Penerapan Metode Mengajar Di Sd

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penerapan Metode Mengajar Di Sd as PDF for free.

More details

  • Words: 10,188
  • Pages: 45
Penerapan Metode Mengajar di Sekolah Dasar MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pedagogik, Landasan Pendidikan, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah

Disusun Oleh : Kelas

:

1B

Kelompok 6

:

Alifah Rahmawati S. Dede Awaludin S. Dian Supiani M. Dodi Tisna Nisa Riezqya F. Putri Willa D. Sylvia Kuntari Yulliati Annisa

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS PURWAKARTA 2009

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya makalah ini. Tanpa ridla dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya, makalah mengenai penerapan metode mengajar yang dilaksanakan di SD N Sari Mulya V Cikampek ini tidak dapat diselesaikan pada waktunya. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan selama proses pembuatan makalah hingga selesai. Sesuai dengan kata pepatah, “Tiada gading yang tak retak”, kami sebagai penulis menyadari akan masih adanya kekurangan dalam penyusunan isi makalah. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar kami bisa lebih baik untuk kedepannya. Besar harapan bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Purwakarta,

Mei 2009

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1 B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 C. Prosedur Pemecahan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 D. Sistematika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II. TEORITIS A. Pengertian Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 B. Undang-Undang Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7 C. Mazhab-Mazhab Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 D. Mendidik, Mengajar, dan Melatih . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16 E. Metode-Metode Mengajar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17 F. Kajian Observasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

BAB III. PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Agar sesuai dengan fungsi dan sifatnya, idealnya pendidikan tidak dilaksanakan secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan secara bijaksana. Pendidikan meliputi kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai evaluasi dan program tindak lanjut. Pendidikan harus dilaksanankan secara sadar, sehingga jelas landasannya, jelas tujuannya, efektif cara-cara pelaksanaannya. Implikasinya, dalam pendididikan harus terdapat momen studi pendidikan, saat berpikir atau saat

mempelajari

pendidikan,

dan

momen

praktek

pendidikan,

saat

dilaksanakannya berbagai tindakan pendidikan atas dasar hasil studi pendidikan. Dalam pelaksanaan proses pendidikan akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah orang yang mencari dan menerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedangkan pendidik adalah orang yang mengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Sebelum melaksanakan pendidikan, pendidik perlu terlebih dahulu mempelajari dan mempertimbangkan beberapa hal yang terlibat dan berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan melibatkan

beberapa

komponen,

yaitu

peserta

didik,

pendidik,

tujuan

pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media, dan evaluasi. Metode mengajar perlu dimiliki oleh pendidik karena keberhasilan proses belajar mengajar bergantung pada cara mengajar pendidik. Metode mengajar banyak ragamnya, namun pendidik tentu harus menguasai seluruh metode tersebut dan disesuaikan penerapannya dengan kemampuan dirinya maupun peserta didik serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adapun yang dibahas dalam laporan ini adalah mengenai praktik penerapan metode mengajar pada beberapa mata pelajaran di SD N Sari Mulya V Cikampek.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, timbul masalah-masalah yang dirumuskan sebagai berikut : 1.

Apa arti dari pendidikan?

2.

Bagaimanakah Undang-Undang mengatur pendidikan?

3.

Apa saja jenis aliran atau mazhab pendidikan?

4.

Apakah perbedaan dari mendidik, mengajar, dan melatih?

5.

Apa yang dimaksud dengan metode mengajar dan apa saja jenis dari metode mengajar?

6.

Bagaimanakah penerapan metode mengajar di SD N Sari Mulya V Cikampek?

C. Prosedur Pemecahan Masalah Untuk menjawab rumusan masalah di atas, kami melakukan kajian pustaka dari berbagai sumber. Selain itu, kami juga melakukan observasi di SD N Sari Mulya V Cikampek.

D. Sistematika Makalah ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, teoritis, dan penutup. Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah, dan sistematika. Teoritis berisi pengertian pendidikan, undang-undang pendidikan, mazhab-mazhab pendidikan, mendidik, mengajar, dan melatih, metode-metode mengajar, serta kajian observasi. Sedangkan penutup dari makalah ini berupa kesimpulan.

BAB II TEORITIS

A. Pengertian Pendidikan Apabila kita mengkaji berbagai literatur pendidikan akan ditemukan sejumlah pengertian pendidikan. Ada yang mengartikan pendidikan hanya berdasarkan satu sudut pandang ilmu tertentu monodisipliner, ada pula yang mengartikannya berdasarkan sudut pandang sistem multidisipliner. Selain itu dalam konteks pendidikan nasional, pendidikan mempunyai pengertian tertentu pula. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”. 1.

Pendidikan dalam arti luas Pendidikan adalah hidup, dan hidup adalah pendidikan. Dengan kata lain

pendidikan adalah segala pengalaman hidup dalam berbagai lingkungan yang berpengaruh positif bagi perkembangan individu, yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung bagi siapa pun, kapan pun dan dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada penyekolahan saja, bahkan pendidikan berlangsung sejak lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan berlangsung dalam keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Mortimer J. Adler menyatakan bahwa : ”education is lifelong process of which schooling is only a small but necessary part”. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, jumlah tujuan pendidikan tidak terbatas. 2.

Pendidikan dalam arti sempit Pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa atau

mahasiswa dari suatu sekolah atau lembaga pendidikan formal, diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah. Dalam hal ini tujuan pendidikan pada umumnya mencakup empat hal, yaitu: a)

Berkenaan dengan pengembangan pribadi, baik jasmani, mental, moral dan keagamaan

b) Berkenaan dengan tuntutan sosial

c)

Berkenaan dengan kebutuhan untuk mendapatkan keterampilan atau keahlian sehingga mampu mendapatkan nafkah dari pekerjaan

d) Berkenaan dengan kemampuan belajar sehingga dapat belajar terus-menerus sepanjang hayat 3.

Pendidikan berdasarkan pendekatan monodisipliner Pendekatan sosiologi, pendidikan didefinisikan sebagai sosialisasi yaitu

proses membantu generasi muda agar mampu menjadi anggota masyarakay yang diharapkan. Pendekatan antropologi, pendidikan dipandang sebagai enkulturasi, yaitu proses dimana seseorang menyesuaikan diri kepada suatu kultur masyarakat dan mengasimilasikan nilai-nilainya. Enkulturasi mencakup proses pemerolehan keterampilan

bertingkah

laku,

standar-standar

budaya,

dan

kode-kode

perlambangan seperti, bahasa dan seni,kebiasaan-kebiasaan menanggapi, ideologi dan sikap-sikap. Pendekatan ekonomi, pendidikan dipandang sebagai human investment atau usaha penanaman modal pada diri manusia untuk mempertinggi mutu kerja sehingga mempertinggi produksi. Pendekatan politik, pendidikan adalah suatu upaya menyiapkan warga negara yang sesuai dengan aspirasi bangsa dan negaranya. Tinjauan biologi, pendididikan berarti proses penyesuaian diri yang terbaik dari seseorang manusia yangsadar terhadap lingkungannya. Pendekatan psikologi, pendidikan berarti upaya membantu perubahan tingkah laku individu untuk mencapai perkembangan optimal menjadi diri sendiri. 4.

Pendidikan berdasarkan pendekatan multidisipliner Berdasarkan pendekatan sistem, pendidikan dapat didefinisikan sebagai

suatu keseluruhan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sistem pendidikan merupakan salah satu sistem dari sejumlah sistem yang berada di dalam supra sistemnya, adapun supra sistem dimana sistem pendidikan berada adalah masyarakat. Supra sistem bagi sistem pendidkan nasional suatu negara adalah masyarakat nasionalnya itu sendiri yang tidak lepas dan konteks masyarakat internasionalnya. Sistem pendidikan juga merupakan sistem buatan manusia yang bersifat terbuka, artinya sistem yang sengaja diciptakan manusia dengan mengambil input dari masyarakat dan memberikan outputnya kepada masyarakat.

Sebagaimana dikemukakan P.H. Coombs ada tiga jenis sumber input dari masyarakat bagi sistem pendidikan, yaitu: a)

Ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan tujuan yang berlaku di dalam masyarakat

b) Penduduk serta tenaga kerja yang berkualitas c)

Ekonomi atau penghasilan masyarakat Menurut Rakhmat W., komponen siswa tergolong raw input (masukan

mentah), sedangkan komponen lainnya seperti guru, kurikulum, dsb. tergolong instrumental input. Input lain yang turut mempengaruhi sistem pendidikan adalah inveromental input. Di dalam sistem pendididikan berlangsung suatu proses pendidikan. Pada dasarnya merupakan interaksi fungsional antar berbagai komponen pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau mentransformasi raw input menjadi out put pendidikan, adapun out put pendidikan adalah manusia terdidik. 5.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Yang dimaksud pembelajaran dalam definisi pendidikan di atas adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat pasal ( 4 UU RI No. 20 Tahun 2003). Adapun jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. 

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.



Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.



Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Asumsi-asumsi yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan

di sekolah dasar berasal dari berbagai sumber, dapat bersumber agama, filsafat, ilmu, dan hukum atau yuridis. Jenis landasan pendidikan sekolah dasar dapat diidentifikasi menjadi sebagai berikut: a)

Landasan religius pendidikan sekolah dasar, yaitu berbagai asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang menjadi titik tolak praktek pendidikan di sekolah dasar sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun.

b) Landasan filosofis pendidikan sekolah dasar, yaitu berbagai asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak praktek pendidikan di sekolah dasar sebagai salah satu sunber bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Landasan ini merupakan suatu sistem asumsi pendidikan yang dideduksi dari asumsi-asumsi filsafat umum yang bersifat preskriptif dari suatu aliran filsafat. c)

Landasan ilmiah pendidikan SD, yaitu berbagai asumsi yang bersumber dari ilmu yang menjadi titik tolak praktek pendidikan dai SD sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Salah satunya adalah landasan psikologis pendidikan sekolah dasar. Dalam landasan psikologis keberhasilan pendidik dalam melaksanakan peranannya,

antara

lain

dipengaruhi

oleh

pemahamannya

tentang

perkembangan anak didik serta kemampuan mengaplikasikannya dalam praktek pendidikan, ini mengacu pada asumsi: 

Peranan pendidik adalah membantu anak didik untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahapannya



Tahap perkembangan anak didik mengimplikasikan kemampuan dan kesiapan belajarnya



Keberhasilan anak didik menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahapannya akan mempengaruhi keberhasilan penyelesaian tugas-tugas perkembangan



Pendidikan yang dilaksanakan menyimpang dari tahapan dan tugas-tugas perkembangan anak didik memungkinkan akibat negatif bagi perkembangan selanjutnya.

d) Landasan yuridis atau hukum pendidikan sekolah dasar, yaitu berbagai asumsi yang bersunber dari perundang-undangan, peraturan pemerintah serta berbagai ketetapan atau ketentuan lainnya yang berlaku, yang dijadikan titik tolak praktek pendidikan di sekolah dasar sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun.

B. Undang-Undang Pendidikan Pendidik dalam hal ini guru, sebagai orang yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pendidikan,

perlu

memahami

landasan

hukum

penyelenggaraan pendidikan. Dengan memahami landasan hukum tersebut, ia lebih siap menerima penyesuian-penyesuian yang perlu dilakukan dan kemungkinan dapat diadakan inovasi dalam bidang pendidikan. Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian, tujuan, dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, acuan yang harus menjadi dasar landasan hukum sistem pendidikan nasional adalah Pancasila. Adapun ketentuan-ketentuan hukum yang bersifat yuridis formal tentang sistem pendidikan nasional yang berkenaan dengan dasar dan tujuan pendidikan adalah: 1. Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII tentang Pendidikan Pasal 31: 1) Tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran 2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Pasal 32: Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.

2.

Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah Nomor 12 tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah i. Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah berlandasan Pancasila ii. Pemberian perlindungan hak asasi manusia dinyatakan secara eksplisit yang meliputi wajib belajar bagi anak yang berusia 8 tahun, kesempatan mendirikan dan menyelenggarakan sekolah swasta dan penyelenggaraan sekolah campuran bagi murid laki-laki dan perempuan iii. Pembentukan kepribadian sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan kebebasan dalam memeluk agama dinyatakan secara konkret seperti diwajibkan kepada sekolah negeri untuk memberikan pelajaran agama sesuai dengan agama yang dianut oleh orang tuanya, mendirikan sekolah partikulir sesuai dengan agama tertentu, dan guru-guru harus menghormati tiap-tiap aliran agama atau keyakinan hidup iv. Menciptakan keselarasan antara pertumbuhan jasmani dan pertumbuhan rohani dalam pembentukan pribadi melalui sekolah

3. TAP MPRS Nomor XXVII/MPRS/1966 Bab II Pasal 3 tentang Dasar Pendidikan: Dasar pendidikan falsafah negara Pancasila tentang Tujuan Pendidikan: Membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945. 4. TAP MPRS Nomor IV/MPR/1978 Pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan betujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat menbangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

5. TAP MPRS Nomor II/MPR/1988 Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudipekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, terambil dan serta sehat jasmani dan rohani. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Mencerdaskan

pendidikan bangsa

dan mengembangkan manusia

seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi luhur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki keterampilan, pengetahuan, kesehatan, dan memenuhi rasa tanggung jawab ke masyarakat dankebangsaan serta membentuk manusia yang pancasilais utuh (paripurna). Undang-undang yang khusus mengatur pendidikan dan pengajaran serta integral adalah Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam UUSPN secara menyeluruh mengungkapkan satu sistem yang : a. Berakar pada kebudayaan nasional, berdasarkan pancasila dan UUD1945 serta melanjutkan dan meningkatkan pendidikan pedoman penghayatan dan pengamatan pancasila b. Merupakan satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional c. Mencakup pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, serta mengatur pendidikan sekolah yang terdiri atas tiga jenjang utama, yang masing- masing terbagi pula dalam jenjang atau tingkatan d. Mengatur komponen proses belajar mengajar yang saling berkaitan yakni murid/peserta didik, guru/tenaga pendidikan, dan kurikulum e. Mengatur pendidikan secara terpusat atau secara menyeluruh, tapi dalam penyelenggaraan satuan dan pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi)

f. Menegaskan bahwa keluarga, masyarakat, dan pemerintah bertanggung jawab bersama dan menyelenggarakan satuan dan kegiatan pendidikan serta mengatur bahwa sauna pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat mendapat perlakuan yang sama Selanjutnya UUSPN tahun 1989 Bab V pasal 13 menyatakan bahwa “Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik ke sekolah menengah”. Dalam penyelenggaraan pendidikan dasar ini adanya wajib belajar bagi anak usia 7-12 tahun yang juga pernah dicanangkan oleh presiden pada tanggal 2 Mei 1984.

C. Mazhab-Mazhab Pendidikan 1.

Filsafat Pendidikan Idealisme Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,

bukan fisik. Idealisme tidak menolak eksistensi dunia fisik di sekeliling kita melainkan memandangnya sebagai manifestasi dari realitas yang hanya memenuhi kebutuhan fisik. Tentang teori pengetahuan, idealisme berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap karena dunia hanyalah tiruan belaka, sifatnya maya yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya. Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman tetapi dari konsepsi dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas jiwa. Dalam pendidikan, idealisme memberikan pengaruh bagi pendidik untuk membimbing anak didiknya dengan menekankan kemampuan intelek atau akalnya. Mereka juga diajarkan nilai-nilai yang tetap dan abadi. Menurut Kant, guru harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Idealisme memiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi yang berada di luar kehidupan manusia itu sendiri, yaitu manusia yang mampu mencapai dunia cita, mampu menikmati kehidupan abadi yang berasal dari Tuhan. Siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya.

2.

Filsafat Pendidikan Realisme Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas

secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu relisme rasional dan realisme naturalis. Realisme rasional dapat didefinisikan pada aliran realisme klasik dan religius yang sama-sama menyetujui bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar pikiran yang mengamatinya. Realisme natural mengatakan bahwa dunia yang kita amati bukan hasil kreasi akal atau jiwa melainkan dunia apa adanya. Realisme rasional dan natural menanamkan pendidikan yang terpusat pada guru, bukan siswa. Guru harus bisa memilih bahan pelajaran yang benar sedangkan memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat mencapai tujuan pendidikan. Belajar pun tergantung pada pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung. 3.

Filsafat Pendidikan Materialisme Materealisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan

rohani, bukan spiritual, atau supernatural. Materialisme tidak menyusun konsep pendidikan secara ekspisit tetapi lebih cenderung menganalisis hubungan faktorfaktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara faktual. Untuk pendidikan, materialisme memandang bahwa proses belajar merupakan proses kondisionisasi lingkungan serta menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis empiris sebagai hasil kajian sains, sedangkan perilaku sosial sebagai hasil belajar. Dalam proses belajar, materialisme tidak berorientasi pada apa yang terdapat dalam diri siswa tetapi ditentukan oleh lingkungan. Siswa tidak memiliki kebebasan. Karena itu, guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengendalikan proses pendidikan, serta kualitas dan karakter hasil belajar siswa. 4.

Filsafat Pendidikan Pragmatisme Istilah pragmatisme berasal dari “pragma” artinya praktik atau aku

berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan. Menurut teori-teori psikologis itu merupakan

pandangan-pandangan dunia yang komprehensif yang berfungsi sebagai basis bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran. Dari konsep pola dasar pengajaran yang dilakukan guru dalam penyampaian proses belajar mengajar, merupakan suatu pola mengajar formal yang sesuai dengan teori psikologi belajar yang dijadikan panutannya. Pola ini dikembangkan oleh J. Herbart yang dilandasi oleh teori belajar asosiasi. Pola mengajar ini terdiri atas lima langkah sebagai berikut : a)

Persiapan ( preparation ) Guru berusaha mengungkapkan kembali bahan apersepsi (materi pelajaran yang tersimpan di dalam ingatan siswa)

b) Penyajian ( presentation ) Guru menyampaikan bahan baru kepada kelas berupa bahan pokok, dilengkapi dengan contoh dan ilustrasi c)

Asosiasi dan perbandingan ( association and comparation ) Guru menghubungkan bahan yang terkait, baik dengan materi pelajaran lainnya maupun dengan hal hal praktis di masyarakat

d) Kesimpulan ( generalization ) Guru bersama para siswa mengambil kesimpulan berdasarkan bahan pelajaran yang baru disajikan e)

Penerapan ( application ) Guru memberikan tugas pada siswa atau sejumlah pertanyaan ulangan Tema pokok filsafat pragmatisme adalah :

a) Esensi realitas adalah perubahan b) Hakikat social dan bilogis manusia yang esensial c) Relativitas nilai d) Penggunaan intelegensi secara kritis Menurut John Dewey, pengalaman merupakan suatu interaksi antara lingkungan dengan organisme biologis. Selanjutnya John Dewey mengemukakan

perlunya atau pentingnya pendidikan, karena berdasarkan atas tiga pokok pemikiran, yaitu : a) Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup b) Pendidikan sebagai pertumbuhan, dan c) Pendidikan sebagai fungsi sosial Pragmatisme menyakini bahwa pikiran anak itu aktif dan kreatif., tidak secara pasif begitu saja menerima apa yang diberikan gurunya. Pengetahuan dihasilkan dengan transaksi antara manusia dengan lingkungannya, dan kebenaran adalah termasuk pengetahuan. Dalam situasi belajar, guru seyogyanya menyusun situasi-situasi belajar sekitar masalah utama yang dihadapi masyarakat, yang pemecahannya diserahkan pada siswa-siswa untuk sampai kepada pengertian lebih baik tentang lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan halhal baru dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Dalam menentukan kurikulum, setiap pelajaran tidak boleh terpisah, harus merupakan suatu kesatuan. Caranya adalah dengan mengambil suatu masalah menjadi pusat segala kegiatan. Metode yang sebaiknya digunakan dalam pendidikan adalah metode disiplin, bukan dengan kekuasaan. Kekuasaan tidak dapat dijadikan metode pendidikan karena merupakan suatu kekutan yang datang dari luar, dan didasari oleh suatu asumsi bahwa ada tujuan yang baik dan benar secara objektif, dan si anak dipaksa untuk mencapai tujuan tersebut. 5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Yang ditekankan eksistensialisme adalah pilihan kreatif, subjektivitas pengalaman manusia, dan tindakan konkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya

tentang realitas. Pengetahuan yang diberikan di sekolah bukan sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan melainkan untuk dijadikan alat perkembangan dan pemenuhan diri. Tujuan pendidikan eksistensialisme adalah mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya. Kurikulum ideal adalah kurikulum yang memberikan siswa kebebasan individual dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, melaksanakan pencarian, dan menarik kesimpulan sendiri. Eksistensialisme menolak apa yang disebut penonton teori pengetahuan. Karena itu, sekolah harus mencoba membawa siswa ke dalam hidup yang sebenarnya. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan. 6. Filsafat Pendidikan Progresivisme Progresivisme berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Karenanya, untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan strategi-strategi pemecahan masalah. Jadi, pendidikan progresivisme didasarkan atau terpusat pada anak. Guru berfungsi sebagai pembimbing dan memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa.Guru berusaha untuk memberi siswa pengalaman-pengalaman yang meniru kehidupan keseharian sebanyak mungkin dan siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara kooperatif. Progresivisme didasarkan pada asumsi: a)

Muatan kurikulum diperoleh dari minat-minat siswa

b) Pengajaran

dikatakan

efektif

jika

mempertimbangkan

anak

secara

menyeluruh c)

Pembelajaran pokoknya aktif

d) Tujuan pendidikan adalah mengajar siswa berpikir rasional e)

Siswa mempelajari nilai personal dan sosial

f)

Manusia ada dalam keadaan yang berubah secara konstan, dan pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik Terdapat beberapa prinsip pendidikan progresivisme, yaitu:

a) Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup b) Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak yang dijadikan dasar motivasi belajar c) Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden terhadap pemberian materi pelajaran d) Peranan guru memberi petunjuk kepada siswa e) Sekolah harus memberi semangat bekerja sama f) Kehidupan yang demokratis diperlukan bagi pertumbuhan 7. Filsafat Pendidikan Perenialisme Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme berpendapat mengenai kebenaran sebagai hal yang konstan. Siswa diberikan pengetahuan tentang prinsip atau gagasan besar yang tidak berubah. Kurikulum harus menekankan pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan dari manusia. Prinsip pendidikan perenialisme adalah: a)

Walaupun lingkungan berbeda, namun pada hakikatnya manusia adalah sama

b) Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi c)

Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi

d) Pendidikan bukan peniruan dari hidup melainkan persiapan untuk hidup e)

Siswa seharusnya mempelajari karya besar dalam literatur yang menyangkut sejarah, filsafat, seni, dan kehidupan sosial

8. Filsafat Pendidikan Esensialisme Esensialisme menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang diyakini penting yang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif. Menurut esensialisme pendidikan sekolah bersifat praktis dan memberi anak pengajaran logis yang mempersiapkan mereka untuk hidup. Tujuan pendidikan adalah untuk meneruskan warisan budaya dan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu

yang lama serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal semua orang. Selain itu, pendidikan bertujuan mempersiapkan manusia untuk hidup. Kurikulumnya menekankan pengajaran fakta-fakta. Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Guru dianggap sebagai seseorang yang menguasai lapangan subjek khusus dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk ditiru. Kelas pun berada di bawah pengaruh serta pengawasan guru. 9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Rekonstruksionisme melekatkan kepentingan pokoknya pada pengalaman yang dimiliki siswa. Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi/ mengarahkan perubahan atau rekonstruksi tatanan sosial saat ini. Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan Brameld, yaitu: a)

Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru

b) Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati c)

Anak, sekolah, dan pendidikan dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial

d) Guru harus meyakini validitas dan urgensi dirinya secara bijaksana e)

Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali untuk menemukan kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dan menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial

f)

Penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur administrasi, dan pelatihan guru harus ditinjau kembali

D. Mendidik, Mengajar, dan Melatih Pendidikan pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbedabeda secara sepintas bagi orang yang awam mungkin akan dianggap sama artinya.

Dalam praktik sehari-hari dilapangan kita sering mendengar kata-kata seperti penididikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga dan sebagainya. Mendidik menurut Darji Damodiharjo menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, dan lainnya. Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikir. Sedangkan melatih ialah usaha memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang. Tujuan dari tiga jenis kegiatan itu juga berbeda, tujuan mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu yang terintegrasi yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Para ahli ilmu mendidik telah bersepakat bahwa tujuan mendidik ialah untuk mencapai kedewasaan. Tetapi mengenai arti kedewasaan itu memerlukan pembahasan yang khusus karena masalahnya tak semudah yang kita pikir. Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal yaitu diantaranya mampu berpikir abstrak, logis, obyektif, kritis, sistematis analitis, sintesis, integratif, dan inovatif. Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar seperti kemampuan berhitung, membaca, menulis, mempergunakan bahasa, dan sebagainya. Baik keterampilan maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan yang menyangkut pembangunan kepribadian seseorang.

E. Metode-Metode Mengajar 1.

Metode Ceramah Metode Ceramah atau kuliah mimbar adalah suatu bentuk pengajaran

dimana dosen mengalihkan informasi kepada sekelompok besar mahasiswa dengan cara yang terutama bersifat verbal (lisan). Sedangkan Gilstrap & Martin

mendefinisikan metode ceramah sebagai metode mengajar dimana guru memberi penyajuan fakta-fakta dan prinsip-prinsip secara lisan. Keunggulan metode ceramah:  Murah Keunggulan ini dimiliki oleh metode ceramah karena metode ceramah memungkinkan : - Efesien dalam pemanfaatan waktu, sebab dapat menyajikan ide-ide guru dengan cara-cara yang lebih jelas - Seorang guru menguasai sejumlah siswa dan memudahkan penyajian sejumlah isi pelajaran  Mudah disesuaikan Hal ini dimiliki karena metode ceramah memungkinkan : - Disesuaikan dengan para siswa tertentu, pokok permasalahan, keterbatasan waktu, keterbatasan peralatan - Dapat disesuaikan dengan jadwal guru terhadap ketidaktersediaan bahanbahan tertulis maupun bahan pembelajaran berprogram  Mengembangkan kemampuan mendengar pada diri siswa Keunggulan ini dapat dimiliki metode ceramah karena dapat membantu para siswa mengembangkan kemampuan mendengar secara tepat, kritis, dan penuh penghayatan.  Penguatan bagi guru dan siswa Penguatan (reinforcement) pada guru akan diberikan oleh para siswa dalam wujud perhatian mereka terhadap ceramah guru. Para siswa yang mengikuti ceramah akan mendapatkan penguatan melalui kehangatan, humor, ilustrasi, penghayatan, kelogisan, semangat dan perhatian yang dimiliki oleh guru.  Pengaitan isi pelajaran dan kehidupan Memungkinkan guru untuk mengkaitkan secara langsung dengan pengalaman siswa maupun guru dalam kehidupan sehari-hari. Kekurangan metode ceramah:  Cenderung terjadi proses satu arah

Kecenderungan terjadinya proses satu arah pada metode ceramah menyebabkan siswa berperan pasif selama penerapannya.  Cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan guru. Kecenderungan ke arah terjadinya pembelajaran berdasarkan guru ditandai adanya hal-hal berikut : - Kemajuan belajar dengan metode ceramah tergantung kepada kecepatan penyajian isi pelajaran oleh guru - Menempatkan guru sebagai pihak primer dalam proses belajar mengajar sedang siswa sebagai pihak sekunder - Isi ceramah cenderung diwarnai minat dan perhatian guru  Menurunnya perhatian siswa Terjadi sebagai akibat kejenuhan dari siswa akibat panjangnya ceramah. Bila ceramah diterapkan lebih dari 20 menit, maka perhatian akan cenderung menurun.  Ingatan jangka pendek Metode ceramah hanya mampu menghasilkan ingatan dalam diri siswa dalam jangka waktu yang pendek.  Tidak

efektif

untuk

mengajarkan

keterampilan

psikomotorik

dan

menanamkan sikap. Prosedur pemakaian metode ceramah:  Tahap persiapan ceramah Mempersiapkan ceramah dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut : - mengorganisasikan isi pelajaran yang akan diceramahkan - mempersiapkan penguasaan isi pelajaran yang akan diceramahkan - memilih dan menyediakan media instruksional dan/atau alat bantu instruksional yang akan digunakan dalam ceramah  Tahap awal ceramah Tahap awal ceramah ini bisa digunakan untuk meningkatkan hubungan gurusiswa, meningkatkan perhatian siswa, dan mengemukakan pokok-pokok isi ceramah.  Tahap pengembangan ceramah

Penceramah atau guru menyajikan isi pelajaran yang telah diorganisasikan sebelumnya. Faktor-faktor yang hendaknya menjadi perhatian guru pada tahap pengembangan ceramah ialah : - keterangan secara singkat dan jelas - pergunakan papan tulis - carilah balikan (feedback) sebanyak-banyaknya selama berceramah - mengatur alokasi waktu ceramah  Tahap akhir ceramah Kegiatan yang dilaksanakan oleh guru pada tahapan ini diantaranya : - pembuatan rangkuman daru garis-garis besar isi pelajaran yang diceramahkan - Penjelasan hubungan isi pelajaran yang diceramahkan dengan isi pelajaran yang berikutnya - Penjelasan tentang kegiatan pada pertemuan yang berikutnya 2.

Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab dapat diartikan sebagai format interaksi antara guru-

siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respons lisan dari siswa, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa. Keunggulan metode tanya jawab:  Mendapat sambutan yang lebih aktif  Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya  Guru dapat mengetahui perbedaan pendapat antara para siswa, perbedaan pendapat antara guru dan para siswa. Kelemahan metode tanya jawab: Dapat menimbulkan penyimpangan dari pokok masalah yang hendak dicapai dan mungkin akan mungkin timbul masalah baru Prosedur pemakaian metode tanya jawab: Terdapat empat tahap dalam prosedur pemakaian metode tanya jawab, yaitu:



Tahap persiapan tanya jawab Dimaksudakan agar guru selalu membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa. Pertanyaan hendaknya dirumuskan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan karakteristik siswa

 Tahap awal tanya jawab  Tahap pengembangan tanya jawab Guru dapat mulai mengembangkan proses tanya jawabnya. Untuk dapat mengembangkan tanya jawab dapat menempuh berbagai variasi dalam mengajukan pertanyaan.  Tahap akhir tanya jawab Guru bersama siswa membuat ringkasan isi pelajaran yang telah disajikan selama tanya jawab. 3.

Metode Diskusi Girstrap & Martin (1975:15) mengutarakan bahwa metode diskusi

merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah orang membicarakan secara bersamasama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu. Metode diskusi juga dapat diartikan sebagai suatu cara penguasaan isi pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah. Keunggulan metode diskusi:  Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa secara langsung, baik partisipan, ketua kelompok, atau penyusun diskusi.  Metode ini dapat dipergunakan secara mudah sebelum, selama ataupun sesudah metode-metode yang lain.  Metode ini mampu meningkatikan kemungkinan berfikir kritis, partisipasi demokratis, mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa persiapan.  Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami kebutuhan memberi dan menerima (take and give), sehingga siswa dapat mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai warga negara yang demokratis.

Kekurangan metode diskusi:  Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya, walaupun telah diatur secara hatihati.  Metode ini kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan perangkat meja dan kursi yang mudah diatur.  Metode ini menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau membuat kesepakatan pada akhir pertemuan, sebab keputusan yang dicapai belum tentu dilaksanakan.  Metode ini sering kali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota diskusi, dan menyebabkan orang yang tidak berminat hanya sebagai penonton.  Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta, agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam diskusi. Kemampuan berdiskusi ini hanya akan dimiliki oleh seseorang bila dipelajari dan dilatih. Prosedur pemakaian metode diskusi secara umum terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :  Tahapan sebelum pertemuan - Pemilihan topik diskusi - Membuat rancangan garis besar duskusi yang akan dilaksanakan - Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan - Mengorganisasikan para siswa dan formasi kelas sesuai dengan jenis diskusinya  Tahapan selama pertemuan - Guru memberikan penjelasan tentang tujuan diskusi, topik diskusi, dan kegiatan diskusi yang akan dilakukan - Para siswa atau para siswa dan guru melaksanakan kegiatan diskusi - Pelaporan dan penyimpulan hasil diskusi oleh siswa bersama guru - Pencatatan hasil diskusi oleh siswa  Tahapan setelah pertemuan - Membuat catatan tentang gagasan –gagasan yang belum ditanggapi oleh kesulitan yang timbul selama diskusi

- Mengevaluasi diskusi dari berbagai dimensi dan mengumpulkan evaluasi dari para siswa serta lembaran komentar 4.

Metode Demonstrasi Cardille & Winarno mengemukakan metode demonstrasi merupakan

format interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa. Keunggulan metode demonstrasi:  Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa hanya membaca atau mendengar penjelasan saja.  Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan demonstrasi.  Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting. Kekurangan metode demonstrasi:  Metode demontrasi memerlukan persiapan yang teliti dan penerapannya memerlukan waktu yang lama.  Demonstrasi menuntut peralatan yang ukurannya memungkinkan pengamatan secara tepat oleh siswa pada saat digunakan.  Mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan berupa peniruan oleh para siswa terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.  Persiapan yang kurang teliti akan menyebabkan siswa melihat suatu tindakan, proses atau prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Prosedur pemakaian metode demonstrasi: -

Suatu penjelasan (Explanation)

-

Jalinan pertanyaan-pertanyaan

-

Lembar-lembar instruksi

-

Alat bantu visual

-

Instruksi keamanan

-

Periode diskusi atau tanya jawab

5.

Metode Inkuiri Istilah metode inkuiri didefinisikan sebagai suatu prosedur yang

menekankan

belajar

secara

individual,

manipulasi

objek

atau

pengaturan/pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat. Keunggulan metode inkuiri: -

Metode ini memiliki kemungkinan yang besar untuk membantu memperbaiki dan/atau memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif para siswa.

-

Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi sifatnya, dan memungkinkan sebagai pengetahuan yang melekat erat pada diri siswa.

-

Metode penelitian dapat menimbulkan gairah belajar pada diri siswa.

-

Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuannya sendiri.

-

Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan belajarnya sendiri.

-

Metode ini membantu memperkuat konsep diri siswa dengan bertambahnya rasa percaya diri selama proses kerja penemuan.

-

Metode ini berpusat pada siswa.

-

Metode ini membantu perkembangan para siswa menuju ke perasaan skeptisme (perasaan meragukan/tidak percaya pada suatu hal) yang sehat untuk mencapai kebenaran akhir dan mutlak.

Kelemaham metode inkuiri: -

Metode ini mempersyaratkan suatu persiapan kemampuan berpikir yang dapat dipercaya.

-

Metode ini kurang berhasil untuk mengajar pada kelas yang besar jumlah siswanya.

-

Harapan yang ditimbulkan oleh metode ini, mungkin mengecewakan bila diterapkan untuk guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran yang tradisional.

-

Mengajar dengan penemuan memungkinkan dipandang sebagai metode yang terlalu

menekankan

pada

penguasaan

pengetahuan

dan

kurang

memperhatikan perolehan sikap dan keterampilan. -

Di dalam beberapa disiplin ilmu (misalnya : geografi) mungkin dibutuhkan fasilitas tertentu untuk menguji gagasan dari disiplin ilmu tersebut yang tidak tersedia di sekolah.

-

Metode ini tidak memberi kesempatan untuk berpikir kreatif.

Prosedur pemakaian metode inkuiri: -

Mengidentifikasi kebutuhan siswa

-

Pemilihan pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep, dan generalisasi yang akan dipelajari

-

Pemilihan bahan dan masalah atau tugas-tugas yang akan dipelajari

-

Membantu memperjelas mengenai tugas/masalah yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa

-

Mempersiapkan tempat dan alat-alat untuk penemuan

-

Mengecek pemahaman siswa tentang masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugasnya dalam pelaksanaan penemuan

-

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan penemuan dengan melakukan kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data

-

Membantu siswa dengan informasi atau data yang diuperlukan oleh siswa untuk kelangsungan kerja mereka, bila siswa menghendakinya

-

Membimbing

para

siswa

menganalisis

sendiri

dengan

pertanyaan

mengarahkan dan mengidentifikasi proses yang digunakan -

Membesarkan hati dan menguji siswa yang iktu serta dalam proses penemuan

-

Membantu siswa merumuskan kaidah, prinsip, ide, generalisasi, atau konsep berdasarkan hasil penemuannya

6.

Metode Pelatihan Metode pelatihan pada umumnya digunakan untuk memperolah suatu

ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Keunggulan metode penelitian:

-

Dapat melatih sifat motorik dengan baik, seperti menulis, permainan, pembuatan dan lain-lain.

-

Dapat melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan, penggunaan rumusrumus.

-

Dapat melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbol, peta dan lain-lain.

Kelemahan metode penelitian: Apabila latihan dilakukan terlalu lama maka siswa akan merasa kelelahan karena tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Prosedur pemakaian metode pelatihan: -

Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu

-

Latihan untuk pertama kalinya hendaklah bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna

-

Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna

7.

Metode Ekspositori Metode ekspositori adalah suatu bentuk pengajaran dimana guru

menjelaskan dan menyampaikan informasi, pesan atau konsep kepada seluruh siswa dalam kelas. Guru bertindak sebagai sumber utama tentang pengetahuan matematik dan guru adalah satu-satunya orang yang membuat keputusan bagaimana pelajaran harus dilaksankan. Langkah-langkah pengajaran dengan metode ekspositori adalah sebagai berikut: -

Guru menuliskan topik pembelajaran

-

Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

-

Guru menyampaikan dan mengulas materi prasyarat, serta memotivasi siswa

-

Guru menjelaskan dan menyajikan pesan atau konsep kepada para siswa dengan lisan atau tetulis

-

Guru meminta siswa baik secara perorangan maupun kelompok untuk menggunakan konsep yang telah dipelajari dengan cara mengerjakan soal yang telah disediakan

-

Guru menjelaskan langkah pelajaran sebelum siswa diberikan tugas sebelum menyelesaikan masalah

Keunggulan metode ekspositori: -

Pelajaran yang diberikan menjadi lebih terpusat dan terarah

-

Penguatan bagi guru dan siswa

-

Guru bebas mengembangkan pelajaran sesuai tujuan

Kekurangan metode ekspositori: -

Siswa tidak dapat dengan bebas mengembangkan kemampuannya

-

Tidak adanya komunikasi dua arah dengan siswa

-

Guru bebas mengembangkan pelajaran sesuai tujuan

-

Siswa cenderung merasa bosan

-

Ingatan jangka pendek

-

Siswa tidak dapat mengambil kesimpulan secara bebas

-

Tidak efektif

8.

Metode Laboratori Metode laboratori adalah metode mengajar yang orientasi kegiatannya

didasarkan atas percobaan dan penyelidikan dengan obyek-obyek fisik. Langkah-langkah metode laboratori: -

Siswa dibiarkan untuk melakukan percobaan dan penyelidikan yang individual, berpasangan, atau berkelompok dan bebas menggunakan bendabenda yang dapat dimanipulasi.

-

Siswa diminta untuk melakukan percobaan mengukur garis tengah dan keliling tiga obyek berbentuk lempengan misalnya.

-

Siswa diminta untuk mencatat hasil percobaannya tersebut ke dalam bagan yang telah guru persiapkan sebelumnya.

Keunggulan metode laboratori: -

Siswa mempunyai kesempatan untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang berhubungan dengan pelajaran.

-

Kebebasan untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya.

-

Dapat bersosialisasi dan bertukar fikiran dengan temannya dalam memecahkan masalah.

Kekurangan metode laboratori: -

Fasilitas yang kurang memadai.

-

Biaya peralatan yang cukup mahal dan sulit didapatkan.

-

Dapat terjadi ketidak singkronan antara hasil penelitian dengan tujuan yang ingin dicapai oleh guru.

-

Pendidik kurang memahami benar materi yang dibahas.

9.

Metode Penemuan Metode penemuan adalah suatu metode pengajaran yang menekankan

kepada siswa agar mereka menemukan sebuah pemahaman dan mereka mampu untuk memahami apa yang mereka temukan tersebut. Penerapan metode penemuan: Didalam penerapanya, metode penemuan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : -

Metode penemuan murni Dalam metode ini pelajaran terfokus pada siswa dan tidak terfokus pada guru.

-

Metode penemuan terbimbing Dalam metode ini, guru mengarahkan atau memberi pentunjuk kepada para siswa tentang materi pelajaran.

Keunggulan metode penemuan: -

Memberi kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya

-

Adanya kerjasama sehingga lebih dekat dengan sesama murid

-

Dapat memacu guru untuk meningkatkan kemampuanya agar dapat menjawab pertanyaan siswa

-

Dapat memperluas wawasan siswa

-

Dapat memotivasi siswa agar lebih giat belajar

-

Dapat memperkuat konsep diri siswa

Kekurangan metode penemuan: -

Tidak semua siswa dapat diterapkan metode ini dalam pembelajarannya.

-

Harapan yang ditimbulkan oleh metode ini mungkin mengecewakan.

-

Kurang berhasil dalam kelas yang jumlahnya besar.

F. Kajian Obervasi Ilmu Pengetahuan Sosial Mengajar di kelas rendah ternyata memang cukup sulit karena anak-anak didik di kelas tersebut terbilang masih pemula. Seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami kondisi anak seusia itu. Hal ini saya rasakan saat melakukan observasi di kelas II di SD N Sari Mulya V.Pada kegiatan observasi tersebut saya mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang lingkungan alam dan lingkungan buatan. Saat memulai kegiatan belajar mengajar, hal pertama yang saya lakukan adalah mengkondisikan kelas, kemudian memberikan apersepsi. Setelah itu saya mencoba mengulas sedikit materi yang sudah diajarkan sebelumnya. Pada kegiatan awal ini mulai muncul kondisi anak yang berbeda-beda. Ada anak yang aktif dalam mengikuti pengajaran, ada juga yang terlihat tidak begitu bersemangat. Hal ini merupakan salah satu masalah yang harus ditangani oleh pendidik, bagaimana ia harus mengkondisikan anak sehingga semua siswa bisa mengikuti pengajaran dengan baik. Salah satu caranya, yaitu dengan memberikan simulasi-simulasi yang bisa menyemangati para siswa dan membangkitkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran. Memasuki kegiatan inti, saya menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, metode latihan, dan juga metode demonstrasi sebagai upaya untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas. Sebagian siswa tidak begitu sulit untuk memahami materi yang disampaikan meskipun materi tersebut hanya dibahas sekilas, karena memang durasi waktu untuk penyampaian materi cukup singkat. Hal tersebut mungkin disebabkan sebagian dari mereka sudah mempelajari materi tersebut sebelumnya. Hambatan yang saya rasakan adalah jumlah siswa didalam kelas yang terlalu banyak, sehingga kondisi anak tidak terkontrol dengan baik. Penanganan yang dilakukan unutk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan melakukan pendekatan secara intensif kepada tiap-tiap siswa. Kendala juga terjadi pada saat pemberian

latihan. Masih ada beberapa siswa yang belum lancar membaca dan menulis sehingga jalannya kegiatan belajar mengajar tidak sesuai dengan rencana waktu yang ditentukan. Untuk menangani hal itu perlu adanya pendekatan dengan melakukan bimbingan kepada siswa yang belum lancar membaca dan menulis tersebut. Permasalahan-permasalahan tersebut juga harus menjadi perhatian kita sebagai calon pendidik. Di kelas I siswa harus benar-benar dididik untuk menguasai kemampuan membaca dan menulis serta berhitung, karena ketiga faktor tersebut akan sangat berpengaruh pada proses belajar anak di kelas selanjutnya.

Ilmu Pengetahuan Sosial Pada observasi yang saya lakukan di SDN Sari Mulya V Cikampek, saya mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, untuk kelas 3. Metode yang saya gunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan diskusi. Materi yang saya ajarkan adalah materi tentang bagaimana sejarah mata uang Indonesia, jenis-jenis uang dan kegunaannya. Sebelum memulai pelajaran, kegiatan awal yang saya lakukan adalah berdo‟a sebelum memulai pelajaran, mengabsen siswa, mengulang sedikit materi yang sudah diajarkan, dan saya juga membuat simulasi-simulasi kecil agar siswa bisa lebih fokus dalam menerima materi yang saya sampaikan setelahnya. Dalam penyampaian materi saya tidak teralu menghadapi kesulitan karena sebagian siswa telah membaca atau mempelajarinya di rumah. Ketika saya bertanya siswa dapat menjawabnya. Hanya saja waktunya terlalu singkat sehingga penjelasan yang saya sampaikan terlalu cepat dan kesempatan mereka untuk bertanya juga tidak banyak. Siswa-siswa kelas III

di SD tersebut, tergolong pintar dan pemberani. Hal itu

dapat dilihat dari keberanian mereka dalam menjawab pertanyaan. Bahkan ada beberapa siswa yang bertanya terus-menerus tentang materi yang saya ajarkan. Ketika saya menerangkan bagaiman membedakan uang yang asli dan palsu

mereka sangat antusias dan diskusi dilakukan dengan sanat baik. Lalu ketika saya memberkan soal, mereka tetap fokus dan mengerjakannya sesuai dengan yang saya perintahkan. Suasana belajar pada saat itu pun sangat efektif dan tertib. Dan saya terus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan mereka sehingga siswa dibiasakan untuk berpikir kritis dan kreatif.

Ilmu Pengetahuan Alam Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan pada saat mengajar, pemahaman beberapa metode pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan juga dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diajarkan. Pada saat melakukan praktek mengajar saya juga menggunakan beberapa metode pembelajaran, yaitu: metode ceramah, tanya jawab dan latihan. Saya menggunakan metode-metode tersebut sesuai dengan materi yang saya ajarkan, yaitu mengenai kenampakan matahari. Pada saat saya memulai pelajaran saya mengkondisikan kelas terlebih dahulu, kemudian saya melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan, sejauh manakah mereka mengetahui matahari. Yang saya tanyakan hanya seputar materi yang memang akan saya ajarkan, misalnya matahari itu terbit dari sebelah mana, warna matahari ketika pagi hari atau pada saat terbit, kedudukan matahari pada saat pagi, siang dan sore hari, serta penyebab terjadinya baying-bayang. Setelah itu barulah saya terangkan pada mereka mengenai hal-hal yang tadi saya tanyakan secara detil, yaitu tentang arah terbitnya matahari, warna matahari ketika pagi dan sore hari, kedudukan matahari pada pagi, siang, dan sore hari, serta penyebab terbentuknya bayang-bayang itu karena apa. Setelah saya selesai menjelaskan, kemudian saya kembali melakukan pertanyaan ulang tentang materi yang telah saya jelaskan, dan setelah saya merasa bahwa murid-murid sudah memahami materi yang saya ajarkan barulah saya melakukan evaluasi dengan memberikan latihan soal tentang materi tersebut.

Pada saat praktek mengajar tidak begitu banyak kendala yang saya hadapi, karena pada umumnya murid-muridnya sudah bisa membaca. Hanya saja ada beberapa siswa yang masih belum paham dengan materi yang saya ajarkan, dan juga pada saat latihan ada beberapa jawaban dari mereka yang cara penulisannya salah atau kurang satu huruf, tetapi banyak juga yang jawabannya benar. Siswa pun aktif-aktif sehingga tidak terlalu banyak kendala yang saya hadapi saat mengajar. Mungkin hanya ada beberapa siswa yang terlalu aktif sehingga saya sedikit sulit untuk mengkondisikan mereka. Selain hal-hal tersebut kendala yang saya hadapi yaitu masalah waktu, karena menurut saya untuk menjelaskan materi ini waktunya harus lebih banyak agar siswa-siswa pun lebih memahami materi yang diajarkan. Mungkin untuk mengatasi masalah di atas, seperti siswa yang masih salah pada penulisan kata atau kurang penulisan huruf pada saat menulis bisa dengan melakukan latihan menulis yang terus-menerus, serta dibimbing oleh guru agar bimbingan dari guru juga orang tua di rumah sangat diperlukan dalam proses pembelajaran menulis permulaan. Dan pada tahap menulis permulaan ini mungkin metode SAS adalah metode paling baik yang dapat digunakan agar tidak terjadi kesalahan penulisan oleh siswa pada tahap selanjutnya. Dan untuk masalah waktu mungkin untuk murid Sekolah Dasar di kelas rendah jika menyampaikan materi pembelajaran harus dilakukan pada beberapa kali pertemuan agar siswa benarbenar dapat menyerap dan memahami materi yang diajarkan.

Ilmu Pengetahuan Alam Dengan standar kompetensi mengungkapkan secara lisan beberapa informasi dengan mendeskripsikan benda, saya mendeskripsikan benda-benda mati yang ada di sekitar dengan menggunaka kalimat yang mudah dipahami oleh siswa. Pada intinya materi yang saya sampaikan adalah mendeskripsikan benda hidup dan mati. Metode yang saya gunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode ceramah yaitu dengan bercerita atau menguraikan secara jelas

deskripsi dari benda hidup dan mati. Selain metode ceramah, saya juga menggunakan metode tanya jawab yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang saya sampaikan apabila belum mengerti. Adapun metode demonstrasi yang saya gunakan adalah menggunakan contoh dari benda hidup dan mati dan kemudian saya menenangkan perbedaan diantara keduanya. Selama proses belajar, saya berusaha menguraikan dengan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti, dan saya mencoba untuk membuat kegiatan tersebut menarik. Hambatan yang saya temui saat KBM tersebut, yaitu adanya siswa yang belum memahami sepenuhnya materi yang saya sampaikan. Solusi yang saya gunakan adalah dengan menerangkan kembali dengan singkat tetapi tetap dipahami oleh siswa. Dengan demikian, saya bisa sekaligus memastikan bahwa siswa memahami materi yang sudah saya sampaikan.

Bahasa Indonesia Mengajar pada kelas rendah tidaklah mudah. Pada pelajaran bahasa Indonesia di kelas III, saya menggunakan beberapa metode mengajar. Yang pertama saya menggunakan metode ceramah, adalah metode penuturan secara lisan. Murid hanya mendengar dan mencatat pokok-pokok yang penting yang dikemukakan oleh guru. Yang kedua saya menggunakan metode tanya jawab, adalah metode dengan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui respons dari siswa. Yang ketiga saya menggunakan metode latihan, adalah cara penyajian dengan cara guru/pengajar memberikan latihan berupa soal-soal evaluasi kepada siswa, untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerti materi yang telah dipelajari. Kegiatan pada waktu mengajar yang saya lakukan adalah : 

Berdoa bersama



Mengabsen siswa



Apersepsi (bertanya sampai mana bahasa Indonesia minggu lalu yang dipelajari)



Kegiatan inti. Menjelaskan materi tentang „ benda-benda persegi dan persegi yang ada di lingkungan kelas dan sekolah‟



Diakhiri dengan pemberian tugas evaluasi kepada siswa tentang materi yang telah dipelajari. Pada waktu mengajar saya mendapatkan beberapa kendala dalam

menyampaikan pelajaran, anatara lain: 

Adanya siswa yang belum bisa membaca dengan lancar



Salah satu siswa dikelas tidak bisa melafalkan hurup „R‟ dibaca „L‟ sperti pada kata „CERMIN‟ dibaca „CELMIN‟



Tingkah laku siswa yang suka bercanda di dalam kelas Solusi yang saya lakukan untuk meminimalisir kendala adalah dengan

pendekatan pribadi maksudnya guru lebih cekatan dan teliti untuk mmengawasi seluruh siswa dikelas, dan memotivasi di saat siswa terlihat sudah tidak fokus lagi dengan cara bernyanyi.

Pendidikan Kewarganegaraan Hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah penyampaian materi yang dimaksud kepada peserta didik dengan cara yang sederhana dan dapat dimengerti peserta didik. Ada banyak cara maupun teori yang dapat membantu proses tersebut, misalnya dengan meode-metode pembelajaran yang dipadukan dengan beberapa jenis permainan atau simulasi yang sederhana. Metode yang digunakan dalam observasi, salah satunya adalah metode ceramah ditambah simulasi serta metode diskusi. Metode-metode tersebut bisa terbilang sesuai dengan kondisi kelas yang penuh. Itu bisa dilihat dari respon peserta didik dalam menanggapi materi yang disampaikan pengajar serta dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Adapun ada kalanya respon tersebut terlalu berlebihan hingga suasana kelas menjadi sangat riuh. Keadaan tersebut bisa

menjadi kendala ataupun salah satu bukti keberhasilan pengajar menyampaikan materi. Menjadi kendala apabila suasana kelas tidak segera ditenangkan, karena suasana ramai seperti itu sedikit sulit untuk dikembalikan ke suasana semula, kecuali pengajar sedikit berteriak dalam menenangkan peserta didik. Cara tersebut bisa dibilang cukup berhasil, meskipun setelah jam pelajaran selesai pengajar akan sedikit kelelahan. Akan tetapi itu dapat menjadi bukti keberhasilan karena ternyata peserta didik mengerti materi yang disampaikan pengajar. Dalam proses pembelajaran ditemukan peserta didik yang sedikit menarik diri dari lingkungan kelas atau peserta didik yang terlalu bersemangat hingga tanpa diminta untuk menjawab pun akan selalu menjawab. Karakteristik peserta didik tersebut cukup menarik perhatian pengajar. sehingga pengajar diharuskan melakukan pendekatan yang cukup intensif, agar potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dapat ditingkatkan secara maksimal.

Matematika Mata pelajaran Matematika yang diberikan di sekolah kepada anak bukan semata-mata agar anak bisa menyebutkan rumus-rumus atau angka-angka saja, namun agar anak juga bisa menggunakan rumus dan angka tersebut dalam kehidupannya sehari-sehari. Begitu pun dengan materi pembelajaran mengenai keliling dan luas persegi dan persegi panjang yang saya sampaikan pada saat praktik mengajar di Kelas III SD N Sari Mulya V Cikampek. Penyampaian materi tersebut bukan hanya bertujuan agar anak mengetahui rumus dari keliling dan luas persegi dan persegi panjang, melainkan agar mereka juga bisa menerapkan atau menggunakannya untuk memecahkan masalah nyata di lingkungannya yang berhubungan dengan keliling dan luas persegi dan persegi panjang. Setelah mengetahui rumus keliling dan luas masing-masing bidang datar, kami mendemonstrasikan secara langsung bagaimana menerapkannya, yaitu dengan menghitung keliling dan luas dari benda-benda di dalam kelas yang berbentuk persegi maupun persegi panjang.

Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa dan siswi kelas III yang berjumlah 50 itu mengikuti dengan cukup aktif. Mereka mau menjawab ketika ditanya dan tidak segan-segan untuk maju ke depan ketika diminta. Selain itu, mereka juga bisa menangkap materi yang disampaikan dengan sangat baik. Namun, pada saat itu kendala yang saya hadapi tidak sedikit. Sebagai latihan, saya memberikan tugas berupa soal essay. Namun, karena saya kira jumlah muridnya tidak lebih dari empat puluh, saya hanya membawa empat puluh lembar soal. Sepuluh anak yang tidak mendapatkan soal merasa kecewa. Untunglah mereka tetap mau mengerjakan setelah saya meminta mereka melihat soal dari temannya dan mengerjakannya di kertas. Dengan kelas yang tidak terlalu luas dan jumlah murid yang banyak, saya harus berbicara agak berteriak supaya terdengar oleh seisi kelas. Dari seluruh anak, ada beberapa anak yang asik mengobrol dan tidak memperhatikan. Mereka langsung diam dan memperhatikan ketika dihampiri ke tempat duduknya walaupun tanpa dimarahi. Ada juga anak yang selalu mengangkat tangan jika saya meminta seseorang dari mereka untuk menjawab atau maju ke depan kelas. Sebenarnya itu bukan hal yang tidak baik, tetapi akan lebih baik jika yang menjawab atau maju bukan hanya anak yang itu-itu saja melainkan memberikan kesempatan bagi yang lainnya.

Matematika Salah satu tugas pokok sekolah dalam hal ini sekolah dasar adalah menyiapkan siswa agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Seorang siswa dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal apabila dia antara lain telah memperoleh pendidikan dan prestasi belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan, dan minat yang dimiliki. Kenyataan menunjukkan masih terdapat siswa ynag memperoleh prestasi belajar yang kurang meyakinkan, bahkan tidak lulus evaluasi belajar tahap akhir. Ketidakberhasilan siswa tersebut tidak semuanya disebabakan oleh kebodohan atau kelemahan intelektualnya, melainkan karena ketidakmampuannya mewujudkan kemampuan dan bakat yang dimiliki yang bersumber dari adanya

hambatan atau masalah tertentu yang dihadapi. Siswa seperti itu tidak sewajarnya dibiarkan begitu saja, melainkan harus di upayakan agar mereka terbebas dari hambatan-hambatan atau masalah-masalah yang dapat mengganggu proses perkembangan mereka. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi pelayanan yang diberikan pendidik dan meningkatkan pelayanan pendidik, dalam hal ini berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi anak, pendidik harus terampil dalam mengembangkan pribadi anak, mengembangakan watak anak dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak, pendidik harus memperbaiki diri terutama sikapnya dalam mengajar jika berhadapan dengan anak didik, harus mengevaluasi kembali mengenai tugas pendidik dalam mendidik anak dan apa yang menjadi tujuan medidik anak. Dengan demikian mereka diharapkan dapat mencapai perkembangan yang optimal. Berbagai jenis metode pembelajaran yang telah ada, yang memliki ciri khas masing-masing, yang digunakan dalam proses belajar di kelas (sekolah) dimana dimaksudkan untuk membantu para pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran, agar lebih mudah, efisien, dan tepat sasaran sesuai dengan tujuan pembelajaran awal. Setiap metode yang akan digunakan oleh pendidik bisa secara langsung dipilih dan disesuaikan dengan kondisi anak baik mental maupun intelegensinya, sebab kondisi setiap anak itu berbeda-beda, ada yang pintar, sedang, kurang pintar, dan tidak pintar dalam hal intelegensinya. Ada pula anak yang berani, pemalu, penakut, pendiam, aktif dan tidak aktif dalam kemampuan psikomotoriknya. Semuanya bervariasi, oleh sebab itu metode penyampaian materi harus disesuaikan dengan materi dan kondisi anak agar tujuan awal pembelajaran tercapai dan diharapkan anak-anak akan faham dengan materi yang disampaikan dan mampu menarik kesimpulan dari materi tersebut. Dari berbagai jenis metode yang ada, yang sering digunakan oleh pendidik terutama bagi jenjang pendidikan sekolah dasar yaitu metode ceramah, seperti yang kita ketahui bahwa metode ini lebih menekankan anak untuk tidak berperan aktif dalam pembelajaran, dalam metode ini guru lebih berperan aktif dan menjadi

pelakon utama dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan anak sulit untuk berkembang secara pesat dalam hal intelektual, psikomotor anak pun akan terhambat, sebab anak akan cenderung diam, mendengarkan gurunya menjelaskan materi. Dalam kesempatan kali ini, saya ditugaskan untuk menyampaikan materi mata pelajaran Matematika kelas II dengan pokok bahasan bangun datar (mengenal dan mengetahui titik sudut bangun datar), metode yang saya gunakan dalam pembelajaran kali ini adalah: a. Metode ceramah b. Metode tanya jawab c. Metode demonstrasi d. Metode diskusi Setiap metode yang saya pergunakan dalam pelajaran matematika ini mempunyai maksud atau tujuan tersendiri, metode ceramah saya gunakan ketika awal menjelaskan

mengenai

tujuan

pembelajaran

dan

menjelaskan

langkah

pembelajaran, dan menjelaskan sedikit materi yang disampaikan sebab saya mengajar siswa kelas dua yang belum sepenuhnya boleh untuk dilepas. Kemudian metode tanya jawab saya gunakan juga yaitu pada saat proses belajar, dimana saya bertanya mengenai pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan nanti, juga mengenai pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan selama proses belajar di kelas. Yang ketiga adalah metode demonstrasi, metode ini saya gunakan ketika saya menjelaskan mengenai titik sudut sebuah bangun ruang, dimana saya menunjukan yang manakah yang disebut dengan titik sudut dan berapa jumlah dari titik sudut yang berada dalam bangun tersebut. Yang terakhir yang saya gunakan adalah metode diskusi, ini saya terapkan ketika mereka saya perintahkan untuk berkumpul denagn teman sekelompoknya kemudian mendiskusikan apa yang saya sampaikan, sehingga mereka faham. Keempat metode yang saya pergunakan ini berlangsung cukup lancar dimana proses awalnya adalah saya sedikit menjelaskan materi yang disampaikan kemudian saya mendemostrasikan alat peraga yang saya gunakan untuk menunjukan manakah yang disebut dengan titik sudut dan berapa

jumlahnya kepada masing-masing anak. Kemudian saya ajukan pertanyaan secara berkala kepada mereka agar mereka tidak begitu rumit dalam menjawabnya, saya arahkan mereka untuk mau mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan yang saya sampaikan, baik yang berhubungan dengan lingkungan sekitar maupun yang tidak berhubungan dengan lingkungan sekitar (benda-benda yang mereka temui sehari-hari). Kemudian saya memerintahkan mereka untuk berdiskusi mengenai apa yang saya sampaikan dan demonstrasikan kepada mereka, serta mendiskusikan soal-soal yang saya berikan yang harus dikerjakan oleh masingmasing kelompok. Kemudian mereka pun mendemonstrasikan kembali apa yang saya sampaikan dan menjawab pertanyaan tersebut di depan kelas (perwakilan tiap kelompok). Tujuan saya mengambil metode-metode ini adalah agar anak mampu dengan cepat memahami materi yang disampaikan, tetapi tepat dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, anak mampu membedakan mana yang disebut denagn titik sudut, menghitung jumlah titik sudut pada contohcontoh bangun datar seperti meja, kursi, jendela, papan tulis, penghapus, buku, televisi, tempat tidur, dan lain-lain. Metode ini saya sesuaiakan dengan kondisi anak dan materi yang saya sampaikan. Dengan gabungan dari berbagai metode ini bisa memotivasi anak dalam mencari pengetahuan, mencari pembenaran, sehingga anak mampu mengambil generalisasi dari materi yang disampaikan, tetapi ada hal yang harus diingat bahwa kegiatan tersebut masih dalam bimbingan dan petunjuk dari pendidik/guru, sebab mereka masih berada dalam lingkungan kelas rendah, berbeda halnya ketika menghadapi anak-anak yang berada di lingkungan kelas tinggi, sedikitnya mereka sudah bisa dilepas secara langsung dalam berdiskusi. Anak-anak sanagat antusias dalam mengikuti pelajaran, mereka terpacu untuk maju ke depan kelas menjawab serta mendemonstrasikannya. Dari kegiatan tersebut saya dapat melihat kemampuan dan kondisi setiap siswa seperti apa dan bagaimana, setelah itu saya mengetahui siapa saja anak yang memang kurang mampu menerima materi dengan cepat dan tepat. Hambatan-hambatan yang saya temui ketika mengajar adalah:

Pembelajaran (anak) di setiap sekolah, kelas selalu ditemukan anak yang memang pendiam, pemalu, kurang berani, kurang cepat dalam menerima pelajaran, sulit berkonsentrasi, anak yang hiperaktif dalam kelas, sebab itulah keunikan yang mereka miliki dimana kita sebagai pendidik harus sudah siap dan tahu bagaimana menghadapi anak-anak yang seperti disebutkan di atas. Hal yang saya lakukan pada anak-anak yang kondisinya seperti itu adalah dengan melakukan pendekatan secara individu dalam proses belajar, terus mengajukan pertanyaan kepada mereka dan ini salah satu tujuan mengapa saya mengambil langkah metode diskusi, dimaksudkan agar anak-anak yang memang pendiam dan pemalu serta penakut, jika memang dia dihadapkan secara langsung untuk menjawab pertanyaan kedepan kelas. Mungkin dengan cara dia melakukan diskusi dia mau untuk mengeluarkan pendapat dan menunjukan kemampuannya dihadapan teman satu kelompoknya. Usaha ini pun berhasil, dia mau untuk mengeluarkan pendapatnya dan luar biasa, ternyata dia adalah siswa yang cukup cerdas, jika dibandingkan dengan anak-anak yang bersedia untuk maju kedepan kelas. Hanya saja dia terbentur dengan rasa malu yang berlebih, tetapi dengan usaha yang cukup keras akhirnya saya mampu membuatnya maju dan mendemonstrasikan materi yang di ajarkan kepada teman-temanya. Hambatan yang kedua yaitu, jumlah murid dalam satu kelas yang sangat tidak wajar yaitu 57 siswa, dimana idealnya dalam satu kelas itu terdiri dari 20 sampai dengan 25 siswa, agar penyampaian materinya pun mudah diserap oleh anak-anak. Tetapi saya siasati dengan menggunakan metode pembelajaran tadi, jadi anak tidak jenuh, anak-anak cukup bisa dikondisikan dengan baik. Metode demonstrasi, ceramah, diskusi, dan tanya jawab tidak buruk jika diterapkan dalam pelajaran matematika kelas II dengan ketentuan siswa terus mendapatkan bimbingan dan pantauan dalam belajar dan mengambil kesimpulan materi agar tujuan awal pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

BAB III PENUTUP Pendidikan

yang

secara

umum

diartikan

sebagai

usaha

untuk

mengembangkan segala potensi yang dimiliki tidak dapat berlangsung jika tidak ada pendidik dan peserta didik. Untuk menjadi seorang pendidik, ada beberapa hal yang

harus

dipenuhi,

misalnya

penguasaan

materi

pelajaran,

sikap

bertanggungjawab, dan kemampuan mengelola proses belajar mengajar. Selain itu, pendidik juga harus dapat memilih dan menerapkan metode yang tepat untuk digunakan ketika mengajar peserta didiknya. Pendidik dapat mengkombinasikan metode-metode yang ada antara satu dengan yang lainnya agar didapatkan hasil yang maksimal. Penerapan metode yang bervariasi akan membuat anak atau peserta didik tidak merasa jenuh dan lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Adapun hambatan-hambatan yang muncul ketika proses belajar berlangsung dapat dihadapi dan diselesaikan pendidik melalui berbagai solusi yang tepat. Dengan ini, pendidik dapat menciptakan situasi pendidikan yang efektif sehingga tujuan pun akan tercapai.

DAFTAR PUSTAKA Purwanto, Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sadulloh, Uyoh. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sadulloh, Uyoh, dkk. 2007. Pedagogik. Bandung: Cipta Utama.

Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Related Documents