Pengaruh Herbisida Campuran Berbahan Aktif Diuron Dan Paraquat Terhadap Pertumbuhan Gulma Di Perkebunan Kelapa Sawit.docx

  • Uploaded by: Nugiarta Pratama
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengaruh Herbisida Campuran Berbahan Aktif Diuron Dan Paraquat Terhadap Pertumbuhan Gulma Di Perkebunan Kelapa Sawit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,777
  • Pages: 32
PENGARUH HERBISIDA CAMPURAN BERBAHAN AKTIF DIURON DAN PARAQUAT TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

USULAN PENELITIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Ilmiah dan Pelaporan Karya Ilmiah Oleh : NUGIARTA PRATAMA 150510160179

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2018

KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Usulan Penelitian yang berjudul “Pengaruh Herbisida Campuran Berbahan Aktif Diuron Dan Paraquat Terhadap Pertumbuhan Gulma Di Perkebunan Kelapa Sawit”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini baik dari segi moril, materi, tenaga, pikiran, dan doa semoga Allah SWT membalas kebaikan saudara – saudara sekalian. Semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umunya. Jatinangor, September 2018

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii DAFTAR TABEL.................................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ v DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ vi BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 1.1

Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2

Identifikasi Masalah .................................................................................................. 3

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

1.4

Kegunaan Penelitian ................................................................................................. 4

1.5

Kerangka Pemikiran.................................................................................................. 4

1.6

Hipotesis ................................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 7 2.1

Tanaman Kelapa Sawit ............................................................................................. 7

2.1.1

Morfologi Kelapa Sawit ................................................................................... 7

2.1.2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ........................................................................... 8

2.1.3

Gulma Pada Perkebunan kelapa sawit .............................................................. 9

2.1.4

Pengendalian Gulma Secara kimiawi Pada tanaman kelapa sawit ................. 12

2.2

Karakteristik Herbisida ........................................................................................... 13

2.2.1

Herbisida Diuron ............................................................................................. 15

2.2.2

Herbisida Paraquat .......................................................................................... 16

BAB III BAHAN DAN METODE ......................................................................................... 18 3.1

Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................. 18

3.2

Bahan dan Alat Percobaan ...................................................................................... 18

3.3

Metode Percobaan ................................................................................................... 18

3.3.1

Rancangan Percobaan ..................................................................................... 18

ii

3.3.2 3.4

Rancangan Analisis ......................................................................................... 19

Pelaksanaan Percobaan (kegiatan persiapan sampai panen) ................................... 19

3.4.1

Pembuatan Plot ............................................................................................... 19

3.4.2

Pengaplikasian Herbisida ................................................................................ 20

3.5

Pengamatan ............................................................................................................. 20

3.5.1

Pengamatan Utama ......................................................................................... 21

3.5.2

Pengamatan Penunjang ................................................................................... 21

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 22

iii

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) bukan tanaman asli Indonesia melainkan berasal dari Afrika Barat, namun kenyataannya mampu tumbuh dan berkembang dengan baik di indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Kelapa sawit berperan sebagai bahan baku industri pengolahan dan menciptakan nilai tambah di dalam negeri dan untuk ekspor sebagai penghasil devisa tertinggi di sektor pertanian (Tim penulis PS, 1992) . Dalam praktek budidayanya tanaman kelapa sawit memiliki beberapa faktor pembatas produksi, salah satunya yaitu permasalahan gulma, baik di piringan maupun di gawangan tanaman. Kementerian pertanian (2013) menyatakan bahwa gulma pada kelapa sawit dapat menurunkan produktivitas sampai dengan 20%. Terdapat banyak jenis gulma pada perkebunan kelapa sawit dan yang paling umum ditemukan yaitu gulma kirinyu (Chromolaena odorata, Eupatorium odoratum), melastoma sp., lantana sp., Borreria sp., Cliricida sp., Ageratum sp., dan mikania (Mikania micrantha). Beberapa gulma sulit dikendalikan karena pertumbuhannya sangat cepat, penyebarannya sangat cepat, dan mengeluarkan alelopati sehingga menggangu tanaman kelapa sawit. Seperti halnya gulma kirinyu yang memiliki daya tumbuh dan berkembang sangat cepat, tingginya juga mencapai 68 cm sehingga

1

menimbulkan persaingan, menyulitkan pelaksanaan dan pengawasan kerja operasional di lapangan. Gulma lain yang merugikan pada tanaman belum menghasilkan adalah mikania (Mikania micrantha) yang merambat dengan cepat pada tanaman sawit muda (TBM), mikania juga mengeluarkan racun (alelopati) melalui akarnya yang dapat menghambat proses nitrifikasi oleh bakteri yang bersimbiosis dengan legume cover crop (LCC) dan juga menghambat aktivitas mikroba tanah lainnya (Mangoensoekarjo dan Toekidjan, 2015). Pemilihan herbisida yang tepat dapat menentukan keberhasilan dalam mengendalikan gulma. Pengendalian gulma selama ini sering dilakukan hanya dengan menggunakan herbisida tunggal dengan satu jenis bahan aktif dan spesifik. Jenis herbisida selektif hanya mampu mengendalikan satu jenis gulma, dimana apabila salah satu gulma dikendalikan, maka gulma jenis lain yang lebih tahan akan menjadi dominan pada lahan, dan dapat menimbulkan masalah baru (Hafiz dkk, 2014). Menurut Pahan (2008) pengendalian gulma yang umum dilakukan di perkebunan yaitu secara manual, kultur teknis dan kimia. Pengendalian secara kimia. Merupakan metode yang paling banyak digunakan karena memiliki tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi (Sigalinggging dkk, 2014). Pengendalian secara kimia yaitu dengan menggunakan herbisida. Namun penggunaan herbisida secara beruturut-turut memiliki beberapa kekurangan seperti resistensi gulma. Salah satu faktor penyebabnya yaitu Penggunaan 2

herbisida dengan menggunakan herbisida yang berbahan aktif sama secara terus menerus akan menyebabkan gulma menjadi resisten (Purba, 2009). Guna meminimalisir dampak negatif dari penggunaan herbisida maka dapat dilakukan pencampuran herbisida dengan bahan aktif berbeda yang bertujuan untuk mendapatkan spektrum pengendalian

yang

lebih

luas. Salah satu

tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi timbulnya gulma yang resisten adalah dengan mencampur beberapa herbisida dengan bahan aktif yang berbeda (Rao, 2000). Guna meminimalisir dampak negatif dari penggunaan herbisida maka dapat dilakukan pencampuran herbisida dengan bahan aktif berbeda yang bertujuan untuk mendapatkan spektrum pengendalian yang lebih luas. Selain itu, diharapkan dapat memperlambat timbulnya gulma yang resisten terhadap herbisida, mengurangi biaya produksi, dan mengurangi residu dari herbisida (Guntoro dan Fitri,2013). 1.2

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah yang dapat diambil

adalah 1. Apakah herbisida campuran

Diuron + paraquat mampu menekan

pertumbuhan gulma pada Kelapa Sawit tanaman belum menghasilkan (TBM) ?

3

2. Berapakah

dosis

herbisida

campuran

yang

paling

efektif

untuk

mengendalikan gulma pada Kelapa Sawit tanaman belum menghasilkan (TBM) ? 1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Mempelajari pengaruh campuran beberapa dosis herbisida campuran Diuron + paraquat terhadap gulma di perkebunan Kelapa Sawit tanaman belum menghasilkan (TBM). 2. Mengetahui dosis herbisida campuran Diuron + paraquatyang paling efektif untuk mengendalikan gulma di perkebunan kelapa sawit tanaman belum menghasilkan (TBM).

1.4

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu gulma

khususnya pengendalian gulma secara kimia pada perkebunan kelapa sawit tanaman

belum

menghasilkan

(TBM)

dan

menjadi

referensi

untuk

mengembangkan herbisida majemuk yang memiliki beberapa campuran bahan aktif yang berbeda. 1.5

Kerangka Pemikiran Pencampuran herbisida perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya sifat, cara kerja, dan gulma sasaran dari masing-masing herbisida tersebut. Penelitian ini menggunakan dua bahan aktif yang berbeda yakni diuron dan

4

paraquat yang diharapkan mampu menekan pertumbuhan gulma yang ada pada perkebunan kelapa sawit belum menghasilkan. Pencampuran herbisida dengan bahan aktif yang berbeda bertujuan untuk mendapatkan spektrum pengendalian yang lebih luas. Selain itu, diharapkan dapat memperlambat timbulnya gulma yang resisten terhadap herbisida, mengurangi biaya produksi, dan mengurangi residu dari herbisida (Guntoro dan Fitri,2013). Diuron merupakan herbisida dari turunan urea dalam bentuk tepung yang dapat disuspensikan dalam air. Herbisida ini merupakan herbisida selektif dan dipakai lewat tanah, walaupun ada beberapa yang lewat daun. Herbisida ini bekerja

dengan

cara

menghambat

proses

fotosintesis.

Diuron

dapat

mengendalikan gulma berdaun lebar ( Ageratum Conyzoides, Borreria Alata, Cloeme Ruthidospermum dan Mimosa Invisa ), daun sempit ( Paspalum Conjugatum ), dan teki ( Cyperus Kyllingia .) Paraquat merupakan herbisida golongan bipyridilium yang termasuk golongan pirimidin. Herbisida ini merupakan herbisida kontak purna tumbuh yang bersifat kontak, yang menyebabkan rusaknya membran sel dan jaringan tanaman. Paraquat digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit pada tanaman kelapa sawit. Berdasarkan beberapa penelitian di atas mengenai pengendalian gulma menggunakan herbisida baik tunggal maupun campuran, dapat ditarik

5

kesimpulan sementara bahwa herbisida campuran sangat potensial untuk dikembangkan dan dikaji lebih lanjut karena mampu menekan populasi gulma cukup tinggi dengan dosis yang relatif kecil serta efeknya dapat bertahan lama. 1.6

Hipotesis Herbisida campuran berbahan aktif diuron + paraquat menunjukkan pengaruh yang efektif dan efisien dalam mengendalikan gulma umum pada tanaman kelapa sawit tanaman belum menghasilkan (TBM).

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Tanaman Kelapa Sawit Kelapa Sawit merupakan salah satu komoditas penting dalam perkebunan di Indonesia. Tanaman ini termasuk tanaman tahunan, dimana satu siklus hidup tanaman kelapa sawit mencapai 25 tahun. Kelapa sawit berasal dari daerah tropis dan persebarannya di daerah-daerah tropis seperti Amerika Latin, Asia Tenggara dan Afrika. Menurut Pahan (2012) kelapa sawit termasuk kedalam

2.1.1

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Embryophyta,

Class

: Angiospermae,

Ordo

: Monocotyledoneae,

Famili

: Arecaceae,

Genus

: Elaeis

Spesies

: Elaeis guineensis Jackq.

Morfologi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang berakar serabut. Pohon kelapa sawit bertambah tinggi berkisar 35-75 cm per tahun, sehingga untuk mencapai 15-18 m dibutuhkan waktu + 25 tahun.

7

Akar serabut tanaman kelapa sawit terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuartener. Fungsi utamanya yaitu menunjang struktur batang, menyerap unsur hara dan air serta sebagai salah satu alat respirasi. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah daun hingga tanaman berumur 11-15 tahun, setelah itu bekas pelepah mengering dan akan terlepas sehingga bentuknya mirip dengan batang kelapa. Daunnya merupakan daun majemuk, berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Kelapa sawit merupakan tanaman monocieous (berumah satu), artinya bunga betina dan bunga jantan terdapat dalam satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama sehingga penyerbukannya membutuhkan bantuan angin atau serangga polinator (Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia, 2010). 2.1.2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh optimal pada daerah tropis basah pada ketinggian 1-500 meter di atas permukaan laut. Curah hujan ratarata yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit yaitu 1.500-4.000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun dan tanpa bulan kering yang berkepanjangan karena bulan kering yang berkepanjangan akan menghambat pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Kelembaban 80-90% adalah kelembaban yang sesuai bagi kelapa sawit. Temperatur optimal 24-28o C dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu

8

penyerbukan. Lama penyinaran rata-rata yaitu 5-7 jam , penyinaran berpengaruh terhadap pertumbuhan, pembentukan bunga, tingkat asimilasi dan produksi buah (Dravel, dkk. 2012). Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Alluvial, Regosol, tanah dataran pantai dan muara

sungai.

Tingkat

pH

optimum

5,0-5,5.

Kelapa

sawit

mengkehendaki tanah yang gembur, subur, datar, drainase baik, lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas dan Kemiringan lahan tidak lebih dari 15o (Tim Penulis PS, 1992). 2.1.3

Gulma Pada Perkebunan kelapa sawit Masalah gulma akan berbeda pada setiap umur tanaman, terutama pada tanaman kelapa sawit. Gulma dapat menurunkan hasil tanaman secara langsung melalui persaingan terhadap kebutuhan unsur hara dan melalui alelopati atau penghambatan pertumbuhan tanaman oleh senyawa beracun yang diekskresiskan gulma dan penghambatan pertumbuhan

tanaman

oleh

gulma

yang

bersifat

parasit

(Mangoensoekarjo dan Soejono, 2015). Gulma dapat menurunkan hasil tanaman secara tidak langsung karena gulma tersebut dapat menjadi inang pengganti bagi hama, nematoda, dan patogen penyebab penyakit hal ini tergantung pada lokasi, iklim setempat dan cahaya yang diterima (Akobundu, 1987). Selain itu, perbedaan umur tanaman

9

juga menyebabkan terjadinya pergeseran dominansi gulma, pada tanaman dengan persentase penutupan tajuk kecil akan ditemukan jenis gulma beragam dan sebaliknya pada tanaman dengan persentase penutupan tajuk lebih besar lebih didominasi gulma yang tahan naungan (Novalinda dkk, 2014). Terdapat beberapa jenis gulma yang ada di perkebunan kelapa sawit, diantaranya ; a.

Golongan rumput Gulma golongan ini termasuk ke dalam famili poaceae

(graminae). Reproduksi atau perbanyakan dari gulma golongan rumput setahun atau semusim biasanya melalui biji-bijinya walaupun beberapa gulma golongan rumput dapat tersebar melalui perantara stolon yang menjalar di atas permukaan dan akar rimpang (rhizoma). Beberapa jenis gulma golongan rumput pada tanaman Kelapa sawit

diantaranya Imperata cylindrica, Paspalum conjugatum,

Ottochloa nodosa, dan Axonopus compressus. b.

Daun lebar Gulma golongan daun lebar termasuk ke dalam tumbuhan

berbiji dua atau biasa disebut dicotiledonease. Beberapa gulma daun lebar diantaranya adalah Ageratum conyzoides, Mikania cordata., Chromolaena odorata,

10

c.

Rumput Teki Gulma golongan teki pada umumnya menyerupai rumput-

rumputan tetapi kebanyakan termasuk ke dalam famili cypreraceae. Gulma golongan teki merupakan tumbuhan yang menyukai tempat dengan kelembaban tinggi dan biasanya membentuk vegetasi mencolok di habitat yang berawa dan berair. Sebagian gulma golongan teki dapat tumbuh pada iklim yang bervariasi dari keadaan basah hingga kering seperti Cyperus rotundus. Berbagai cara pengendalian dapat dilakukan untuk mengurangi populasi gulma yang ada di tanaman kelapa sawit diantaranya dapat secara mekanis, kultur teknis, dan kimiawi. Penggunaan herbisida sebagai pengendali gulma masih menjadi alternatif pengendalian yang efektif karena mampu mengurangi populasi gulma dalam waktu yang relatif singkat dan mencakup areal yang luas. Pengendalian gulma menggunakan herbisida biasanya masih terbatas dengan herbisida tunggal dengan satu jenis bahan aktif dan spesifik. Herbisida selektif hanya mampu mengendalikan satu jenis gulma, hal ini dapat menimbulkan masalah karena ketika herbisida tersebut mampu mengendalikan satu jenis gulma maka jenis gulma lainnya yang lebih tahan akan menjadi gulma dominan. Saat ini banyak ditemukan gulma yang tahan terhadap herbisida akibat dari penggunaan herbisida tunggal secara terus – menerus dalam jangka 11

waktu yang lama. Maka dari itu, perlu inovasi baru dalam pengendalian gulma menggunakan herbisida agar herbisida dapat mengendalikan gulma dengan spektrum pengendalian yang lebih luas, serta diharapkan dapat memperlambat timbulnya gulma yang resisten terhadap herbisida, mengurangi biaya produksi, serta mengurangi residu herbisida. Pencampuran herbisida dengan berbagai macam bahan aktif dapat dijadikan sebagai inovasi dalam mengendalikan gulma agar lebih efektif. 2.1.4

Pengendalian Gulma Secara kimiawi Pada tanaman kelapa sawit Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma menggunakan herbisida baik herbisida sintetik maupun herbisida nabati. Herbisida dibagi menjadi dua macam yakni herbisida tunggal yang terdiri dari satu bahan aktif dan herbisida majemuk yang terdiri dari beberapa kandungan bahan aktif. Pengendalian gulma menggunakan aplikasi herbisida ditujukkan unuk menekan pertumbuhan dan perkembangan gulma pada ekosistem pertanian. Dalam pelaksanaan aplikasi herbisida dapat dilakukan berbeda – beda baik dosis maupun bahan aktif tergantung gulma sasarannya. Jenis bahan aktif herbisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan gulma pada perkebunan kelapa sawit TBM diantaranya Diuron, Parquat, Glifosat, Dicamba, Fluroxypyr

12

Menurut Mangoensoekarjo dan Soejono Tahun 2015 pengendalian gulma menggunakan herbisida memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : -

Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh bersama tanaman budidaya.

-

Herbisida pre-emergence mampu mengendalikan gulma sejak awal. Kompetisi sejak awal inilah yang smenyebabkan kerugian.

-

Pemakaian herbisida dapat mengurangi kerusakan akar tanaman budidaya.

Pemakaian tenaga lebih sedikit -

Waktu yang diperlukan relatif singkat

-

Rendahnya bahaya erosi

-

Jika tempatnya bergelombang maka tidak memungkinkan untuk dilakukan pengendalian secara mekanis maka dapat menggunakan herbisida.

2.2

Karakteristik Herbisida Cara kerja atau mode of action setiap herbisida memiliki perbedaan, sistem masuknya bahan kimia yang terkandung pada herbisida ke dalam sel dapat

sebagai

penghambat

fotosintesis,

penghambat

pernapasan,

penghambat pembelahan sel, penghambat sintesis lipida, penghambat biosintesis carotenoid, dan penghambat enzim. Menurut sifatnya, herbisida

13

dibedakan menjadi herbisida kontak dan herbisida sistemik. Reaksi herbisida kontak terhadap tumbuhan memiliki reaksi yang cepat tetapi hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan, molekul herbisida tidak ditranslokasikan dalam tubuh gulma sehingga gulma dapat cepat tumbuh kembali sedangkan herbisida sistemik merupakan herbisida yang dapat mentranslokasikan molekul herbisida ke seluruh bagian gulma terutama pada daerah titik tumbuh gulma yang memiliki aktivitas metabolisme tinggi (Mustikaningsih, 2001). Formulasi herbisida sangat mempengaruhi keberhasilan herbisida dalam mengendalikan gulma. Herbisida harus diformulasikan sedemikian rupa agar dapat mematikan gulma, pemakaian dosisnya tepat, dan tidak beracun terhadap tanaman budidaya. Selain itu, formulasi herbisida dapat mempengaruhi solubilitas, volatilitas, berat jenis, dan toksisitas, Pencampuran

herbisida

perlu

memperhatikan

beberapa

hal

diantaranya sifat, cara kerja, dan gulma sasaran dari masing-masing herbisida tersebut. Salah satu hal yang harus dicermati dalam melakukan pencampuran

herbisida adalah reaksi kimia yang dihaslikan dari

pencampuran tersebut. Ketika dua atau lebih bahan kimia terakumulasi dalam tanaman, maka kedua bahan tersebut akan berinteraksi satu sama lain sehingga diharapkan dapat menunjukkan pengaruh interaksi sinergi

14

dengan dapat mengendalikan gulma yang tumbuh disekitar tanaman (Hafiz dkk, 2014). Penelitian ini menggunakan dua bahan aktif yang berbeda yakni diuron dan paraquat yang diharapkan mampu menekan pertumbuhan gulma yang ada pada perkebunan kelapa sawit belum menghasilkan.

2.2.1

Herbisida Diuron Diuron merupakan Diuron merupakan herbisida dari turunan urea dalam bentuk tepung yang dapat disuspensikan dalam air. Herbisida ini merupakan herbisida selektif, bersifat sistemik Herbisida ini biasanya diabsorbsi melalui akar dan ditranslokasikan ke daun melalui batang. Pemakaian lewat daun tidak ditranslokasikan lagi. Cara kerja bahan aktif diuron yaitu menghambat reaksi Hill pada fotosintesis. Di dalam tubuh tumbuhan diuron mengalami degradasi, terutama melalui pelepasan gugus metil. Herbisida diuron menghambat reaksi Hill pada fotosintesis, yaitu dalam fotosistem II. Dengan demikian pembentukan ATP dan NADPH terganggu (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984). Gejala yang terjadi akibat aplikasi diuron tergantung pada jenis tumbuhan itu sendiri. Biasanya kematiannya diawali pada ujung daun dan apabila ujung daun telah mati, maka tidak akan terjadi turgor lagi. Kemudian akan khlorosis yang biasanya akan diikuti oleh pertumbuhan yang

15

lambat dan kematian yang mendadak. Herbisida diuron diabsorbsi dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Herbisida ini bekerja dengan cara menghambat proses fotosintesis. Herbisida tersebut merupakan herbisida pratumbuh. Diuron dapat mengendalikan gulma berdaun lebar ( Ageratum Conyzoides, Borreria Alata, Cloeme Ruthidospermum dan Mimosa Invisa ), daun sempit ( Paspalum Conjugatum ), dan teki ( Cyperus Kyllingia ) 2.2.2

Herbisida Paraquat Paraquat (1,1-dimethyl-4,4'-bipyridylium chloride) merupakan suatu herbisida golongan bipyridylium. Komposisi kimia dari paraquat adalah C12H14N2. Paraquat merupakan herbisida yang paling umum digunakan dari golongan ini (Ginting et al., 2012). Paraquat digunakan untuk mengendalikan gulma dengan pengaruh kontak, penyerapannya melalui daun sangat cepat sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan (Daud, 2008). Paraquat dapat mematikan tumbuhan dengan cara merusak membran sel. Menurut Chung (1995) pemakaian paraquat memiliki keunggulan dalam hal suksesi gulma, fitotoksisitas, dan rainfastness. Paraquat digunakan untuk mengendalikan gulma dengan pengaruh kontak, penyerapannya melalui daun sangat cepat sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan. Senyawa ini mempengaruhi sistem fotosintesis khususnya mengubah aliran elektron dalam tumbuhan gulma.

16

Cara kerja paraquat yaitu menghambat proses dalam fotosistem I, yaitu mengikat electron bebas hasil fotosistem dan mengubahnya menjadi electron radikal bebas, Radikal bebas yang terbentuk akan diikat oleh oksigen membentuk superoksida yang bersifat sangat aktif. Super oksida tersebut mudah bereaksi dengan komponen asam lemak tak jenuh dari membrane sel, sehingga akan menyebabkan rusaknya membrane sel dan jaringan tanaman (Pusat Informasi Paraquat, 2006). Paraquat menyebabkan kematian pada bagian atas gulma dengan cepat tanpa merusak bagian sistem perakaran, stolon, atau batang dalam tanah, sehingga dalam beberapa minggu setelah aplikasi gulma tumbuh kembali (Purba, 2009).

17

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1

Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi Pengujian dilaksanakan di perkebunan Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Kota Medan, Sumatera Utara dari bulan april 2019 Sampai agustus 2019

3.2

Bahan dan Alat Percobaan Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, sprayer knapsack semi automatik, nozel T – Jet, gelas ukur volume 1000 ml dan 100 ml, ember plastik volume 10 liter, oven, timbangan analitik, kamera, dan alat tulis kantor. Bahan yang digunakan adalah tanaman kelapa sawit varietas Dy x P sungai Pancur 1 (DUMPY), umur 2 tahun (Tanaman Belum menghasilkan). Herbisida yang diuji adalah Herbisida Viaron 500 SC (diuron) dan Bravoxone 276 SL (Paraquat).

3.3

Metode Percobaan

3.3.1 Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan pada percobaan ini adalah rancangan acak kelompok ( RAK ) yang terdiri dari lima perlakuan dan masing – masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Pada satuan lahan dibuat 20 petak satuan perlakuan dan terdapat lima

18

tanaman dalam tiap petaknya, sehingga total tanaman adalah 100 tanaman. Perlakuan yang diujikan adalah : a. Kontrol (Tanpa Perlakuan dan tidak disiangi) b. Penyiangan manual 1 kali c. Diuron 500 g/l + Paraquat Dichloride 276 g/l dosis 2,0 l/ha d. Diuron 500 g/l dosis 2,0 l/ha e. Paraquat Dichloride 276 g/l dosis 2,0 l/ha 3.3.2 Rancangan Analisis 3.4

Pelaksanaan Percobaan Aplikasi herbisida dilakukan pada tanaman kelapa sawit varietas DUMPY Tanaman Belum Menghasilkan (TBM 1). Lahan percobaan merupakan lahan kering dengan jarak tanam 9 m x 9 m. Aplikasi herbisida dilakukan satu kali dengan dosis sesuai perlakuan

3.4.1 Pembuatan Plot Sebelum dilakuan percobaan, dibutuhkan lahan yang dapat dibagi sesuai dengan jumlah perlakuan percobaan yaitu berjumlah 25 plot. Satuan petak adalah terdiri atas gulma di bawah tanaman kelapa sawit 10 m x 10 m atau minimal dibawah 5 pohon tanaman kelapa sawit. Jarak antar petak adalah satu

baris tanaman kelapa sawit.

19

Penentuan tata letak setiap satuan petak dalam satu kelompok diupayakan agar setiap satuan petak memiliki sebaran gulma yang relatif homogen. 3.4.2 Analisis Vegetasi awal gulma 3.4.3 Pencampuran Herbisida Pencampuran

herbisida

dilakukan

dengan

langsung

mencampur kedua jenis herbisida diuron dan paraquat karena kedua jenis herbisida tersebut sama-sama mudah larut didalam air. 3.4.4 Pengaplikasian Herbisida Penyemprotan dilakukan secara langsung di bawah plot tanaman kelapa sawit yang berumur 2 tahun secara merata dengan menggunakan alat semprot punggung semi otomatik (semi automatic knapsack sprayer) dan nozel T-jet dengan tekanan 1kg/cm2 (15-20 p.s.i) dengan nozel biru. Waktu aplikasi pagi hari dengan cuaca yang baik dan angin tidak bertiup kencang. Herbisida yang diuji dapat diaplikasikan tanpa perekat (sticker). Sedangkan volume air yang digunakan adalah disesuaikan dengan hasil kalibrasi sprayer di lahan. 3.5

Pengamatan Pengamatan yang dilakukan terdiri dari pengamatan utama dan pengamatan penunjang.

20

3.5.1 Pengamatan Utama Pengamatan Utama meliputi pengamatan gulma sebelum aplikasi yaitu analisis vegetasi awal gulma. Dan pengamatan gulma setelah aplikasi yaitu pengamatan bobot kering gulma selama percobaan, Bobot Kering Gulma Dominan, Gulma Spesies Lain, dan Gulma Total. Pada tanaman kelapa sawit variable pengamatannya meliputi tinggi tanaman dan diameter batang untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman kelapa sawit. 3.5.2 Pengamatan Penunjang Pengamatan

penunjang

meliputi

fitotoksisitas

(Tingkat

keracunan) dan serangan hama dan penyakit.

21

Daftar Pustaka Akobundu, I. O. 1987. Weed science in the tropics. Principles and practices. Chung GF. 1995. The use of paraquat for weed management in oil palm plantations. Paper presented in Technical Seminar Organised by CCM Bioscience Sdn Bhd on 5th August 1995. Kuala Lumpur Daud D. 2008. Uji Efikasi Herbisida Glifosat Sulfosat dan Paraquatpada Syste mTanpa Olah Tanah (TOT) Jagung. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan. http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2011/06/34DAVID-Uji-Efikasi-herbisda-Glifosat-Sulfosat-316-327.pdf. Rao, V. S. 2000. Principles of weed science. 2 nd ed. Science Publishers, Inc., Enfield, NH. Singgalingging, D.R, Dad RJ Sembodo & Nanik Sriyani. 2014. Efikasi Herbisida Glifosat Untuk Mengendalikan Gulmpada Pertanaman Kopi (Coffea Canephora) Menghasilkan. J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Vol. 2, No. 2: 258-263, Mei 2014. Lampung : Fakultas Pertanian Universitas Lampung

22

Dravel, M, Aslim Rasyad dan G.M.E Manurung. Efektifitas Sistem Penyerbukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada berbagai Pola Kemiringan Lahan. Riau : Fakultas Pertanian Universitas Riau. Ginting AW, Endang S, Marpaung S, Ginting F, Kembaren T, Rahimi A, Ginting J. 2012 .Intoksikasi Herbisida (Paraquat). http://ikaapda.com/resources/PTI/ReadingAssigemnt/INTOKSIKASIHE RBISIDA.pdf. Guntoro, Dwi dan Fitri, Yuda. 2013. Aktivitas Herbisida Campuran Bahan Aktif Cyhalofop-Butyl dan Penoxsulam terhadap Beberapa Jenis Gulma Padi Sawah. Intitut Pertanian Bogor. Hafiz, A., Purba, E., Damanik, J., & Sengli, B. (2014). Efikasi Beberapa Herbisida Secara Tunggal dan Campuran Terhadap Clidemia hirta (L.) D. Don. Di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, Vol 2 No. 4. Mangoensoekarjo, S., & Soejono, A. T. 2015. Ilmu Gulma dan Pengelolaan pada Budi Daya Perkebunan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Kementrian Pertanian. 2013. Pengeloaan gulma pada perkebunan kelapa sawit. http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindu ngan/halkomentar-196pengelolaangulma-pada-perkebunan-kelapa-7.html.

23

Novalinda, R., & Syam, Z. (2014). Analisis Vegetasi Gulma Pada Perkebunan Karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg.) di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Biologi Universitas Andalas Vol.3 No 2. Purba, E. 2009. Keanekaragaman Herbisida Dalam Pengendalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia. 2010. Fakta Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta Pusat : Dewan Minyak Sawit Indonesia. 66 hal. Tim Penulis PS. 1992. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya. 218 hal. Tjitrosoedirjo SH, Utomo dan Wiriatmojo, J. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Jakarta:Gramedia.

24

Related Documents


More Documents from "hernando"