Pendidikan Moral Di Philipina

  • Uploaded by: Amir Khan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pendidikan Moral Di Philipina as PDF for free.

More details

  • Words: 1,797
  • Pages: 6
MASALAH MORAL DI NEGARA PHILIPPINA Oleh : Amir Hamzah Mahasiswa Ateneo De Naga Philippines asal Indonesia PROLOG Moral adalah sesuatu yang bersifat abstrak , tak berwujud tetapi sangat berperan dalam kehidupan manusia, bayangkan jika manusia hidup tanpa tatanan moral. Di Indonesia pendidikan moral mengambil peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan sejak sekolah dasar sampai pada jenjang perguruan tinggi. Dalam semua kurikulum yang pernah digunukan hingga kini, masalah moral selalu menjadi perhatian yang seruis dan menjadi syarat penting dalam menentukan kelulusan siswa ketika menempuh jenjang pendidikan tertentu. Idealnya meskipun siswa dapat menguasai berbagai mata pelajaran dengan baik tetapi jika tidak memiliki kepribadian yang baik maka bisa dianggap mereka belum berhasil dalam pendidikannya. Hal ini sesuai dengan semangat pancasila yang menghendaki seluruh masyarakat Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Di Philippina, tampaknya terjadi ketimpangan antara pendidikan moral dan pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tampak tidak begitu banyak disentuh masalah-masalah moral secara serius dan tidak memiliki porsi yang cukup penting di sekolah-sekolah secara umum. Di sekolah dasar terdapat mata pelajaran yang di sebut “MAKABAYAN” yang merupakan integrasi dari ilmu pengeatun social, toleransi antar umat beragama, sejarah , civic, bahasa daerah dan pengetahuan tentang Philippina beserta kebudayaannya, namun hanya dalam porsi yang terbatas dan kurang mendapatkan perhatian yang serius, menurut Djahiri dan Danial, dalam Sumanto ,2003: 94 kelemahan dari pelajaran-pelajaran social adalah sifatnya yang parsial dan hanya membina taksonomi rendah yaitu hafalan. Dengan demikian mata pelajaran yang disebut “MAKABAYAN” akan belum menemukan banyak kendala di lapangan jika hanya sebatas pengetahuan sekilas tanpa adanya control yang intensif dari pihak sekolah dalam keseharian siswa di rumah dan dalam lingkugan masyarakat. Harapan tentang pentingnya peradaban dan kebudayaan asli daerah sebagai akar budaya bangsa akan sulit diaplikasikan dalam wujut yang utuh dan nyata. Tidak ada dampak yang berarti bagi anak selain hanya sebatas menghafalkan nilai-nilai dan aturan-aturan yang pernah ada sebagaimana

menghafalkan cerita sejarah tanpa mengambil pelajaran dari dalamnya. Akan terjadi hilangnya rantai hubungan antara nilai-nilai sejarah dan budaya dengan nilai-nilai lingkungan yang banyak tercemar oleh budaya asing terutama dari nagara-negara maju yang menguasai teknologi informasi kelas dunia. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pelajaran yang paling diutamakan di Philippina ada tiga mata pelajaran yaitu; science, matematika dan bahasa Inggris dan bahasa pengantar dari ketiganya adalah bahasa Inggris sehingga anak usia sekolah dasar di Philippina rata-rata sudah mahir berbahasa Inggris sejak dini dibandingkan dengan anak di Indonesia yang rata-rata belum terampil, kecuali meraka yang memang di sekolahkan secara khusus dan memiliki kesempan yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Akan tetapi bangsa Indonesia harus bangga dan bersyukur kepada para pendiri republik yang telah meletakkan dasar moral sebagai akar dari terciptanya bangsa Indonesia yang berpekerti luhur. Kenyataan membuktikan bahwa sampai saat ini bangsa Indonesia masih menjunjung tinggi nilai-nilai pekerti luhur dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain, sebagai contoh negara tetangga Philippina yang tampaknya memiliki catatan kurang baik tentang prilaku moral masyarakat baik secara individu maupun sebagai warga negara. Sebagai bukti dari pernyataan ini adalah minimnya pemahaman masyarakat Philipina terhadapa nilai-nilai agama lain selain agama yang dianut mayoritas masyarakat dan juga makna toleransi antara umat beragama, sementara terdapat kepercayaan lain di samping agama mayoritas yang menghuni atau hidup berdampingan sebagai bagian dari masyarakat meskipun hanya terhitung miniritas atau terelokasi dan terisolasi di wilayah lain dari bagian negara Philippina. Isu perbedan agama masih sangat sensitive dan kebanyakan dari penduduk tidak memahami dan mengerti perpedaan prilaku dan kebiasaan agama lain kecuali berdasarkan pandangan subyektifitasnya sendiri. Sementara kehidupan social masyarakat cenderung individualis dan kurang bisa menghargai keberadaan orang lain, hampir semua sector diukur berdasarkan kepentingan ekonomi. Rumah-rumah penduduk hampir keseluruhannya berteralis besi dan berpagar tinggi, toko-toko di pinggir jalan juga tertutup dan hanya sebatas tangan dalam melakukan transaksi jual beli , hal ini mengindikasikan betapa tidak amanya situasi lingkungan masyarakat dan betapa rumit permasalahan social yang ada di wilayah semacam ini. Para penjaga keaman bersiaga dengan senjata berat hampir di setiap sarana public dan jalan-jalan umum. Lebih menarik lagi tentang aturan pemerintah yang

terkesan agak longgar terhadap peredaran minuman keras dan perjudian yang bisa dijumpai di mana-mana, termasuk juga prostitusi yang sangat lumrah dan vulgar di jalan-jalan besar kota, bisa dipastikan pemerintah tidak melakukan pelokalisasian terhadap prostitusi padahal masalah-masalah social semacam ini menjadi pemicu timbulnya konflik social di tengah-tengah masyarakat apalagi dalam situasi ekonomi yang masih sangat rendah.

BUDAYA ASLI SEBAGAI BASIC PERTAHAN MORAL Bagaimana wajah sebuah peradaban bergantung pada bentuk dan system pendidikannya, tidak sepenuhnya yang datang dari luar dan berbau modern itu baik dan diterapkan sebagai upaya mengikuti perkembangan jaman yang semakin canggih kemudian melupakan akar budaya yang sesuai dengan hati nurani dan kepribadian. Yang sering terjadi di berbagai belahan dunia dewasa ini banyak sekali masyarakat hanya bisa mngadopsi hal-hal yang datang dari negara-negara maju sepeti Amerika dan Eropa sebagai model dari pola prilaku dan kehidupan sehari-hari yang sangat mungkin tidak sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Akibatnya terjadi berbagai konflik kepribadian yang berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup masyarakat di masa yang akan datang. Hal ini perlu dicermati sedini mungkin dan segara diambil langkah-langkah secara politis dan realistis untuk megantisapasi dan mendapakan solusi yang praktis jika ditemukan hal-hal yang mengancam keselamatan sebuah peradaban. Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya asing sangat menarik dan mudah untuk diadopsi sebab kebudayaan-kebudayaan itu sangat didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan berbagai hal yang bersifat baru disamping menusia memang butuh berkembang dan bergerak maju dalam mempertahankan hidup yang semakin tidak mudah. Tidak ada satupun negara yang ada di belahan bumi ini mampu bertahan dari gempuran negara-negara maju setelah politik internasional membuka pasar bebas bahkan politik dumping dan politik tirai bambu tidak lagi berguna sama sekali. Negara manapun di muka bumi ini tidak memiliki pilihan kecuali bersaing dan berupaya untuk bertahan dari derasnya kemajuan jaman.

Dalam situasi yang seperti ini tidak hanya dibutuhkan kecerdasan logika saja untuk bisa bertahan tetapi lebih penting lagi kecerdasan emosi setiap individu sangat berperan. Masyarakat harus sadar akan jadi dirinya, asal usuknya dan kebutuhannya dalam menjalkan hidup sebab tidak semua yang berbau asing itu sesuai. Sebagai contoh yang sangat sederhana adalah kebiasan orang eropa menggunakan bikini dan berjemur di pantai adalah sesuatu yang baik untuk ditiru, terlepas dari masalah kepribadian asli atau tidak, mereka melakukan itu karena memang butuh untuk menperbaiki jaringan kulitnya yang banyak membutuhkan sel –sel yang terbentuk karena pembakaran sinar matahari. Orang eropa dengan iklim sub topisnya tentu memiliki kebutuhan yang berbeda dengan orang asia yang ratarata hidup di sekitar katulistiwa yang beriklim tropis, contoh lain adalah kebiasaan minuman keras yang dilakukan masyarakat yang memiliki iklim dingin tidak bisa begitu saja diambil alih oleh bangsa asia yang besuhu panas dan masih banyak contoh-contoh lain yang terkesan amat bodoh jika ditelan begitu saja. Tanpa meninggalkan kemajuan jaman dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih tampaknya kebudayaan asli yang berasal dari bumi sendiri adalah pertahanan yang paling baik untuk menanggulangi imprealisasi abat -21 karena dengan mengetahui dan menyadari hakikat dirinya sendiri maka tidak mudah untuk hanyut oleh hal-hal baru yang belum tentu sesuai. Disinilah kecerdasan emosi sangat berperan, sebagaiman pendapat Goleman (1995) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional sinergis dengan kecerdasan intelektual dan terkait dengan hubungan pribadi dengan orang social (Segel, 2001 dalam Hari Wahyono, 2002) kecerdasan emosi sangat menentukan bagaimana seorang individu menghargai diri, peka lingkungan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menghargai diri sendiri adalah menyadari dengan sepenuhnya akan keberadaannya dan asalusulnya bukan kemudian menjadi orang lain yang sama sekali tidak dikenalinya kemudian mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang tentu saja sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri. DINAMIKA MASYARAKAT PHILIPINA Philipina memiliki daya tarik yang sangat tinggi untuk diteliti karena letaknya sangat dekat dengan Indonesia dan kemungkinan besar masih memiliki ekerabatan budaya karana ditemukan banyak kesamaan pola-pola masyarakat.

Salah satu contoh yang sangat menarik adalah kesamaan kosa kata dialek Tagalog Bicol dengan kosa kata yang bayak digunakan di daerah-daerah di Indonesia seperti dialek Jawa dan Madura, disamping itu terdapat pula kesamaan adat busana daerah dan tari-tarian tradisional. Akan tetapati dalam kenyataannya Philippina sangat berbeda jauh dengan Indonesia yang masih kental adat dan tradisi ketimurannya. Gaya hidup di Philipina hampir sama dengan gaya hidup di negara-negara liberal yang sudah sangat maju perekonomiaanya sementara Philippina masih sangat terpuruk dan memiliki permasalahan social ekonomi yang tidak sederhana, kalau saja Philipina maju dan modern seperti Singapura, Jepang atau Malaysia mungkin saja gejala prilaku social yang muncul akibat dampak kemajuan teknologi dan system masyarakat yang memang bercitarasa internasional, tetapi yang terdapat jauh bertentangan dengan kondisi masyarakat yang masih sangat terbelakang secara social ekonomi. Salah satu contoh adalah pendapatan pnduduk setiap bulannya rata-rata berkisar antara (dibutuhkan data tentang ekonomi perkapita mayarakat) sementara harga barang-barang kebutuhan pokok sangat melambung tinggi, misalkan saja untuk membeli 1 kilogram beras dengan kualitas rendah di philipina harus membayar dengan 30 peso atau sekitas 7500 rupih sedangkan harga BBM perliternya berkisar antara 9000 untuk uang rupiah. Kenyataan ini tidak berbanding lurus dengan kebiasaan mayarakat yang gemar sekali berpesta dan hampir di setiap sudut-sudut banyak sekali ditemukan kelompok orang mabuk dan berjudi di tempat-tempat umum. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya mendapatkan lapangan kerja yang layak yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat yang tinggi akan pentingnya memperbaiki kehidupan dengan bekerja keras dan berusaha menciptakan lapangan kerja secara mandiri, mungkin juga pemerintah tidak merangsang masyarakat dengan bantuan modal usaha yang mudah dan ringan sehingga masyarakat sangat kesulitan dalam memberdayakan diri dan lingkungannya. MASALAH-MASALAH SOSIAL Seperti dalam penjelasan terdahulu bahwa masalah social di Philippina dapat dikatakan sangat kompleks, sebagaimana layaknya negara yang sedang berkembang, maka dampak-dampak globalisasi menjadi masalah yang paling sering dan sangat mengkawatirkan keberlangsungan hidup suatu perababan

masyarakat dalam pentas dunia yang semakin berlari cepat. Berdasarkan pengamatan sementara, keadaan di Philippina tergolong sangat mengkhawatirkan karana tampaknya kesiapan masyarakat dalam menerima era globalisasi beserta dampak yang mengiringi masih belum bisa dikategorikan siap. Ditinjau dari satu sisi , Philippina membangun sumber daya manusia dengan segala upaya untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, layaknya negara-negara lain di belahan dunia yang sesegera mungkin dapat menguasai syarat-sayarat yang diperlukan untuk dapat tampil dan bergaul dengan masyarakat Internasional, maka Philippina termasuk salah satu negara di asia yanr tergolong sangat antusias. Sekolah-sekolah sudah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan penggunaan aturan yang tergolong ketat dalam mencetak sumber daya maaanusia melalui bangku pendidikan. Setiap hari dibutuhkan minimal 10 jam bagi anak untuk menuntut ilmu dengan tambahan pengetahuan-pengetahuan lain di luar jam sekolah, maka wajar anak usia sekolah dasar di Philippina sudah menguasai bahasa Inggris sejak dini dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya adalah lapangan kerja di Philippina menjadi sangat krusial ketika banyak lulusan dari sekolah-sekolah unggulan dan perguruan tinggi tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang keahliaanya. Pengangguran menjadi masalah yang utama dan sangat serius karena akan membawa dampak terhadap permasalahan lain dalam lingkungan social dan mayarakat. Seperti mata rantai yang saling berkaitan satu dengan lainnya maka dampak pengiring dari sulitnya lapangan kerja dan pengangguran adalah angka criminal yang melambung tinggi, angka kemiskinan yang naik secara signifikan setiap tahunnya, dan tentunya akan diikuti pula oleh prilaku-prilaku menyimpang lainnya. March, Naga City The Philippines

Related Documents


More Documents from "Zulkurnain bin Abdul Rahman"