1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Temulawak mengandung senyawa aktif anti bakteri Xanthorrhizol. Xanthorrhizol dapat mempengaruhi morfologi dinding bakteri dengan menyerang membran sel, asam nukleat atau metabolisme bakteri. Xanthorrhizol menyebabkan peptidoglikan pada dinding sel mengkonstruksi bentuk sel. Pada keadaan tekanan osmotik dalam sel lebih besar daripada di luar sel, bila tidak ada dinding sel membran sel tidak dapat bertahan menahan sitoplasma sehingga sel akan ruptur. Golongan flavonoid yang terkandung di dalam ekstrak temulawak dapat merusak dinding sel bakteri sehingga komponen utama dari sel keluar dan menyebabkan kematian sel bakteri, serta menghambat pembentukan protein sel. Tanin berperan dalam merusak membran sel dan alkaloid berperan dalam denaturasi protein. Berdasarka penelitian yang dilakukan oleh Purnamaningsih, dkk (2017) menunjukkan hasil bahwa ekstrak temulawak dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus.
2. Lengkuas (Alpinia galangal) Lengkuas selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa flavonoid, fenol dan terpenoid. Sedangkan mingak atsiri didalam lengkuas mengandung eugeno, sineol dan metil sinamat. Secara kimia, minyak asiri tersusun dari berbagai macam komponen yang secara garis besar tersusun dari terpenoid dan fenil propanal. Fenil propanal memiliki percabangan rantai berupa gugus-gugus fenol dan eter fenol. Senyawa fenol meiliki efek krosif dapat mendenaturasi protein merusak dinding dan membra sel mikroba dan menonaktifkan enzimenzim. Senyawa ini termasuk mikrobakteri, fungisid dan menonaktifkan virus virus lipovilik. Karena aktivitas anti mikronayag dimilikinya, lengkuas dapat digunakan sebagai pengawet alami (Suaib, dkk, 2016).
3. Kunyit (Curcuma longa) Kunyit mengandung minyak atsiri yag berperan sebagai antibakteri. Minyak atsiri tersusun dari senyawa golonga terpeneoid. Senyawa golonga terpenoid ini dapat merusak membran biologis sel atau asosiasi enzim sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat. Selain minyak atsiri, kurkumin juga merupakan senyawa yang terdapat pada kunyit yang bersifat sebagai antibakteri. Kurkumin dalam rimpang kunyit merupakan kelompok persenyawan fenolik. mekanisme kerja kurkumim yaitu menghambat metabolisme bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel yang menyebabkan kebocoran nutrien dari sel sehingga sel bakteri mati atau terhambat pertumbuhannya (Pasaraeng, dkk, 2013).
4. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Air perasan jeruk nipis mengandung senyawa saponin da flavonoid. Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permebilitas atau kebocoran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Saponin menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membran sterol. Efek utama saponin terhadap bakteri adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel-sel. Sedangkan mekanisme kerja flavonoid sebagai
antibakteri adalah membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak memban sel bakteri. . Flavonoid dapat merusak membran sel dengan cara menghambat sintesis makromolekul. Flavonoid juga dapat mendepolarisasi membran sel dan menghambat siintesis DNA, RNA maupun protein (Berlian, dkk, 2016).
5. Kluwak (Pangium edule) Daging biji kluwek ini mengandung senyawa antioksidan yang berfungsi sebagai antikanker antara lain vitamin C, ion besi, β-karoten, dan senyawa golongan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri di antaranya asam sianida, asam hidrokarpat, asam khaulmograt, asam gorlat dan tanin. Pemberian ekstrak kluwak dengan konsentrasi 8% mampu mempertahankan kelayakan konsumsi bakso ikan selama 3 hari (Mamuaja & Lumoindong, 2017).
Rujukan :
Suaib, I., Lakani, I., Penggeso, J. 2016. Efektifitas Ekstrak Rimpang Lengkuas dalam Menghambat Aktifitas Cendawan Oncobasidium theobremae Secara In-vitro. Jurnal Agrotekbis 4 (5) : 506-511 Purnamaningsih, N. A., Kalor, H., Atun, S. 2017. Uji Aktivitas Antibateri Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Terhadap Bakteri Escherichia coli ATCC 11229 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923. Jurnal Penelitian Saintek 22 (2) : 140-147 Pasaraeng, E., Abidjulu, J., Runtuwenw, M. R. J. 2013. Pemanfaatan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) dalam Upaya Mempertahankan Mutu Ikan Layang (Decapterus sp). Jurnal MIPA UNSRAT 2 (2) : 84-87 Mamuaja, C. F., Lumoindong, F. 2017. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Kluwek (Pangium edule) Sebagai Bahan Pengawet Alami Bakso Ikan Tuna. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 20 (3) : 592-601 Berlian, Z., Fatiqin, A., Agustina, E. 2016. Penggunaan Perasaan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) dalam Menghambat Bakteri Escherichia coli pada Bahan Pangan. Jurnal Bioilmi 2 (1) : 51-58