Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Stress Fisiologi Pada Bayi Bblr (3).docx

  • Uploaded by: Ira Hunta
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengaruh Metode Kanguru Terhadap Stress Fisiologi Pada Bayi Bblr (3).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,597
  • Pages: 42
PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP STRES FISIOLOGIS PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH

PROPOSAL

OLEH KELOMPOK III KELAS A

Dea Nurfadilah Rahman

(841416064)

Dinda Hardiyanti Tolago

(841416040)

Sitti Utari Suratinoyo

(841416004)

Sri Utami

(841416069)

Ziah Anisa Sune

(841416099)

Ratniyati Ma’ruf

(841416100)

Nurhayati Putri M. A. Pakaya

(841416126)

Eka Putri Wulandari

(841415089)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari (0 – 28 hari). Periode neonatal adalah periode yang paling rentan untuk bayi yang sedang menyempurnakan penyesuaian fisiologis yang dibutuhkan pada kehidupan ekstrauterin. Tingkat morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi membuktikan kerentanan hidup selama periode ini. Transisi kehidupan bayi dari intrauterin ke ekstrauterin memerlukan banyak perubahan biokimia dan fisiologis. Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang 48- 53 cm, lingkar kepala 33-35cm. Neonatus memiliki frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik. Penyebab langsung kematian bayi baru lahir di Indonesia salah satunya disebabkan oleh berat bayi lahir rendah (BBLR). (Fraser, 2009) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplei gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami Hipotermi yang biasanya menjadi penyebab kematian. Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Prevalensi global untuk BBLR adalah 15.5%, yang artinya sekitar 20.6 juta bayi yang lahir setiap tahunnya dan 96.55 berada di negara berkembang termasuk Indonesia.

Di Provinsi Gorontalo sendiri jumlah berat badan lahir rendah (BBLR) masih tinggi, sesuai dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yakni berjumlah 778 bayi, yang tersebar di kota Gorontalo sebanyak 73 bayi, Kabupaten Bone Bolango sebanyak 121 bayi, Kabupaten Gorontalo Sebanyak 250 bayi, Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 113 bayi, Kabupaten Bualemo sebanyak 144 bayi dan Kabupaten Pohuwato sebanyak 77 bayi.(Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo,2014). Insiden paling tinggi terjadi di Asia Tengah dan Asia Selatan (27.1%) dan paling rendah di Eropa (6.4%) (Mahayana, 2015). Bayi khususnya BBLR memerlukan stimulus yang adekuat dari lingkungan untuk tumbuh dan berkembang. Kenyataannya perawatan intensif menyebabkan stimulus yang berlebihan sehingga mengakibatkan stres pada bayi dan dapat mengganggu keseimbangan fungsi fisiologis. BBLR seringkali mengalami beberapa masalah pada periode segera setelah lahir sebagai akibat karakteristik organ yang belum matang. Karakteristik organ yang belum matang ini misalnya masalah gangguan pernafasan karena faktor surfaktan yang belum terbentuk, kurangnya otot polos pembuluh darah dan rendahnya kadar oksigen darah yang mengakibatkan terjadinya trauma susunan saraf pusat dan keterlambatan penutupan duktus arteriosus serta ketidakmampuan meregulasi stimulus yang datang mengakibatkan bayi cenderung mengalami stres (Bobak, Lodermilk & Jensen,2005;Kosimetal,2012). Stres adalah sebagai kondisi individu yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi stres terjadi karena ketidakseimbangan individu merespon lingkungan pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Kemajuan teknologi dalam lingkungan perwatan intensif ini disisi lain juga sekaligus memberikan dampak negatif yaitu menjadi stres karena memberikan stimulasi yang berlebihan bagi bayi-bayi yang sedang menjalani perawatan (Symington & pinelli, 2006). Stres fisiologis adalah suatu peristiwa atau pengalaman yang negatif sebagai sesuatu yang mengancam dari fungsi fisik. Adapun sumber stres Fisiologis lainnya berasal dari pencahayaan ruang perawatan. pencahayaan

yang terang di ruang perawatan intensif memberikan stimulasi yang berlebihan dan menyebabkan fungsi fisiologis bayi menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan fungsi fisologis ini diamati dari adanya perubahan denyut nadi, saturasi oksigen, tekanan darah dan pergerakan tubuh. Salah satu cara memberikan kenyamanan pada bayi berat lahir rendah adalah dengan Perawatan metode kangguru (PMK). (Kenner, C., & McGrath, J.M. 2010). PMK adalah suatu metode perawatan bayi berat lahir rendah dengan meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi. Kelebihan PMK untuk menstabilkan suhu tubuh, memberikan kehangatan, meningkatkan durasi tidur, mengurangi tangisan bayi, dan untuk kebutuhan kalori, mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan otak. Manfaat lain yaitu meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi, meningkatkan keberhasilan menyusui dan mempersingkat lama rawat (Kenner, C., & McGrath, J.M. 2010). Pengaruh PMK terhadap stres fisiologi bayi, yang pertama pada suhu tubuh bayi Panas tubuh ibu akan berpindah melalui kontak kulit dari dada ibu ke kulit tubuh bayi, sehingga menjaga bayi tetap hangat. Selimut atau penutup tubuh ibu dan bayi diharapkan dapat menjaga bayi dari suhu lingkungan sekitarnya. Mempertahankan suhu lingkungan sekitar BBLR agar tetap hangat sangat diperlukan untuk efisiensi metabolisme atau konservasi energi tubuh yang diukur melalui pengukuran kalori yang diharapkan mampu memperbaiki perubahan fisiologis dan meningkatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada bayi. Kedua, Perawatan metode kanguru memiliki banyak manfaat bagi bayi salah satunya menstabilkan pernafasan bayi (Muslihatun, 2010). Perawatan metode kanguru dapat mengurangi frekuensi nafas BBLR yang umumnya mengalami takipneu. Ketiga, Posisi tegak pada perawatan metode kanguru dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung bayi karena perubahan posisi dari horizontal menjadi posisi vertikal yang terjadi akibat pengaruh gaya gravitasi bumi. Posisi perawatan metode kanguru ini juga dapat memberikan efek positif pada bayi, karena dalam posisi ini bayi dapat merasakan denyut jantung ibu, sehingga jika bayi mengalami bradikardi akan dapat menstimulasi

agar

jantungnya

kembali

berdenyut

mengikuti

detak

jantung

ibu

(Deswita,2010). Berdasarkan uraian diatas maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Metode Perawatan Kanguru Terhadap Stress Fisiologi Pada Bayi Berat Lahir Rendah”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon fisiologis bayi berat lahir rendah setelah dilakukan perawatan metode kanguru.

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Penyebab langsung kematian bayi baru lahir di Indonesia salah satunya disebabkan oleh berat bayi lahir rendah (BBLR). 2. Di Provinsi Gorontalo sendiri jumlah berat badan lahir rendah (BBLR) masih tinggi, sesuai dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yakni berjumlah 778 bayi. 3. ketidakmampuan meregulasi stimulus yang datang mengakibatkan bayi cenderung mengalami stres Fisiologis

1.3 Rumusan Masalah 1. Apakah ada pengaruh perawatan metode kangguru terhadap Suhu Tubuh pada bayi berat lahir rendah ? 2. Apakah ada pengaruh perawatan metode kangguru terhadap

Denyut

Jantung pada bayi berat lahir rendah ? 3. Apakah ada pengaruh perawatan metode kangguru terhadap Pernafasan pada bayi berat lahir rendah ?

3.1 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi dan menganalisa pengaruh perawatan metode kanguru terhadap stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah

1.1.2 Tujuan khusus 1.

Mengidentifikasi Suhu Tubuh pada bayi berat lahir rendah sebelum perawatan metode kanguru

2. Mengidentifikasi Denyut Jantung pada bayi berat lahir rendah sebelum perawatan metode kanguru 3. Mengidentifikasi Pernafasan pada bayi berat lahir rendah sebelum perawatan metode kanguru 4. Mengidentifikasi Suhu Tubuh pada bayi berat lahir rendah sesudah perawatan metode kanguru 5. Mengidentifikasi Denyut Jantung pada bayi berat lahir rendah sesudah perawatan metode kanguru 6. Mengidentifikasi Pernafasan pada bayi berat lahir rendah sesudah perawatan metode kanguru 7. Menganalisa Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Stres Fisiologi pada Bayi Berat Lahir Rendah.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1

Manfaat Teoritik 1. Meningkatkan pengetahuan tentang perawatan metode kanguru 2. Meningkatkan pengetahuan tentang stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah 3. Meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah

1.5.2

Manfaat Praktik 1. Manfaat Bagi Peneliti Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama menduduki bangku kuliah serta menambah wawasan mengenai pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah 2. Manfaat Bagi Sampel

Hasil penelitian ini diharapkan bagi ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah dapat tetap melakukan Perawatan Metode Kanguru walaupun bayi sudah dirawatdirumah 3. Manfaat Institusi Penelitian ini diharapkan Dapat menjadi salah satu informasi terhadap instasi terkait untuk mengurangi stres fisiologi pada bayi berat lahir rendah dengan menggunakan metode kanguru.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Berat Bayi Lahir Rendah 2.1.1.1 Definisi BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

2.1.1.2 Klasifikasi Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) : 1. Menurut Harapan Hidupnya a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram. b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500 gram. c.

Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.

2. Menurut Masa Gestasinya a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

2.1.1.3 Etiologi Penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi. Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab BBLR secara umum yaitu sebagai berikut (Proverawati dan Ismawati, 2010): 1. Faktor ibu a. Penyakit : a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti : anemia berat, perdarahan

antepartum,

hipertensi,

preeklamsi

berat,

eklamsi, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal), serviks inkompeten. b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS, TORCH. b. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. c. Kehamilan ganda d. Jarak kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 1 tahun) e. Mempunyai riwayat bblr sebelumnya. f. Keadaan sosial ekonomi : a) Kejadian tertinggi terjadinya BBLR adalah keadaan sosial ekonomi yang rendah b) Tingkat pendidikan ibu rendah c) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istrahat. d) Keadaan gizi yang kurang baik e) Pengawasan antenatal yang kurang

f) Kejadian prematuritas dari bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. g. Sebab lain : a) Ibu perokok b) Ibu peminum alkohol c) Ibu pecandu narkotika d) Penggunaan obat antibiotik 2. Faktor Janin : a. Kelainan kromosom (trisomy autosomal) b. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan) c. Disautonomia familial d. Radiasi e. Kehamilan ganda (gemeli) f. Aplasia pancreas g. Hidramnion 3. Faktor Plasenta : Luas permukaan berkurang.

2.1.1.4 Tanda-tanda BBLR Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah mempunyai ciriciri(Atikah dan cahyo, 2010) : 1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu 2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram 3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm 4. Lingkar dada kurang dari 30 cm 5. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm 6. Kepala relatif leboh besar dari badannya 7. Rambut lanugo masih banyak dan jaringan lemak subkutan tipis atau kurang 8. Kulit tipis dan transparan

9. Vernik kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada 10. Kulit mengkilap, telapak kaki halus 11. Sering tampak peristaltik usus 12. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,

klitoris

menonjol

(pada

bayi

perempuan).

Testis

belumbelum turun kedalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki) 13. Tangisannya lemah dan jarak pernafasan tidak teratur dan sering terjadi apnea 14. Refleks tonik-neck lemah dan reflex morro positif 15. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah 16. Daya hidup lemah terutama dalam hari-hari pertama

2.1.1.5 Bermasalah Pada BBLR BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk., 2002). 1. Ketidakstabilan Suhu Tubuh Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan

otot-otot

yang

belum

cukup

memadai,

ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

2. Gangguan Pernafasan Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi. 3. Imaturitas Imunologis Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.

2.1.1.6 Kehidupan Extra Uterin BBLR memiliki permukaan tubuh yang relatif luas, kulit tipis transparan dan jaringan lemak subkutan yang kurang, serta pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matang, karena itu BBLR mudah mengalami kehilangan panas tubuh yang dapat mengakibatkan terjadinya hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui proses konduksi, evaporasi, konveksi dan radiasi. Hasil penelitianMiller, Lee dan Gould (2011) mengatakan bahwa hipotermi banyak terjadi pada BBLR dan dikaitkan dengan terjadinya perdarahan intraventrikular dankematian. Selain pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matang BBLR juga memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan pembentukan antibodi yang belum sempurna karena cadangan imunoglobulin maternal yang menurun. Hal ini menyebabkan BBLR beresiko terhadap infeksi. Infeksi dapat terjadi melalui beberapa cara diantaranya melalui plasenta (infeksi intrauterin), selama persalinan (infeksi intrapartum) dan pada periode neonatal misalnya dari ibu, lingkungan rumah sakit atau

petugas kesehatan (infeksi postnatal). Salah satu tanda adanya infeksi adalah peningkatan suhu tubuh, oleh karena itu tindakan yang dilakukan adalah mencegah terjadinya kehilangan panas. Perlindungan terhadap infeksi merupakan hal yang penting untuk BBLR (Symington dan Pinelli,2006).

2.1.1.7 Adaptasi Bayi Manusia merupakan mahluk hidup yang senantiasa berinteraksi dengan

stimulus

lingkungan

secara

terus

menerus

sepanjang

kehidupannya. Interaksi dengan lingkungan dimulai sejak manusia berada dalam kandungan yang dikenal sebagai periode janin dan akan berlangsung sepanjang kehidupan. Didalam kandungan janin hidup dalam lingkungan yang hangat, gelap dan penuh cairan. Jenis suara yang dikenal janin secara konstan adalah denyut jantung dan suara napas ibu (Behrman & Vaughan, 1994). Namun ketika periode janin ini berakhir, lingkunganyang dihadapi adalah lingkungan diluar kandungan yang sangat berbeda. Periode ini disebut sebagai periode bayi dimana bayi akan terpapar dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah seperti dalam hal pencahayaan, suhu, suara dan sebagainya. Pada periode ini pula, ketergantungan janin pada ibu melalui hubungan dengan plasenta akan berbagai macam asupan nutrisi, pertukaran oksigen, karbondioksida dan darah berakhir dan bayi memulai kemandiriannya (Behrman & Vaughan, 1994; Bobak, Lowdermilk, & Jansen,2005)

2.1.2 Stres Fisiologis Kemajuan teknologi dalam lingkungan perwatan intensif ini disisi lain juga sekaligus memberikan dampak negatif yaitu menjadi stres karena memberikan stimulasi yang berlebihan bagi bayi-bayi yang sedang menjalani perawatan (Symington & pinelli, 2006). Sumber stres

tersebut berasal dari prosedur pengobatan, perawatan, dan pemeriksaan lain yang dilakukan serta beberapa fasilitas penunjang yang digunakan.

2.1.2.1 Stres Fisiologis Bayi Adapun sumber stres tersebut berupa pencahayaan ruang perawatan; penggantian popok; nyeri yang disebabkan oleh prosedur invasif, dan pelepasan plester; kebisingan yang ditimbulkan oleh inkubator, ventilator, peralatan monitoring, percakapan para staf diruang perawatan, serta suara buka tutup pintu inkubator. Selain itu adanya perpisahan dengan orang tua juga menjadi sumber stres lainnya dalam lingkungan perawatan intensif ini (Lissauer & Fanaroff, 2009). Maquire, et al (2008) mengungkapkan bahwa bayi berat lahir rendah belum memiliki kemampuan untuk meregulasi setiap stimulus yang berlebihan yang datang dari lingkungan. Kondisi lingkungan dan aktivitas perawatan yang demikian menyebabkan bayi mengalami hipoksemia dan periode apnu, nyeri, ketidaknyamanan, serta adanya peningkatan level hormon stres (Maquire et al, 2008,dalam symington & Pinelli, 2006) mengemukakan bahwa adanya perubahan fisiologis tubuh berupa peningkatan denyut nadi dan penurunan saturasi oksigen dapat menjadi parameter stres yang dialami bayi akibat stimulus lingkungan perawatan yang berlebihan. Stimulus yang berlebihan dari ruang perawatan intensif ini ternyata juga memberikan dampak buruk terhadap perkembangan otak bayi yang juga imatur. Hal ini didukung pula dari apa yang dikemukakan oleh Als, Duffy dan Mc Anulty (1990) yang mengungkapkan bahwa lingkungan perawatan intensif memberikan aktivasi yang tidak menguntungkan bagi perkembangan otak bayi berat lahir rendah yaitu menghambat diferensiasi dan perkembangan cabangcabang persyarafan. Keadaan ini merupakan ancaman bagi kehidupan selanjutnya karena sesungguhnya periode kehidupan dua tahun pertama

seorang anak merupakan periode emas sekaligus kritis bagi pencapaian perumbuhan perkembangannya. Dalam periode ini otak berkembang sangat pesat, merupakan suatu periode dimana pembentukan hubunganhubungan saraf berlangsung cepat (Depkes RI, 2009; Lissauer & Fanaroff, 2009)

2.1.2.2 Dampak Stres Fisiologis Bayi BBLR membutuhkan nutrisi yang optimal. Intake nutrisi yang adekuat penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh menurun

akan

lebih

banyak

energi

yang

digunakan

untuk

memproduksipanas dan terjadi peningkatan konsumsi oksigen. Namun BBLR memiliki mekanisme pencernaan yang belum sepenuhnya berkembang. Bayi prematur pada umumnya sudah dapat mengisap dan menelan, namun belum terkoordinasi dengan baik hingga usia gestasi 32-34 minggu dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36-37 minggu usia gestasi. Selain itu kemampuan untuk mencerna protein atau mengabsorbsi nutrisi dan tidak maturnya sistem enzym mempengaruhi fungsi metabolik pada BBLR. Oleh karena itu pemberian nutrisi dapat diberikan secara bertahap sesuai dengan kondisi bayi. Berdasarkan permasalahan yang ada pada BBLR perlu dilakukan upaya untuk mengatasi masalah- masalah BBLR, salah satunya adalah PMK.

2.1.2.3 Perubahan Homeostasis Penilaian Fungsi Fisiologis: Saturasi Oksigen, Denyut Nadi dan Suhu Tubuh. (Symington dan Pinelli, 2006) menyebutkan bahwa parameter yang dapat diamati pada bayi berat lahir rendah sebagai akibat yang berlebihan dari lingkungan perawatan adalah perubahan fungsi fisiologis tubuh berupa penurunan saturasi oksigen, peningkatan denyut nadi dan penurunan suhutubuh. Deskripsi dari penilaian fungsi fisiologis saturasi oksigen, denyut nadi, dan suhu tubuh ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. SaturasiOksigen Saturasi oksigen didefinisikan sebagai prosentase jumlah hemo globin yang teroksigenasi di dalam darah (Hockenberry & Wilson, 2009). Saturasi oksigen juga merupakan gambaran aliran oksigen dalam tubuh yang sangat penting bagi optimalnya fungsi jantung dan organ tubuh lainnya karena oksigen merupakan bahan bakar metabolisme. Sekitar 97% oksigen yang ditransportasikan ke dalam aliran darah berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan sebanyak 3% lainnya larut dalam plasma. Hemoglobin yang mengikat jumlah maksimum oksigen dalam setiap molekulnya disebut sebagai kondisi tersaturasi (Walsh, 2008). Nilai normal saturasi oksigen berada dalam rentang antara 90-99%. Berikut ini, beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kadar saturasi oksigen (Walsh, 2008; Berman et al., 2009) seperti : a. Kadar Hemoglobin Pada kondisi dimana kadar hemoglobin rendah seperti anemia, nilai saturasi oksigen dapat menjadi rendah karena oksigen tidak dapat diikat oleh hemoglobin sel darah merah dalam jumlah yangmencukupi. b. Sirkulasi Sistem sirkulasi berperan dalam transportasi darah dan oksigen sehingga pada kondisi dimana sistem sirkulasi mengalami gangguan seperti halnya pada penyakit jantung, perdarahan, anemia, dan penyakit pada sistem pernapasan (paruparu), akanturut berpengaruh terhadap ikatan oksigen dan hemoglobin dalam darah. 2. DenyutNadi Denyut nadi merupakan gambaran dari setiap denyut jantung yang memompakan sejumlah darah ke dalam arteri (Walsh, 2008). Frekuensi denyut jantung berperan dalam mempertahankan curah jantung. Rentang nilai normal denyut nadi pada bayi, termasuk bayi

berat lahir rendah, berada antara 100-160 kali setiap menitnya ( Saifuddin, 2009). Beberapa faktor dapat mempengaruhi denyut nadi ini seperti latihan fisik, berada dalam wilayah dengan tekanan atmosfir yang rendah, kondisi emosional, penyakit jantung dan demam ( Walsh, 2008; Gill & O’Brien, 2003). Gill & O’Brien (2003) menyatakan bahwa setiap peningkatan suhu tubuh sebesar 1derajat Celsius, seperti pada kondisi demam, akan meningkatkan denyut nadi sebesar 10 kali setiap menitnya. Adapun mengenai alat yang dapat dipergunakan untuk mengukur nilai saturasi oksigen dan denyut nadi ini adalah oksimeter nadi (pulse oxymetri). Pulse oxymetri merupakan alat ukur non invasif untuk mengukur kadar saturasi oksigen darah arteri (Walsh, 2008; Berman et al., 2009). Area pemasangan sensor pulse oxymetri dapat pada ujung jari, hidung, daun telinga, dahi, atau sekitar tangan dan kaki pada bayi baru lahir(neonatus). Sensor pulse oxymetri terdiri dari: a) dua dioda pemancar cahaya (dioda merah dan inframerah) yang mentransmisikan cahaya melalui kuku, darah vena, darah arteri, dan jaringan; b) fotodetektor yang diletakkan langsung didepan dioda. Hemoglobin yang yang tersaturasi akan lebih

banyak

mengabsorbsi

cahaya

inframerah,

sedangkan

hemoglobin yang tidak tersaturasi lebih banyak mengabsorbsi cahaya merah. Jumlah cahaya inframerah dan merah yang diabsorbsi oleh hemoglobin yang tersaturasi dan tidak tersaturasi dalam darah arteri akan diukur oleh fotodetektor dan dilaporkan sebagai presentase saturasi oksigen ( Berman et al., 2009) 3. Suhutubuh Suhu tubuh normal pada bayi baru lahir yang diukur pada aksilla

adalah

36,5-37,5oCelsius,

sedangkan

suhu

ruangan

dipertahankan 24-26o Celsius (WHO, 2009). Salah satu ciri dari bayi berat lahir rendah adalah mempunyai suhu tubuh yang tidak stabil dan cenderung hipotermi (suhu <36,5oCelsius). Stres dingin

dapat

meningkatkan

angka

kematian

dan

menghambat

pertumbuhan, sedangkan hipertermia dan suhu tubuh berfluktuasi dapat menimbulkanapneu. Suhu tubuh yang cenderung hipotermi disebabkan oleh produksi panas yang kurang dan kehilangan panas yang tinggi. Panas

kurang

diproduksi

karena

sirkulasi

yang

belum

sempurna,respirasi masih lemah, konsumsi oksigen yang rendah, otot yang belum aktif, serta asupan makan yang kurang. Mekanisme kehilangan panas dapat terjadi melalui konduksi, evaporasi, konveksi dan radiasi (PERINASIA, 2003). Hipotermi dapat mengakibatkan komplikasi jangka pendek berupa asidosis, hipoglikemia dan gangguan pembekuan darah serta peningkatan resiko untuk distres pernapasan. Hipotermi yang terjadi secara terus menerus atau berkelanjutan ini dapat menimbulkan terjadinya

edema

sklera,

perdarahan

hebat

dan

ikterus

(PERINASIA, 2003). Menjaga dan mempertahankan suhu lingkungan yang hangat pada bayi berat lahir rendah sangat dibutuhkan dan efisien untuk metabolisme tubuh yang diukur melalui pengurangan kalori dan konsumsi oksigen. Penurunan kalori dan asupan oksigen pada pengontrolan suhu tubuh akan memperbaiki perubahan fisiologis, dan mengakibatkan pertumbuhan bayi lebihcepat.

2.1.3

Metode Perawatan Kanguru 2.1.3.1 Pengertian Perawatan Metode Kanguru Perawatan Metode Kanguru yang disingkat dengan PMK merupakan perawatan yang diberikan kepada bayi yang berat badannya rendah, yang secara umum berat lahirnya kurang dari 2500 gram. Metode PMK ini dilakukan dengan cara kontak langsung, sehingga antara kulit ibu dengan kulit bayi akan saling menempel. Pada dasarnya PMK adalah perawatan pengganti pada BBLR yang menggunakan

perawatan inkubator. Dengan adanya perawatan metode kanguru, maka bayi akan mendapatkan kehangatan secara langsung dari ibu (Depkes, 2009). 2.1.3.2 Sejarah Penerapan Metode Kanguru 1. Penelitian oleh Rey dan Martinez (1979 ) Pada tahun 1979,Rey dan Martinez memperkenalkan metode kanguru pertama kali di Bogota,Colombia,Amerika Latin. Dalam hal ini, Rey dan Martinez menyatakan bahwa skin to skin contact ( kontak kulit ke kulit ) dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi, terutama yang mengalami BBLR atau prematur (Anik M, 2013. hlm. 196). Berikut

ini

adalah

tabel

adanya

peningkatan

kelangsungan hidup BBLR yang diteliti oleh Rey dan Martinez : No

Berat badan bayi

Sebelum metode

Sesudah Metode

Kanguru (%)

kanguru (%)

1

501-1000 gram

0

72

2

1001-1500 gram

72

89

Disebut metode kanguru karena cara ini meniru binatang kanguru yang biasanyan melahirkan bayi imatur dan menyimpan bayinya dikantung ibunya untuk mencegah kedinginan. Binatang kanguru dipilih sebagai model perawatan bayi baru lahir, terutama bayi yang lahir dengan berat badan rendah,karena bayi yang dilahirkan oleh kanguru biasanya imatur karena tidak mempunyai plasenta. Untuk melindungi bayinya yang imatur tersebut, maka induk kanguru memasukkan bayinya kedalam kantung tubuhnya, yang berfungsi untuk: a. Termoregulator bayinya b. Menyusui bayinya c. Melindungi bayinya

d. Penelitian Bauer K, dkk (1970) 2. Bauer K, dkk telah melakukan penelitian pada bayi-bayi prematur yang stabil dan tanpa komplikasi dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram, umur kurang 1 minggu, yang dilakukan perawatan kontak kulit ke kulit selama 1 jam bergantian dengan perawatan dalam inkubator yang lamanya juga 1 jam. Hasil penelitian Bauer K, tersebut selama perawatan kulit ke kulit di dapatkan hasil sebagai berikut: No 1

Hal-hal yang diteliti

Hasil

Suhu rektal dan suhu Rata-rata suhu rektal 0,2 kulit perifer

ᴼC dan suhu kulit perifer 0,6 ᴼC selama perawatan kulit ke kulit lebih tinggi dari pada suhu

selama

perawatan incubator 2

Kebutuhan oksigen

Selama perawatan kulit ke kulit, kebutuhan oksigen kulit yaitu 6,1 (0,9 ml/kg per menit) lebih tinggi dibandingkan

dengan

kebutuhan

oksigen

perawatan

bayi

dalam

inkubator, yaitu 5,8 (0,8 ml/kg per menit).

3. Penelitian di Sulawesi dan Sumatra Utara Pada penelitian ini yang dilakukan di dua profinsi ini,dilakukan studi tentang implementasi penerimaan wanita terhadap perawatan metode kanguru.

Hasilnya adalah ternyata perawatan metode kanguru dapat dilaksanakan karena: a. Secara budaya dapat diterima b. Memberi hasil yang cukup baik terhadap bayi BBLR, yakni terutama dari perkembangan suhu tubuh bayi dan kenaikan berat badan bayi.

2.1.3.3 Jenis Perawatan Metode Kanguru 1. PMK Intermiten yaitu metode yang tidak diberikan secara terus menerus. Biasanya metode ini dilaksanakan di Unit Perawatan Khusus (level II) dan intensif (level III) dengan durasi minimal 1 jam. Metode ini diberikan ketika ibu mengunjungi bayi yang masih dalam perawatan inkubator. PMK dapat dilakukan kepada bayi yang sedang sakit atau dalam masa penyembuhan dari sakit serta yang memerlukan pengobatan medis, seperti; infus dan tambahan oksigen (Mayasari, 2015). 2. PMK Kontinu yaitu metode yang diberikan secara terus menerus atau selama 24 jam. Biasanya metode ini dilaksanakan di unit rawat gabungan atau ruangan khusus digunakan untuk unit PMK. Selain di rumah sakit, metode ini dapat dilakukan dirumah ketika ibu sudah keluar dari rumah sakit (pasca hospitalisasi). Metode ini dapat diberikan kepada bayi yang sakit, tetapi kondisi bayi harus stabil dan bayi tidak terpasang alat pernapasan seperti oksigen (Mayasari, 2015).

2.1.3.4 Manfaat Perawatan Metode Kanguru 1. Manfaat Perawatan Metode Kanguru Bagi Ibu PMK dapat mendekatkan hubungan antara ibu dan bayi,

kepercayaan

diri

ibu

dalam

mengasuh

bayi

meningkat, terjalinnya perasaan kasih sayang antara ibu dengan bayi, berpengaruh pada psikologis ibu yaitu ibu merasa

lebih

tenang

ketika

bersama

bayi,

dapat

mempermudah pemberian ASI bagi bayi, meningkatkan kesuksesan ibu dalam menyusui (Pratiwi, 2015). 2. Manfaat Perawatan Metode Kanguru Bagi Ayah PMK dapat mendekatkan hubungan antara ayah dan bayi (Pratiwi, 2015). Terjalinnya kasih sangang antara bayi dan ayah, menambah rasa percaya diri ayah serta tumbuh ikatan batin antara ayah dengan bayi (Wahyuni, 2013). 3. Manfaat Perawatan Metode Kanguru Bagi Bayi PMK dapat mendekatkan hubungan bayi dengan ibu atau ayah, menstabilkan suhu tubuh dan denyut jantung bayi, bayi lebih gampang dan sering minum ASI, meningkatkan berat badan bayi, pola pernafasan bayi lebih teratur, meningkatkan kenyamanan bayi dan waktu tidur bayi lebih lama (Pratiwi, 2015).

2.1.3.5 Dukungan Dalam Melakukan Perawatan Metode Kanguru 1. Dukungan edukasi atau informasi dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan bagi ibu. Dengan adanya edukasi dan informasi mengenai perawatan metode kanguru seperti pengertian PMK, manfaat dari PMK, dan cara melakukan PMK. Dari edukasi tersebut maka ibu akan memahami proses PMK dan betapa pentingnya melakukan perawatan metode kanguru bagi bayinya. Sehingga ibu akan bersedia dalam melaksanakan perawatan metode kanguru (Dahlan, 2017) 2. Dukungan

suami

merupakan

dukungan

yang paling

diharapkan oleh para ibu. Karena bagi ibu, orang yang paling dekat dan yang selalu ada untuk ibu adalah suami.

Dengan dukungan dari suami dan keikutsertaan suami dalam melakukan perawatan metodekanguru ini, maka ibu akan sangat termotifasi dalam melakukan PMK, terjalinnya kasih sayang antara bayi dan ayah, bayi bisa secara langsung mengenali ayahnya, selain itu juga akan menambah rasa percaya diri serta ikatan batin bagi ayah dengan bayi (Wahyuni, 2013). 3. Dukungan sosial merupakan dukungan dari orang-orang sekitar ibu, bisa dari saudara ataupun masyarakat sekitar yang menunjang keberhasilan ibu dalam melakukan perawatan metode kanguru (Dahlan, 2017).

2.1.3.6 Kehidupan ExtraUterin 1. Memposisikan bayi dalam keadaan tanpa busana. Bayi dipakaikan popok, kaos kaki, kaos tangan, dan topi. Kemudian meletakkan bayi dengan posisi tegak dan telungkup pada dada ibu. Dengan begitu antara tubuh ibu dan tubuh bayi akan menempel. 2. Mengatur posisi bagian leher dan kepala bayi, agar tidak mengganggu

pernafasan

bayi.

Untuk

posisi

kepala

sebaiknya dimiringkan ke kanan atau ke kiri. 3. Ketika melakukan PMK sebaiknya ibu memakai pakaian yang berukuran lebih besar dari badannya. Sehingga ibu dan bayi berada dalam satu pakaiaan. Apabila ibu tidak mempunyai pakaian yang longgar, ibu bisa menggunakan selimut. 4. Waktu pelaksanaan PMK posisi ibu bisa dengan berdiri, duduk atau berbaring.

4.1.3

Pengaruh PMK pada Fungsi FisiologisBayi. 1. Pengaruh PMK pada Suhu Tubuhbayi.

Panas tubuh ibu akan berpindah melalui kontak kulit dari dada ibu ke kulit tubuh bayi, sehingga menjaga bayi tetap hangat. Selimut atau penutup tubuh ibu dan bayi diharapkan dapat menjaga bayi dari suhu lingkungan sekitarnya. Mempertahankan suhu lingkungan sekitar BBLR agar tetap hangat sangat diperlukan untuk efisiensi metabolisme atau konservasi energi tubuh yang diukur melalui pengukuran kalori yang diharapkan mampu memperbaiki perubahan fisiologis dan meningkatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada bayi (Deswita,2010). Menurut Bergman, perawatan metode kanguru dapat meningkatkan 2◦C suhu tubuh jika bayi mengalami hipotermi dan dapat menurunkan 1◦C jika bayi kepanasan (Deswita,2010). Perawatan metode kanguru merupakan metode pengganti inkubator yang dapat mencegah bayi hipotermi dengan mempertahankan suhu tubuh bayi dengan stabil dan optimal (Muslihatun, 2010). 2. Pengaruh PMK pada Nafas Bayi Perawatan metode kanguru memiliki banyak manfaat bagi bayi salah satunya menstabilkan pernafasan bayi (Muslihatun, 2010). Perawatan metode kanguru dapat mengurangi frekuensi nafas BBLR yang umumnya mengalami takipneu.

Dijelaskan

dalam penelitian sebelumnya oleh Ali, et al (2009) bahwa perawatan metode kanguru dapat memelihara kestabilan saturasi oksigen dan secara signifikan dapat mengurangi frekuensi nafas bayi karena posisi bayi yang tegak (posisi kanguru), sehingga dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi dan berefek pada ventilasi dan perfusi yang dapat mengoptimalkan fungsi respirasi (Deswita,2010). Posisi tegak dalam perawatan metode kanguru dapat memelihara kestabilan pola nafas bayi sehingga akan membantu bayi untuk bernapas secara teratur. Posisi kanguru ini dianjurkan untuk bayi berat lahir rendah karena sering mengalami ganguan pola napas yang merupakan masalah yang sering muncul pada bayi

berat lahir rendah. (Sudarti & Fauziah, 2013). 3. Pengaruh PMK pada Denyut Jantung Bayi Posisi tegak pada perawatan metode kanguru dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung bayi karena perubahan posisi dari horizontal menjadi posisi vertikal yang terjadi akibat pengaruh gaya gravitasi bumi. Posisi perawatan metode kanguru ini juga dapat memberikan efek positif pada bayi, karena dalam posisi ini bayi dapat merasakan denyut jantung ibu, sehingga jika bayi mengalami bradikardi akan dapat menstimulasi agar jantungnya kembali berdenyut mengikuti detak jantung ibu (Deswita,2010).

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian Tahun Tetti Solehati, Cecep Eli Kosasih, Yulia Rais, Noor Fithriyah, Darmayanti, Neneng Ratnanengsih Puspitasari 2018

Metode Hasil Penelitian KANGAROO Desain : Quasy Berat badan sebelum MOTHER eksperimental dilakukan perawatan CARE PADA metode kanguru yaitu BAYI BERAT Sampel : 28 bayi 1641 dengan standar LAHIR deviasi 541,13 dan RENDAH : Lokasi : Fakultas standar eror 241,9. SISTEMATIK Keperawatan Berat badan sesudah REVIEW Universitas dilakukan perawatan Padjadjaran metode kanguru yaitu 1496 dengan standar Analisis Data : deviasi 406,485 dan Metode standar eror 181,786. kuantitatif Terdapat pengaruh berat badan bayi baru lahir rendah yang terpasang alat medis terhadap perawatan metode kanguru dengan nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara berat badan bayi pada sebelum dilakukan perawatan metode kanguru dengan Judul

sesudah dilakukan perawatan metode kanguru Nurcahayati, Bina Melvia Girsang, Dian Wahyuni 2016

PERUBAHAN RESPON FISIOLOGIS BBLR SETELAH PERAWATAN METODE KANGURU DI KOTA PALEMBANG

Desain : one- Karakteristik group pre dan responden bayi berat post test lahir rendah yaitu, jenis kelamin Sampel : 17 bayi perempuan adalah berat lahir 70,9 %, rata-rata rendah umurnya 10,41 hari dan rata-rata berat Lokasi : Program badan lahirnya adalah Studi Ilmu 2140,59 gram. Keperawatan Adapun karakteristik Fakultas responden ibu, antara Kedokteran lain rata-rata usia ibu Universitas adalah 25,35 tahun Sriwijaya dan paritas ibu adalah 58,8 % primipara. Analisis Data : Hasil uji statistik Uji Friedman mendapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil pengukuran suhu tubuh, frekuensi napas dan frekuensi denyut jantung bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah dilakukan perawatan metode kanguru selama tujuh hari berturu-turut dengan secara (intermediette) yaitu p < 0,001 (p < 0,05).

Silvia*, Yelmi Reni Putri, Elharisda Gusnila 2015

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN BAYI

Desain : Quasi Rata-rata berat badan Eksperimental bayi sebelum dilakukan Sampel : 10 bayi perawatanmetode kanguru dengan nilai Lokasi : Sekolah Mean=1738.60, Tinggi Ilmu Standar deviasi= Kesehatan Fort 248.664, 95%

LAHIR RENDAH

De Kock

CI=1916.48-1560.71. Berat badan bayi Analisis Data : sesudah dilakukan one group perawatan metode pretest posttest kanguru dengan nilai design nilai Mean= 1766.90, Standar Deviasi= 250.293, 95% CI= 1945.94-1587.85. Perbedaan antara rata-rata berat badan sebelum dan sesudah Perawatan Metode Kanguru adalah 28.30 gram per hari dengan p value 0,000. Bagi ibu yang memiliki bayi BBLR untuk dapat melakukan perawatan metode kanguru secara continue karena sangat bermanfaat untuk bayi dan juga ibu bayi

2.3 Kerangka Berfikir Faktor Ibu

Faktor Janin

Faktor Plasenta

BBLR

Kehidupan extra uterin

Adaptasi Bayi

Pengatur suhu tubuh belum matang

Terpapar dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah

Kehilangan panas tubuh

Pencahayaan, kebisingan inkubator, prosedur medis

Hipotermi Belum memiliki kemampuan menerima stimulus dari lingkungan Perawatan Metode Kanguru

Stres pada bayi

Manfaat bagi BBLR Stres fisiologis a. Kestabilan suhu tubuh bayi b. Kestabilan saturasi oksigen c. Kestabilan frekuensi denyut jantung

Perubahan Homeostatis a. Suhu b. Frekuensi denyut jantung c. Saturasi oksigen

2.4 Kerangka Konsep Perawatan Metode Kanguru

Stres Fisiologi

Keterangan : Variabel Independen : Variabel Dependen : Perawatan Metode Kanguru berpengaruh terhadap stres fisiologis 2.5 Hipotesis Ada pengaruh perawatan metode kanguru terhadap stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penelitian Lokasi dan Waktu 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian direncanakan akan dilaksanakan di RSUD X Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Maret 2019.

3.2 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis Quasi-Experimental (eksperimen semu) dengan Design Pretest Posttest Nonequivalent Control Group Design. penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari treatment pada subjek yang diselidiki. Cara untuk mengetahuinya yaitu membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi treatment dengan satu kelompok pembanding yang tidak diberi treatment. Jenis quasi experimental design terdapat dua bentuk yaitu : 1.

Time Series Design Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.

2. Nonequivalent Control Group Design Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes. (Sugiyono,2011)

3.3 Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2012) menjelaskan mengenai pengertian dari variabel yaitu : “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen penelitian. Setelah itu penulis akan melanjutkan analisis untuk mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain. Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lain, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya disebut sebagai stimulus. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independent variable) adalah Metode Kanguru b. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka yang akan menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah Stres Fisiologis

3.4 Definisi Operasional Variabel VI : Metode Kanguru

Definisi oprasional Metode Kanguru adalah proses pendekatan antara ibu dan bayi dengan tujuan untuk meningkatkan suhu tubuh bayi apabila bayi mengalami hipotermi, menstabilkan frekwensi denyut jantung, kemudian menstabilkan saturasi oksigen dapat mengoptimalkan fungsi respirasi. Perawatan metode kanguru dilakukan dengan cara BBLR diposisikan tanpa busana namun dipakaikan popok kemudian BBLR meletakkan bayi dengan cara telungkap pada dada ibu maksudnya dengan begitu antara tubuh ibu dengan tubuh bayi akan menempel. Perawatan metode kanguru dilaksanakan selama satu minggu dengan

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala

durasi waktu 60 menit per hari. V2 : Stres Fisiologis

Stres Fisiologi adalah stres yang dialami oleh bayi yang diakibatkan karena bayi belum mampu beradaptasi dengan lingkungan luar seperti Pencahayaan, kebisingan inkubator, prosedur medis.

Menggunakan alat ukur

Hasil Numerik penelitian tentang stres fisiologis Suhu Tubuh :

1.Termometer untuk mengukur suhu tubuh dari BBLR

1. Suhu Neonatus Normal : 36,5-37,5 2. Hipotermia : suhu tubuh dibawah 36,5 3. Hipertermia suhu tubuh di atas 37,5

2. Tetoskop Untuk mengukur denyut jantung BBLR

Hasil penelitian tentang stres fisiologis Denyut jantung : 1. Denyut Jantung Normal Neonatus 120-160 x/menit 2. Takikardi >170 x/menit 3. Bradikardi <100 x/menit

3. Ari Time untuk mengukur pernafasan pada BBLR

Hasil penelitian tentang stres fisiologis Pernafasan : 1. Frekwensi nafas normal 4060- x/menit 2. bradipnea (pernafasan lambat) <25 x/menit 3. Takipnea (nafas cepat) >60 x/menit 3. apnea (henti nafas) >15 detik

2.Bayi yang mengalami bradikardi akan menstimulas i agar detak jantunya kembali stabil dengan rentang 120 – 160 x / menit

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi

Sugiyono(2011) pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yang menjadi sasaran populasi adalah BBLR di RSUD X.

3.5.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2009). Pengambilan sample (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi (Sekaran, 2009). Pada penelitian ini objek yang akan diteliti yaitu BBLR di RSUD X. Karena jumlah populasi pada penelitian ini belum diketahui, maka penentuan besaran sampel menggunakan Rumus berikut : n = Z1 – a/2 P (1-P) d n = 1,96 x 0,5(1-0,5) 0,5

n = 1,96 x 0,5 (0,5) 0,5 n = 1,96 x 0,25 0,5

= 0,49

= 9,8 = 10

0,05

Keterangan : Z = derajat kemaknaan 95% = 1,96 (ketetapan)

P = Proposi suatu kasus tertentu terhadap populasi jika tidak diketahui proposinya, maka yang digunakan adalah 50% = 0,5 d = 1%,5%,10% ( yang paling sering digunakan adalah 5%)

Menurut perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah sampel yang dibutuhkan untuk peneletian ini sebanyak 10 BBLR. 3.6 Teknik Pengumpulan Sampel Cara pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: probobality sampling dan nonprobobality sampling. Teknik probobality sampling meliputi simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, dan systematic sampling, sedangkan teknik nonprobobality sampling meliputi purposive sampling, consecutive sampling, convinience sampling, dan quota sampling (judgement sampling). (Nursalam, 2016) Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian). (Nursalam, 2016) Alasan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidaksemua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Olehkarena itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling yang menetapkanpertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhioleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Kriteria sampel meliputi bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.

3.7 Teknik Pengumpulan Data Menurut Maryadi dkk (2010:14), Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik yang memungkinkan

diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama. pencatatan sumber data melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Pada penelitian kualitatif, kegiatankegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berasal dari: a. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011). Dalam hal ini

hasil penelitian di

dapatkan langsung dari pasien dengan menggunakan Perawatan Metode kanguru pada BBLR. b. Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain maupun lewat dokumen (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari pihak RSUD tentang berapa jumlah BBLR untuk melakukan Perawatan Kanguru.

3.8 Hipotesis Statistika Hipotesis statistik adalah adalah pernyataan atau dugaan mengenai keadaan populasi yang sifatnya masih sementara atau lemah tingkat kebenarannya (Anwar, 2017) Hipotesis statistik dari penelitian ini adalah sebagai berikut. H0 : ρ = 0  = 0 berarti tidak ada pengaruh H1: ρ ≠ 0  ≠ 0 bisa lebih besar atau kurang dari nol (hal ini berarti menyatakan pengaruh)

3.9 Etika Penelitian Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.

Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon partisipan untuk meminta kesediaan menjadi partisipan penelitian. Peneliti harus melalui beberapa tahap pengurusan perijinan sebagai berikut; peneliti harus meminta persetujuan RSUD, setelah mendapat persetujuan dari RSUD kemudian meminta persetujuan dari keluarga berhubung yang akan dilakukan penelitian adalah BBLR harus melalui persetujuan keluarga pasien (Ibu atau Ayah) Setelah mendapat persetujuan barulah dilaksanakan penelitian dengan memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian sebagai berikut : a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan 44 prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent). b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality) Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. c. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness) Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan intimitas,

faktor-faktor

psikologis

serta

ketepatan, perasaan

keseksamaan, religius

subyek

kecermatan, penelitian.

Menekankan kebijakan penelitian, membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian. d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal

mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (nonmaleficence).

DAFTAR PUSTAKA Anik, M. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info Media Anwar, Sanusi. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Jakarta : Salemba Empat. Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika; 2010 Bayi yang Mengalami Demam di RS Telogerojo dan RS Mardi Rahayu Semarang. (www.lib.ui.ac.id) Berman, Audrey. et al., 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Edisi 5: Jakarta : EGC Bobak, Jensen & Lowdermilk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas /Maternity Nursing Edisi 4. Alih Bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta. EGC. Dahlan, AK. (2017). Analisis Pelaksanaan Kangaroo Mother Care Pada Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Sawerigading Kota Palopo Sulawesi Selatan. (www.digilib.unisayogya.ac.id) Dahlan, M. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. DaLissauer T, Fanaroff A.2009.At a Glance Neonatologi.Erlangga: Jakarta

Deswita. (2010). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Respon Fisiologis Bayi Prematur dan Kepercayaan Diri Ibu dalam Merawat Bayi di Dua Rumah Sakit di Jakarta. (www.lib.ui.ac.id) Fraser, Diane M; Cooper, Margaret A. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC. Gill, D. & O’Brien, N. (2003) Paediatric Clinical Examination Made Easy, 4-th edition, Edinburgh: Churchill Livingstone Hartini, Sri. (2011). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Suhu Tubuh Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis Missoury: Mosby Ibe, O.E., Austin, T., Sullivan., Fabanwo, O., Disu, E., & Castello, A.M.D.L. (2004). A. Comparison of kangaroo mother care and conventional incubator care for thermal regulation of infants < 2000 gr in Nigeria using continuous ambulatory temperatire monitoring. Annals of Tropical Paediatrics, 24, 245-251 Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI; 2015. Kenner,C., and McGrath, J.M. 2010. Developmental care of newborns & infants: A guide for health proffesionals. St Louis: Mosby Mahayana, S. A., Chundrayetti, E., & Yulistini. 2015. Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUP Dr. M Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas , 4(3): 664-73 Maryadi, dkk. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta Mayasari, Denny.(2015). Aplikasi Tindakan Keperawatan Metode Kanguru Terhadap Fungsi Fisiologis Pada Asuhan Keperawatan Bayi Ny. F Dengan Kelahiran Prematur di Ruang High Care Unit (HCU) Neonatus RSUD Dr. Moewardi Surakarta. (www.digilib.stikeskusumahusada.ac.id) Muslihatun, WN. (2010).s Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Yogyakarta M. Sholeh kosim , dkk. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta . 2012

Nurcahayati, dkk. 2016. Perubahan Respon Fisiologis Bblr Setelah Perawatan MetodeKanguru Di Kota Palembang. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1 Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis. Ed. 4. Jakarta : SalembaMedika Perinasia. (2003). Perawatan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah Dengan Perawatan Metode Kanguru. Jakarta: Perinasia Pratiwi, Anisa.(2015). Pemberian Metode Kangoroo Mother Care (KMC) Terhadap Kestabilan Suhu Tubuh BBLR Pada Asuhan Keperawatan Bayi Ny.

Y

di

Ruang

HCU

Neonatus

RSUD

Dr.

Moewardi

Surakarta.(www.digilib.stikeskusumahusada.ac.id) Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika Pudjiadi, AH., 2010, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jakarta Saifuddin AB. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC. 2009 Sekan, Uma. 2009. Research Methods For Bussines. Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat Silvia, dkk. 2015. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Perubahan Berat Badan Bayi Lahir Rendah. Jurnal Ipteks Terapan. Research of Applied Science and Education V9.i1 (11-19) Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Afabeta Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Surasmi, A, dkk.. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC Symington, A., & Pinelli, J. Developmental care for promoting development and preventing morbidity in preterm infants Tetti Solehati, dkk. 2018. Kangaroo Mother Care Pada Bayi Berat Lahir Rendah : Sistematik Review. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 8, Nomor 1

Wahyuni Santi, DP Parendrawati.(2013). Pengalaman Ibu dalam Melakukan Perawatan Metode Kanguru. (www.jkp.fkep.unpad.ac.id) Walsh. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC WHO. Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. Library CataloguinginPublication Data; 2009

Related Documents


More Documents from "Yogi"