Pengaruh Kualitas produk dan Animo Masyarakat Terhadap Keputusan Pembelian Produk Cat Home Smart Medan dengan Menggunakan Data Mining
A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam ekonomi dan bisnis masih banyak perusahaan-perusahaan yang menggunakan selembar kertas ataupun hanya menggunakan aplikasi Microsoft Excel untuk mengolah data perusahaan. Seperti halnya pada Departement Penjualan Home Smart Medan. Meskipun pemanfaatan teknologi komputerisasi sudah terealisasikan, namun tidak begitu dalam mengambil keputusan untuk pembelian cat. Pengambilan keputusan seorang manager purchasing dalam mengambil keputusan apakah produk cat yang ditawarkan oleh perusahaan cat yaitu dengan melihat seberapa dekat hubungan supplier dan seberapa banyak dana sponsor yang diberikan kepada perusahaan. Sehingga terkadang tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain. Selain harga, type merek juga masih kalah saing dengan perusahaan lain. Pembelian cat yang kurang efektif, menyebabkan produk khususnya cat pada perusahaan ini kurang diminati oleh customer. Data mining adalah proses yang mengunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, dan machine learning untuk mengekstraksi dan mengidentifikasi informasi yang bermanfaat dan pengetahuan yang terkait dari berbagai database besar. Salah satu teknik yang ada pada data mining adalah klasifikasi. Untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan dalam proses pembelian cat di Departement penjualan Home Smart Medan yang selama ini pengambilan keputusan seorang manager penjualan dalam mengambil keputusan dengan melihat seberapa dekat hubungan supplier dan seberapa banyak dana sponsor yang diberikan kepada perusahaan. Selain harga, type merek juga masih kalah saing dengan perusahaan lain. Pembelian cat yang kurang efektif, menyebabkan produk khususnya cat pada perusahaan ini kurang diminati oleh customer . Dengan menerapkan teknik klasifikasi data mining pada pembelian cat yang efektif Pada Departement Penjualan Home Smart, diharapkan nantinya dapat menghasilkan suatu pengetahuan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian cat yang efektif. Algoritma C4.5 adalah algoritma klasifikasi data bertipe pohon keputusan. Pohon keputusan Algoritma C4.5 dibangun dengan beberapa tahap yang meliputi pemilihan atribut sebagai akar, membuat cabang untuk tiap-tiap nilai dan membagi kasus dalam cabang. Tahapan-tahapan ini akan diulangi untuk setiap cabang sampai semua kasus pada cabang memiliki kelas yang sama. Dari penyelesaian pohon keputusan maka akan didapatkan beberapa rule. Dalam hal ini penulis mengklasifikasikan pembelian cat berdasarkan penjualan pada Departement Penjualan Home Smart. Penerapan Algoritma C4.5 ini dapat membantu Departement Penjuan Home Smart dalam menentukan pembelian cat dari Suplier.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan rumusan maslah sebagai berikut : 1. Bagaimana mengetahui pengaruh kualitas produk dan animo terhadap minat beli produk cat di home smart medan menggunakan data mining? 2. Bagaimana mengetahui pengaruh kualitas produk dan animo terhadap keutusan pembelian produk cat di home smart medan menggunakan data mining? 3. Bagaimana kita dapat membandingkan metode pengambilan keputusan dengan metode data mining dengan metode lainnya ? C. LANDASAN TEORI 1. Tinjauan tentang data mining Metode penelitian dilakukan dengan studi literatur terhadap sumber-sumber yang relevan, analisis pengetahuan terhadap faktor pembelian cat menggunakan algoritma C4.5. Banyak algoritma yang dapat dipakai dalam pembentukan pohon keputusan, antara lain ID3, CART, dan C4.5 . Algoritma C4.5 merupakan pengembangan dari algoritma ID3. Pohon keputusan merupakan metode klasifikasi dan prediksi yang sangat kuat dan terkenal. Metode pohon keputusan mengubah fakta yang sangat besar menjadi pohon keputusan yang memprediksikan aturan. Aturan dapat dengan mudah dipahami dengan alami. Dan mereka juga dapat diekspresikan dalam bentuk bahasa basis data seperti Structured Query Language untuk mencari record pada kategori tertentu. Proses pada pohon keputusan adalah mengubah bentuk data (tabel) menjadi model pohon, mengubah model pohon menjadi rule dan menyederhanakan rule. Secara umum algoritma C4.5 untuk membangun pohon keputusan adalah sebagai berikut : 1. Pilih atribut sebagai akar 2. Buat cabang untuk tiap nilai 3. Bagi kasus dalam cabang 4. Ulangi proses untuk setiap cabang sampai semua kasus pada cabang memiliki kelas yang sama. Untuk memilih atribut sebagai akar, didasarkan pada nilai gain tertinggi dari atribut-atribut yang ada. Untuk menghitung gain digunakan rumus di bawah ini :
Di mana : S = Himpunan kasus A = Atribut n = Jumlah partisi atribut A |Si|= Jumlah kasus pada partisi ke-i |S|= Jumlah kasus dalam S
Sementara itu, perhitungan nilai entropy adalah seperti persamaan 2 di bawah ini :
Di mana : S = Himpunan kasus n = Jumlah partisi S A = Fitur Pi = Proporsi dari |Si| terhadap S
2. Tinjauan tentang kualitas produk Menurut Kotler dan Amstrong (2003) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat pasti. Menurut Garvin dan A. Dale Timpe (dalam Alma, 2011) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Menurut Kotler (2009), kualitas didefinisikan sebagai keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Menurut Tjiptono (2008), kualitas merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya. Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk (Kotler dan Amstrong, 2003). Menurut Kotler and Amstrong (2003) arti dari kualitas produk adalah “the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya. Zeithaml dalam Kotler (2009) menyatakan bahwa persepsi konsumen terhadap kualitas produk merupakan hasil penambahan informasi, kompetisi dalam kategori
produk dan perubahan pengharapan.Disebabkan oleh adanya perubahan produk dan persepsi konsumen.Pemasar mungkin dapat mempelajari konsumen di segala aspek untuk mengevaluasi kualitas produk, periklanan, penyediaan informasi dalam kemasan serta penggabungan isyarat tampilan produk dapat diatur untuk membangkitkan keinginan tentang persepsi kualitas produk. Persepsi konsumen akan kualitas produk ditentukan oleh kinerja produk tersebut seperti yang dilakukan konsumen dan masing-masing dimensi kualitas. Zeithaml dalam Kotler (2009) menggambarkan bahwa konsumen juga menggunakan isyarat informasi untuk mengembangkan keyakinan dan penilaian akan produk. Dalam evaluasi kualitas para konsumen biasanya tidak hanya mempertimbangkan aspek fungsional dan keuntungan obyektif, tetapi juga keuntungan subyektif emosional. Keyakinan tersebut selanjutnya direspon dengan melakukan pilihan atau evaluasi. Persepsi konsumen akan kualitas tersebut menurut Zeithaml (Kotler, 2009) merupakan faktor penentu utama dalam pemilihan barang dan perilaku berbelanja. Dari telaah tersebut konsumen merasakan kualitas suatu produk sehingga hasil dari penilaian atas keunggulan atau keistimewaan produk tersebut. Kualitas produk akhirnya mendasari proses pembelian sehingga akhirnya muncul suatu kebutuhan, disini konsumen akan mempertimbangkan dan memahami kebutuhan tersebut, apabila penilaian pada produk sudah jelas maka konsumen akan mencari produk yang dimaksud, yang kemudian akan berlanjut pada evaluasi produk dan akhirnya konsumen akan mengambil suatu keputusan untuk membeli atau tidak yang disebabkan produk tidak sesuai dan mempertimbangkan atau menunda pembelian pada waktu yang akan datang. 3. Keputusan pembelian Pada dasarnya keputusan pembelian ialah suatu tindakan atau perilaku konsumen jadi atau tidaknya melakukan suatu pembelian atau transaksi, banyak tidaknya jumlah konsumen dalam mengambil keputusan menjadi salah satu penentu tercapai atau tidaknya tujuan perusahaan. Menurut Kotler dan Armstrong (2004) mengemukakan bahwa: “keputusan pembelian adalah tahap proses keputusan dimana konsumen secara actual melakukan pembelian produk”. Menurut Kotler dan Armstrong (2004) proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian. Dengan demikian keputusan pembelian dapat menjadi ukuran tercapai atau tidaknya tujuan suatu perusahaan.