PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG
BAHARUDDIN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH ENREKANG TAHUN 2015
Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Budaya Sekolah Terhadap Produktivitas Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Baharuddin STKIP Muhammadiyah Enrekang Email:
[email protected]. HP. 085 343 633 691
SARI Kompetensi pedagogik maupun budaya sekolah adalah perkara penting yang dibutuhkan dalam rangka menumbuhkembangkan produktivitas kerja di kalangan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik dan budaya sekolah terhadap produktivitas kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang secara langsung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan korelasional untuk melihat hubungan kausalitas dari dua faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja guru. Populasi dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan sejumlah 236 orang. Jumlah sampel adalah 142 orang dengan status Pegawai Negeri Sipil yang diperoleh dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan angket. Analisis data menggunakan analisis ANOVA dengan bantuan komputer program software IBM SPSS Statistic 21. Hasil penelitian menunjukkan; (1) terdapat pengaruh langsung yang signifikan kompetensi pedagogik terhadap produktivitas kerja dengan nilai signifikansi 0,000 pada taraf toleransi 0,05. (2) terdapat pengaruh langsung yang signifikan budaya sekolah terhadap produktivitas kerja dengan nilai signifikansi 0,037 pada taraf toleransi 0,05. Kesimpulan penelitian menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik dan budaya sekolah ditingkatkan secara bersamaan maka akan berpengaruh secara signifikan dan bermakna terhadap produktivitas kerja guru. Disarankan kepada guru-guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang untuk terus meningkatkan kompetensi pedagogiknya dengan jalan mengikuti studi lanjut, aktif dalam workshop, pendidikan dan latihan, seminar maupun kegiatan Kelompok Kerja Guru. Pengawas dan kepala sekolah hendaknya memberikan bimbingan kepada guru dalam melaksanakan pembelajaran yang penuh inspiratif, mendidik, dan menyenangkan bagi peserta didik. Kata kunci: Kompetensi Pedagogik, Budaya Sekolah, Produktivitas Kerja.
2
ABSTRACT
Pedagogic competence, and school culture are the important matters that needed inorder to developwork productivity among teachers. This study is aimed to determine the effect of pedagogical and school culture toward the productivity of elementary school teachers, either directly or indirectly in the district of Baraka, Enrekang. This study used a quantitative approach and correlational method to find out the causality of several factors that affect the teachers' productivity. The population of the study were 236 elementary school teachers in the district of Baraka, Enrekang, while the samples were 142 civil servant teachers who randomly taken. The data were collected through questionnaire. The data analysis used was ANOVA analysis with the assisted computer programs IBM SPSS Statistics 21 software. The results of this study showed; (1) there was a significant direct effect of pedagogical competence toward the productivity with the significance value of 0.000 in the range of tolerance 0.05 (2) there was a significant direct effect of school culture 0.037 in the range of tolerance 0.05. This study explained that, if the pedagogic competence and school culture were simultaneously enhanced, it will be a significant and meaningful for the teachers’ productivity. It is recommended to teachers of elementary school in the District of Baraka, Enrekang, to improve the pedagogical competence by taking advanced study, active in workshops, joining education and training, attending the seminars and Teachers Working Group activities. Supervisors and principals should provide guidance to teachers in implementing the inspiring learning, educated, and joyful for students. Keywords: Pedagogic Competence, School Culture, Work Productivity.
3
PENDAHULUAN Salah satu diantara beberapa krisis pokok yang melanda dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah masalah kualitas pendidikan yang rendah (Tilaar, 2011:150). Pendidikan adalah sektor penting yang harus menjadi pusat perhatian dalang kerangka membangun kualitas manusia suatu bangsa, olehnya itu sebuah keniscayaan menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama untuk dibenahi dan diperbaiki. Pendidikan merupakan ujung tombak pembangunan bangsa yang nantinya mampu menjadi pelopor dalam mewujudkan manusia Indonesia yang produktif. Pendidikan adalah sektor vital dalam pembangunan kualitas suatu bangsa, olehnya itu sebuah keniscayaan menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama untuk dibenahi dan diperbaiki sebab pendidikan merupakan ujung tombak pembangunan bangsa yang nantinya mampu menjadi pelopor dalam mewujudkan manusia Indonesia yang produktif. Peningkatan produktivitas dibidang pendidikan hanya akan terwujud jika para guru mempunyai bekal kompetensi yang mumpuni, memiliki semangat kerja yang tinggi, kreatif, inovatif, dinamis, aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai jaringan yang luas serta terbuka dalam menerima setiap perubahan yang terjadi. Berry dan Houston dalam Ahab (2012:6), memberikan penjelasan bahwa produktivitas akan terwujud jika ada pengkombinasian antara kemampuan yang dimiliki dengan usaha yang mampu dilakukan untuk menghasilkan apa yang dapat dikerjakannya. Kombinasi yang baik antara kedua aspek ini akan mengantarkan manusia menjadi individuindividu yang tidak pernah puas dengan apa yang telah mereka kerjakan, terus mencari metode atau info yang terbarukan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri sehingga bisa digolongkan sebagai pribadi yang produktif. Manusia produktif adalah mereka yang terus belajar dan mengasa kemampuan yang telah dimiliki serta melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Mengukur produktivitas dibidang pendidikan bukanlah suatu perkara yang mudah sebab pendidikan adalah sektor non profit yang tidak mengukur output-nya dengan laba atau nominal uang namun dengan melakukan pembinaan terhadap manusia sehingga untuk mengetahui tingkat keberhasilannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Sekolah yang fokus untuk memberikan pembekalan intelektual, sikap dan keterampilan kepada peserta didik membutuhkan proses yang panjang untuk sampai pada suatu kesimpulan bahwa pembinaan yang dilakukan guru di sekolah berhasil ataukah belum. Produktivitas kerja merupakan sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada 4
(Sondang, 2009:99). Sikap yang demikian akan mendorong seseorang untuk tidak cepat merasa puas akan tetapi terus berusaha mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja melalui perbaikan yang secara berkesinambungan. Guru produktif adalah guru kreatif yang tidak pernah puas dengan pembelajaran yang dilaksanakannya (Wijaya, 2011). Dia selalu mengasa kompetensinya terkhusus kompetensi pedagogiknya dengan melakukan memperbaiki dari setiap kekurangan yang ada dalam pembelajaran yang dilakukannya, melakukan refleksi diri melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya sendiri, melakukan kolaborasi dengan teman sejawat. Guru produktif akan menuliskan apa yang dikerjakan dan mengerjakan apa yang dituliskan, mempunyai komitmen serta konsisten dalam menjaga diri untuk terus menulis hal-hal baru baik berupa penelitian maupun kegiatan lainnya yang dapat menunjang keprofesionalannya. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas kerja seseorang. Menurut Sukarna (1993:50), faktor-faktor tersebut, antara lain; (1) kemampuan dan ketangkasan karyawan, (2) managerial skill atau kemampuan pimpinan perusahaan, (3) lingkungan kerja yang baik, (4) lingkungan masyarakat yang baik, (5) upah kerja, (6) motivasi kerja untuk meraih prestasi kerja, (7) disiplin kerja karyawan, (8) kondisi politik atau keamanan dan ketertiban negara, (9) kesatuan dan persatuan antara kelompok pekerja, (10) kebudayaan suatu negara, (11) pendidikan dan pengalaman kerja, (12) kesehatan dan keselamatan pekerja karyawan, (12) fasilitas kerja, dan (13) kebijakan dan sistem administrasi perusahaan. Adapun menurut Koster (2001:25), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja diantaranya; (a) faktor yang bersumber dari dalam diri pegawai seperti motivasi dan kemampuan, (b) faktor yang berasal dari perusahaan atau lembaga organisasi, dan (c) faktor lingkungan. Uraian fakfor-faktor yang berpengaruh pada produktivitas kerja tersebut setidaknya dapat ditarik dua komponen utama yang berkontribusi secara nyata pada produktivitas kerja yaitu kompetensi, budaya organisasi dan motivasi kerja. Seseorang yang akan menjadi pendidik harus mempunyai kemampuan khusus serta memenuhi kriteria yang diinginkan oleh dunia pendidikan itu sendiri. Menurut Siswoyo, dkk (2008:119) syarat seorang pendidik adalah; (1) mempunyai perasaan terpanggil sebagai tugas suci, (2) mencintai dan mengasih-sayangi peserta didik, dan (3) mempunyai rasa tanggung jawab yang mendasari penuh akan tugasnya. Ketika tiga syarat ini telah terpenuhi maka secara otomatis akan menjadikan guru terpacu dan termotivasi untuk melaksanan tugas pokoknya dengan sebaikbaiknya. Motivasi ini sangat penting sebagai dasar untuk menekuni sebuah profesi sebab
5
hanya orang-orang yang memilki tekad, semangat dan tanggungjawablah yang akan maksimal dalam menjalankan pekerjaannya. Meraih produktivitas kerja yang baik, modal utamnya adalah adanya bekal kemampuan yang dimiliki, kemauan, usaha, serta mencintai pekerjaannya. Dalam dunia pendidikan, seseorang yang akan menjadi pendidik harus mempunyai kemampuan khusus serta memenuhi kriteria yang diinginkan oleh dunia pendidikan itu sendiri (PP no. 19/2005) salah satunya adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu bekal penting bagi guru untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajran peserta didik yang meliputi;
pemahaman
terhadap
peserta
didik,
pengembangan
kurikulum/silabus,
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik guru akan tergambar dari kemampuannya mengelola pembelajaran terhadap peserta didik, mampu menemukan potensi unik peserta didik, punya usaha yang sungguh-sungguh untuk terus meningkatkan kemampuan mengajarnya, mampu melakukan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna kepada peserta didiknya sehingga apa yang mereka pelajari di sekolah dapat dimanfaatkan langsung dalam dunia nyata, serta melakukan mengembangkan terhadap potensi yang dimiliki siswanya. Baginya, setiap tahun harus ada kreativitas yang dikembangkan dalam dirinya. Tinggi rendahnya kompetensi maupun produktivitas kerja seseorang juga tidak dapat dilepaskan dari budaya yang terbangun di sekolah atau lingkungan tempat bekerja. Sebagaimana menurut Sinungan (2005:64) bahwa faktor yang turut mempengaruhi produktivitas kerja seseorang diantaranya adalah kebudayaan dan kondisi kerja. Kebudayaan dan pendidikan merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan karena saling mengikat. Budaya itu hidup dan berkembang karena proses pendidikan, dan pendidikan itu hanya ada dalam suatu konteks kebudayaan (Tilaar, 2011:41). Peran budaya organisasi sekolah adalah untuk menjaga dan memelihara komitmen sehingga kelangsungan mekanisme dan fungsi yang telah disepakati oleh organisasi dapat merealisasikan tujuantujuannya. Budaya organisasi yang kuat akan mempengaruhi setiap perilaku. Hal itu tidak hanya membawa dampak pada keuntungan organisasi sekolah secara umum, namun juga akan berdampak pada perkembangan kemampuan dan produktivitas guru itu sendiri. Fenomena produktivitas kerja guru seperti yang diungkapkan diatas sifatnya umum dan hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia tidak terkecuali pada lingkup Sekolah 6
Dasar Negeri di Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa Kepala Sekolah dapat disimpulkan bahwa: “Mayoritas guru Sekolah Dasar Negeri yang ada di lingkungan Kecamatan Baraka memiliki tingkat produktivitas rendah. Hal ini diukur dengan indikator pada kemampuannya membuat media pembelajaran inovatif yang sesuai dengan kebutuhan siswa di kelas, tingkat kemampuan menghasilkan karya ilmiah seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) rendah, kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan-kegiatan penunjang tugas pokok seperti seminar, workshop, dan kegiatan pengembangan lainnya. Masih banyak guru terutama yang belum mendapat tunjangan sertifikasi yang belum memenuhi wajib mengajar yaitu 24 (dua puluh empat) jam mengajar dalam satu minggu”. Sumber data: Kepala Sekolah, Mei 2014. Selanjutnya ditinjau dari aspek prestasi, berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. H. Aminuddin, M.Pd. yang mengungkapkan bahwa: “hanya ada 1 (satu) orang guru atas nama Dadang Sumarna, S.Pd, M.Pd. dari Sekolah Dasar Negeri No. 20 Baraka yang berhasil lolos sampai di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan dalam kegiatan pemilihan Guru Teladan selain aktif dalam menulis artikel pada surat kabar lokal atau majalah pendidikan”. Sumber data: Drs. H. Aminuddin, M.Pd. (Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Baraka, Maret 2014). Rendahnya produktivitas kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka merupakan dampak dari persoalan kompetensi guru terutama kompetensi pedagogiknya yang belum optimal. Berdasarkan pengamatan di lapangan rata-rata guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka masih menggunakan cara-cara lama dalam melakukan pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran yang digunakan di kelas masih didominasi oleh cara lama atau metode konvensional yang lebih mengutamakan metode ceramah dan miskin penggunaan metode-metode pembelajarannya inovatif, kreatif dan inspiratif. Metode semacam ini sudah selayaknya untuk ditinggalkan sebab cara ini cenderung mengerdilkan bahkan dapat merampas dunia peserta didik. Freire dalam Mulyasa (2008:76) mengkritisi kondisi pendidikan seperti ini sebagai penjajahan dan penindasan yang harus diubah menjadi pemberdayaan dan pembebasan. Produktivitas kerja guru akan tercapai bilamana segala persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru telah terpenuhi termasuk persyatan kualifikasi akademik sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Enrekang (2013) diketahui bahwa masih banyak guru di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik sebagaimana 7
yang dipersyaratkan oleh pemerintah. Dari dua puluh satu (21) unit Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Baraka dengan total guru yang ada sebanyak 236 orang diketahui bahwa masih terdapat guru yang berkualifikasi SMA sebanyak 5 orang (2,12%), Diploma II sebanyak 105 orang (44,50%). Adapun yang berkualifikasi Sarjana (S1) sebanyak 124 orang (52,54%) dan Pascasarjana sebanyak 2 orang (0,84%). Kondisi ini menandakan bahwa belum semua guru yang ada di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Baraka telah memenuhi standar sebagaimana yang dipersyaratkan pemerintah yakni minimal sarjana (S1) atau Dipoma IV sehingga dengan keadaan yang demikian dapat disimpulkan bahwa kegagalan guru memenuhi standar yang telah ditetapkan akan berdampak pada kualitas kerja dan pada akhirnya berpengaruh pada produktivitas kerja guru. Selain standar kualifikasi yang belum sepenuhnya terpenuhi, faktor lain yang menghambat kualitas kerja guru adalah adanya guru yang mengajar bukan pada bidang spesialisasinya artinya tidak sesuai antara latar belakang pendidikannya dengan mata pelajaran yang diampuhnya di sekolah, misalnya ada guru kelas yang berlatar belakang pendidikan Pendidikan Matematika, Pendidikan Bahasa Indonesia, Pendidikan Luar Sekolah dan yang lainnya padahal sejatinya guru kelas berlatar belakang sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Kondisi yang seperti ini akan berpengaruh terhadap efektifitas proses pembelajaran di kelas sehingga secara tidak langsung akan menghambat guru dalam meningkatkan kualitas kerjanya. Permasalahan lain yang terjadi pada guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka adalah masih minimnya guru yang telah lulus sertifikasi dan memiliki sertifikat pendidik padahal sertifikat pendidik merupakan salah satu indikator profesionalitas seorang guru. Hanya
guru-guru yang profesioanal yang mampu menjadi guru yang produktif
sehingga hal ini penting untuk dipenuhi guru sebelum untuk dapat menjadi guru yang produktif. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Enrekang (2013) diketahui bahwa masih banyak guru yang belum mempunyai sertifikat pendidik. Dari total 236 orang guru yang ada, terdapat 121 orang (51,27) yang berstatus belum sertifikasi sedangkan yang status sudah sertifikasi sebanyak 115 orang (48,73%). Sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu secara profesional (Mulyasa, 2008:34). Dengan adanya program sertifikasi tersebut diharapkan guru mampu memberikan perubahan dalam dunia pendidikan terutama dalam hal mutunya.
8
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan korelasional. Korelasional merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menjelaskan hubunganhubungan antar variabel atau bagaimana variabel yang satu dapat mempengaruhi variabel lainnya melalui pengujian hipotesis. Sedangakan ditinjau dari segi sifat, penelitian ini bersifat expost facto, yaitu penelitian yang dilakukanuntuk mengetahui atau mengungkap data dari suatu peristiwa-peristiwa yang telah terjadi (berlalu) tanpa melakukan tindakan manipulasi. Rancangan penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk paradigma sebagai berikut:
X1
R1
Py1 Pyr2
Y Py2
X2 Gambar 1.1Rancangan Penelitian Model ANOVA Keterangan: X1
= Kompetensi Pedagogik
Y
= Produktivitas Kerja
X2
= Budaya Sekolah
R
= Residual
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan yang berjumlah 236 orang yang tersebar di 21 sekolah. Analisis data secara statistik menggunakan analisis ANOVA. Sebelum data dianalisis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi: uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji Normalitas, dan uji linearitas. Semua jenis analisis menggunakan bantuan komputer program software IBM SPSS Statistic 21.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis data dengan menggunakan regresi ganda dapat disajikan secara lengkap sebagai berikut. Hasil analisis regresi ganda dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic 21 dapat disajikan pada tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1 Output Hasil Analisis Regresi Ganda Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,685a
,470
,458
7,247
a. Predictors: (Constant) Kompetensi_Pedagogik, Budaya_Sekolah
ANOVAa Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
6416,697
3
2138,899
40,731
,000b
Residual
7246,747
138
52,513
Total
13663,444
141
a. Dependent Variable: Produktivitas_Kerja b. Predictors: (Constant), Kompetensi_Pedagogik, Budaya_Sekolah
Coefficientsa Model
1
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
(Constant)
6,585
11,113
Kompetensi_Pedagogik
,452
,067
Budaya_Sekolah
,257
,122
Standardized Coefficients T
Sig.
,593
,554
,484
6,727
,000
,166
2,104
,037
Beta
a. Dependent Variable: Produktivitas_Kerja
Hasil pengoperasian model analisis regresi ganda (tabel ANOVA(b)) diatas menghasilkan persamaan regresi Ŷ = 6,585 + 0484X1 + 0,166X2 dengan nilai F sebesar 40,731 pada taraf signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Artinya setiap kenaikan satu unit skor kompetensi pedagogik dan budaya sekolah akan menaikkan skor produktivitas kerja masing-masing sebesar 0.484, dan 0,166unit pada konstanta 6,585. Kesimpulannya semakin tinggi kompetensi pedagogik yang dimiliki dan semakin kondusif budaya sekolah maka akan semakin baik pula tingkat produktivitas kerja guru. 10
Dari tabel Coefficientsa terlihat bahwa variabel independen Komptensi Pedagogik (X1) dan Budaya Sekolah (X2) berpengaruh terhadap Produktivitas Keja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka pada taraf signifikansi kurang dari 0,05. Hal ini berarti kedua variabel tersebut memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap Produktivitas Kerja dengan thitung masing-masing sebesar 6,727 untuk Kompetensi Pedagogik (X1), dan 2,104 untuk variabel Budaya Sekolah (X2). Hasil regresi ganda (tabel Model Summary) diperoleh nilai yang disesuaikan (Adjusted R Square) pada kolom ke-3 sebesar 0,458. Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi 0,458 berada pada tingkat hubungan sedang dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil ini bermakna bahwa variabel Kompetensi Pedagogik (X1) dan Budaya Sekolah (X2) secara serempak (simultan) mempengaruhi Produktivitas Kerja guru sebesar 45,8%. Dari hasil tersebut, model hubungan kausal variabel independen terhadap variabel dependennya dapat digambarkan sebagai berikut.
R2 Kompetensi Pedagogik (X1)
p=0,736 p=0,484
Produktivitas Kerja (Y)
0,332
p=0,166 Budaya Sekolah (X2)
Gambar 1.2 Jalur Hubungan Kausal Kompetensi Pedagogik (X1) dan Budaya Sekolah (X2) dengan Produktivitas Kerja (Y) Dari tabel dapat diketahui bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap produktivitas kerja adalah kompetensi pedagogik (X1), kemudian budaya sekolah (X2). Kompetensi pedagogik adalah bagian kompetensi yang harus dimiliki guru yang menyangkut proses belajarsehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Adanya bekal 11
kompetensi pedagogik yang dimiliki akan menghasilkan guru yang lebih memperluas horison pengetahuan akademis, profesional dan teknis baik dalam bentuk isi, metode, maupun keterampilan yang harus dikuasai, membuka kesempatan bagi guru-guru untuk mengembangkan dirinya sendiri secara profesional (Suryadi, 2003:43). Dengan kompetensi pedagogik yang dimiliki maka guru diharapkan dapat menjadi inovator dalam perubahan pendidikan. Seorang guru yang kompeten harus mampu menciptakan suasana dan kondisi pembelajaran dan aktif sehingga membuat peserta didik ingin terus mengikuti pelajaran di kelas tanpa perasaan terpaksa. Shah, Anderson dan Humpprey (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Teaching Profesionalism” mengungkapkan profesionalisme pendidik akan meningkat bilamana membiasakan untuk berinteraksi dengan rekan sejawat dari sekolah lain yang didalamnya belajar tentang inovasi kurikulum juga kedisiplinan guru yang dapat pengembangan profesionalisme pendidikan dan kemampuan pedagogiknya. Disini terlihat pentingnya untuk membangun budaya transparansi, saling berbagi dan komunikasi, baik sesama rekan sejawat dalam lingkungan internal sekolah maupun dengan sekolah lain sebagai upaya untuk saling menukar informasi yang bermanfaat dalam pengembangan kompetensi guru yang lebih baik. Temuan ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Suryadi (2003) bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pendidik sebelum menjalankan tugas sebagai guru, sehingga dengan adanya kompetensi pedagogik yang baik maka seorang guru siap mengatasi permasalahan-permasalahan dalam bekerja di masa yang akan datang. Dengan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru akan meningkat pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tugasnya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Supriadi (2000) bahwa kompetensi pedagogik membantu seseorang dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya guna meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam mencapai tujuannya. Kompetensi pedagogik adalah bagian kompetensi yang harus dimiliki guru yang menyangkut proses belajar, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Guru yang memiliki kompetensi pedagogik yang baik akan menjadi guru profesional yang pada gilirannya dapat meningkatkan kinerjanya. Selanjutnya temuan ini memperkuat hasil penelitian Thomas (2013) yang berjudul Faktor Determinan Produktivitas Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Bisnis di EksKeresidenan Surakarta.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 97,8 persen produktivitas sekolah dipengaruhi oleh kompetensi guru. Hasil ini memberikan pemahaman bahwa untuk 12
menjadi sekolah yang produktif, komponen pertama yang harus dipertimbangkan adalah adanya keterlibatan dari tenaga pendidik yang kompeten dan profesional sebab hanya dengan guru yang kompeten dan profesionallah perubahan dalam sekolah mungkin dilakukan. Hasil penelitian ini juga meneguhkan temuan Sutikno (2011) yang mengungkapkan bahwa dalam mengukuran produktivitas kerja guru harus dilihat dari sifat konsistennya dalam kegiatan; (1) penyusunan rencana pembelajaran, frekuensi membimbing siswa, frekuensi membuat media pembelajaran, frekuensi menggunakan media pembelajaran, tingkat pencapaian kelulusan, keikutsertaan dalam forum ilmiah, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) pembimbingan PPL dan teman sejawat, (4) frekuensi melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dan penulisan artikel dan buku ajar. Semua indikator ini hanya mampu dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kompetensi pedagogik yang baik serta mempunyai visi yang jelas dan terarah sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya menjadi lebih baik. Kompetensi guru dapat terbentuk karena adanya dorongan dari dalam diri seseorang yang sifatnya hereditas (pembawaan) atau bakat dan juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Sebagaimana menurut pendapat William Stern yang mengatakan bahwa perkembangan pribadi dan kompetensi seseorang merupakan hasil dari proses kerja sama antara hereditas (pembawaan) dan environment atau lingkungan (Uno, 2009:61). Ini berarti bahwa antara hereditas dan lingkungan harus saling mendukung sebab jika tidak demikian maka hereditas yang sudah baik akan tetap menjadi laten (tidur) bilamana lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Begitu juga sebaliknya, apabila pembawaannya tidak baik tetapi lingkungan memungkinkan dan menunjang, maka kompetensi ideal akan tercapai. Seorang guru yang mempunyai bakat alami dalam hal kompetensi namun lingkungan sekolah tidak mendukung, maka yang terjadi adalah kompetensi guru tidak akan berkembang bahkan cenderung semakin memburuk karena lingkungan sekolah adalah faktor eksternal yang berkontribusi untuk membentuk kompetensi dan produktivitas kerja guru. Menurut Sinungan (2005:64) bahwa faktor yang turut mempengaruhi produktivitas kerja seseorang diantaranya adalah kebudayaan dan kondisi kerja.
Tinggi rendahnya
produktivitas kerja seseorang tidak dapat dilepaskan dari budaya yang terbangun di sekolah atau lingkungan tempatnya bekerja. Kondisi seperti ini harus disikapi dengan melakukan perubahan-perubahan yang mengarah pada perbaikan budaya dalam organisasi tersebut misalnya dengan menggalakkan budaya kompetitif yang sehat dikalangan guru, memacu semangat
kerja,
meningkatkan
kedisiplinan 13
dan
memberikan
penyadaran
akan
tanggungjawab yang diemban sebagai guru sehingga dengan demikian dapat memperbaiki kondisi yang terbangun sebelumnya dan pada akhirnya mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja guru. Budaya kompetitif adalah perwujudan dari adanya tanggungjawab pada pekerjaan yang dapat dilakukan dengan memaksimalkan kemampuan yang dimiliki, memperkaya referensi tentang metode dan model pembelajaran yang efektif, menyikapi perubahan sebagai tantangan, dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk melakukan inovasi-inovasi yang dapat membawa pada peningkatan kualitas kerja. Peningkatan produktivitas dibidang pendidikan hanya akan terwujud jika para guru mempunyai bekal kompetensi yang mumpuni, memiliki semangat kerja yang tinggi, kreatif, inovatif, dinamis, aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai jaringan yang luas serta terbuka dalam menerima setiap perubahan yang terjadi. Sebagaimana menurut Berry dan Houston dalam Ahab (2012:6), bahwa produktivitas merupakan kombinasi kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang dapat dikerjakannya. Dengan demikian untuk sampai pada kategori manusia produktif dibutuhkan proses yang panjang karena pada hakikatnya kompetensi lahir dari adanya usaha untuk terus belajar dan mengasa kemampuan yang telah dimiliki serta melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Temuan ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Wexley dan Yukl dalam Soepardjo (2011:157) yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai yang terintegrasi dalam dirinya sehingga mendorong untuk berbuat atau melakukan sesuatu, tindakan atau perbuatan seseorang mencerminkan nilainilai yang diakui dan dianutnya. Nilai-nilai mengarahkan jalan hidup seseorang. Seseorang bertindak berdasarkan nilai yang diyakini dan selalu diulang sehingga menjadi kaidah hidupnya. Nilai budaya pembentuk konstruk terbesar adalah adanya hubungan antar manusia yang baik dan kondusif. Hubungan antar manusia yang baik ini menjadi sebuah budaya luhur sesuai dengan kehidupan yang ada pada masyarakat kita. Hasil ini juga sesuai dengan teori dari Viethzal Rivai (2007:266) yang mengatakan bahwa di dalam organisasi, variabel individu dan lingkungannya berpengaruh tidak hanya kepada perilaku tetapi juga pada kinerjanya. Kelompok dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan dan bisa mempengaruhi perilaku individu dalam satu kondisi organisasi. Hubungan antar sesama yang baik dapat meningkatkan kinerjanya hal ini dampak pada hasil penelitian yang bertanda positif. Arah positif pada model ini menunjukkan bahwa semakin 14
tinggi pemahaman dan aplikasi dari budaya kerja maka semakin produktif pula guru yang bersangkutan. Selain kompetensi pedagogik dan budaya sekolah, hal lain yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas guru adalah motivasi kerja yang tinggi. Motivasi merupakan suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia yang dapat dikembangkan secara optimal baik secara individual maupun melalui lingkungan kerja. Pengembangan potensi diri seorang guru secara linier akan mampu meningkatkan produktivitas dan kemampuannya dalam mengemban tugas sebagai seorang pendidik yang bertanggungjawab dalam membangun sumber daya manusia yang kompetitif.Motivasi merupakan sebuah determinan penting bagi kinerja individual (Winardi, 2011:3). Guru yang mempunyai target dalam karirnya akan senantiasa memacu diri untuk meraih cita-cita melalui pengembangan kompetensi, menguasaan pada bidang teknologi informasi dan melakukan inovasi-inovasi untuk memperkuat produktivitas individualnya. Motivasi merupakan suatu kondisi yang memberi dorongan
untuk melakukan
sesuatu. Setiap orang dalam beraktivitas berbeda antar yang satu dengan lainnya, bergantung kepada kemampuan, kemauan, harapan, kebutuhan, tujuan, dan sasaran yang mendasari tindakannya. Guru yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan senantiasa bekerja optimal untuk mengatasi segala jenis permasalahan yang dihadapi demi mencapai hasil kerja yang lebih baik. Hal tersebut tampak pada motivasi kerja yang tinggi, memperlihatkan minat, mempunyai perhatian dan ikut serta dalam suatu tugas atau kegiatan (Ruky, 2003:37). Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Jaya (2012) yang menemukan bahwa motivasi kerja berpengaruh sebesar 30,3 persen terhadap produktivitas kerja guruSMA PGRI di Kota Denpasar. Arah positif pada hasil estimasi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja yang dimiliki oleh guru maka semakin tinggi pula peluang meningkatnya produktivitas kerjanya. Hasil penelitian serupa juga diungkapkan Abdulsalam, D dan M.A. Mawoli (2012) yang mengatakan bahwa ada korelasi yang positif antara motivasi dan kinerja mengajar. Motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja mengajar seorang guru. Temuan ini selanjutnya mendukung teori yang dikemukakan oleh Uno (2007:71) yang menjelaskan bahwa motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi kerja terhadap produktivitas kerja seseorang bergantung pada seberapa intensitas seseorang tersebut memotivasi dirinya atau dimotivasi oleh orang lain atau lingkungan yang ada disekitarnya. 15
Hasil analisis tersebut sekaligus dapat dimaknai bahwa kompetensi pedagogik memang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun produktivitas kerja seseorang. Kompetensi adalah prasyarat utama untuk dapat meraih produktivitas kerja yang tinggi sebab melalui bekal kompetensi, guru akan mampu merancang dan mengarahkan suatu pekerjaannya agar menghasilkan produk yang bermanfaat, dan memprediksikan kemungkinan-kemungkinan tantangan yang akan dihadapi sehingga dapat mempersiapkan strategi pencegahan dan pemecahan untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan, serta melakukan inovasi-inovasi untuk terus mencapai target yang telah ditetapkan. Guru yang memiliki kompetensi yang baik akan sangat mudah memacu diri melakukan hal-hal baru, berinovasi dan senang akan tantangan, berani mengambil risiko, serta sanggup mengambil alih tanggungjawab. Prestasi merupakan suatu tujuan yang harus diraih sehingga terus melakukan perbaikan untuk mencapai kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada dirinya dan berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara lebih lebih baik dari sebelumnya. Kompetensi pedagogik guru akan tergambar dari kemampuannya mengelola pembelajaran terhadap peserta didik, mampu menemukan potensi unik peserta didik, punya usaha yang sungguh-sungguh untuk terus meningkatkan kemampuan mengajarnya, mampu melakukan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna kepada peserta didiknya sehingga apa yang mereka pelajari di sekolah dapat dimanfaatkan langsung dalam dunia nyata, serta melakukan mengembangkan terhadap potensi yang dimiliki siswanya. Baginya, setiap tahun harus ada kreativitas yang dikembangkan dalam dirinya. Partono Thomas (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa 97,8 persen produktivitas sekolah dipengaruhi oleh kompetensi guru. Produktivitas sekolah hanya akan mungkin terwujud bila didukung oleh guru yang mempunyai produktivitas kerja yang tinggi pula. Guru yang mempunyai kompetensi pedagogik yang baik akan lebih mudah untuk menjadi sosok yang produktif karena kompetensi pedagogik bersinggungan langsung dengan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas sehingga dengan kepiawaiannya tersebut akan memudahkan guru menjadi produktif.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
16
Berdasarkan hasil analisis data tentang pengaruh kompetensi pedagogik, budaya sekolah melaui motivasi kerja terhadap produktivitas kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: Pertama; Kompetensi pedagogik mempunyai pengaruh yang nyata terhadap motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang meskipun tidak terlalu tinggi. Kecilnya pengaruh tersebut tidak terlepas dari masih banyaknya guru yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik yang dipersyaratkan yaitu minimal sarjana (S1) atau Diploma IV. Kedua; Budaya sekolah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Budaya sekolah seperti kejujuran, kerjasama, keadilan dan fasilitas sekolah yang memadai adalah indikator-indikator penting yang menjadi pemicu tumbuhnya motivasi kerja dikalangan guru. Ketiga; Pengaruh kompetensi pedagogik mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap produktivitas kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Adanya bekal kompetensi pedagogik yang baik pada pribadi guru akan membantu dan memudahkan seorang guru dalam memahani suatu pengetahuan, praktis dan penerapannya untuk meningkatkan kecakapan dan produktivitas kerjanya. Keempat; Budaya sekolah mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang namun relatif rendah. Rendahnya pengaruh budaya sekolah terhadap produktivitas kerja ini adalah dampak dari minimnya semangat kerja, kedisiplinan kerja, kompetesi positif ataupun ideologi atau nilai-nilai yang dianut guru dalam menjalankan tugas pokoknya, dan Kelima; Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap terhadap produktivitas kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang tetapi kontribusinya sangat rendah hal ini dikarenakan masih rendahnya tingkat kedisiplinan, rasa tanggung jawab pada pekerjaan yang minim, adanya sikap pasif serta stagnansi pada inovasi pembelajaran yang sedang berkembang.
Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian dan implikasi seperti diatas, maka dapat disarankan beberapa sebagai berikut: Pertama; Kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang hendaknya ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan seperti studi lanjut pada jenjang yang lebih tinggi, giat mengikuti seminar, workshop ataupun kegiatan pendukung lainnya sebab kompetensi pedagogik yang baik akan berdampak positif pada motivasi kerja guru. Kedua; Budaya sekolah yang positif 17
seperti; kejujuran, kedisiplinan, kreativitas dan kompetisi yang sehat hendaknya senantiasa diperkuat dan ditanamkan kepada guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang karena hal tersebut dapat meningkatkan motivasi kerja. Ketiga; Kompetensi pedagogik guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang seyogianya ditingkatkan melalui pembinaan secara berkesinambungan dan mengaktifkan diri dalam kegiatan seperti workshop, seminar, KKG, pendidikan dan latihan maupun dengan mengikuti studi lanjut sehingga nantinya dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. Keempat; Budaya sekolah seperti; kompetesi positif, kerjasama, ideologi atau nilai-nilai yang dianut guru diharapkan senantiasa ditanamkan dalam lingkungan sekolah untuk menunjang keamanan dan kenyamanan guru dalam melaksanakan pekerjaannya. Selanjutnya kepala sekolah hendaknya aktif dalam membangun kerjasama dengan stakeholder dalam menyediakan fasilitas sekolah yang memadai sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, dan Kelima; Kepala sekolah hendaknya memotivasi guru dan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sehingga mereka merasa aman dan nyaman dalam berkarya dan berkreasi sebagai jalan peningkatkan produktivitas kerjanya.
18
DAFTAR PUSTAKA Ahab, Yulia, D. 2012. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kepemimpinan Transformasional Terhadap Produktivitas Kerja di SMA Kristen 1 Salatiga. Tesis. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. library.uksw.edu. Jaya, IMS. 2012. http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal. Akses Tanggal, 13 Maret 2014. Pukul, 16.33 WIB. Koster. W. 2001. Pengaruh Input Sekolah Terhadap Outcome Sekolah. Survey di SLTP Negeri 24 Jakarta. Tesis. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Rivai, Veithzal, 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada) Ruky, Achmad S. 2003. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: Gramedia. Shah, N., Anderson, J., dan Humprey, H. 2008. Teaching Profesionalism. John Hopkins University Press. Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas. Jakarta: Bumi Aksara. Siswoyo, Dwi. at al. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Soepardjo. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi, Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Motivasi Kerja, Kinerja dan Kepuasan Kerja Guru SMA Kabupaten Karanganyar. Disertasi. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Sondang, P. Siagian. 2009. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. Sugiyono. 2010a. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D).Bandung: CV Alfabeta. Suhartini, Entin. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru Pada Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional di Kabupaten Indramayu. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. Sukarna. 1993. Kepemimpinan dalam Organisasi. Bandung: Bandar Maju. Supriadi, Dedi. 2000. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Suryadi, Ace dan Mulyana. 2003. Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Jakarta: Cardimas Metropole. Sutikno, T.A. 2011. Studi Produktivitas Kerja Guru Pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Malang Raya. Teknologi dan Kejuruan. Vol. 34, No. 1, Februari. Hal. 112. Thomas, Partono. 2013. Faktor-Faktor Determinan Produktivitas SMK Negeri Bisnis di Eks-Keresidenan Surakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.Tahun 17, Nomor 1. Tilaar. 2011. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Uno, H.,B 2009. Profesi Kependidikan(Problem, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Uno, H.,B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan (Cetakan ketiga). Jakarta: Bumi Akasara. Wijaya. 2011. http://wijayalabs.com/2011/04/21/guru-kreatif-dan-produktif-denganedupreneurship/. Akses Tanggal, 11 Maret 2014. Pukul, 13.00 WIB. Winardi, J. 2011. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 19