Penelitian - 2 Isi Fixed.docx

  • Uploaded by: Sana
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penelitian - 2 Isi Fixed.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 12,028
  • Pages: 79
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya

dalam MDGs (Millenium Development Goals) adalah status gizi anak balita. Masa anak balita merupakan kelompok yang rentan mengalami kurang gizi salah satunya adalah stunting, ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 SD (standar deviasi).3 Stunting merupakan masalah gizi terbesar pada balita (bawah lima tahun). Stunting adalah kegagalan tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.1 Dapat dikatakan stunting apabila bayi atau balita tersebut sudah diukur panjangnya lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO – MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2 SD dan dikatakan sangat pendek bila nilai z-scorenya kurang dari -3 SD.2 Stunting atau pendek merupakan kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum dan sesudah kelahiran yang diakibatkan oleh tidak tercukupinya asupan zat gizi. Menurut penelitian yang ada, 178 juta anak di dunia yang terlalu pendek berdasarkan usia membuat stunting menjadi indikator kunci dari kekurangan gizi kronis.3 Seperti pertumbuhan yang melambat, perkembangan otak tertinggal dan sebagai hasilnya anak-anak stunting lebih mungkin mempunyai daya tangkap yang rendah.3 Pemberian makan yang tidak tepat mengakibatkan cukup banyak anak yang menderita kurang gizi. Femomena gagal tumbuh atau growth faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi yang diberikan makanan tambahan dan terus memburuk hingga usia 18-24 bulan. Kekurangan gizi memberi kontribusi dua pertiga kematian balita. Dua pertiga kematian

1

tersebut terkait praktek pemberian makanan yang tidak tepat pada bayi dan anak usia dini.4 Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia dini tergantung pada asupan zat gizi yang diterima. Semakin rendah asupan zat gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi dan kesehatan anak. Gangguan gizi pada masa bayi dan anak-anak terutama pada umur kurang dari lima tahun dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan anak. Pertumbuhan sel otak berlangsung sangat cepat dan akan berhenti atau mencapai taraf sempurna pada usia 4-5 tahun. Perkembangan otak yang cepat hanya dapat dicapai bila anak berstatus gizi baik.5 Menurut Riskedas pada tahun 2013, sekitar 37% atau sekitar 9 juta anak balita mengalami stunting dan di seluruh dunia, Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.6 Baduta (bawah dua tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang kurang, dan menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit sehingga dimasa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan ekonomi.6 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) serta mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi pada melebarnya kesenjangan ekonomi, sehingga mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi.6 Menurut sumber data dari kemenkes tahun 2013 dan SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2013, ditemukan balita dengan kondisi stunting sebanyak 37.970 jiwa atau sekitar 41.08% di Sumedang.4 Angka tersebut merupakan angka yang cukup besar yang mampu mempengaruhi masa depan kota Sumedang nantinya. Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan kedalam 3 tingkatan yaitu tingkatan masyarakat, rumah tangga (keluarga), dan individu. Pada tingkat masyarakat yang menjadi faktor penyebab kejadian stunting adalah sistem

2

ekonomi, sistem pendidikan, sistem kesehatan dan sistem sanitasi dan air bersih. Pada tingkat rumah tangga (keluarga) yaitu kualitas dan kuantitas makanan yang tidak memadai, tingkat pendapatan, jumlah dan struktur anggota keluarga, pola asuh makan anak yang tidak memadai, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan sanitasi dan air bersih tidak memadai menjadi faktor penyebab stunting, dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat. Peran keluarga turut membantu mencegah kejadian stunting, keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hiduup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. Faktor penyebab yang terjadi di tingkat rumah tangga akan mempengaruhi keadaan individu yaitu anak berumur dibawah 5 tahun dalam hal asupan makanan menjadi tidak seimbang, berat badan lahir rendah (BBLR), dan status kesehatan yang buruk.5 Pengetahuan merupakan salah satu hal penting juga terhadap terjadinya kejadian stunting. Karena pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap yang baik, yang selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai sesuai, maka akan muncul perilaku yang baik pula.7 Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rudi Pangarsaing dkk, ditemukan terdapat hubungan antara perilaku dan juga lingkungan terhadap kejadian stunting pada SD di wilayah pertanian.8 Penelitian tersebut didukung dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Ttetjep dan Noviati, mengatakan bahwa sanitasi lingkungan memiliki hubungan yang bermakna terhadap terjadinya stunting.9 Hal ini membuat peneliti ingin meneliti lebih lanjut bagaimana profil perilaku hidup bersih dan sehat terhadap bayi dan balita di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang pada tahun 2018.

3

1.2

Rumusan masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah adalah : 1. Bagaimana gambaran praktik 10 indikator PHBS pada orangtua balita terhadap

angka

kejadian

stunting

di

Kecamatan

Conggeang

Kabupaten Sumedang? 2. Bagaimana hubungan pengetahuan PHBS pada orangtua balita terhadap

angka

kejadian

stunting

di

Kecamatan

Conggeang

Kabupaten Sumedang? 3. Bagaimana hubungan sikap PHBS pada orangtua balita terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang? 4. Bagaimana hubungan praktik PHBS pada orangtua balita terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum Penelitian Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan,

sikap, dan tindakan PHBS pada orangtua balita terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang Tahun 2018. 1.3.2

Tujuan Khusus Penelitian Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Mengetahui gambaran praktik 10 indikator PHBS pada orangtua balita terhadap

angka

kejadian

stunting

Kabupaten Sumedang.

4

di

Kecamatan

Conggeang

2. Mengetahui hubungan pengetahuan PHBS pada orangtua balita terhadap

angka

kejadian

stunting

di

Kecamatan

Conggeang

Kabupaten Sumedang. 3. Mengetahui hubungan sikap PHBS pada orangtua balita terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. 4. Mengetahui hubungan praktik PHBS pada orangtua balita terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.

1.4

Hipotesis 1.

Ho: Tidak ada hubungan antara pengetahuan PHBS terhadap angka kejadian stunting. Ha: Ada hubungan antara pengetahuan PHBS terhadap angka kejadian stunting.

2.

Ho: Tidak ada hubungan antara sikap PHBS terhadap angka kejadian stunting. Ha: Ada hubungan antara sikap PHBS terhadap angka kejadian stunting.

3.

Ho: Tidak ada hubungan antara praktik PHBS terhadap angka kejadian stunting. Ha: Ada hubungan antara praktik PHBS terhadap angka kejadian stunting.

1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1

Bagi Peneliti Manfaat bagi peneliti antara lain :

5

1. Sebagai ilmu dan pengalaman praktis bagi peneliti dibidang kesehatan masyarakat. 2. Untuk masukan dan tambahan peneliti untuk menjadi dasar penelitian selanjutnya atau dalam bidang topik yang sama. 1.5.2

Bagi Institusi Setempat Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik orangtua balita mengenai perilaku hidup bersih sehat dan angka kejadian stunting sehingga dapat melakukan upaya- upaya pencegahan spesifik untuk menurunkan prevalensi stunting pada balita

6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Gambaran Umum Kabupaten Sumedang

2.1.1

Geografi dan Demografi Luas Wilayah Kabupaten Sumedang adalah 1.518,33 Km2 yang terdiri

dari 26 kecamatan terbagi ke dalam 271 desa dan 7 kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Buah Dua (6,91%) dari total luasan Kabupaten Sumedang, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Cisarua (1,14%). Kabupaten Sumedang memiliki batas wilayah administrasi pada bagian utara dengan Kabupaten Indramayu, pada bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut, pada bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung, dan pada bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Majalengka.10 Kabupaten sumedang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.154.570 jiwa.11

Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Sumedang

7

2.1.2

Topografi, Iklim, dan Curah Hujan Bentuk permukaan Kabupaten Sumedang bervariasi dari permukaan yang

datar sampai yang pegunungan. Permukaan tersebut mempunyai ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 70 m dpl sampai dengan lebih dari 1000 m dpl. Secara keseluruhan topografi di Kabupaten Sumedang 43,73% terletak pada ketinggian 501-1000 m dpl. Daerah Kabupaten Sumedang yang mempunyai ketinggian 70 m dpl yaitu berada di bagian timur yang berbatasan secara langsung dengan Kabupaten Majalengka. Sumedang mempunyai iklim tropis dengan temperatur normal rata-rata 15oC sampai dengan 26oC dan di dataran rendah ratarata berkisar 26oC dengan kelembaban 50%, sedangkan di dataran tinggi 15 oC dengan kelembaban 70%, curah hujan secara umum rata-rata 2031 mm/tahun.12

2.2

Gambaran Umum Kecamatan Conggeang

2.2.1

Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara

Kabupaten Sumedang. Kecamatan Conggeang memiliki luas wilayah 10.531 ha yang terdiri dari wilayah darat dan persawahan. Secara administrasi pemerintahan, Kecamatan Conggeang terbagi menjadi 12 desa atau kelurahan yaitu Desa Babakan Asem, Cacaban, Cibeureuyeuh, Cibubuan, Cipamekar, Conggeang Kulon, Conggeang Wetan, Jambu, Karanglayung, Narimbang, Padaasih, dan Desa Ungkal. Adapun batas-batas administratif Kecamatan Conggeang, yaitu: sebelah Utara dibatasi oleh Kecamatan Ujung Jaya, Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu; sebelah Barat dibatasi oleh Kecamatan Buah Dua; sebelah Selatan dibatasi oleh Kecamatan Paseh, Kecamatan Cimalaka dan sebelah Timur dibatasi oleh Kecamatan Tomo. Jarak ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten adalah 30 km (Kabupaten Sumedang 2009).

8

Gambar 2.2 Peta Administratif Kecamatan Conggeang 2.2.2

Topografi, Iklim, dan Curah Hujan Topografi Kecamatan Conggeang berupa areal yang datar, bergelombang

sampai berbukit / bergunung dengan ketinggian daerah sekitar 280-500 m dpl dan kemiringan lahan berkisar antara 8-15%. Kedalaman efektif lahan mencapai >90 cm dengan tekstur tanah sedang dan tingkat kepekaan terhadap erosi termasuk agak peka. Rata-rata curah hujan mencapai 3.092 mm/tahun dan rata-rata hari hujan mencapai 114 hari hujan (HH). Suhu rata-rata di Kecamatan Conggeang berkisar antara 23-27°C (Kabupaten Sumedang 2009).

9

2.2.3

Demografis Pada tahun 2017, jumlah KK (kepala keluarga) di Kecamatan Conggeang

adalah 10881 KK, dengan jumlah terbanyak dari Desa Cipamekar yaitu 1341 KK, sedangkan desa dengan jumlah KK terendah adalah Desa Ungkal yaitu 261 KK.. Tabel 2.1 Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Conggeang Tahun 2017 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nama Desa Babakan Asem Ungkal Cibubuan Conggeang Kulon Conggeang Wetan Narimbang Cipamekar Pada Asih Karang Layung Jambu Cacaban Cibeureuyeuh Total

Cakupan Wilayah Jumlah KK Jumlah RW Jumlah RT 1095 9 30 261 2 7 887 4 20 1094 8 26 676 4 12 1164 6 27 1341 6 27 1295 7 35 1114 7 26 833 4 13 686 3 16 475 4 15 10881 67 254

Jumlah balita di Kecamatan Conggeang pada tahun 2017 adalah sebanyak 1632 orang. Desa dengan jumlah balita terbanyak adalah Desa Narimbang sebanyak 270 orang, sedangkan desa dengan jumlah balita terendah adalah Desa Ungkal yaitu sebanyak 35 orang.

10

Tabel 2.2 Jumlah Balita di Kecamatan Conggeang Tahun 2017 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Desa Babakan Asem Ungkal Cibubuan Conggeang Kulon Conggeang Wetan Narimbang Cipamekar Padaasih Karang Layung Jambu Cacaban Cibeureuyueh Total

2.3

Konsep PHBS

2.3.1

Pengertian PHBS

Jumlah Balita 138 35 68 223 115 270 172 46 185 194 105 81 1632

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan- kegiatan kesehatan di masyarakat.20 Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.20 2.3.2

Pengertian PHBS Tatanan Rumah Tangga PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dansehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Rumah tangga merupakan suatu bagian masyarakat terkecil di mana perubahan perilaku dapat membawa dampak besar dalam kehidupan dan tingkat kesehatan anggota

11

keluarga di dalamnya. PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.21 2.3.3

Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di

rumah tangga yaitu :17  Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin, kelainan akan cepat diketahui dan segera dapat ditolong atau dirujuk ke puskesmas / rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.  Memberi ASI ekslusif Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa diberi makanan atau minuman tambahan apapun sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. ASI mulai diberikan segera 30 menit setelah ibu melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan perdarahan. Makanan dan minuman jangan diberikan pada bayi sebelum diberikan ASI, karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan tidak perlu dijadwal. Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan lebih baik diberikan ASI saja, sedangkan setelah bayi berusia 6 bulan ke atas diberikan ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lunak dan jumlah yang sesuai dengan pertambahan umur bayi. Pemberian ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun. 12

Keunggulan dari ASI adalah: 1)

Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan.

2)

Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit infeksi seperti diare, batuk pilek, radang tenggorokan, dan gangguan pernafasan.

3)

Melindungi bayi dari alergi.

4)

Aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi dalam keadaan segar.

5)

Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan dimana saja.

6)

Membantu

memperbaiki

refleks

menghisap,

menelan

dan

pernafasan bayi.  Menimbang bayi dan balita tiap bulan Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai usia 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Manfaat penimbangan bayi dan balita setiap bulan di Posyandu, antara lain: 1)

Untuk mengetahui apakah bayi dan balita tumbuh sehat.

2)

Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan bayi dan balita.

3)

Merujuk bayi dan balita ke puskesmas bila sakit, berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai gizi buruk.

4)

Ibu balita mendapat penyuluhan gizi untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita.

5)

Menggunakan air bersih

13

Air memiliki peranan dalam penularan penyakit diare karena air merupakanunsur yang ada dalam makanan maupun minuman dan juga digunakan untukmencuci tangan, bahan makanan, serta peralatan untuk memasak atau makan. Air yang digunakan harus bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Jika air terkontaminasi dan kebersihan yang baik tidak dipraktikkan, makanan

yang

dihasilkan

kemungkinan

besar

juga

terkontaminasi.21 Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba) : 1)

Air tidak berwarna, harus bening / jernih.

2)

Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa, dan kotoran lainnya.

3)

Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, tidak pahit, dan harus bebas dari bahan kimia beracun.

4)

Air tidak berbau, seperti bau amis, anyir, busuk, atau bau belerang.

Manfaat menggunakan air bersih adalah: 1)

Terhindar dari gangguan penyakit, seperti diare, kolera, disentri, thypus, cacingan, penyakit mata, penyakit kulit, atau keracunan.

2)

Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.

 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Kuman tersebut akan pindah ke tangan apabila kita mencuci tangan dengan air yang tidak bersih. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk kedalam tubuh dan dapat menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman. Mencuci tangan

14

tanpa sabun menyebabkan kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Mencuci tangan dengan sabun dilakukan setelah buang air besar, sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum menyusui bayi, setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun, dan lain-lain), setelah menceboki bayi atau anak, dan sebelum memegang makanan. Mencuci tangan dengan sabun dapat membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), serta tangan menjadi bersih.17  Menggunakan jamban sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis jamban yang dianjurkan adalah jamban cemplung dan jamban tangki septik / leher angsa. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran / tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. Jamban tangki septik / leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungnya berupa tangki septik, kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Syarat jamban sehat adalah tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga / tikus, mudah dibersihkan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.23  Memberantas jentik di rumah

15

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan Jentik Berkala adalah pemeriksaan jentik pada tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat penampungan air) yang ada di dalam rumah seperti bak mandi / WC, vas bunga atau tatakan kulkas dan di luar rumah seperti talang air, alas pot bunga, ketiak daun, tempat minum burung, lubang pohon atau pagar bambu yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Pemberantasan jentik di rumah dapat dilakukan dengan teknik dasar minimal 3M Plus, yaitu:24 1) Menutup Menutup adalah memberi tutup yang rapat pada tempat air yang ditampung seperti bak mandi, kendi, toren air, botol air minum dan lain sebagainya. 2) Menguras Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti kolam renang, bak mandi, ember air, tempat airminum, penampungan air lemari es dan lain-lain. 3) Mengubur Mengubur adalah memendam di dalam tanah untuk sampah atau benda yang tidak berguna dan memiliki potensi tempat nyamuk DBD (Demam Berdarah Dengue) bertelur di dalam tanah. 4) Plus kegiatan pencegahan -

Menggunakan obat nyamuk / anti nyamuk;

-

Menggunakan kelambu saat tidur;

-

Menanam pohon dan binatang yang dapat mengusir / memakan nyamuk dan jentik nyamuk;

-

Menghindari daerah gelap di dalam rumah agar tidak ditempati nyamuk dengan mengatur ventilasi dan pencahayaan; 16

-

Memberi bubuk larvasi pada tempat air yang sulit dibersihkan;

-

Tidak tergantung pakaian di dalam rumah serta tidak menggunakan kelambu dan perabot gelap yang bisa jadi sarang nyamuk.

17

 Makan buah dan sayur setiap hari Anggota keluarga diharapkan mengkonsumsi 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, serta mengandung serat yang tinggi. Vitamin yang ada di dalam sayur dan buah memiliki manfaat antara lain: 1) Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata; 2) Vitamin D untuk kesehatan tulang; 3) Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda; 4) Vitamin K untuk pembekuan darah; 5) Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi; 6) Vitamin B mencegah penyakit beri-beri; 7) Vitamin B12 dapat meningkatkan nafsu makan  Melakukan aktivitas fisik setiap hari Aktifitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

pengeluaran

tenaga

yang

sangat

penting

bagi

pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan bisa berupa kegiatan sehari-hari dan olahraga. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan, misalnya berjalan kaki, berkebun, kerja di taman, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai, naik turun tangga, membawa belanjaan. Olahraga yang dapat dilakukan, misalnya push-up, lari ringan, bermain bola, yoga, fitness, angkat beban / berat. Aktifitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya.  Tidak merokok di dalam rumah 18

Satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan carbon monoksida (CO). Nikotin dapat menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah, tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker, serta CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel- sel akan mati. Di dalam rumah akan terdapat perokok pasif dan perokok aktif jika ada salah satu anggota keluarga yang merokok. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok. Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun, walaupun hanya 1 batang dalam sehari. Orang yang menghisap rokok meskipun tidak rutin atau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok hanya sekedar menghembuskan asapnya juga bisa dikatakan sebagai perokok aktif.24

2.4.

Pengetahuan

2.4.1

Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang.15 2.4.2

Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan seseorang tentang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu:16 1) Faktor internal  Pendidikan

19

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah menerima informasi.16

20

 Pekerjaan Sedikit orang yang mampu bekerja sebagai sumber kesenangan, karena menurutnya hal ini adalah hal yang membosankan. Sehingga banyak yang berpendapat bekerja kegiatan yang menyita waktu.16  Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.16 2) Faktor eksternal  Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau kelompok.16  Sosial budaya Sistem sosial yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.16

2.5

Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.32  Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).  Menanggapi (responding)

21

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.  Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.  Bertanggung jawab (responsible) Sikap paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya dan berani mengambil resiko.

2.6

Praktek atau Tindakan Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya

tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. 32  Praktik terpimpin (guided response) Subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.  Praktik secara mekanisme (mechanism) Subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis.  Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.32

22

23

2.7

Stunting

2.7.1

Pengertian Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan

gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.25 Stunting adalah suatu keadaan sebagai akibat interaksi makanan dan kesehatan yang diukur secara antropometri dengan menggunakan indikator panjang badan menurut pada ambang batas <-2 SD jika dibandingkan dengan standar WHO – NCHS. Seorang anak dikatakan berstatus gizi pendek (stunting) apabila pada indeks antropometri berdasarkan indikator TB/U berada pada ambang batas <-2 SD baku rujukan WHO – NCHS. Anak yang gizi kurang (stunting) mempunyai IQ rata-rata 11 poin lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata anak yang tidak mengalami gangguan gizi (stunting).26 2.7.2

Patofisiologis Stunting Masalah gizi merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi oleh

berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau masyarakat bahkan keluarga karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang gizi tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi pada anak balita bulan sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden hunger.27 Stunting merupakan retardasi pertumbuhan linier dengan defisit dalam panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan

24

pertumbuhan World Health Organization/National Center for Health Statistics (WHO/NCHS). Stunting disebabkan oleh akumulasi episode stress yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh).28 Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang mengalami kekurangan energy kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan berlanjut menjadi balita stunting dan berlanjut ke usia anak sekolah dengan berbagai konsekuensinya. Kelompok ini akan menjadi generasi yang kehilangan masa emas tumbuh kembangnya dari tanpa penanggulangan yang memadai kelompok ini dikuatirkan lost generation. Kekurangan gizi pada hidup manusia perlu diwaspadai dengan seksama, selain dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak berdiri sendiri tetapi diikuti masalah defisiensi zat gizi mikro.29 Konsep timbulnya malnutrisi terjadi akibat dari faktor lingkungan dan faktor manusia (host) yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk 11 memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan yang terhambat.30 Sehubungan dengan meningkatnya defisiensi zat gizi dalam darah, berupa rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Selain itu, dapat juga terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat pada kekurangan tiamin. Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain.30

25

2.7.3

Dampak Stunting pada Balita Laporan UNICEF tahun 1998, beberapa fakta terkait stunting dan

pengaruhnya adalah sebagai berikut :31 - Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah dibandingkan, dibandingkan anak-anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan

konsekuensi

terhadap

kesuksesan

anak

dalam

kehidupannya dimasa yang akan datang. - Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor

dasar

yang

menyebabkan

stunting

dapat

menganggu

pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunting adalah BBLR, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunting mengonsumsi makanan yang berbeda di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan. - Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan mempngaruhi secara langsung pada kesehatan dan prduktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak BBLR. Stunting terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung 26

menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan. - Akibat lain stunting terhadap perkembangan sangat merugikan performance anak. Jika kondisi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-3 tahun) maka tidak dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat pulih kembali. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia dua tahun. Apabila gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan skor tes IQ sebesar 10-13 poin. Penurunan perkembangan

kognitif,

gangguan

pemusatan

perhatian

dan

manghambat prestasi belajar serta produktifitas menurun sebesar 2030%, yang akan mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya anak-anak tersebut hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan lainnya. Generasi demikian hanya akan menjadi beban masyarakat dan pemerintah, karena terbukti keluarga dan pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan yang tinggi akibat warganya mudah sakit.28 2.7.4

Penilaian Status Gizi Secara Antropometri Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos dam metros.

Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi, antropometri adalah hubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi, berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak dibawah kulit.28 Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif atau subjektif. Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

27

penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara antropometri merupakan penilaian status gizi secara langsung yang paling sering digunakan di masyarakat. Antropometri dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya melakukan latihan sederhana, selain itu antropometri memiliki metode yang tepat, akurat karena memiliki ambang batas dan rujukan yang pasti, mempunyai prosedur yang sederhana, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Jenis ukuran tubuh yang paling sering digunakan dalam survei gizi adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan yang disesuaikan dengan usia anak. Pengukuran yang sering dilakukan untuk keperluan perorangan dan keluarga adalah pengukuran berat badan (BB), dan tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB). Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter yang merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Indeks antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah diubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini. 2.7.4.1 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Tinggi badan akan seiring dengan pertambahan umur dalam keadaan normal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari

28

keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/ pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak stunting.28 Keuntungan indeks TB/U yaitu merupakan indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana dan dibuat secara lokal, jarang orang tua keberatan diukur anaknya. Kelemahan indeks TB/U yaitu tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, dapat terjadi kesalahan yang mempengaruhi presisi, akurasi dan dan validitas pengukuran. Sumber kesalahan bisa berasal dari tenaga yang kurang terlatih, kesalahan pada alat dan tingkat kesulitan pengukuran. TB/U dapat digunakan sebagai indeks status gizi populasi karena merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik. Seorang yang tergolong pendek “pendek tak sesuai umurnya (PTSU)” kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik, seharusnya dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama.28

2.8

Kerangka Konsep

Pengetahuan

Stunting

Sikap

Praktik

= Variabel dependen (terikat)

29

= Variabel independen (bebas) 2.9

Kerangka Teori Pengetahuan Internal Eksternal

Sikap Menerima Menanggapi Menghargai

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Asi eksklusif Menimbang bayi dan balita Ketersediaan air bersih Cuci tangan pakai sabun Penggunaan jamban sehat Pemberantasan jentik Makan buah dan sayur tiap hari Aktivitas fisik setiap hari Tidak merokok di dalam Rumah

Praktek Terpimpin Adopsi STUNTING

BB/U

30

TB/U

BB/TB

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

analitik untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat pada orangtua balita terhadap angka kejadian stunting di Kecamatan Conggeang tahun 2018. Desain yang digunakan secara cross sectional, dimana variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan secara bersamaan.

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 3-7 September 2018. Tempat

penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang di 12 Desa yaitu Desa Babakan Asem, Desa Cacaban, Desa Cibeureuyeuh, Desa Cibubuan, Desa Cipamekar, Desa Conggeang Kulon, Desa Conggeang Wetan, Desa Jambu, Desa Karanglayung, Desa Narimbang, Desa Padaasih, dan Desa Ungkal

3.3

Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1

Populasi Penelitian Populasi yang dipilih adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di

Kecamatan Conggeang.

31

3.3.2

Sampel Penelitian Sample yang dipilih adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di

Kecamatan Conggeang dan memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel dilakukan secara quota sampling. Besarnya sampel dihitung menggunakan rumus Slovin : n=

N 2 1+ N e

Keterangan : n = besar subjek N = besar populasi e

=

batas ketelitian yang diinginkan misalnya 10%

n=

10881 1+10881×(10 )²

n=

10881 109,81

n=99,08 ≈100 Dari perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel adalah 100 orang. Karena terdapat 12 desa yang akan diteliti, maka peneliti memutuskan untuk mengambil 9 sampel dari setiap desa sehingga jumlah sampel menjadi 108 orang.

32

3.4

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi : 1. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Conggeang 2. Orangtua yang memiliki anak berusia di bawah lima tahun 3. Orangtua yang bersedia menjadi responden Kriteria eksklusi : 1. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Conggeang dengan anak balita namun tidak bisa berkomunikasi dengan baik 2. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Conggeang dengan anak balita yang memiliki kecacatan fisik berat 3. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Conggeang dengan anak balita yang memiliki penyakit kronis seperti TBC (Tuberculosis)

3.5

Cara Kerja Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa

kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan orangtua tentang PHBS dan antropometri pada anak. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai orangtua dan langsung menuliskan jawaban di lembar kuesioner dan mengukur langsung BB dan TB anak. Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).

33

3.5.1

Alur Penelitian Perumusan masalah

Perancangan Kuesioner

Mencari subjek

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisis hasil

Kesimpulan

3.6

Identifikasi Variabel Variabel bebas

:

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan

Variabel terikat

:

Variabel terikat pada penelitian adalah stunting

34

3.7

Rencana Manajemen dan Analisis

3.7.1

Pengolahan Data Data

yang

telah

terkumpul

diolah

dengan

program

komputer

menggunakan SPSS for Window 16.00 version, sebagai berikut : 1. Edit data (editing) Data yang sudah terkumpul akan dikoreksi dan diperiksa kelengkapannya 2. Pemberian kode (coding) Data dibedakan berdasarkan masing-masing kategori. Setiap kategori diberikan kode untuk mempermudah dalam proses pengolahan data 3. Memasukkan data (entry) Data yang sudah dikode selanjutnya dimasukkan ke dalam sistem pengolahan data menggunakan SPSS for Window 16.00 version. 4. Pembersihan data (cleaning) Pembersihan data dilakukan baik secara manual maupun secara komputerisasi. Dalam pembersihan data akan dilakukan pengecekan ulang data sehingga akan terdeteksi jika ada kesalahan pemasukkan data atau data yang hilang. 3.7.2

Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan SPSS for Window 16.00 version

secara univariat dan bivariat. - Analisis univariat Dilakukan terhadap variabel independen dan variabel dependen. Hasil analisis berupa nilai mutlak dan persentase dari tiap-tiap variabel. - Analisis bivariate Menggunakan uji analisis spearman correlation untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen berdasarkan batas nilai kemaknaan pada tabel.

35

3.8

Definisi Operasional Definisi operasional dan skala pengukuran dalam penelitian ini adalah: Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

Variabel Pengetahuan

Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Dalam hal ini pengetahuan keluarga mengenai: 1. Mencuci tangan dan memakai sabun:

Cara Ukur Pengisian kuesioner

Pengetahuan mengenai mencuci tangan yang baik dan benar ialah dengan menggunakan air bersih dan sabun; Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat membunuh kuman penyakit; salah satu penyakit yang bisa ditularkan akibat tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ialah DBD. 2. Rokok: Pengetahuan mengenai Nikotin adalah zat berbahaya yang terkandung dalam rokok; salah satu penyebab diare adalah merokok; perokok 36

Hasil Ukur 1. Benar 2. Salah

Skala Nominal

pasif adalah orang yang menghisap rokok 3. Aktifitas Fisik: Pengetahuan bahwa Mengepel lantai dan olahraga merupakan jenis aktivitas fisik; Manfaat Aktivitas fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar; Waktu olahraga minimal dalam sehari adalah 10 menit 4. ASI Ekslusif: Fungsi pemberian ASI Eksklusif adalah untuk perkembangan, pertumbuhan dan kecerdasan bayi yang lebih unggul dibandingkan susu formula; ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi berumur 0-6 bulan tanpa tambahan makanan 5. Air Bersih: Jarak minimal sumber air dengan sumber pencemar (jamban, air kotor, lubang sampah) adalah 2 m; Syaratsyarat fisik air bersih harus tidak berwarna, tidak berbau,dan tidak berasa; Air bersih dapat diperoleh dari air hujan 6. Jamban Sehat: Jenis jamban yang memenuhi persayaratan kesehatan adalah jamban yang

37

memiliki leher angsa tanpa septic tank; Manfaat penggunaan jamban sehat adalah untuk menjaga lingkungan sehat, tidak mencemari sumber air dan tidak mengundang serangga pembawa penyakit 7. Jentik Nyamuk: Memberantas jentik nyamuk yang benar dengan membiarkan tempat penampungan air terbuka; Manfaat rumah yang bebas jentik nyamuk adalah lingkungan rumah terbebas dari penyakit demam berdarah; Penyakit malaria dapat ditularkan melalui perantara nyamuk 8. Konsumsi Buah dan Sayur: Sayur dan buah hanya mengandung serat; Salah satu manfaat dari mengkonsumsi buah dan sayuran adalah untuk melancarkan pencernaan 9. Menimbang Bayi dan Balita: Menimbang berat badan bayi dan balita secara teratur berguna untuk mengetahui status gizi bayi; Berat badan bayi/balita berada di atas garis merah pada Kartu 38

Menuju Sehat menandakan bayi/balita cukup gizi 10. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan:

Sikap

Persalinan dapat ditolong oleh siapapun, dengan harapan ibu dan bayi selamat tanpa mempedulikan kebersihan alat yang digunakan pada saat persalinan merupakan persalinan aman. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. 1. Mencuci tangan dan memakai sabun:

Pengisian kuesioner

Setelah BAB tidak perlu mencuci tangan dengan sabun; Sebelum makan tidak perlu mencuci tangan dengan sabun 2. Rokok: Anggota keluarga sebaiknya tidak merokok; Tidak masalah bagi ibu apabila ada asap rokok di dekat anak. 3. Aktifitas Fisik: Aktifitas fisik sebaiknya dilakukan minimal 30 menit setiap hari; Aktifitas

39

1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Ragu-ragu 4. Setuju 5. Sangat setuju

Likert

fisik tidak berpengaruh terhadap kesehatan. 4. ASI Ekslusif: Bayi sebaiknya hanya diberikan ASI saja (tanpa susu kaleng) sampai berusia 6 bulan; Bayi berumur 0-6 bulan dapat diberikan ASI dan susu formula secara bersamaan atau bergantian; Ibu merasa tidak nyaman saat memberikan ASI kepada anak. 5. Air Bersih: Di rumah tangga perlu tersedia air yang bersih; Untuk keperluan sehari – hari (masak,minum, mandi,dll), tidak harus menggunakan air bersih. 6. Jamban Sehat: Di rumah tangga /setiap rumah perlu tersedia jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan( pakai septic tank dan leher angsa); Buang air besar/ kecil sebaiknya di jamban keluarga (sendiri) yang memakai septic tank dan leher angsa. 7. Jentik Nyamuk: Barang – barang bekas/sampah sebaiknya dibakar; Fogging atau pengasapan

40

merupakan cara yang efektif dalam memberantas jentik nyamuk. 8. Konsumsi Buah dan Sayur: Setiap makan pagi, siang dan malam harus selalu ada sayur; Konsumsi buah dan sayur tidak penting bagi kesehatan tubuh. 9. Menimbang Bayi dan Balita: Keluarga harus waspada apabila berat badan bayi dan balita tidak meningkat setiap bulannya; Penting bagi ibu untuk bayi dan balita nya ditimbang berat badannya setiap bulan. 10. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan: Menurut ibu melakukan persalinan boleh dimana saja asal di tenaga kesehatan. Tindakan atau Sikap belum tentu Praktik terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Untuk mengetahui tindakan mengenai: 1. Mencuci tangan dan memakai sabun:

Pengisian kuesioner

41

1. Ya 2. Kadang 3. Tidak

Ordinal

Sebelum makan dan setelah BAB 2. Rokok: Adakah yang merokok dalam rumah 3. Aktifitas Fisik: Berolah raga setiap hari dan minimal 30 mnt 4. ASI Ekslusif: Memberikan tambahan makanan/susu kaleng pada anak terakhir ketika usia 0-6 bln; diberikannya terakhir hingga usia 2 thn. 5. Air Bersih: Mencuci peralatan makan dan bahan makanan di air sungai; menggunakan PAM, sumur/galon untuk memasak dan minum. 6. Jamban Sehat: BAK dan BAB di jamban sendiri yang menggunakan septic tank dan leher angsa; membersihkan jamban secara rutin. 7. Jentik Nyamuk: Menguras dan menyikat tempat penampungan air rutin; membakar sampah/ barang bekas. 8. Konsumsi Buah dan Sayur: Mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari. 9. Menimbang Bayi

42

dan Balita: Menimbang BB bayi dan balita setiap bulan di posyandu. 10. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Persalinan yang terkahir dijalani dibantu oleh tenaga kesehatan. Stunting

3.9

Masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Pengukuran yang dilakukan adalah: BB dan TB saat ini.

Pengukuran Antropometri

1. Stuntin g : < -2 SD 2. Tidak Stuntin g: > -2 SD

Ordinal

Etika Penelitian Penelitian ini mengikuti kaidah sesuai dengan etika penelitian yang

berlaku dengan merahasiakan identitas peserta kuesioner. Dokumen berisi tentang identitas dan data yang berhubungan dengan pengetahuan,sikap, dan praktik orangtua mengenai PHBS terhadap stunting .Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan surat izin permohonan penelitian kepada pihak dengan memperlihatkan etika penelitian, yang meliputi : 1. Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dengan

43

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya adalah supaya subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia, maka responden harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. 2. Anonimity Dalam penggunaan subjek penelitian dilakukan dengan tidak memberikan atau mencantumkan nama responder pada lembar kuesioner dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

44

3. Confidentiality Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya yang berhubungan dengan responden. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

45

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Uji Validasi No. Pertanyaan

rhitung

rtabel

Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.

0,620 0,626 0,616 0,626 0,623 0,621 0,621 0,619 0,614 0,621 0,628 0,629 0,619 0,622 0,622 0,617 0,617 0,618 0,622 0,618 0,626 0,616 0,624 0,624 0,608 0,605 0,610 0,611 0,604 0,631 0,602 0,635 0,616 0,647 0,632

0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

46

36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61.

0,603 0,608 0,612 0,615 0,622 0,611 0,618 0,593 0,603 0,615 0,616 0,614 0,625 0,620 0,619 0,615 0,626 0,626 0,629 0,627 0,626 0,611 0,623 0,610 0,608 0,616

0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254 0,254

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa secara keseluruhan nilai r hitung pada uji validitas pada setiap komponen lebih besar dari rtabel. Ini menunjukkan bahwa kuesioner peneliti dapat dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan PHBS pada orangtua di Kecamatan Conggeang. Dari seluruh komponen dalam kuesioner ini, pertanyaan nomor 43 nilai r hitung lebih besar dari rtabel tapi tidak terlalu beda jauh.

47

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Sosiodemografi Variabel

n

Persentase (%)

Usia ibu saat menikah: 1. ≤ 21 tahun 2. 22-35 tahun 3. ≥ 36 tahun

75 31 qq2

69,4 % 28,7% 1,9%

Pendidikan terakhir ibu 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Perguruan Tinggi

18 39 47 4

16,7% 36,1% 43,5% 3,7%

Jumlah Anggota Keluarga: 1. 2 orang 2. 3-5 orang 3. > 5 orang

4 98 6

3,7% 90,7% 5,6%

Pendapatan Keluarga: 1. Rp < 500.000 2. Rp 500.000 – 1.000.000 3. Rp 1.000.000 – 2.000.000 4. Rp > 2.000.000

9 25 40 34

8,3% 23,1% 37% 31,5%

Usia Anak: 1. 0-2 bulan 2. 3-5 bulan 3. 6-8 bulan 4. 9-11 bulan 5. 12-17 bulan 6. 18-23 bulan 7. 24-35 bulan 8. 36-47 bulan 9. 48-60 bulan

2 4 3 7 19 10 20 22 21

1,9% 3,7% 2,8% 6,5% 17,6% 9,3% 18,5% 20,4% 19,4%

Jenis Kelamin Anak: 1. Laki-laki 2. Perempuan

50 58

46,3% 53,7%

Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik sosiodemografi dari 108 responden. Responden terbanyak menikah saat berusia ≤ 21 tahun yaitu sebanyak 75 orang

48

(69,4%). Hampir setengah dari responden menempuh pendidikan terakhir hingga SMA (43,5%). Sebanyak 90,7% responden memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 3-5 orang. Lebih dari sepertiga responden memiliki pendapatan keluarga sebanyak Rp 1.000.000,- sampai Rp 2.000.000,- (37%). Usia anak responden terbanyak adalah 36-47 bulan sebanyak 22 anak (20,4%). dan lebih dari setengah anak responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 58 anak (53,7%). Tabel 4.3 Karakteristik Gizi Anak Responden Variabel

n

Persentase (%)

Gizi Buruk (< -3 SD) Gizi Kurang (-3 sampai -2 SD) Gizi Baik (-2 sampai 2 SD) Gizi Lebih (> 2 SD)

6 20 80 2

5,6% 18,5% 74,1% 1,9%

BB/TB 1. Sangat Kurus (< -3 SD) 2. Kurus (-3 sampai -2 SD) 3. Normal (-2 sampai 2 SD) 4. Gemuk (> 2 SD)

2 10 90 6

1,9% 9,3% 83,3% 5,6%

TB/U 1. 2. 3. 4.

13 29 63 3

12% 26,9% 58,3% 2,8%

3 9 90 6

2,8% 8,3% 83,3% 5,6%

BB/U 1. 2. 3. 4.

Sangat Pendek (-2 sampai 2 SD) Pendek (> 2 SD) Normal (-2 sampai 2 SD) Tinggi (> 2 SD)

IMT/U 1. Sangat Kurus (<-3 SD) 2. Kurus (-3 sampai -2 SD) 3. Normal (-2 sampai 1 SD) 4. Gemuk (1-2 SD)

49

Tabel 4.3 menjelaskan karakteristik gizi anak berdasarkan BB/U, BB/TB, TB/U, dan IMT/U. Hasil yang diperoleh dari perbandingan berat badan terhadap umur (BB/U) anak, kategori terbanyak adalah gizi baik (-2 sampai 2 SD) sebanyak 80 anak (74.1%). Berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), jumlah terbanyak terdapat di kategori normal (-2 sampai 2 SD) sebanyak 90 anak (83.3%). Sedangkan berdasarkan tinggi badan terhadap umur (TB/U), kategori dengan jumlah terbanyak adalah normal (-2 sampai 2 SD) sebanyak 63 anak (58,3%). Terakhir, pada perbandingan indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U), sebanyak 90 anak (83,3%) berada pada kategori normal (-2 sampai 1 SD). Tabel 4.4 Klasifikasi Tingkat Pengetahuan PHBS Pada Orangtua Tingkat Pengetahuan Baik Buruk Total

Jumlah Responden

Persentase (%)

99 9

91,7% 8,3%

108

100%

Dari tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh orangtua di Kecamatan Conggeang (91,7%) memiliki pengetahuan yang baik tentang PHBS, dan hanya 9 orang yang memiliki pengetahuan tentang PHBS yang buruk.

50

Tabel 4.5 Klasifikasi Sikap PHBS Pada Orangtua Sikap Sikap Sangat Baik Sikap Baik Sikap Cukup Sikap Kurang Sikap Buruk Total

Jumlah Responden

Persentase (%)

29 75 4 0 0

26.9% 69.4% 3.7% 0 0

108

100%

Dari tabel 4.5, diketahui bahwa hampir seluruh responden (96,3%) memiliki sikap yang lebih dari cukup tentang PHBS, dan tidak ada responden yang memiliki sikap kurang atau buruk tentang PHBS. Tabel 4.6 Klasifikasi Praktik PHBS Pada Orangtua Tindakan Baik Cukup Buruk Total

Total Responden

Persentase (%)

88 20 0

81.5% 18.5% 0

108

100%

Ditemukan 88 responden (81,5%) melakukan praktek PHBS yang baik pada tabel 4.6, sedangkan 20 responden (18,5%) melakukan praktek PHBS yang cukup.

51

Berikut adalah beberapa contoh praktek PHBS yang dilakukan oleh masyarakat. Tabel 4.7 Praktek PHBS pada Orangtua Variabel

n

Persentase (%)

Mencuci tangan memakai sabun setelah BAB 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

98 10 0

90,7% 9,3% 0

Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

52 41 15

48,1% 38% 13,9%

Adanya anggota keluarga yang merokok 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

76 3 29

70,4% 2,8% 26,9%

Memberikan makanan tambahan / susu kaleng pada anak pada usia 0-6 bulan 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak Menggunakan PAM, air tanah, air gunung, sumur, atau air galon untuk memasak dan minum 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

35 1 72

32,4% 0,9% 66,7%

103 0 5

95,4% 0 4,6%

BAB / BAK di jamban keluarga menggunakan septic tank dan leher angsa 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

92 16 0

85,2% 14,8% 0

52

yang

Menguras dan menyikat tempat penampungan air secara rutin 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

78 27 3

75,2% 25% 2,8%

Mengonsumsi buah setiap hari 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

30 76 2

27,8% 70,4% 1,9%

Menimbang bayi dan balita setiap bulan di posyandu 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

101 7 0

93,5% 6,5% 0

Melakukan persalinan kesehatan 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak

107 0 1

99,1% 0 0,9%

ditolong

oleh

tenaga

Dari tabel 4.7, dapat ditemukan beberapa aspek dimana praktek PHBS pada orangtua balita dinilai masih kurang, yaitu lebih dari setengah jumlah respoden (51,8%) belum melakukan aktivitas fisik selama minimal 30 menit setiap hari, sebanyak 73,2% responden memiliki anggota keluarga yang merokok, hampir sepertiga responden (32,4%) memberikan makanan tambahan atau susu formula pada bayi sebelum berusia 6 bulan, dan 72,3% responden belum mengonsumsi buah setiap hari.

53

Tabel 4.8 Karakteristik 12 Desa Conggeang Terhadap Stunting Sangat Pendek

Pendek

Normal

Tinggi

1 (11,1%)

4 (44.4%)

4 (44,4%)

0

Desa Cacaban

0

6 (66,7%)

3 (33,3%)

0

Desa Cibeureuyeuh

0

2 (22,2%)

7 (77,8%)

0

Desa Cibubuan

1 (11,1%)

2 (22,6%)

6 (66,7%)

0

Desa Cipamekar

3 (33,3%)

1 (11,1%)

4 (44,4%)

1 (11,1%)

Desa Conggeang Kulon

1 (11,1%)

1 (11,1%)

6 (66,7%)

1 (11,1%)

Desa Conggeang Wetan

1 (11,1%)

3 (33,3%)

4 (44,4%)

1 (11,1%)

Desa Jambu

2 (22,2%)

1 (11,1%)

6 (66,7%)

0

Desa Karanglayung

1 (11,1%)

3 (33,3%)

5 (55,6%)

0

Desa Narimbang

3 (33,3%)

1 (11,1%)

5 (55,6%)

0

Desa Padaasih

0

2 (22,2%)

7 (77,8%)

0

Desa Ungkal

0

3 (33,3%)

6 (66,7%)

0

13 (12%)

29 (26,9%)

63 (58,3%)

3 (28,3%)

Nama Desa Desa Babakan Asem

Total

54

Berdasarkan tabel 4.8, ditemukan desa dengan tingkat stunting tertinggi adalah Desa Cacaban dengan 6 orang (66,7%), sedangkan desa dengan tingkat stunting terendah adalah Desa Cibeureuyeuh, Desa Conggeang Kulon, dan Desa Padaasih yaitu sebanyak 2 orang (22,2%). Untuk menentukan data terdistribusi normal, maka bisa menggunakan tes normalitas. Jenis tes normalitas yang paling sering digunakan yaitu: tes Kolmogorov-Smirnov (K-S), dan Shapiro-Wilk (S-W). Apabila kedua tes memiliki nilai P >0,05, maka mengindikasi data terdistribusi normal. Tapi bila nilai P <0,05, maka mengindikasi data tidak terdistribusi normal.32 Tabel 4.9 Uji Normalitas

Stunting interprestasi praktik PHBS interprestasi sikap PHBS interprestasi pengetahuan PHBS

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic Df Sig. .398 108 .000 .618 108 .000 .497 108 .000 .473 108 .000 .408

108

.000

.670

108

.000

.535

108

.000

.308

108

.000

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan semua nilai sig. pada kedua tes normalitas yaitu 0.000. Dikarenakan nilai P < 0,05, maka data tidak terdistribusi normal. Bedasarkan hasil tes normalitas pada semua variabel independent dengan dependent, didapatkan data tidak terdistribusi normal. Sehingga dalam analisa menggunakan spearman correlation yang termasuk dalam statistic nonparametric. Statistic ini digunakan pertama kali oleh Wolfowitz, pada tahun 1942.33,34 Dalam menentukan tingkat kekuatan hubungan antara variabel independent dengan dependent, dapat berpedoman pada nilai koefisien korelasi, dengan ketentuan:

55

1. 2. 3. 4. 5.

0.00-0.19 = hubungan sangat lemah 0.20-0.39 = hubungan lemah 0.40-0.59 = hubungan sedang 0.60-0.79 = hubungan kuat 0.80-1.00 = hubungan sangat kuat

Jika koefisien korelasi bernilai positif (+), maka menunjukkan hubungan positif antara variabel dan dikatakan searah. Sebaliknya jika koefisien korelasi bernilai negatif (-), maka menunjukkan hubungan negatif antara variabel dan dikatakan tidak searah.35 Tabel 4.10 Hubungan PHBS dengan Tingkat Stunting Karakteristik

Tidak Stunting n %

Stunting n

%

Pengetahuan 1. Pengetahuan baik 2. Pengetahuan buruk

39 3

39,4 % 33,3 %

60 6

60,6 % 66,7 %

Sikap 1. Sikap sangat baik 2. Sikap baik 3. Sikap cukup 4. Sikap kurang 5. Sikap buruk

12 29 1 -

41,4 % 38,7 % 25% -

17 46 3 -

58,6 % 61,3 % 75% -

Praktek 1. Praktek baik 2. Praktek cukup 3. Praktek kurang

35 7 -

39,8 % 35,0 % -

53 13 -

60,2 % 65,0 % -

pvalue

Correlatio n Coefficient

0.724

0.034

0.643

0.045

0.696

0.038

Tabel 4.10 menggambarkan korelasi karakteristik pengetahuan, sikap, dan tindakan orangtua tentang stunting terhadap tingkat stunting anak. Diketahui tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang PHBS

56

terhadap tingkat stunting (p>0,05). Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan p-value pengetahuan yaitu 0,724, p-value sikap yaitu 0,643 dan p-value praktik yaitu 0,696. Nilai koefisien korelasi pengetahuan yaitu 0,034, nilai koefisien korelasi sikap 0,045 dan nilai koefisien korelasi praktik 0,038, maka terdapat korelasi yang sangat lemah, serta bernilai positif (+), maka menunjukkan hubungan positif antara variabel dan dikatakan searah.

57

BAB 5 PEMBAHASAN

Dari 10 indikator PHBS ditemukan indikator dengan nilai praktik terendah adalah indikator merokok, karena ditemukan 73,2% responden memiliki anggota keluarga yang merokok dalam rumah, terutama adalah suami responden, diikuti oleh indikator konsumsi buah dan sayur, dimana sebanyak 72,3% responden tidak mengonsumsi buah setiap hari, karena merasa buah dan sayur bisa saling menggantikan. Di sisi lain, indikator dengan nilai terbaik adalah indikator persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan (99,1%) dan penggunaan air bersih untuk memasak dan minum (95,4%). Hal ini menandakan bahwa masyarakat sudah lebih peduli pentingnya untuk bersalin dengan bantuan tenaga kesehatan dan pentingnya penggunaan air bersih dalah rumah tangga. Pada penelitian ini, ditemukan adanya korelasi yang sangat lemah baik dari pengetahuan, sikap, maupun praktik PHBS orangtua balita terhadap tingkat stunting. 1. Pengetahuan Dalam penelitian ini diketahui tidak ada hubungan antara pengetahuan orangtua balita tentang PHBS dengan tingkat stunting. Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian oleh Erna Kusumawati, dkk. yang berjudul “Model Pengendalian Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia di Bawah Tiga Tahun”, di mana menurut penelitian tersebut terdapat hasil yang bermakna (p = 0,008) antara pengetahuan ibu dengan angka kejadian stunting. Anak yang memiliki ibu dengan pengetahuan yang buruk memiliki risiko 3,27 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting.36

58

2. Sikap Penelitian ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara sikap orangtua balita terhadap PHBS dengan tingkat stunting. 3. Praktik Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tidak ada hubungan antara praktek PHBS orangtua balita dengan tingkat stunting. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Vellim Dina Cahyani yang berjudul “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga dengan Kejadian Stunting Dan Non-Stunting pada Remaja Putri di SMP Negeri 1 Nguter Sukoharjo”, dimana pada hasil penelitiannya skor indikator PHBS rumah tangga antara kelompok stunting dan kelompok nonstunting tidak signifikan dari nilai p value 0,204 yang berarti tidak ada perbedaan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian stunting dan non-stunting pada remaja putri.37 Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jee Hyun Rah et al, dimana hasil penelitian didapatkan ibu atau pengasuh yang mencuci tangan mereka dengan sabun sebelum atau sesudah makan dan sesudah buang air besar ditemukan memiliki asosiasi yang rendah dengan anak yang pendek. Perilaku hidup bersih sehat merupakan penduga yang kuat dari anak yang pendek di India.38

59

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan 1. Telah ditemukan dari 10 indikator PHBS, indikator dengan praktek terendah adalah indikator merokok dan konsumsi buah dan sayur setiap hari, dan indikator dengan praktek terbaik adalah persalinan dengan dibantu tenaga kesehatan dan penggunaan air bersih dalam kegiatan rumah tangga. 2. Didapatkan p-value pengetahuan yaitu 0,724 yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan PHBS dengan stunting dan nilai koefisien korelasi pengetahuan yaitu 0,034 yang berarti adanya korelasi yang sangat lemah dan searah. 3. Didapatkan p-value sikap yaitu 0,643 yang berarti tidak ada hubungan antara sikap PHBS dengan stunting dan nilai koefisien korelasi sikap yaitu 0,045 yang berarti adanya korelasi yang sangat lemah dan searah. 4. Didapatkan dari p-value praktek yaitu 0,696 yang berarti tidak ada hubungan antara praktik PHBS terhadap stunting dan nilai koefisien korelasi praktik yaitu 0,038 yang berarti adanya korelasi yang sangat lemah dan searah.

60

6.2

Saran 1. Perlu mensosialisasikan pentingnya tidak merokok di lingkungan balita dan mengonsumsi buah dan sayur setiap hari kepada keluarga terutama yang belum memiliki anak dengan stunting sebagai upaya preventif. 2. Penelitian ini memerlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar serta variabel yang lebih rinci untuk eksplorasi temuan dalam penelitian ini.

61

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Milman, Anna, Frongillo EA, de Onis M dan Hwang Jy. Differential Improvement among countries in child Stunting Is Associatedwith Long-Term Development and Specific Interventions”. The Journal of Nutrition. 2005. 135:1415-1422 dalam https://www.ncbi.nlm.nih.gov .Diakses tanggal 15 Agustus 2018. 2. Kemenkes RI. Infodatin : Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan. ISSN 2442 –

7659.

2016.

Diunduh

dari

:

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balitapendek-2016.pdf. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2018. 3. WHO.

Nutrition:

Complementary

Feeding.

http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/.2011. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2018. 4. WHO/UNIC EF. Feeding and Nutrition of Infants and Young Children.WHO Regional Publications, European Series, No. 87, P. 17. 2003. 5. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar.Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2013. 6. TNP2K. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil

(Stunting). Jakarta Pusat : Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia. 2017. Diakses dari : http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku %20Ringkasan%20Stunting-1.pdf pada tanggal 16 Agustus 2018. 7. Shella Monica. Gambaran Faktor – Faktor Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas Tahun 2010). Jakarta : UIN. 2015 8. Rudi P, dkk. Faktor Lingkungan dan Perilaku yang Berhubungan dengan

Kejadian Stunting pada siswa SD di Wilayah Pertanian. Jurnal Kesehatan Lingkungan

Indonesia.

12.

2013.

Diakses

dari

https://media.neliti.com/media/publications/4795-ID-faktor-lingkungan-dan-

62

:

perilaku-yang-berhubungan-dengan-kejadian-stunting-pada-si.pdf

pada

tanggal 15 Agustus 2018. 9. TS Hidayat, dkk. Hubungan Sanitasi dan Status Gizi Balita di Indonesia. 34(2)

:104 -113. 2011. Diakses dari: http://download.portalgaruda.org/article.php? article=71914&val=4888 pada tanggal 15 Agustus 2018. 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2012 Tentang Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. 11. Kemendagri.

Profil

Kabupaten

Sumedang.

2016.

Diakses

dari

:

http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/32/name/jawabarat/detail/3211/sumedang pada tanggal 18 Agustus 2018. 12. Wiriaatmadja R M A. Peninggalan Instalasi Militer Hindia Belanda Era Perang Dunia I (1914-1918) di Kota Sumedang. Sumedang: Yayasan Sumedang Larang. 2002. 13. Notoadmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007:118. 14. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika. 2008. 15. Maulana, H. D. J. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009. 16. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007. 17. Departemen Kesehatan RI. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2007. 18. Widyastuti, P. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus untuk Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC. 2005. 19. Dewan Redaksi Bulletin Warta RSUD. Bulletin RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas No. 5 Tahun III: Rumah Tangga Sehat. Kapuas: RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo. 2009.

63

20. Syafrudin & Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta:EGC. 2007 21. Depkes RI. 2006. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI. Jakarta. 22. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jawa Timur: Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2012. 23. Dewan Redaksi Bulletin Warta RSUD. Bulletin RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas No. 7 Tahun IV: Cara Jumantik Memberantas Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD). Kapuas: RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo. 2010. 24. Proyek Kesehatan dan Gizi berbasis Masyarakat Untuk Mengurangi Stunting. In: Corporation MC, editor. Jakarta: MCA-Indonesia; 2014. 25. WHO. Child Growth Standar-malnutrition among children in poor area of china. Public Health Nutr. 1991;12:8. 26. Elfindri. Child Malnutrition In Indonesia. Bulletin Of Indonesia Economic Studies. 1996;31:97-111. 27. G Supariasa IDN. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC; 2002. 28. Waterlow JC. Cause and Mechanisme of Linear Growth Retardation. Proceedings of an International Dietary Energi Consultative Group (IDEC); 1993. 29. Gibney MJ. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2009. 30. Engel. Care and Nutrition. Washington DC: International food policy research institute; 1997. 31. Amahorseja AR.

Statistik

inferensial.

Jakarta:

Falkutas

Kedokteran

Universitas Indonesia, 2014: 24-25. 32. Ghasemi A, Zahediasl S. Normality test for statistical analysis: A guide for non-statisticians. International Journal of Endocrinology Metabolism. 2012: 10(2): 486-489. 33. Campbell MJ, Swinscow TDV. Statistics at Square One. 11 th rev eds. WileyBlackwell: BMJ Books, 2009.

64

34. StatSoft, Inc. How to analyze data with low quality or small samples,

nonparametric statistics (homepage on the internet). Diunduh dari: http://www.statsoft.com/Textbook/Nonparametric-Statistics 7 September 2018. 35. Statistics Solutions Advancements Through Clarity. Correlation (pearson,

kendall,

spearman)

(homepage

on

the

internet).

Diunduh

dari

:

http://www.statisticssolutions.com/correlation-pearson-kendall-spearman/ pada 8 September 2018 36. Kusumawati, Erna, Rahardjo, Setiyowati, dan Sari, Hesti Permata. Model of

Stunting Risk Factor Control Among Children Under Three Years Old. Diunduh

dari:

https://www.researchgate.net/publication/304467988_Model_Pengendalian_F aktor_Risiko_Stunting_pada_Anak_Bawah_Tiga_Tahun. Diakses tanggal 8 September 2018 37. Vellim Dina Cahyani. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah

Tangga Dengan Kejadian Stunting Dan Non-Stunting Pada Remaja Putri Di Smp

Negeri

1

Nguter

Sukoharjo.

Diunduh

dari:

https://core.ac.uk/download/pdf/148617708.pdf. Diakses tanggal 8 September 2018 38. Jee Hyun Rah, Aidan A Cronin, Bhupendra Badgaiyan, Victor M Aguayo3,

Suzanne Coates, dan Sarah Ahmed. Household sanitation and personal hygiene practices are associated with child stunting in rural India: a crosssectional

analysis

of

surveys.

https://bmjopen.bmj.com/content/5/2/e005180.short. September 2018

65

Diunduh Diakses

tanggal

dari 9

Lampiran 1 Formulir Partisipasi Penelitian FORMULIR PARTISIPASI PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

:

................................................

Dengan ini menyatakan bahwa saya : SETUJU Untuk berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian dokter muda yang berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Orangtua Balita Terhadap Angka Kejadian Stunting Di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. Tujuan, sifat, dan perlunya wawancara dan pengukuran berat badan dan tinggi badan dalam penelitian tersebut telah dijelaskan oleh peneliti dan saya mengerti sepenuhnya. Demikian pernyataan dibuat tanpa ada unsur keterpaksaan dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Sumedang,_____________ 2018

Peneliti

Responden

(..................................)

(..................................)

66

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada OrangtuaBalita Terhadap Stunting Di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang Tahun 2018 KECAMATAN

KELURAHAN

RT

No. Responden:

Nama Desa

Tanggal Wawancara:

Nama Posyandu:

Nama ibu

:

Nama anak

:

Usia ibu

:

Usia anak

:

RW

:

Usia Perkawinan:

Tanggal Lahir :

Alamat Responden:

Jenis kelamin :

L/P

Pendidikan Ibu

:

Anak ke..........dari......... bersaudara

Pekerjaan Ibu

:

Berat badan bayi saat lahir

:

Jumlah anggota keluarga:

Panjang badan bayi saat lahir :

Pendapatan Keluarga :

BB:…… ....Kg

BB/U

Karakteristik:

TB/U

Karakteristik:

BB/TB

Karakteristik:

IMT/U

Karakteristik:

TB:……....cm

PENGETAHUAN TERHADAP PHBS Isilah kolom dengan memberikan tanda Check List( V ) pada pernyataan yang sesuai No

Pernyataan

Benar Indikator Mencuci Tangan dan Memakai Sabun

1

Mencuci tangan yang baik dan benar ialah dengan menggunakan air bersih dan 67

Salah

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

sabun Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat membunuh kuman penyakit Salah satu penyakit yang bisa ditularkan akibat tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ialah Demam berdarah Indikator Rokok Nikotin adalah zat berbahaya yang terkandung dalam rokok Salah satu penyebab diare adalah merokok Perokok pasif adalah orang yang menghisap rokok Indikator Aktifitas Fisik Mengepel lantai dan olahraga merupakan jenis aktivitas fisik Manfaat Aktivitas fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar Waktu olahraga minimal dalam sehari adalah 10 menit Indikator ASI Eksklusif Fungsi pemberian ASI Eksklusif adalah untuk perkembangan, pertumbuhan dan kecerdasan bayi yang lebih unggul dibandingkan susu formula ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi berumur 0-6 bulan tanpa tambahan makanan Indikator Air Bersih Jarak minimal sumber air dengan sumber pencemar (jamban, air kotor, lubang sampah) adalah 2 m Syarat- syarat fisik air bersih harus tidak berwarna, tidak berbau,dan tidak berasa Air bersih dapat diperoleh dari air hujan Indikator Jamban Sehat Jenis jamban yang memenuhi persayaratan kesehatan adalah jamban yang memiliki leher angsa tanpa septic tank Manfaat penggunaan jamban sehat adalah untuk menjaga lingkungan sehat, tidak mencemari sumber air dan tidak mengundang serangga pembawa penyakit Indikator Jentik Nyamuk Memberantas jentik nyamuk yang benar dengan membiarkan tempat penampungan air terbuka Manfaat rumah yang bebas jentik nyamuk adalah lingkungan rumaht erbebas dari penyakit demam berdarah Penyakit malaria dapat ditularkan melalui perantara nyamuk Indikator Konsumsi Buah dan Sayur Sayur dan buah hanya mengandung serat Salah satu manfaat dari mengkonsumsi buah dan sayuran adalah untuk melancarkan pencernaan Indikator Menimbang Bayi dan Balita Menimbang berat badan bayi danbalita secara teratur berguna untuk mengetahui status gizi bayi Berat badan bayi/balita berada di atas garis merah pada KartuMenujuSehat menandakan bayi/balita cukup gizi Indikator Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan 68

24

Persalinan dapat ditolong oleh siapapun, dengan harapan ibu dan bayi selamat tanpa mempedulikan kebersihan alat yang digunakan pada saat persalinan merupakan persalinan aman SIKAP TERHADAP PHBS Isi kolom dengan Cek Lis ( V) pada pernyataan yang sesuai Ket : dengan pernyataan, SS= Sangat Setuju, S= Setuju, RR= Ragu- Ragu, TS = TidakSetuju , STS= Sangat Tidak Setuju

No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Pernyataan

S S S Indikator Mencuci Tangan dan Memakai Sabun Setelah BAB tidak perlu mencuci tangan dengan sabun Sebelum makan tidak perlu mencuci tangan dengan sabun Indikator Rokok Anggota keluarga sebaiknya tidak merokok Tidak masalah bagi saya apabila ada asap rokok di dekat anak saya Indikator Aktifitas fisik Aktifitas fisik sebaiknya dilakukan minimal 30 menit setiap hari Aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kesehatan Indikator ASI Eksklusif Bayi sebaiknya hanya diberikan ASI saja (tanpa susu kaleng) sampai berusia 6 bulan Bayi berumur 0-6 bulan dapat diberikan ASI dan susu formula secara bersamaan atau bergantian Saya merasa tidak nyaman saat memberikan ASI kepada anak saya Indikator Air bersih Di rumah tangga perlu tersedia air yang bersih Untuk keperluan sehari – hari (masak,minum, mandi,dll), tidak harus menggunakan air bersih Indikator Jamban Sehat Dirumah tangga /setiap rumah perlu tersedia jamban/WC yang memenuhi syarat kesehatan( pakai septic tank dan leher angsa) Buang air besar/ kecil sebaiknya di jamban keluarga (sendiri) yang memakai septic tank dan leher angsa Indikator Jentik Nyamuk Barang – barang bekas/sampah sebaiknya dibakar Fogging atau pengasapan merupakan cara yang efektif dalam memberantas jentik nyamuk Indikator Mengkonsumsi Buah dan Sayur

69

RR

TS

STS

40 41 42 42

43

Setiap makan pagi, siang dan malam harus selalu ada sayur Konsumsi buah dan sayur tidak penting bagi kesehatan tubuh Indikator Menimbang Bayi dan Balita Keluarga harus waspada apabila berat badan bayi dan balita tidak meningkat setiap bulannya Penting bagi saya untuk bayi dan balita saya ditimbang berat badannya setiap bulannya Indikator Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Menurut saya melakukan persalinan boleh dimana saja asal di tenaga kesehatan

PRAKTIK TERHADAP PHBS Isilah kolom dengan Cek Lis ( V) yang paling sesuai dengan yang ibu / bapak lakukan sehari – hari.Ket : Ya= Jika selalu melakukannya, Kadang : Jika tidak melakukann. Tdk = Jika tidak melakukan sama sekali No 1. 2. 3.

Pertanyaan

Ya

Indikator Mencuci Tangan dan Memakai sabun Apakah cuci tangan memakai sabun sebelum makan? Apakah setelah buang air besar selalu mencuci tangan memakai sabun? Indikator Aktifitas fisik Apakah anda berolahraga/aktifitas fisik setiap hari? 70

Kadan g

Tdk

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Apakah anda melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit dalam sehari? Indikator Rokok Apakah ada yang merokok dalam rumah? Indikator ASI Eksklusif Apakah anda memberikan tambahan makanan atau susu kaleng pada adank terakhir ketika berusia 0 – 6 bulan? Apakah ibu memberikan ASI pada anak terakhir hingga usia 2 tahun? Indikator Air Bersih Apakah anda mencuci peralatan makan / bahan makanan dengan air kali / sungai? Apakah anda menggunakan PAM, sumur/air galon untuk masak dan minum? Indikator Jamban Sehat Apakah anda buang air besar/ kecil di jamban keluarga yang menggunakan septic tank dan leher angsa? Apakah anda membersihkan jamban keluarga secara rutin? Indikator Jentik Nyamuk Apakah anda menguras dan menyikat tempatpenampungan air secara rutin? Apakah anda membakar sampah / barang - barang bekas? IndikatorKonsumsi Buah dan Sayur Apakah anda mengkonsumsi buah setiap hari? Apakah anda mengkonsumsi sayur seriap hari? IndikatorMenimbang Bayi dan Balita Apakah anda menimbang berat badan bayi dan balita anda setiap bulan di Posyandu? IndikatorPersalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan Apakah dalam persalinan terakhir ibu dibantu oleh tenaga kesehatan?

Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan

71 DOKUMENTASI PENELITIAN DESA UNGKAL

INTERVENSI REPRODUKSI CONGGEANG

PENYULUHAN SMPN 1

KESEHATAN KECAMATAN

72

INTERVENSI INTERVENSI PENYULUHAN PENYULUHAN 1000 PHBS HPKDI DI SDN UNGKAL POSYANDU TANJUNG INDAH

INTERVENSI PENYULUHAN 1000 HPK DI POSYANDU TANJUNG INDAH

73

74

Lampiran 4 Hasil SPSS Reliability Statistics Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha

N of Items

Based on Standardized Items .617

.474

62 pendidikan ibu

Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

SD

18

16.7

16.7

16.7

SMP

39

36.1

36.1

52.8

SMA

47

43.5

43.5

96.3

4

3.7

3.7

100.0

108

100.0

100.0

PT Total

jumlah anggota keluarga Frequency Valid

2 orang

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

4

3.7

3.7

3.7

3-5 orang

98

90.7

90.7

94.4

> 5 orang

6

5.6

5.6

100.0

108

100.0

100.0

Total

pendapatan keluarga Frequency Valid

Rp.< 500.000

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

9

8.3

8.3

8.3

Rp. 500.000-1.000.000

25

23.1

23.1

31.5

Rp.1.000.000-2.000.000

40

37.0

37.0

68.5

Rp. > 2.000.000

34

31.5

31.5

100.0

108

100.0

100.0

Total

75

jenis kelamin Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

LAKI-LAKI

50

46.3

46.3

46.3

PEREMPUAN

58

53.7

53.7

100.0

108

100.0

100.0

Total

kelompok umur perkawinan Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

<=21

75

69.4

69.4

69.4

22-35

31

28.7

28.7

98.1

>=36

2

1.9

1.9

100.0

Total

108

100.0

100.0

KELOMPOK UMUR ANAK Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

0-2 BULAN

2

1.9

1.9

1.9

3-5BULAN

4

3.7

3.7

5.6

6-8BULAN

3

2.8

2.8

8.3

9-11 BULAN

7

6.5

6.5

14.8

12-17 BULAN

19

17.6

17.6

32.4

18-23 BULAN

10

9.3

9.3

41.7

24-35 BULAN

20

18.5

18.5

60.2

36-47 BULAN

22

20.4

20.4

80.6

48-60

21

19.4

19.4

100.0

Total

108

100.0

100.0

76

kategori gizi TB/U Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

SANGAT PENDEK (<-3SD)

13

12.0

12.0

12.0

PENDEK ((-3) - (-2) SD)

29

26.9

26.9

38.9

NORMAL ((-2) - (2) SD)

63

58.3

58.3

97.2

3

2.8

2.8

100.0

108

100.0

100.0

TINGGI (>2SD) Total

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. .398 108 .000 .497 108 .000 .408 108 .000 .535 108 .000

Stunting interprestasi praktik PHBS interprestasi sikap PHBS interprestasi pengetahuan PHBS a. Lilliefors Significance Correction

77

Shapiro-Wilk Statistic Df .618 108 .473 108 .670 108 .308 108

Sig. .000 .000 .000 .000

nama desa * kategori gizi TB/U Crosstabulation kategori gizi TB/U SANGAT

nama desa

Ungkal

Count % within nama desa

babakan asem

Count % within nama desa

Cacaban

Count % within nama desa

cibeureuyeuh

Count % within nama desa

Cibubuan

Count % within nama desa

Cipamekar

Count % within nama desa

conggeang kulon

Count % within nama desa

conggean wetan

Count % within nama desa

Jambu

Count % within nama desa

karanglayung

Count % within nama desa

Narimbang

Count % within nama desa

Padaasih

Count % within nama desa

Total

Count % within nama desa

PENDEK (<-

PENDEK ((-3) -

NORMAL ((-2) -

3SD)

(-2) SD)

(2) SD)

TINGGI (>2SD)

Total

0

3

6

0

9

.0%

33.3%

66.7%

.0%

100.0%

1

4

4

0

9

11.1%

44.4%

44.4%

.0%

100.0%

0

6

3

0

9

.0%

66.7%

33.3%

.0%

100.0%

0

2

7

0

9

.0%

22.2%

77.8%

.0%

100.0%

1

2

6

0

9

11.1%

22.2%

66.7%

.0%

100.0%

3

1

4

1

9

33.3%

11.1%

44.4%

11.1%

100.0%

1

1

6

1

9

11.1%

11.1%

66.7%

11.1%

100.0%

1

3

4

1

9

11.1%

33.3%

44.4%

11.1%

100.0%

2

1

6

0

9

22.2%

11.1%

66.7%

.0%

100.0%

1

3

5

0

9

11.1%

33.3%

55.6%

.0%

100.0%

3

1

5

0

9

33.3%

11.1%

55.6%

.0%

100.0%

0

2

7

0

9

.0%

22.2%

77.8%

.0%

100.0%

13

29

63

3

108

12.0%

26.9%

58.3%

2.8%

100.0%

78

Correlations stunting

Correlation Coefficient

interprestasi

interprestasi

interprestasi sikap

praktik PHBS

pengetahuan PHBS

PHBS

1.000

.038

.034

.045

.

.696

.724

.643

N

108

108

108

108

Correlation Coefficient

.038

1.000

.115

.103

Sig. (2-tailed)

.696

.

.236

.288

Spearm

N

108

108

108

108

an's rho

Correlation Coefficient

.034

.115

1.000

.011

Sig. (2-tailed)

.724

.236

.

.907

N

108

108

108

108

Correlation Coefficient

.045

.103

.011

1.000

Sig. (2-tailed)

.643

.288

.907

.

N

108

108

108

108

Stunting

interprestasi praktik PHBS

interprestasi pengetahuan PHBS

interprestasi sikap PHBS

Sig. (2-tailed)

79

Related Documents


More Documents from ""