Pengaruh Warna Pemikat Cahaya (light Attractor) Berkedip Thd Hasil Tangkapan Bubu Karang Di Perairan P Puhawang, Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

  • Uploaded by: Indra Gumay Yudha
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengaruh Warna Pemikat Cahaya (light Attractor) Berkedip Thd Hasil Tangkapan Bubu Karang Di Perairan P Puhawang, Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha as PDF for free.

More details

  • Words: 4,910
  • Pages: 15
Pengaruh Warna Pemikat Cahaya (Light Attractor) Berkedip terhadap Jenis dan Jumlah Ikan Hasil Tangkapan Bubu Karang (Coral Trap) Di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan Effect of Blinking Light Attractor’s Colour to Species and Abundance of Coral Trap’s Catching at Puhawang Island, South Lampung Oleh: Indra Gumay Yudha (Staf pengajar PS Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung) ABSTRACT This experiment was held in March-April 2005 at Puhawang Island waters in South Lampung regency, to study the effect of different visible light’s colour used as blinking light attractors to species and abundance of coral trap’s catching. There were five visible lights used in trap operation, blue, red, white (daylight), yellow, and green, used as light attractors; and equipped with control trap (without light attractor) as treatments. Each treatment had 3 repetitions. The result showed that white, red and yellow light had effectiveness significantly (P<0.05) than the others to get both kind of fishes and their weight. Fishes were caught dominantly consist of white-spotted spinefoot (Siganus canaliculatus) which interested on yellow light, saw-jawed monocle bream (Scolopsis ciliatus) and twin-lined threadfin bream (Nemipterus isacantus) which disposed to like yellow and white light, and groupers (Serranidae) which preferred at red light. Keywords: coral trap, blinking light attractor ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2005 di perairan Pulau Puhawang, Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan warna pemikat cahaya berkedip pada bubu karang terhadap jumlah dan jenis ikan yang tertangkap. Warna cahaya yang digunakan sebagai perlakuan adalah biru, merah, putih, kuning, dan hijau, serta dilengkapi dengan bubu kontrol (tanpa pemikat cahaya). Masing-masing perlakuan memiliki 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cahaya putih, merah dan kuning memiliki efektifivitas yang lebih baik dan secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan terhadap perlakuan lainnya (P<0.05), baik jumlah maupun bobot ikan yang tertangkap. Jenisjenis ikan yang dominan tertangkap adalah baronang (Siganus canaliculatus) yang cenderung tertarik pada cahaya kuning, jelek mata (Scolopsis ciliatus) dan kuniran (Nemipterus isacantus) yang cenderung menyukai cahaya putih dan kuning, serta jenis-jenis ikan kerapu yang memiliki preferensi terhadap cahaya merah. Kata kunci: bubu karang, pemikat cahaya berkedip 1. PENDAHULUAN Potensi sumberdaya ikan karang di Indonesia cukup besar mengingat luasnya habitat karang di wilayah pesisir dan laut yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Jenis-jenis ikan karang

2 yang ekonomis penting dan memiliki harga jual tinggi antara lain adalah ikan kakap, kerapu, baronang, ekor kuning, dan lain-lain. Pada umumnya harga jual komoditas perikanan tersebut akan lebih tinggi jika dipasarkan dalam kondisi hidup. Pemanfaatan sumberdaya ikan karang dilakukan dengan berbagai jenis alat penangkapan ikan. Salah satu jenis alat penangkapan ikan yang umumnya digunakan adalah bubu (trap). Keuntungan penggunaan bubu dibandingkan dengan alat penangkap ikan lainnya adalah ikanikan yang tertangkap masih dalam keadaan hidup, sehingga harga jualnya tetap tinggi. Saat ini disinyalir penggunaan bubu, terutama yang dioperasikan di habitat karang, telah menimbulkan kerusakan terumbu karang.

Hal ini terkait dengan salah satu cara

pengoperasiannya yang dilakukan dengan menggunakan bongkahan karang untuk menimbun bubu tersebut sebagai upaya penyamaran. Menurut Sukmara et.al. (2001), pemasangan bubu yang demikian dapat menyebabkan terumbu karang terbongkar, patah dan mengalami kematian. Penggunaan alat bantu penangkapan, seperti pemikat cahaya berkedip (blinking light attractor), pada bubu dasar atau bubu karang merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Telah diketahui bahwa beberapa jenis ikan dan biota perairan lainnya memiliki sifat fototaksis positif terhadap cahaya, sehingga light attractor dapat dimanfaatkan sebagai pemikat (umpan). Beberapa ahli perikanan sependapat bahwa umpan merupakan alat bantu perangsang yang mampu memikat sasaran penangkapan dan sangat berpengaruh untuk meningkatkan efektivitas alat tangkap. Menurut Gunarso (1985), ikan akan memberikan respon terhadap lingkungan sekelilingnya melalui indera penciuman dan penglihatan. Kebanyakan ikan akan memberikan reaksi jika benda yang dilihat bergerak, mempunyai bentuk, warna dan bau. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas penggunaan warna (merah, hijau, biru, putih dan kuning) pemikat cahaya berkedip pada bubu karang terhadap jenis dan jumlah ikan yang tertangkap. Sehubungan dengan isu kerusakan terumbu karang akibat penggunaan bubu, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut. Selain dapat mencegah kerusakan terumbu karang lebih lanjut, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas bubu sehingga perolehan nelayan menjadi lebih baik. 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di perairan Pulau Puhawang, Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Maret-April 2005. Penempatan bubu dilakukan di 4 (empat) titik

3 lokasi yang berupa gosong karang yang diduga merupakan habitat ikan karang. Adapun koordinat lokasi penelitian adalah sebagai berikut: a) 05°41'31,6" LS - 105°13'22" BT; b) 05°41'51,0" LS105°13'04,8" BT; c) 05°42'00,9" LS- 105°13'16,9" BT; dan d) 05°41'56,7"LS - 105°13'24,7" BT (Lampiran 1). Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sejumlah komponen elektronika yang terdiri dari transistor, resistor, condensator, LED (light emitting diode), yang dirangkai menjadi suatu wahana pemikat cahaya berkedip dan dioperasikan dengan baterai 6 volt (Lampiran 2). Cahaya yang dihasilkan oleh light attractor tersebut memiliki intensitas rata-rata sekitar 22 lux. Alat-alat dan bahan lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tabung PVC berdiameter 2 inchi sebagai wadah pembungkus light attractor yang kedap air, GPS, peta dasar Pulau Puhawang, wadah (kontainer) plastik sebanyak 15 buah, resin, lem PVC, lem silicon rubber, formalin 40% 10 liter, tali PE berdiameter 4 mm sepanjang 30 m, timbangan, buku identifikasi ikan, kamera, borang isian dan alat tulis, kapal motor dan perlengkapan selam (kompresor, masker, dan selang karet). Bubu karang yang digunakan adalah bubu yang terbuat dari bahan kawat (wire) berukuran (pxlxt) 75x66x33 cm dan memiliki mulut (funnel) 1 buah. Kontruksi bubu dapat dilihat pada Lampiran 2. Jumlah bubu yang digunakan sebanyak 18 unit dengan perincian sebagai berikut: bubu dengan pemikat cahaya berkedip berwarna merah, biru, hijau, kuning, dan putih masingmasing sebanyak 3 unit, serta 3 unit bubu yang tidak dilengkapi dengan pemikat cahaya sebagai kontrol. Pemikat cahaya berkedip dinyalakan selama bubu dioperasikan. Saat dioperasikan, lampu-lampu LED pada pemikat cahaya tersebut berkedip dengan frekuensi 40-50 kedip/menit. Seluruh bubu tersebut dioperasikan dengan menempatkannya di bawah perairan di sekitar gosong karang pada kedalaman antara 20-30 m. Setting bubu dilakukan dengan bantuan nelayan bubu yang biasa beroperasi di sekitar gugusan Pulau Puhawang. Saat setting alat tangkap, biasanya nelayan-nelayan bubu melakukan penyelaman dengan bantuan kompresor dan masker. Di dasar perairan bubu diikat dengan tali PE berdiameter 4 mm dan diberi pemberat agar tidak hanyut terbawa arus. Penempatan bubu di dasar perairan dilakukan secara acak dan diupayakan agar jarak antara bubu tidak berdekatan, sehingga tidak saling mempengaruhi antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya. Jarak antara bubu diupayakan lebih dari 10 m. Waktu pengoperasian bubu adalah 3 hari 2 malam. Hal ini terkait dengan masa operasional pemikat cahaya tersebut, yaitu

4 sekitar 56 jam. Di samping itu, menurut para nelayan bubu, operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bubu karang dapat dilakukan selama 3 hari 2 malam atau maksimal 4 hari 3 malam. Jika terlalu lama dioperasikan (lebih dari 4 hari), kemungkinan ikan yang tertangkap akan mengalami kematian dan luka-luka.

Seluruh perlakuan pada penelitian ini memiliki 3 kali

ulangan. Setelah dioperasikan, bubu diangkat dan dicatat jenis, jumlah, dan diukur bobot ikan yang tertangkap. Identifikasi ikan dilakukan berdasarkan Allen (2000). Selanjutnya dilakukan analisis statistik terhadap data hasil tangkapan yang meliputi jumlah dan bobot ikan yang tertangkap dengan menggunakan analisis sidik ragam one way Anova. Jika hasil analisis tersebut berbeda nyata (significant), maka dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan dengan menggunakan Uji LSD. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa jumlah dan jenis ikan yang tertangkap relatif sedikit. Hal ini diduga bahwa tidak semua jenis ikan karang memiliki sifat fototaksis positif terhadap cahaya, hanya ikan-ikan tertentu saja yang tertarik untuk mendekati bubu dan terperangkap. Menurut Gunarso (1985) indera penglihat pada ikan memegang peranan penting yang memungkinkan terciptanya pola tingkah laku terhadap lingkungannya, termasuk sifat fototaksis tersebut. Indera penglihat tersebut mempunyai sifat khas tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jarak penglihatan yang jelas, kisaran dari cakupan penglihatan, warna yang jelas, kekontrasan, kemampuan membedakan objek yang bergerak, dan lain-lain. Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat berbeda-beda; ada ikan yang tertarik oleh cahaya dengan intensitas rendah, ada pula yang tertarik oleh cahaya dengan intensitas tinggi. Namun ada pula ikan yang tertarik oleh cahaya mulai dari intensitas yang rendah sampai yang tinggi. Dijelaskan oleh Laevastu dan Hayes (1991), ikan sudah memberikan reaksi dengan adanya rangsangan cahaya antara 0.010.001 lux. Selanjutnya Woodhead (1966) dalam Gunarso (1985) menyatakan bahwa sensitivitas mata ikan laut pada umumnya tinggi. Jika cahaya biru-hijau yang mampu diterima mata manusia hanya sebesar 30% saja, maka mata ikan mampu menerimanya sebesar 75%, sedangkan retina mata dari beberapa jenis ikan laut dalam dapat menerimanya hingga 90%. Ambang cahaya yang mampu dideteksi mata ikan jauh lebih rendah daripada ambang cahaya yang dapat dideteksi

5 manusia, sehingga pada umumnya mata ikan mempunyai tingkat sensitivitas 100 kali mata manusia.

Oleh sebab itu, pada beberapa jenis ikan yang hidup di perairan pantai dapat

mengindera mangsanya dari jarak 100 m sejak pagi hingga senja hari. Sifat fototaksis positif beberapa jenis ikan telah banyak diteliti oleh para ahli. Umumnya ikan yang diteliti adalah jenis-jenis ikan pelagis yang tertarik oleh cahaya; sedangkan untuk jenis-jenis ikan karang atau demersal sangat sedikit dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian Jaya et.al. (2001), ikan kepe-kepe (Chaetodon sp) yang hidup di perairan karang bersifat fototaksif posistif dan tertarik oleh cahaya pada intensitas 350 lux, dan dapat dikonsentrasikan pada intensitas cahaya yang lemah (38 lux). Namun dari hasil penelitian tersebut tidak dijelaskan warna cahaya yang disukai oleh ikan kepe-kepe tersebut. Sehubungan dengan adanya perbedaan warna, ternyata sebagian besar ikan memiliki kemampuan untuk membedakan warna (Gunarso, 1985). Ikan-ikan yang hidup pada lapisan air yang relatif dangkal yang banyak menerima cahaya matahari pada waktu siang hari, mampu membedakan warna sama halnya seperti manusia.

Sedangkan beberapa jenis ikan yang

menghuni laut dalam tidak dapat membedakan warna merah, bahkan banyak di antaranya yang buta warna sama sekali. Hal ini disebabkan pada kedalaman tersebut tidak semua jenis cahaya dapat menembusnya. Data jumlah ikan hasil tangkapan bubu karang yang dilengkapi pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Dari tabel tersebut diketahui bahwa jenis-jenis ikan yang tertangkap adalah ikan karang dengan jumlah total sebanyak 101 ekor dari 19 spesies. Jenis yang dominan tertangkap adalah baronang (Siganus canaliculatus), jelek mata (Scolopsis ciliatus), dan kuniran (Nemipterus isacantus) dengan persentase masing-masing sebesar 25%, 21.7%, dan 19.6%. ekonomis, yaitu

Dari sejumlah ikan yang tertangkap tersebut terdapat jenis ikan karang

kerapu lodi (Plectropomus maculatus) dan kerapu lumpur (Epinephelus

tauvina). Saat ini harga ikan kerapu lodi di tingkat pedagang pengumpul berkisar antara Rp 120.000,- hingga Rp 150.000,- per kg untuk ukuran konsumsi (≥500 gram); sedangkan harga kerapu lumpur Rp 60.000 per kg. Ikan kerapu lodi dan kerapu lumpur tersebut tertangkap oleh bubu yang dilengkapi dengan light attractor berwarna merah. Ikan-ikan lainnya yang tertangkap adalah kerapu karet, kerapu klekek, belah perahu, cunung, buntal kotak, kepe-kepe, hiu tutul, amplas tanduk, ucrit, mendut, seserak, nyainyai dan udang-udang atau biji nangka.

6 Tabel 1. Jumlah ikan yang tertangkap pada masing-masing perlakuan (ekor)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Nama Ikan (Famili dan species) Famili Serranidae: Kerapu karet loreng (Epinephelus quoyanus ) Kerapu lodi (Plectropomus maculatus ) Kerapu klekek (Epinephelus sexfasciatus ) Kerapu karet merah (Cephalopholis miniata ) Kerapu lumpur (Epinephelus tauvina ) Famili Nemipteridae: Kuniran (Nemipterus isacantus ) Belah perahu (Nemipterus nematopus ) Cunung (Pentapodus setosus ) Jelek mata (Scolopsis ciliatus ) Famili Ostraciidae: Buntal kotak (Rhynchostracion nasus ) Famili Chaetodontidae: Kepe-kepe (Chaetodon kleinii ) Famili Hemiscyllidae: Hiu tutul (Hemiscyllium ocellatum ) Famili Siganidae: Baronang (Siganus canaliculatus ) Famili Monachantidae: Amplas tanduk (Pseudomonacanthus peroni ) Famili Pomachantidae: Ucrit (Centropyge multifasciatus ) Famili Balistidae: Mendut (Balistoides viridescens ) Famili Pomacentridae: Seserak (Sargocentron cornutum ) Famili Labridae: Nyainyai (Cheilinus chlorurus ) Famili Mullidae: Udang-udang (Upeneus sundaicus ) Jumlah

Perlakuan dan Ulangan Hijau Putih Kuning 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Kontrol 1 2 3

Kelimpahan Jml %

Biru 1 2 3

Merah 1 2 3

0 0 0 0 0

0 0 1 0 0

0 0 0 0 0

0 1 1 1 0

1 1 0 1 0

2 0 0 0 1

1 0 0 0 0

0 0 1 0 0

0 0 2 0 0

2 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 1 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

6 2 6 2 1

5.9 2.0 5.9 2.0 1.0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 1

2 0 0 1

0 0 1 1

2 1 1 2

7 0 0 5

4 3 0 1

0 1 0 1

0 1 0 2

3 0 0 2

0 0 0 0

0 0 0 3

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 1

0 0 0 0

18 6 2 20

17.8 5.9 2.0 19.8

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0

0

0

0

0

0

0

0

2

2.0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

1

1.0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

1

1.0

0

0

0

0

0

0

2

0

0

12

4

5

0

0

0

0

0

0

23

22.8

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0

0

1

0

0

0

0

0

0

3

3.0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0

0

0

0

0

0

0

2

2.0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

1

1.0

0

0

0

0

0

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

1.0

0

0

0

0

0

2

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

2

2.0

0 0

0 1

0 0

0 4

0 6

0 8

0 9

1 14

0 12

0 18

0 10

1 14

0 0

0 3

0 0

0 0

0 1

0 1

2 101

2.0 100

30 JUMLAH IKAN (EKOR)

No.

25 20 15 10 5 0 Biru

Merah

Putih

Kuning

Hijau

Kontrol

PERLAKUAN Famili Serranidae:

Famili Nemipteridae:

Famili Siganidae

Lainnya

Gambar 1. Sebaran jumlah ikan yang tertangkap pada masing-masing perlakuan

7 Berdasarkan analisis statistik one way ANOVA dengan aplikasi software SPSS, diketahui bahwa pada selang kepercayaan 95% ternyata perbedaan warna light attractor berpengaruh nyata (significant) terhadap jumlah hasil tangkapan.

Warna cahaya putih, merah dan kuning

memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan warna lainnya. Dari uji LSD juga diketahui bahwa warna putih, merah dan kuning tidak significant; artinya bahwa ketiga warna tersebut secara statistik memberikan hasil yang sama terhadap jumlah ikan yang tertangkap. Ratarata jumlah ikan yang tertangkap pada bubu dengan pemikat cahaya berwarna putih adalah 12 ekor; pada bubu dengan pemikat cahaya berwarna merah adalah 6 ekor sedangkan pada bubu dengan pemikat cahaya berwarna kuning adalah 14 ekor. Efektivitas cahaya putih, merah dan kuning terhadap jumlah ikan yang tertangkap dibandingkan dengan warna cahaya lainnya pada penelitian ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian yang dilakukan Najamuddin et.al. (1994) dalam Sudirman dan Mallawa (2004). Najamuddin et.al. (1994) dalam Sudirman dan Mallawa (2004) menggunakan tiga jenis warna lampu neon, yaitu merah, kuning dan biru yang dipasang dalam air pada alat tangkap purse seine. Alat tangkap purse seine ini ditujukan untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang memiliki sifat membentuk kelompok (schooling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lampu neon berwarna kuning memberikan hasil tangkapan yang lebih besar dibandingkan dengan warna merah dan biru, namun tidak dijelaskan jenis-jenis ikan yang tertangkap pada penelitian tersebut. Hasil penelitian lainnya yang dapat dijadikan sebagai perbandingan adalah penelitian yang dilakukan oleh Kuroki (1964) dan Kawamoto (1959) dalam Gunarso (1985). Kuroki (1964) dalam Gunarso (1985) menyatakan bahwa warna cahaya yang paling efektif untuk mengumpulkan ikan adalah cahaya biru dan oranye; sedangkan hasil penelitian Kawamoto (1959) dalam Gunarso (1985) justru menunjukkan cahaya biru dan kuninglah yang paling efektif. Tidak dijelaskan lebih lanjut oleh Gunarso (1985) perihal jenis-jenis ikan yang menjadi obyek kedua penelitian tersebut. Tabel 2 menyajikan data bobot ikan yang tertangkap pada masing-masing perlakuan. Dari tabel tersebut diketahui bahwa bobot ikan per individu yang terbesar adalah kerapu lumpur, kerapu karet, kerapu lodi, nyainyai, dan hiu tutul, yaitu lebih dari 100 gram. Sebaran bobot ikan pada masing-masing perlakuan berdasarkan famili yang dominan tertangkap dapat dilihat pada Gambar 2. Famili ikan yang dominan tertangkap terdiri dari Serranidae, Nemipteridae, dan

8 Siganidae. Famili Serranidae yang merupakan major target pada usaha perikanan bubu lebih banyak tertangkap pada bubu yang dilengkapi dengan pemikat bercahaya merah. Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa pada selang kepercayaan 95%, ternyata perbedaan warna pemikat cahaya memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot ikan yang tertangkap. Dari uji LSD diketahui bahwa cahaya putih, merah dan kuning memberikan hasil yang significant terhadap warna cahaya lainnya dan bubu kontrol. Bubu yang dilengkapi dengan pemikat bercahaya merah merupakan bubu yang paling efektif dalam menangkap ikan yang memiliki bobot lebih besar dibandingkan dengan cahaya putih dan kuning; sedangkan antara cahaya putih dan kuning tidak terdapat perbedaan terhadap bobot ikan yang tertangkap. Tabel 2. Bobot ikan yang tertangkap pada masing-masing perlakuan (gram)

No.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Nama Ikan (Famili dan Species) Famili Serranidae: Kerapu karet loreng ( Epinephelus quoyanus ) Kerapu lodi ( Plectropomus maculatus ) Kerapu klekek ( Epinephelus sexfasciatus ) Kerapu karet merah ( Cephalopholis miniata ) Kerapu lumpur ( Epinephelus tauvina ) Famili Nemipteridae: Kuniran ( Nemipterus isacantus ) Belah perahu ( Nemipterus nematopus ) Cunung ( Pentapodus setosus ) Jelek mata ( Scolopsis ciliatus ) Famili Ostraciidae: Buntal kotak ( Rhynchostracion nasus ) Famili Chaetodontidae: Kepe-kepe ( Chaetodon kleinii ) Famili Hemiscyllidae: Hiu tutul ( Hemiscyllium ocellatum ) Famili Siganidae: Baronang ( Siganus canaliculatus ) Famili Monachantidae: Amplas tanduk ( Pseudomonacanthus peroni ) Famili Pomachantidae: Ucrit ( Centropyge multifasciatus ) Famili Balistidae: Mendut ( Balistoides viridescens ) Famili Pomacentridae: Seserak ( Sargocentron cornutum ) Famili Labridae: Nyainyai ( Cheilinus chlorurus ) Famili Mullidae: Udang-udang (Upeneus sundaicus ) Jumlah

Biru 1 2 3

Merah 1 2 3

Perlakuan dan Ulangan Putih Kuning Hijau 1 2 3 1 2 3 1 2 3

0 0 0 0 0

0 0 40 0 0

0 0 0 0 0

0 225 385 150 415 120 0 0 60 0 0 0 445 325 0 0 0 0 520 0

0 0 55 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 60

160 0 0 55

0 0 85 50

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Kontrol 1 2 3

0 0 110 0 0

300 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 1 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

125 620 240 60 0 155 65 0 0 120 260 55

0 65 0 45

0 60 0 90

125 0 0 110

0 0 0 0

0 0 0 185

0 0 0 0

0 0 0 0

0 0 0 55

0 0 0 0

0

170

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

15

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

145

0

60

0

0

645

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

120

0

0

25

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

50

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

35

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

160

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

230

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0 0

0 40

0 0

0 0

0 185

0 0

0 0

0 55

0 145

205 165

0 0 0 0 55 0 0 0 60 980 885 1430 580 990 680 1225 420 521

Keterangan: Bobot ikan yang diukur merupakan biomassa total per jenis/spesies ikan yang tertangkap.

9

2500

BOBOT (g)

2000 1500 1000 500 0 Biru

Merah

Putih

Kuning

Hijau

Kontrol

PERLAKUAN Famili Serranidae: Famili Siganidae

Famili Nemipteridae: Lainnya

Gambar 2. Sebaran bobot ikan yang tertangkap pada masing-masing perlakuan Dari hasil penelitian ini juga terlihat kecenderungan bahwa jenis-jenis ikan memiliki kecenderungan untuk tertarik pada warna cahaya tertentu. Ikan-ikan dari famili Serranidae memiliki kecenderungan untuk tertarik terhadap warna merah. Hal ini terlihat bahwa ikan kerapu lodi, kerapu karet loreng, kerapu karet merah, dan kerapu lumpur tertangkap oleh bubu yang dilengkapi dengan pemikat bercahaya merah.

Ikan baronang (famili Siganidae) memiliki

kecenderungan untuk lebih menyukai cahaya kuning dibandingkan cahaya lainnya; sedangkan ikan dari famili Nemipteridae cenderung tertarik pada cahaya putih dan kuning. Sehubungan dengan pengaruh cahaya, baik intensitas maupun panjang gelombangnya (warna cahaya), Yami (1976) mengemukakan bahwa respon dan tingkah laku ikan terhadap cahaya buatan belum dipahami dengan baik untuk membandingkan, menjelaskan ataupun memprediksi pola tingkah laku ikan untuk semua jenis (spesies). Dari beberapa pengamatan dan penelitian diketahui bahwa dalam kondisi yang sama pola tingkah laku ikan dari spesies yang sama atau yang berkerabat dekat kemungkinan besar akan berbeda tergantung dari jarak (distribusi), umur, jenis kelamin, kondisi fisiologis (seperti saat pemijahan atau mencari makan), dan pengaruh musim. Namun demikian terdapat kecenderungan bahwa spesies yang sama atau yang sekerabat dekat memiliki pola tingkah laku (reaksi) yang sama terhadap cahaya tertentu.

10 Kondisi fishing ground di sekitar tempat penelitian berlangsung pada umumnya cukup baik untuk mendukung untuk operasi penangkapan ikan. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa salinitas berkisar 31 ppt, kecepatan arus sekitar 23 cm/det, suhu perairan antara 29-30 °C, dan kecerahan perairan mencapai 11 m.

Namun demikian, jumlah ikan yang tertangkap relatif

sedikit. Hal ini diduga karena daerah penangkapan ikan tersebut sudah overexploitted. Selain itu, faktor musim juga turut mempengaruhi jumlah ikan yang tertangkap. Dari hasil wawancara dengan beberapa nelayan di sekitar Pulau Puhawang, perairan gosong karang tempat penempatan bubu tersebut merupakan lokasi yang sudah sering menjadi daerah penangkapan ikan oleh nelayan setempat.

Nelayan-nelayan pancing dan bubu karang sering melakukan operasi

penangkapan ikan di sekitar perairan tersebut, sehingga diduga jenis-jenis ikan yang ada sudah sedikit dan relatif berukuran kecil. Ikan-ikan kerapu (famili Serranidae) yang merupakan major target tertangkap dalam jumlah yang relatif sedikit.

Hal ini diduga selain karena kondisi fishing ground yang

overexploitted, juga disebabkan karena faktor musim. Menurut Pet et.al. (1999) ikan kerapu terlihat lebih banyak di suatu perairan pada saat akan memijah, dan umumnya pemijahan tersebut berlangsung antara bulan Oktober-Januari. Oleh karena penelitian ini berlangsung antara bulan Maret-April, dan bukan pada saat musim ikan kerapu, maka jumlah ikan kerapu yang ada di perairan relatif tidak banyak, sehingga hasil tangkapan juga sedikit. Penggunaan lampu LED yang menyala secara berkedip pada light attractor tidak berpengaruh terhadap rendahnya hasil tangkapan.

Penggunaan cahaya yang berkedip pada

dasarnya meniru atau menyerupai kondisi sesungguhnya di alam. Menurut Nybbaken (1992) beberapa organisme laut memiliki bioluminesens yang menyerupai cahaya pada kunang-kunang dengan spektrum warna cahaya yang dihasilkan berbeda menurut spesies, mulai dari ungu sampai merah. Bioluminesens ini dihasilkan oleh organ fotofor. Pada beberapa ikan dan krustasea, fotofor tertutup oleh suatu kelopak yang mampu menghidupkan dan mematikan pancaran cahaya, sehingga dapat berfungsi sebagai umpan agar organisme yang akan dimangsa mendekat hingga mencapai jarak pemangsaan.

11 4. KESIMPULAN DAN SARAN Warna cahaya yang efektif untuk digunakan sebagai pemikat cahaya berkedip pada bubu karang adalah putih, merah dan kuning dengan jenis ikan karang yang dominan tertangkap adalah baronang (Siganus canaliculatus), jelek mata (Scolopsis ciliatus), dan kuniran (Nemipterus isacantus). Ikan-ikan dari famili Serranidae memiliki kecenderungan tertarik pada cahaya merah; ikan-ikan dari famili Nemipteridae tertarik oleh cahaya putih dan kuning; sedangkan ikan baronang (famili Siganidae) cenderung tertarik pada cahaya kuning. Perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang warna cahaya yang disukai oleh jenis-jenis ikan karang yang memiliki harga jual tinggi, seperti kerapu lodi, kerapu macan, kerapu lumpur, kerapu bebek, dan lain-lain, sehingga hasil tangkapan bubu lebih menguntungkan dan pengoperasiannya (setting) tidak perlu merusak terumbu karang.

DAFTAR PUSTAKA Allen, G. 2000. Marine Fishes of South-East Asia. Periplus Edition (HK) Ltd. Singapore. Jaya, I., M. Baskoro, A. Tupamahu, dan S. Alam. 2001. Pola Reaksi Dan Adaptasi Ikan Karang (Ikan Kepe-kepe, Chaetodon sp) Terhadap Cahaya. Jurnal Teknologi Perikanan & Kelautan. Vol.1 No.4 : 45-56. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Taktik Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Laevastu, T. dan M. L. Hayes. 1991. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News (Books) Ltd. Farnham. Nybakken, W. J. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta Pet, J., L. Squire, C. Subagyo, dan A. Mulyadi. 1999. Grouper and Napoleon Wrasse Spawing Aggregation Sites. Komodo National Park. Monitoring Report 1998-1999. The Nature Conservancy, Clairns Marine Aquarium Fish, Yayasan Pusaka Alam Nusantara. Jakarta. Sudirman, H. dan A. Mallawa. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Sukmara, A., A.J. Siahainenia dan C. Rotinsulu. 2001. Panduan Pemantauan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat dengan Metode Manta Tow. Proyek Pesisir-CRMP Indonesia. Jakarta. Yami, M. B., 1976. Fishing with Light. FAO. Fishing News Books Ltd. Farnham, Surrey, England.

13

Lampiran 1. Lokasi penelitian 105°08’ 105°10’ 05°25’

105°15’

105°20’

105°25’

105°30’

105°35’ 05°25’

05°30’

05°30’

05°35’

05°35’

05°40’

05°40’

05°45’

Teluk Lampung

U

05°45’

SKALA 1: 428.750 05°50’

05°50’

05°55’

05°55’

05°60’ 105°08’ 105°10’

105°15’

105°20’

105°25’

105°30’

105°35’

05°60’

Koordinat lokasi penelitian: ƒ 05°41'31,6" LS - 105°13'22" BT ƒ 05°41'51,0" LS- 105°13'04,8" BT ƒ 05°42'00,9" LS- 105°13'16,9" BT ƒ 05°41'56,7" LS - 105°13'24,7" BT

13 Lampiran 2. Gambar pemikat cahaya dan konstruksi bubu yang digunakan untuk penelitian

A. Skema rangkaian eletronik pemikat cahaya

B. Skema desain wadah pemikat cahaya

C. Skema konstruksi bubu kawat

14 Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik (Aplikasi SPSS)

a) Pengaruh warna light attractor terhadap jumlah ikan yang tertangkap ANOVA Between Groups Within Groups Total

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

3218163.333 680130.667 3898294.000

5 12 17

643632.667 56677.556

11.356

.000

Multiple Comparisons Dependent Variable: Jumlah Ikan LSD (I) Warna Lampu Kontrol

(J) Warna Lampu

Mean Std. Error Difference (I-J)

Biru 53.33 Merah -1031.67 * Putih -683.33 * Kuning -655.33 * Hijau 5.00 Biru Kontrol -53.33 Merah -1085.00 * Putih -736.67 * Kuning -708.67 * Hijau -48.33 Merah Kontrol 1031.67 * Biru 1085.00 * Putih 348.33 Kuning 376.33 Hijau 1036.67 * Putih Kontrol 683.33 * Biru 736.67 * Merah -348.33 Kuning 28.00 Hijau 688.33 * Kuning Kontrol 655.33 * Biru 708.67 * Merah -376.33 Putih -28.00 Hijau 660.33 * Hijau Kontrol -5.00 Biru 48.33 Merah -1036.67 * Putih -688.33 * Kuning -660.33 * * The mean difference is significant at the .05 level.

194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38 194.38

Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

.788 .000 .004 .006 .980 .788 .000 .003 .003 .808 .000 .000 .098 .077 .000 .004 .003 .098 .888 .004 .006 .003 .077 .888 .005 .980 .808 .000 .004 .005

-370.19 -1455.19 -1106.86 -1078.86 -418.53 -476.86 -1508.53 -1160.19 -1132.19 -471.86 608.14 661.47 -75.19 -47.19 613.14 259.81 313.14 -771.86 -395.53 264.81 231.81 285.14 -799.86 -451.53 236.81 -428.53 -375.19 -1460.19 -1111.86 -1083.86

476.86 -608.14 -259.81 -231.81 428.53 370.19 -661.47 -313.14 -285.14 375.19 1455.19 1508.53 771.86 799.86 1460.19 1106.86 1160.19 75.19 451.53 1111.86 1078.86 1132.19 47.19 395.53 1083.86 418.53 471.86 -613.14 -264.81 -236.81

15 b) Pengaruh warna light attractor terhadap bobot ikan yang tertangkap ANOVA Between Groups Within Groups Total

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

542.278 60.000 602.278

5 12 17

108.456 5.000

21.691

.000

Multiple Comparisons Dependent Variable: Berat Ikan LSD (I) Warna (J) Warna Mean Std. Error Lampu Lampu Difference (I-J) Kontrol

Biru .33 Merah -5.33 * Putih -11.00 * Kuning -13.33 * Hijau -.33 Biru Kontrol -.33 Merah -5.67 * Putih -11.33 * Kuning -13.67 * Hijau -.67 Merah Kontrol 5.33 * Biru 5.67 * Putih -5.67 * Kuning -8.00 * Hijau 5.00 * Putih Kontrol 11.00 * Biru 11.33 * Merah 5.67 * Kuning -2.33 Hijau 10.67 * Kuning Kontrol 13.33 * Biru 13.67 * Merah 8.00 * Putih 2.33 Hijau 13.00 * Hijau Kontrol .33 Biru .67 Merah -5.00 * Putih -10.67 * Kuning -13.00 * * The mean difference is significant at the .05 level.

1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83

Sig.

.858 .013 .000 .000 .858 .858 .009 .000 .000 .721 .013 .009 .009 .001 .018 .000 .000 .009 .225 .000 .000 .000 .001 .225 .000 .858 .721 .018 .000 .000

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -3.64 4.31 -9.31 -1.36 -14.98 -7.02 -17.31 -9.36 -4.31 3.64 -4.31 3.64 -9.64 -1.69 -15.31 -7.36 -17.64 -9.69 -4.64 3.31 1.36 9.31 1.69 9.64 -9.64 -1.69 -11.98 -4.02 1.02 8.98 7.02 14.98 7.36 15.31 1.69 9.64 -6.31 1.64 6.69 14.64 9.36 17.31 9.69 17.64 4.02 11.98 -1.64 6.31 9.02 16.98 -3.64 4.31 -3.31 4.64 -8.98 -1.02 -14.64 -6.69 -16.98 -9.02

Related Documents


More Documents from "Indra Gumay Yudha"