendirikan TBM disana. Masing-masing pengelola diketiga TBM memilih rumah tinggal untuk lokasi TBM. Lokasi yang dipilih berbeda satu sama lainnya. Hal ini disebabkan
karena
perbedaan
identifikasi
pengguna
TBM.
Untuk
11
memudahkan pengguna mengakses ketiga TBM, maka pengelola masingmasing pengelola TBM memilih lokasi TBM yang berada di dekat atau disekitar penggunanya. Warung Baca Lebak Wangi mengidentifikasi sasaran penggunanya adalah warga Kampung Saja, lokasi Warabal di rumah tinggal salah satu pengelola, Ibu Kiswanti, di Kampung Saja, Parung Bogor. Rumah Baca Kuartet mengidentifikasi sasaran penggunanya adalah masyarakat kelurahan Cibubur, Lokasi Rumah baca Kuartet ditempatkan di halaman rumah salah satu pengelola, Sigit, di Jl. Taruna Jaya, Gg Karya Bakti, RT02/RW 05, kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. mengidentifikasi
sasaran
penggunanya
adalah
Rumah Baca Zhaffa masyarakat
kelurahan
Manggarai, Lokasi Rumah Baca Zhaffa ditempatkan di teras rumah tinggal pengelola, Yudi hartanto, di Jl. Menara Air RT07/RW11 No.43 Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan. Ketiga TBM memilih lokasi dengan dana yang mudah untuk dijangkau pengelola. Walaupun masing-masing TBM berlokasi di rumah, namun tetap tidak ada kesulitan bagi para pengguna untuk mengakses lokasi TBM. Perencanaan terhadap lokasi penting untuk memudahkan par a pengunjung mengakses lokasi TBM. selain itu juga untuk kenyamanan prara pengunjung ke TBM dan menghilangkan rasa keengganan karena TBM berada di dalam tempat tinggal warga.
d) Perencanaan sumber daya manusia TBM
12
Dari Tabel 4.2 pada poin 4, terdapat persamaan diantara Warung Baca Lebak Wangi dan Rumah Baca Kartet yaitu tidak melakukan perencanaan terhadap sumber daya manusia. Hal tersebut dikarenakan kedua pengelola beranggapan bahwa siapa saja dapat berpartisipasi dalam mengelola TBM. Selama ini, RBK dan Warabal dikelola oleh para sukarelawan yang merupakan warga sekitar TBM. Namun, RBK memiliki karakteristik pengelola yang berbeda. Sukarelawan yang terlibat dalam kegiatan mengelola TBM di Rumah Baca Kuartet adalah anak-anak yang masih mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar. Sukarelawan anak-anak ini sama sekali tidak memiliki pendidikan mengenai kepustakaan sebelumnya. Justru dengan ikut membantu mengelola Rumah Baca Kuartet tersebut, anak-anak di daerah kelurahan Cibubur memperoleh kesempatan untuk belajar bagaimana mengelola Taman Bacaan Masyarakat. sedangkan sukarelawan yang terlibat dalam mengelola Warung Baca Lebak Wangi merupakan remaja yang tinggal di Kampung Saja. Sebagian sukarelawan ada yang bersekolah, tetapi ada juga yang belum bersekolah. Berbeda dengan kedua TBM diatas, Rumah Baca Zhaffa sudah melakukan perencanaan terhadap sumber daya manusia. Pengelola sudah menentukan kriteria, dan jumlah yang dibutuhkan untuk mengelola RBZ. Kriteria untuk menjadi pengelola di RBZ yaitu memiliki karakter yang senang dengan anak-anak, suka membaca, berjiwa sosial tanpa pamrih, mau bekerja keras. Kriteria untuk menjadi pengelola di TBM sebenarnya memang harus
13
ditentukan agar pengelola TBM memiliki kesesuaian dengan karakteristik penggunanya.
e) Perencanaan organisasi dan manajemen TBM Dari Tabel 4.2 pada poin 5, terlihat persamaan yang ada diantara ketiga TBM. Baik Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa sudah membuat dokumen mengenai organisasi dan menajemen TBM. Perbedaan dialakukan pengelola ketiga TBM adalah dokumen apa saja yang sudah mereka rencanakan. Dokumen yang saat ini dimiliki Warabal yaitu susunan organisasi, pembagian jadwal kegiatan pembelajaran, dan daftar relawan yang mengadakan kegiatan pembelajaran. Dokumen yang saat ini dimiliki RBK yaitu dokumen mengenai tim kepengurusan, daftar inventaris perlengkapan, daftar inventaris bahan koleksi, dokumen kegiatan yang sudah dilakukan, buku anggota, dan kartu anggota. Dokumen yang saat ini dimiliki RBZ yaitu daftar inventaris perlengkapan, daftar inventaris bahan koleksi, daftar sukarelawan yang berasal dari remaja karang taruna, kegiatan yang sudah dilakukan, daftar jejaring (kerja sama) dengan instansi lainnya, dan dokumen mengenai sistem pelaporan. Ketiga TBM sudah melakukan perencanaan dokumen organisasi dan manajemen TBM. Hal tersebut disebabkan karena faktor pengetahuan masing-masing pengelola TBM. Ketiganya telah menyadari pentingnya
14
memiliki dokumen mengenai organisasi dan manajemen TBM. Walaupun ada perbedaan faktor pendidikan diantara ketiga pengelola, tampaknya tidak mempengaruhi pengelola dalam merencanakan dokumen organisasi dan manajemen TBM. Pengaruh dari perbedaaan faktor tersebut justru terlihat dari kelengkapan dokumen organisasi dan manajemen yang dimiliki tiap-tiap TBM. Warung Baca Lebak Wangi memliki dokumen mengenai organisasi dan manajemen yang paling minim. Hal ini menjadi kelemahan bagi Warabal. Dokumen mengenai organisasi dan manajemen sangat diperlukan dalam proses mencari jejaring atau dalam mengadakan hubungan kerja sama. Kelengkapan dokumen-dokumen tersebut juga menjadi syarat yang penting
dalam
proses
pengajuan
dana
kepada
pemerintah
untuk
pengembangan TBM. pentingnya akan kelengkapan dokumen TBM disadari secara sebenar-benarnya oleh pengelola Rumah Baca Kuartet. Pengelola RBK merencanakan dokumen organisasi dan manajemen lebih lengkap dibanding Warabal. Meskipun Rumah Baca zhaffa adalah TBM yang paling terakhir berdiri, namun RBZ memiliki kelengkapan dokumen yang sama lengkapnya dengan Rumah Baca Kuartet. hal tersebut karena kedua pengelola memiliki ilmu pendidikan perpustakaan dan berprofesi sebagai pustakawan. Walaupun pengelola Warabal memiliki perbedaan dalam faktor pendidikan dan profesi dengan pengelola di RBK dan RBZ, sebaiknya kelengkapan dokumen mengenai organisasi dan manajemen tetap perlu untuk dipenuhi. Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa sudah
15
merencanakan kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan organisasi dan manajemen, maka kedua TBM sudah melakukan tahapan perencanaan dokumen organisasi dan manajemen TBM sebagaimana mestinya.
f) Perencanaan ruangan TBM Dari tabel 4.2 poin 6 diatas, terlihat bahwa Warabal dan Kuartet sudah melakukan perencanaan ruangan dengan dipengaruhi adanya faktor dana. Walaupun, faktor dana menjadi kendala dalam perencanaan lokasi, tetapi tidak mempengaruhi dalam proses perencanaan ruangan. Ruangan indoor yang saat ini menjadi ruangan kegiatan pembelajaran, sekaligus ruangan display dan baca marupakan hasil sumbangan masyrakat. Sedangkan untuk merencanakan ruangan yang telah didesain outdoor, pengelola Kuartet mengajukan bantuan dana kepada salah satu perusahaan swasta. Hal tersebut dilakukan karena lokasi Kuartet hanya berawal dari halaman rumah yang kosong. Sedangkan Rumah Baca Zhaffa tidak melakukan perencanaan ruangan karena ruangan di Zhaffa terdiri dari ruang teras rumah dan ruang tamu rumah salah satu pengelola Kuartet. Walaupun ketiga TBM menemukan hambatan dalam merencanakan ruangan namun, pengelola pada masingmasing TBM memperhatikan faktor kenyamanan untuk pengguna.
g) Perencanaan koleksi TBM
16
Dari tabel 4.2 poin 7 diatas, terlihat bahwa tiap-tiap TBM sudah merencanakan jenis bahan koleksinya. Pentingnya perencanaan bahan koleksi sangat terkait dengan kebutuhan pengguna. Hal itu disadari betul oleh pengelola pada tiap-tiap TBM. Bahan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna akan menarik minat pengguna untuk berkunjung dan membaca bahan koleksi yang disediakan di TBM. Walaupun diantara ketiganya memiliki persamaan sudah melakukan perencanaan terhadap bahan koleksi, tetap terdapat perbedaan mengenai jenis bahan koleksinya. Warung Baca Lebak Wangi belum merencanakan jenis bahan koleksi audio visual, hanya bahan bacaan saja, sedangkan pengelola Rumah Baca Zhaffa dan Rumah Baca Kuartet sudah merencanakan jenis bahan koleksi audio visual. Selain itu ketiga TBM juga sudah melakukan
rencana terhadap pengadaan, dan
pengolahan bahan koleksi secara manual. Proses pengadaan di ketiga TBM bersumber dari
penggalangan dana masyarakat, koleksi pribadi pendiri,
donasi dan pembelian. Perbedaan koleksi tersebut terkait dengan perbedaan sasaran penggunanya. Perbedaan sasaran pengguna akan mempengaruhi kebutuhan pengguna TBM. perbedaan itu juga yang mempengaruhi perencanaan bahan koleksi TBM. Dengan sudah direncanakannya bahan koleksi di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa, menandakan bahwa ketiganya sudah melakukan tahap perencanaan terhadap bahan koleksi TBM.
17
h) Perencanaan perlengkapan TBM Dari tabel 4.2 poin 8 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM sudah melakukan
perencanaan
terhadap
perlengkapan
TBM.
pentingnya
perencanaan terhadap perlengkapan sangat terkait dengan fungsinya sebagai pelengkap bahan koleksi di TBM diperhatikan oleh pengelola pada ketiga TBM. Namun perlengkapan apa saja yang ada di tiap-tiap TBM berbeda satu sama lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kreatifitas pengelola untuk melengkapi TBM dengan perlengkapan yang dapat menambah minat pengunjung untuk membaca dan ikut serta dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di TBM. Perlengkapan yang ada di Warung Baca Lebak Wangi sangat beragam. Terdiri dari rak buku, peralatan untuk menjahit, peralatan menulis, perangkat komputer, peralatan memasak, dan meja untuk belajar. Perlengkapan yang ada di Rumah Baca Kuartet terdiri dari rak buku, rak majalah, televisi, VDC Player dan poster. Sedangkan perlengkapan yang ada di Rumah Baca Zhaffa yaitu rak buku, meja, kursi, karpet puzzle, DVD player, dan Televisi. Rak buku direncanakan untuk memajang bahan bacaan. Pengelola pada tiap-tiap TBM sudah sudah memiliki perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan TBM. Hal tersebut menandakan bahwa ketiga TBM sudah melakukan tahapan perencanaan perlengkapan TBM.
i) Perencanaan kegiatan layanan TBM
18
Dari tabel 4.2 poin 9 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM sudah merencanakan kegiatan layanan untuk membaca dan peminjaman. Diantara ketiga TBM tersebut, tidak ada perbedaan mengenai kegiatan membaca, namun terdapat perbedaan dalam kegiatan pemeinjaman. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan peraturan mengenai kegiatan peminjaman pada tiap-tiap TBM. Di Warung Baca Lebak Wangi tidak ada peraturan mengenai batas buku yang boleh dipinjam. Ada satu ketentuan yang harus dilakukan pengunjung untuk meminjam buku, yaitu menjadi anggota Warung Baca Lebak Wangi. Untuk menjadi anggota Warung Baca Lebak Wangi tidak ada kriteria atau persyaratan, cukup mengisi lembar mengenai data pribadi. Hal tersebut dilakukan untuk melengkapi keanggotaan Warabal. Lembar data pribadi berisi data mengenai alamat, sekolah, kelas, umur, dan foto diri. Tidak adanya buku peminjaman menjadi satu kelemahan bagi Rumah Baca Kuartet. Setiap pengunjung bebas meminjam buku tanpa harus mencatat terlebih dahulu di buku peminjaman. Kelemahan tersebut bisa menjadi kendala bagi pengelola dalam melakukan pengawasan khususnya terhadap bahan koleksi di Rumah Baca Zhaffa. Walau begitu, peminjam tetap harus menjadi anggota Rumah Baca Kuartet terlebih dahulu. Di Rumah Baca Zhaffa proses peminjaman dan pengembalian buku memiliki keunikan tersendiri. Setiap pengunjung mencatat sendiri di buku peminjaman tanpa adanya pengawasan langsung dari pengelola. Hal tersebut sengaja diterapkan pengelola untuk mengajarkan rasa tanggung jawab kepada pengunjung.
19
Sama halnya dengan Rumah Baca Kuartet, pengujung yang meninjam buku di Rumah Baca Zhaffa harus menjadi anggota terlebih dahulu. Dalam merencanakan kegiatan peminjaman di TBM, perlu diperhatikan mengenai batas-batas peminjaman. Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa menerapkan batas lamanya peminjaman dan batas jumlah buku yang dipinjam. Batas-batas seperti itu tidak diterapkan oleh pengelola Warung Baca Lebak Wangi. Hal tersebut sengaja oleh pengelola untuk memberikan kesempatan kepada pengguna untuk membaca dan meminjam buku sebanyak-banyaknya. Selain kegiatan membaca dan meminjam buku, baik Warung Baca lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa merencanakan kegiatan layanan diluar kegiatan membaca dan meminjam buku. Kegiatan tersebut tidak sama antara ketiga TBM. Warung Baca Lebak Wangi merencanakan
kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan
pembelajaran
yang
dilakukan di Warabal disesuaikan dengan kebutuhan warga Kampung. Hal tersebut dilakukan guna memenuhi kebutuhan pendidikan warga Kampung yang tidak dapat menjangkau pendidikan formal sekaligus agar warga semakin berminat untuk membaca buku yang ada di Warabal. Rencana kegiatan yang dilakukan oleh pengelola Warabal adalah salah satu wujud bahwa Warung Baca Lebak Wangi merupakan sumber belajar yang dibutuhkan oleh komunintas Kampung Saja. Oleh karena pengelola pada tiap-tiap TBM telah merencanakan kegiatan layanan, maka ketiga TBM sudah
20
melakukan tahapan perencanaan kegiatan layanan dengan sebagaimana mestinya.
j) Perencanaan sosialisasi TBM Dari tabel 4.2 poin 10 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM masingmasing sudah merencanakan sosialisasi TBM. Salah satu tahapan penting yang harus dilakukan oleh pengelola, yaitu mensosialisasikan keberadaan Taman Bacaan Masyarakat sudah dilaukukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa. namun, pengelola pada tiap-ti TBM melakukannyadengan cara yang berbeda-beda. Warabal yaitu melalui kegiatan penyebaran brosur. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan melalui media elektronik melalui kegiatan liputan oleh stasiun televisi swasta dan cyber news. Sosialisasi yang dilakukan oleh pengelola Kuartet melalui media cetak dilakukan dengan menyebarkan pamflet, kartu nama, dan brosur. Sedangkan melalui media elektronik dilakukan melalui kegiatan penyebaran alamat blog, jejaring sosial, dan kegiatan liputan oleh stasiun televisi swasta. Sosialisasi yang dilakukan oleh pengelola Rumah Baca Zhaffa melalui kegiatan penyebaran pampflet dan menyebar alamat blog, dan dan melalui kegiatan liputan oleh stasiun televisi swasta. Diantaranya Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa memanfaatkan media website berupa blog untuk mensosiaslisasikan keberadaan masing-masing TBM, dan hanya Rumah Baca Kuartet yang melakukan sosialisasi dengan memanfaatkan
21
jejaring sosial online seperti Facebook, Friendster, dan Multiply. Perbedaan ini jelas menjadi keunggulan yang dimiliki Rumah Baca Kuartet dibanding kedua TBM lainnya. Proses tahapan perencanaan sosialisasi TBM sebaiknya juga dilakukan melalui hubungan kemitraan ataupun jejaring. Diantara ketiga TBM sudah menjalin hubungan kerja sama dan kemitraan. Warabal melakukan hubungan kemitraan dengan penerbit buku swasta. Begitu pula dengan Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa. ketiganya juga menjalin hubungan kerja sama dengan berbagai media guna mensosialisasikan keberadaan masing-masing TBM. Ketiga TBM sudah melakukan sosialisasi dan menjalin hubungan kerja sama atau kemitraan, maka ketiga TBM, yaitu Waraung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa sudah melakukan proses tahapan perencanaan sosialisasi TBM dengan sebagaimana mestinya.
k) Perencanaan anggaran TBM Dari tabel 4.2 poin 11 diatas, terlihat bahwa diantara ketiga TBM yaitu Warabal dan Kuartet tidak melakukan perencanaan dana TBM, sedangkan Rumah Baca Zhaffa melakukan rencana dana. Pengelola Warabal tidak pernah melakukan rencana dana baik untuk operasional pengelolaan TBM, maupun rencana dana untuk melakukan kegiatan. Dana untuk operasional pengelolaan TBM diperoleh melalui dana pribadi pengelola. Dana tersebut
22
adalah hasil yang diperoleh pengelola selama melakukan pekarjaannya, yaitu menjual jamu dan membuka toko kelontong diteras rumahnya. Dana pribadi tersebut ia gunakan untuk membeli dan memelihara buku-buku dan membuat kliping yang ada di TBM. sedangkan untuk dana kegiatan yang dilakukan di TBM berasal dari penggalangan dana yang dilakukan secara mandiri oleh warga kampung. Selin itu dana untuk kegiatan TBM juga diperoleh dari hasil penjualan produk-produk hasil karya yang dibuat oleh pengguna TBM. hasil karya tersebut adalah hasil produk dari kegiatan pembelajaran ayng dilakukan di Warabal, seperti baju-baju yang dibuat oleh warga kampung yang mengikuti kegiatan belajar menjahit. Oleh karena itu, pengelola TBM merasa tidak perlu untuk melakukan perencanaan dana TBM. Pengelola Rumah Baca Kuartet juga tidka melakukan perencanaan terhadap dana. Karena selama ini pengelola menggunkan dana yang berasal dari pengelola pribadi dan hasil penjualan pernak-pernik dan voucher pulsa. Keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut langsung dialokasikan untuk dana operasional TBM. Sedangkan untuk melakukan kegiatan TBM, Rumah Baca Kuartet selalu menjalin hubungan kerja sama atau kemitraan. Kebutuhan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tidak ditanggung oleh Rumah Baca Kuartet, melainkan ditanggung oleh jejaringnya, termasuk dana. Hal tersebut disebabkan karena pengelola tidak ingin masyarakat membayar terlebih dahulu untuk ikut serta dalam kegiatan hiburan edukatif yang dilakukan di Rumah Baca Kuartet. hal ini tentu saja menjadi keunggulan yang dimiliki
23
Kuartet. meskipun tidak memiliki anggaran dana, namun Rumah Baca Kuartet tidak pernah mengadakan penggalangan dana di masyarakat. namun, Rumah Baca Kuartet juga tidak menolak jika ada masyarakat atau warga yang ingin memberikan sumbangan untuk dana operasional dan kegiatan. Diantara ketiga TBM, hanya Rumah Baca Zhaffa yang melakukan rencana dana TBM. Namun, perencanaan dana tersebut hanya dilakukan jika ada kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan untuk dana operasional tidak memiliki anggaran dana. Dana yang dipeoleh Rumah Baca Zhaffa juga berasal dari pengelola pribadi dan sumbangan masyarakat. Proses tahapan perencanaan dana TBM ini hanya dilakukan oleh Rumah Baca Zhaffa. Seharusnya Perencaaan dana ini penting bagi Warabal dan Rumah Baca Kuartet untuk menjadi acuan dalam pengawasan dan agar memudahkan pengelola dalam mengalokasikan dana secara tepat guna.
2. Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan pengorganisasian yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini. Tabel 4. 3 Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat No
Indikator
Taman Bacaan Masyarakat
24
.
Warabal
Kuartet
Zhaffa
1.
Menyusun struktur organisasi TBM
X
X
X
2.
Menentukan pengelola TBM
X
X
X
3.
Membagi tugas pengelola TBM
√
X
√
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkahlangkah yang dilakukan dalam tahapan pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu menyusun struktur organisasi, menentukan pengelola, dan membagi tugas pengelola Taman Bacaan Masyarakat.
a) Menyusun struktur organisasi TBM Dari tabel 4. 3 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM tidak ada satupun yang membuat struktur organisasi. Pegelola Warabal menyadari pentingnya pembagian tanggung jawab, hal tersebut dapat terlihat dengan adanya susunan organisasi yang sudah menerangkan adanya pembagian tugas diantara sukarelawan warabal. Namun, didalam susunan organisasi belum terlihat adanya bagan dan kepala bidang pelayanan. Hal tersebut dilakukan karena susunan organisasi tersebut baru saja dibuat dan pembagia tugasnya belum dilaksanakan dengan baik oleh seluruh relawan
25
yang selama ini melakukan pengelolaan dengan tugas merangkap. Sama halnya dengan Warabal, Rumah Baca Kuartet sudah memiliki susunan kepengurusan meski belum terlihat adanya pembagian tugas. Tugas pengelolaan tetap dilakukan secara merangkap. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan jumlah sukarelawan. Namun, sudah dibentuk tim kepengurusan yang disebut dengan Kuartet Kru. Kuartet kru terdiri dari enam sukarelawan anak-anak anggota Rumah Baca Kuartet itu sendiri. Berbeda halnya dengan kedua TBM lainnya, Rumah Baca Zhaffa tidak terlihat sama sekali adanya susunan organisasi dan pembagian tugas. Hal itu disebabkan Rumah Baca Zhaffa hanya dikelola oleh satu orang saja. Walaupun ketiganya belum melakukan tahapan pembuatan struktur organisasi, sebaiknya ketiganya senantiasa
berupaya
untuk
efektifitas
dan
efisiensi
kegiatan
pengorganisasian di tiap-tiap TBM.
b) Menentukan pengelola TBM Dari tabel 4. 3 poin 2, terlihat bahwa ketiga TBM tidak melakukan langkah menentukan pengelola TBM. Kesesuaian kebutuhan TBM dengan sumber daya manusianya, terlihat dengan adanya proses pemilihan atau menentuan pengelola TBM. Penentuan seorang pengelola dengan tugas yang dijalankannya terkait erat dengan efektifitas pengelolaan TBM. namun, hal tersebut delum disadari betul oleh pengelola Warabal, Kuartet, dan Zhaffa. ketiganya tidak ada yang melakukan proses pemilihan dan penentuan
26
sukarelawan TBM. Hal tersebut disebabkan karena masing-masing pengelola TBM merupakan tenaga sukarelawan dan tidak ada ketentuan dan pemilihan untuk menjadi sukarelawan pada masing-masing TBM. namun, begitu sebagai wadah informal yang berfungsi untuk meningkatkan peneliharaan minat baca di masyarakat, yang memiliki fungsi untuk kegiatan pelayanan dan kegiatan lkepustakaan, hendaknya penentuan pengelola TBM dilakukan untuk memperoleh sumber daya manusia yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan TBM dan karakteristik Masyarakat komunitas itu sendiri.
c) Membagi tugas pengelola TBM Dari tabel 4. 3 poin 3, terlihat bahwa ketiga TBM sudah melakukan langkah pembagian tugas pengelola. Walaupun ketiganya belum melakukan pembuatan strutur organisasi dan proses penentuan pengelola TBM, namun proses pebagian tugas sudah ada diantara sukarelawan di Warabal dan sukarelawan di Zhaffa. Pembagian tugas di Warabal terdiri dari pembagian tugas organisasi dan embagian tugas untuk kegiatan pembalajaran. Pembagian tugas untuk kegiatan pembelajaran dilakukan guna efektifitas dan efiensi kegiatan layanan tersebut, karena jumlah pengelola di Warabal hanya satu orang, akan sangat melelahkan dan tidak efektif jika kegiatan layanan pembelajaran yang dilakukan sudah terdiri dari beberapa bidang ilmu dan tingkatan. Akan lebih baik bagi sebuah TBM, jika memiliki satu orang sukarelawan yang memang berprofesi atau berhubungan dengan bidang ilmu
27
pembalajran yang akan diajarnya. Misalnya saja untuk melaksanakan kegiatan layanan pembalajaran komputer, paling tidak membutuhkah seorang sukarelawan yang mampu dan memahami penggunaan komputer. Hal itulah yang dilakukan diWarabal. Uniknya, pembagian tugas tersebut diprakarsai oleh para sukarelawan itu sendiri. Berbeda dengan proses pembagian tugas diantara sukarelawan di Zhaffa. pembagian tugas dilakukan oleh pengelola dan sukarelawan di dalam sebuah pertemuan untuk pengarahan kegiatan layanan hiburna edukatif yang akan dilakukan di Zhaffa. pembagian tugas dilakukan sebelum pengelola mmeberikan araha mengenai pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, pembagian tugas untuk sebuah kegiatan pelayanan pembelajaran berbeda dengan pembagain tugas untuk kegiatan pelayanan lainnya. Maka, tidak ada pembagian tugas yang tetap diantara para sukarelawan seperti yang ada di Warung Baca Lebak Wangi. Tidak dilakukannya
pembagian
tugas
diantara
para
sukarelawan
menjadi
kelemahan bagi Kuartet diantara kedua TBM lainnya. pembagian tugas diantara para sukarelawan penting untuk dilakukan agar sukarelawan tidak merasa tugas yang harus dilakukan terasa berat. Terlebih lagi sukarelawan di Kuartet adalah anak-anak. Memberikan mereka satu tanggung jawab untuk melakukan satu tugas, mungkin bisa jadi satu proses pendidikan tanggung jawab kepada anak-anak sukarelawan. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola di Rumah Baca Kuartet melakukan proses pembgaian tugas diantara para sukarelawannya.
28
3. Pengarahan Taman Bacaan Masyarakat Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan pengarahan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini. Tabel 4. 4 Pengarahan Taman Bacaan Masyarakat Taman Bacaan Masyarakat
No .
Indikator
Warabal
Kuartet
Zhaffa
1.
Memberikan pengarahan tugas pengelola TBM
X
√
√
2.
Mengadakan Komunikasi diantara pengelola TBM
√
√
√
3.
Memberikan Motivasi kepada pengelola TBM
√
√
√
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkahlangkah yang dilakukan dalam tahapan pengarahan Taman Bacaan Masyarakat
yang
terdiri
dari
beberapa
langkah,
yaitu
memberikan
pengarahan tugas pengelola, mengadakan komunikasi diantara pengelola, dan memberikan Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat.
a) Memberikan pengarahan tugas pengelola TBM
29
Dari tabel 4. 4 poin 1, terlihat bahwa diantara Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa terdapat persamaan. Persamaan diantara Kuartet dan Zhaffa menandakan bahwa kedua TBM tersebut memperhatikan pentingnya pengarahan tugas untuk para sukarelawan. Hal tersebut dilakukan agar kegiatan pengelolaan dilakukan dengan arahan yang benar, yaitu mencapai tujuan TBM. sedangkan pengelola di warabal tidak melakukan pengarahan. Pengelola
menyerahkan
tanggung
jawab
sepenuhnya
kepada
para
sukarelawan dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut disebakan karena pengelola Warabal menginginkan kreatifitas dan kemampuan dari masingmasing pengelola dala melakukan tugasnya dalam kegiatan pelayanan pembelajaran di Warabal. Hal ini sangat kontras bila dibandingkan dengan proses pengarahan yang dilakukan di Kuartet. proses pengarahan dilakukan selama pelaksanaan berlangsung. Hal ini disebabkan karena sukarelawan Kuartet merupakan anak-anak yang masih mmebutuhkan bimbingan untuk melakukan tugasnya. Pengarahan tugas untuk para sukarelawan juga dilakukan di Rumah Baca Zhaffa. berbeda dengan Kuartet, pengelola Zhaffa hanya memberikan pengarahan sebelum pelaksanaan. Sedangkan ketika pelaksaan, tidak ada lagi proses pengarahan. Hal tersebut disebabkan karena pengelola menganggap para sukarelawan adalah orang dewasa yang sudah memahami pengelolaan TBM dan sudah dapat memahami betul tujuan TBM. oleh karena itu, hanya Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang
30
sudah melakukan proses tahapan pemberian pengarahan tugas kepada para pengelola sebagaimana mestinya.
b) Mengadakan Komunikasi diantara pengelola TBM Dari tabel 4. 4 poin 2, terlihat bahwa diantara Warabal, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa terdapat persamaan adanya komunikasi diantara pengelola TBM. Menciptakan komunikasi yang baik diantara pengelola dan pengurus (sukarelawan) maupun dengan anggota TBM adalah salah satu tahapan ayng penting dalam keberhasilan pengelolaan TBM. karena komunikasi diperlukan dalam proses penyampian pesan, baik untuk melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasin, pengarahan dan pengawasan. Hal tersebut telah diketahui dengan benar oleh pengelola pada tia-tiap TBM yang diteliti. Walaupun demikian,
bentuk-bentuk komunikasi
dan media yang dimanfaatkan oleh pengelola, pengurus dan pengguna untuk berkomunikasi berbeda pada tiap-tiap TBM. pengelola Warung Baca Lebak Wangi mengadakan diskusi ketika sebelum kegiatan dilaksanakan dan setelah kegiatan dilaksanakan. Dikusi tersebut tidak dijadwalkan secara rutin. Walaupun begitu, proses komunikasi juga terlihat dengan adanya papan yang dipasang di dinding halaman Warabal. Papan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan komunikasi diantara pengelola, pengurus, dan anggota. pengelola Rumah Baca Kuartet mengadakan rapat pendiri Rumah Baca Kuartet secara rutin. Rapat tersebut dijadwalkan setiap akhir minggu.
31
Selain itu, komunikasi juga ditunjang dengan megadakan komunikasi melalui media elektronik. Media komunikasi yang ada di RBK yaitu melalui blog, dan jejaring sosial. pengelola RBZ mengadakan rapat pengelola secara rutin untuk mengadakan komunikasi antara sesama pengelola. Rapat tersebut dilakukan setiap bulan. Komunikasi seluruh pengelola juga ditunjang melalui media elektronik seperti blog, email, dan SMS. Melalui media komunikasi tersebut juga dapat dimanfaatkan para pengelola untuk berinteraksi dengan pengguna TBM, untuk menjalain komunikasi dengan para donatur bahan bacaan, maupun dengan masyarakat luas yang ingin menjadi anggota maupun untuk megadakan hubungan kerja sama. Selain itu, media komunikasi juga digunakan pengelola sebagai media untuk mensosialisasikan TBM kepada masyarakat luas.
c) Memberikan Motivasi kepada pengelola TBM Dari tabel 4. 4 poin 2, terlihat bahwa diantara Warabal, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa terdapat persamaan adanya pemberian motivasi untuk pengelola TBM. Agar para sukarelawan mau dan bersedia bekerja sama dan produktif untuk mencapai tujuan TBM, maka pengelola harus dapat memberikan motivasi kepada para sukarelawan. Oleh karena itu, pengelola harus peka terhadap kebutuhan para sukarelawan. Masingmasing pengelola sudah memotivasi para sukarelawannya dengan cara masing-masing.
Wlapun
Pengelola
Warabal,
kuartet
dan
Zhaffa
32
menggunakan cara yang berbeda dalam memotivasi para relawan. Warung Baca Lebak Wangi memotivasi dengan cara memberikan nasihat secara personal kepada para pengelola yaitu nasihat-nasihat. Sedangkan Rumah baca Kuartet memotivasi pengelola dengan melibatkan para pustakawan cilik dalam kegiatan hiburan edukatif yang menyenangkan. Pengelola Rumah Baca Zhaffa yang memotivasi para sukarelawannya dengan memberikan reward yang berarti. Maka itu, pengelola Warabal, Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa
telah
melakukan
tahapan
pemberian
motivasi
kepada
para
sukarelawan TBM.
4. Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan pengawasan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 5 Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat No .
Indikator
Taman Bacaan Masyarakat Warabal
Kuartet
Zhaffa
33
1.
Menetapkan standar fisik pelaksanaan TBM
X
X
X
2.
Menetapkan standar kualitatif pelaksanaan TBM
X
X
X
3.
Menetapkan standar waktu pelaksanaan TBM
√
√
√
4.
Menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan TBM
X
√
√
5.
Menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM
√
√
√
6.
Menentukan pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM
X
X
X
7.
Mengukur pelaksanaan kegiatan TBM
√
√
√
8.
Menganalisa penyimpanganpenyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan TBM
√
√
√
9.
Mengambil tindakan koreksi yang perlu untuk pelaksanaan TBM
√
√
√
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkahlangkah yang dilakukan dalam tahapan pengawasan Taman Bacaan Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan, menetapkan ketentuan kualittaif pelaksanaan, menetapkan peraturan
waktu
pelaksanaan,
menentukan
frekuensi
pengukuran
pelaksanaan, menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan, menentukan pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan, mengukur pelaksanaan
34
kegiatan, menganalisa penyimpangan pelaksanaan, dan mengambil upaya perbaikan untuk pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat.
a) Menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan TBM Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak menentukan ketentuan fisik dalam pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan karena pengelola ingin menerapkan peraturan selonggar-longgarnya agar sluruh anggota merasa nyaman selama berkunjung. Namun, mengingat pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara luas, sebaiknya pengelola TBM menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan TBM. Jika, pegelola memiliki keterbatasan dalam menentukan ketentuan fisik TBM, pengelola dapat mengikuti ketentuan kualitatif berdasarkan buku pedoman Taman Bacaan Masyarakat.
b) Menetapkan ketentuan kualittaif pelaksanaan TBM Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak menentukan ketentuan kualitatif dalam pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan karena pengelola ingin menerapkan peraturan selonggar-longgarnya agar sluruh anggota merasa nyaman selama berkunjung. Namun, mengingat pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara luas, sebaiknya pengelola TBM menetapkan ketentuan kualitatif pelaksanaan TBM. Jika,
pegelola memiliki keterbatasan dalam menentukan ketentuan
35
kualitatif, pengelola dapat mengikuti ketentuan kualitatif berdasarkan buku pedoman Taman Bacaan Masyarakat.
c) Menetapkan peraturan waktu pelaksanaan TBM Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara tiga TBM terdapat persamaan. Ketiga TBM sudah mempunyai peraturan mengenai waktu pelaksanaan di TBM. Namun, tidak ada peraturan jam buka dan jam tutup yang pasti di Warabal. Namun, ada ketentuan mengenai waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Warabal. Sedangkan di Rumah Baca Kuartet dan Rumah baca Zhaffa terdapat peraturan mengenai jam buka dan tutup TBM. peraturan mengenai waktu jam buka dan tutup Kuartet yaitu setiap hari, buka pada pukul 08.00 WIB dan tutup pada pukul 21.00 WIB. peraturan waktu jam buka dan tutup Rumah Baca Zhaffa jam 16.00 -21 .00 WIB. Dengan adanya ketentuan dan peraturan mengenai waktu pelaksanaan di Warabal, Kuartet, dan Zhaffa, maka pengelola di ketiga TBM sudah melakukan tahapan penentaan ketentuan waktu pelaksanaan TBM.
d) Menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan TBM Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM, hanya Warabal saja yang tidak menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan
36
TBM. hal ini disebabkan karena pelaksanaan pengukuran dilakukan secara personal oleh pengelola Warabal saja, sehingga pengukuran bisa dilakukan kapan saja. Berbeda halnya dengan Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang sudah menentukan frekuensi kegiatan pengukuran pelaksanaan TBM. Frekuensi yang sudah ditetapkan oleh pengelola hendaknya selalu dilakukan dengan teratur dan terus menerus. Dengan sudah ditentukannya frekuensi kegiatan pengukuran terhadap pelaksanaan di Kuartet dan Warabal, mala kedua TBM ini sudah melakukan tahapan penentuan frekuensi kegiatan pengukuran pelaksanaan TBM dengan sebagaimana mestinya.
e) Menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa terlihat bahwa pengelola pada tiap-tiap TBM
sudah menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM.
Bentuk pengukuran yang digunakan pengelola di ketiga TBM tidak ada perbedaan. Setiap pengelola melakukan pengukuran melalui pengamatan langsung. Mengingat terbatasnya jumlah pengelola pada tiap-tiap TBM akan menyulitkan pengelola dalam melakukan kegiatan pengukuran melalui pengamatan langsung. Karena itu memungkinkan adanya pengamatan yang luput dari pengelola TBM. Pengukuran melalui pengamatan langsung itu sendiri memiliki keterbatasan. Namun, bagi pengelola di warabal, Kuartet, dan
Zhaffa,
bentuk
pengukuran
memungkinkan untuk dilakukan.
memalui
cara
itulah
yang
paling
37
f) Menentukan pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak menentukan piak-piak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan karena pengelola melakukan kegiatan pengukuran pelaksaan secara mandiri. Namun, mengingat pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara luas, sebaiknya pengelola TBM melakukan kerja sama dalam melakukan pengukuran agar hasil pengukuran lebih objektif dan akurat. Hal ini tentu saja lebih memudahkan pengelola dalam menentukan tindakan perbaikan apa yang harus dilakukan.
g) Mengukur pelaksanaan kegiatan TBM Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa Masing-masing pengelola melakukan kegiatan pengukuran ayng berbeda satu sama lain. Kegiatan mengukur kegiatan nyata pelaksanaan TBM dilakukan secara personal oleh pengelola Warung Baca Lebak Wangi. Dengan melihat apakah tujuan TBM sudah tercapai atau belum. kegiatan mengukur kegiatan nyata pelaksanaan TBM dilakukan secara personal oleh pengelola Warung Baca Lebak Wangi. Pengukuran kegiatan pelaksanaan di RBZ dilakukan dengan melihat berdasarkan pada besar kecilnya partisipasi anggota dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Oleh karena pengelola pada tiap-tiap TBM telah
melakukan
kegiatan
pengukuran
maka,
tahapan
pengkuruan
38
pelaksanaan TBM sudah dilakukan di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa.
h) Menganalisa penyimpangan dalam pelaksanaan TBM Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM memiliki persamaan yaitu tidak melakukan analisa pemyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan TBM. walau begitu, setiap pengelola tetap melakukan analisa terhadap kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam mencapai tujuan tiap-tiap TBM. pengelola
kesulitan dan hamabatan yang dihadapi
di setiap TBM berbeda satu sama lainnya. hal tersebut
dipengaruhi oleh perbedaan komunitas atau masyarakat, dan perbedaan kegiatan pelayanan yang dilakukan pada tiap-tiap TBM. Walaupun begitu, analisa penyimpangan tetap harus dilakukan untuk meminimalisir hambatan dan kselitan agar dapat lebih mudah mencapai tujuan TBM. Oleh karena kegiatan analisa penyimpangan dalam pelaksanaan tidak dilakukan, maka pengelola di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Kuartet hendaknya melakukan kegiatan penyimpangan dengan menyesuaikan hasil pengukuran dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan yang ada di di tiaptiap TBM. Namun, apabila TBM belum atau tidak memiliki ketentuan atau peraturan tertentu, sebaiknya pengelola menyesuaikan hasil pengukuran dengan ketentuan yang sudah ada di dalalm buku pedoman pengelolaan TBM.
39
i) Mengambil upaya perbaikan untuk pelaksanaan TBM Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM memiliki persamaan yaitu sudah melakukan upaya perbaikan untuk elaksanaan TBM. Walau begitu, setiap pengelola di ketiga TBM melakukan upaya-upaya yang berbeda satu sama lainnya. hal tersebut didasari pada perbedaan hambatan dan kesulitan ayng dihadapi pada masing-masing TBM. Upaya yang sudah dilakukan pengelola Warabal terkait masalah keterbatasan ruanganyaitu dengan menambah ruangan untuk kegiatan pembelajaran. Pengelola juga melakukan upaya untuk memperbaiki tahapan proses perencanaan kegiatan. Proses perencanaan kegiatan dilakukan secara musyawarah dengan seluruh komunitas Warabal. Hal tersebut juga dilakukan untuk membelajarkan masyarakat komunitas Warabal agar masing-masing individu mau bertukar fikiran dan mengeluarkan pendapat. Upaya yang sudah dilakukan pengelola Kuartet adalah pengadaan pojok usaha berupa penjualan pernak-pernik dan penjualan voucher pulsa untuk menambah pemasukan dana Kuartet. Selain itu, pengelola juga mengajarkan anak-anak disekitar Kuartet agar berani untuk berbicara adan mengembangkan bakatnya. Salah satu contohnya adalah dengan dibentuknya Group Musik Roma Merana. Kelompok musik tersebut memang sengaja diadakan untuk membelajarkan anak-anak agar mau berani menunjukkan dan mengembangkan bakatnya. Upaya yang sudah dilakukan pengelola Rumah Baca Zhaffa yaitu memasang tenda jalanan yang
40
ditempatkan
di
depan
halaman
Rumah
Baca
Kuartet
agar
dapat
dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembelajaran ataupun hiburan edukatif. Oleh karena pengelola di ketiga TBM telah melakukan upaya perbaikan, maka pengelola di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Kuartet telah melakukan tahapan pengembilan upaya perbaikan untuk pelaksanaan TBM dengan sebagaimana mestinya.
C. KETERBATASAN PENELITIAN. Penelitian dapat dikatakan masih jauh dari sempurna. Walaupun semaksimal mungkin penelitian ini dilakukan namun terdapat beberapa keterbatasan sebagai berikut: 1. Penelitian multi case study ini hanya dilakukan oleh satu peneliti saja. Padahal untuk mendapatkan kelengkapan dan kedalaman data, peneltian ini seharusnya dilakukan oleh sebuah kelompok peneliti. 2. Analisis data penelitian masih kurang komprehensif karena banyaknya aspek yang diteliti. 3. Teori mengenai pengelolaan taman bacaan masyarakat dalam peneltian ini merupakan adaptasi dari teori pengelolaan perpustakaan, sehingga masih perlu diperkaya.
170
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN Hasil penelitian dapat digambarkan bahwa pengelola di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa melakukan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan pengelolaan yang dilakukan
adalah
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan
dan
pengawasan. Berikut ini adalah rincian hasil penelitian yang menggambarkan bagaimana kegiatan pengelolaan dilakukan pada tiap-tiap tahapannya.
1. Perencanaan Tahapan perencanaan yang dilakukan Warung Baca Lebak Wangi adalah
merencanaan
kebutuhan
pengguna,
merencanaan
tujuan,
merencanaan dokumen organisasi dan manajemen, merencanaan ruangan, merencanaan koleksi, merencanaan perlengkapan, merencanaan kegiatan layanan, dan merencanaan sosialisasi Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan perencanaan yang dilakukan Rumah Baca Kuartet adalah merencanaan kebutuhan
pengguna,
organisasi
dan
merencanaan
manajemen,
tujuan,
merencanaan
merencanaan koleksi,
dokumen
merencanaan
perlengkapan, merencanaan kegiatan layanan, dan merencanaan sosialisasi
171
Taman Bacaan Masyarakat. Sedangkan tahapan perencanaan yang dilakukan Rumah Baca Zhaffa adalah merencanaan kebutuhan pengguna, merencanaan tujuan, merencanaan sumber daya manusia, merencanaan dokumen organisasi dan manajemen, merencanaan koleksi, merencanaan perlengkapan, merencanaan kegiatan layanan, dan merencanaan sosialisasi, dan merencanakan dana Taman Bacaan Masyarakat. Dari seluruh tahapan perencanaan Taman Bacaan Masyarakat, ketiga TBM melakukan hampir seluruh tahapan perencanaan. Warung Baca Lebak Wangi melakukan tahapan perencanaan yang sama dengan Rumah Baca Kuartet.
2. Pengorganisasian Tahapan pengorganisasian yang dilakukan Warung Baca lebak Wangi adalah melakukan pembagian tugas pengelola dan melakukan pengelolan koleksi Taman Bacaan Masyarakat. Rumah Baca Kuartet hanya melakukan pengolahan bahan koleksi pada tahapan pengorganisasian. Dari seluruh tahapan Warung Baca lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa memiliki persamaan yaitu melakukan tahapan pengolahan koleksi TBM.
3. Pengarahan Tahapan pengarahan yang dilakukan Warung Baca Lebak Wangi adalah mengadakan Komunikasi diantara pengelola, dan memberikan
172
Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan pengarahan yang dilakukan Rumah Baca Kuartet adalah memberikan pengarahan tugas pengelola, mengadakan Komunikasi diantara pengelola, dan memberikan Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan pengarahan yang dilakukan Rumah Baca Zhaffa adalah memberikan pengarahan tugas pengelola, mengadakan Komunikasi diantara pengelola, dan memberikan Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Dari seluruh tahapan pengarahan, hanya Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang melakukan seluruh tahapan pengarahan.
4. Pengawasan Tahapan pengawasan yang dilakukan Warung Baca Lebak Wangi adalah menetapkan peraturan waktu pelaksanaan, menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan, mengukur pelaksanaan kegiatan, menganalisa penyimpangan pelaksanaan, dan mengambil upaya perbaikan untuk pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat. Dari rincian tahapan pengelolaan yang dilakukan ketiga Taman Bacaan Masyarakat, tidak ada Taman Bacaan Masyarakat yang melakukan tahapan
pengelolaan
yang
benar-benar
sama.
Persamaan
tahapan
pegelolaan yang paling banyak yaitu antara Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa. Sedangkan perbedaan tahapan pangelolaan yang paling banyak yaitu antara Warung Baca Lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa.
173
B. IMPLIKASI Hasil penelitian ini memberikan implikasi tidak hanya pada pengelola di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Namun juga bagi pihak-pihak yang memiliki keterkaitan di dalamnya, seperti yang dijabarkan pada uraian di bawah ini. Hasil penelitian ini memberikan gambaran deskripsi mengenai tahapan pengelolaan yang dilakukan Warung Baca lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Dari pembahasan mengenai hasil penelitian yang diperoleh, telah diketahui bahwa ketiga Taman Bacaan Masyarakat
sudah
melakukan
mngeidentifikasi
kebutuhan
pengguna.
Kebuthan pengguna pada masing-masing Taman Bacaan berbeda satu sama lainnya, maka ketiga Taman Bacaan Masyarakat melakukan tahap –tahap pengelolaan dengan cara yang berbeda pula. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui adanya keunggulan dan kelemahan pada tahap-tahap pengelolaan yang dilakukan di ketiga Taman Bacaan Masyarakat. Hal tersebut terlihat dengan adanya perbedaan tahapan pengelolaan yang sudah dilakukan pada satu Taman Bacaan Masyarakat, sedangkan tahapan tersebut tidak dilakukan pada kedua Taman Bacaan Masyarakat lainnya. Oleh karena itu pada masing-masing Taman Bacaan Masyarakat dapat terlihat kelemahan dan keunggulan mengenai kegiatan pengelolaan yang dilakukan pada ketiga Taman Bacaan Masyarakat. Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar berupa
174
lingkungan yang dapat mencapai tujuannya jika dengan maksimal sehingga dapat menjadi wadah untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang kuat
untuk
membentuk
masyarakat
pembelajar.
Hasil
penelitian
ini
memberikan contoh upaya pemecahan masalah pembelajaran khususnya dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
C. SARAN Sejalan dengan kesimpulan dan implikasi dari hasil perolehan data di dalam penelitian ini maka secara umum peneliti menyarankan kepada peneliti lain yang berminat untuk melakukan kajian sumber belajar khususnya tentang taman bacaan masyarakat, maka penelitian ini dapat dilanjutkan untuk pengembangan model atau desain pengelolaan taman bacaan masyarakat. Selain itu juga disarankan kepada pemrintah akan perlunya peran aktif pemerintah untuk memfasilitasi dan membina tumbuh berkembangnya Taman Bacaan Masyarakat, khususnya mengenai pembinaan sumber daya manusia TBM dan bantuan dana untuk biaya pengelolaan TBM. Secara khusus, peneliti menyarankan kepada pengelola pada tiap-tiap Taman
Bacaan
Masyarakat
untuk
terus
mengupayakan
perbaikan
pelaksanaan kegiatan. agar dapat mengoptimalkan keunggulan. Selain itu, pengelola juga diharapkan agar dapat meminimalisir kelemahan dalam melakukan kegiatan pengelolaan. Adapun saran yang diberikan untuk ketiga Taman Bacaan Masyarakat yaitu:
175
1. Disarankan untuk ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar lebih mengoptimalkan pengelolaan terhadap sumber daya manusia TBM dan lebih memperhatikan mengenai tata letak ruangan dana keadaan lokasi TBM. 2. Disarankan kepada ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar lebih memperhatikan pengadaan stuktur organisasi, uraian kerja (jobdesk) secara sederhana dan tertulis. 3. Disarankan kepada ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar lebih memperhatikan akan adanya ketentuan mengenai jadwal atau peraturan jam kerja bagi para pengurus atau sukarelawan dalam rangka memaksimalkan kegiatan pelayanan pada masing-masing TBM. 4. Disarankan kepada ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar lebih
memperhatikan
pentingnya
dokumen
mengenai
kegiatan
pengawasan. Keberadaan dokumen yang memuat kegiatan pengawasan sangat penting untuk pengembangan Taman Bacaan Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Alan Januszewski, Educational Technology: The Development of A Concept. Englewood: Libraries Unlimited, 2001 Arsyad, Azhar, Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002 Bafadal, Ibrahim, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 1992 Davies, Ivor K, Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali, 1991 Fatah, Nanang, Landasan Manajamen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004 Handoko, T Hani, Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000 Hernowo,
Quantum Reading,: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munsulnya Potensi Membaca. Bandung: Mizan Learning Center, 2003
Kartono, Kartini, Psikologi Umum. Jakarta: CV. Mandar Maju, 1990 Manullang, Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media, 2004 Mudjito, Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Karunika UT, 1993s Tampubolon, D.P, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa, 1998 Saleh, Abdul Rahman dan Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1995 Seels and Richey, Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, Washington DC: AECT, 1994
175
Simbolon, Tony, Pengembangan Budaya Baca Melalui Taman Bacaan Masyarakat. Jakarta: PT Ryan Eka Mandiri, 2007 Siswanto, Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006 Soeharto, Karti, Teknologi Pembelajaran. Surabaya: SIC,1995 Sutarno, NS, Perpustakaan Dan Masyarakat. akarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003 Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo, 1996 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Naskah AkademikPengelola Taman Bacaan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2008 Universitas Sumatra Utara DIgital Library, Keterkaitan Antar Penelitian Manajemen Dengan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Manajemen, 2003 (http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf) Universitas Unika, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan, 2008 (http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf) Yayat, Modul Manajemen Umum Dan Bidang-bidang Manajemen: Mata Pelajaran Ekonomi Kelas II, 2007 (http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=11&fname=eko206_07.htm)
176
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM DIUJICOBA
LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DIUJICOBA
LAMPIRAN 4 HASIL PEROLEHAN DATA DOKUMEN TAMAN BACAAN MASYARAKAT MELALUI STUDI OBSERVASI
LAMPIRAN 5 HASIL PEROLEHAN DATA WAWANCARA PENGELOLA TAMAN BACAAN MASYARAKAT MELALUI WAWANCARA
LAMPIRAN 6 HASIL PEROLEHAN DATA GAMBAR TAMAN BACAAN MASYARAKAT MELALUI STUDI DOKUMENTASI
LAMPIRAN 7 MATRIKS HASIL PEROLEHAN DATA PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT MELALUI STUDI OBERVASI DAN DOKUMENTASI