BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satuu tugas perkembangan yang harus dicapai pada periode anak adalah memiliki seperangkat nilai atau sistem etis untuk menadi pedoman dalam bertingkah laku dalam menjalani kehidupan di masyarakat. Selama usia anak-anak, pengusaha moral anak mulai diperhatikan secara berangsur-angsur mereka mulai menguasai dan meyakini nilai-nilai yang bersifat universal. Nilai-nilai yang dimiliki sebagai seorang anak membimbing cara berinteraksi dengan orang lain, dan dalam menghadapi berbagai polemik kehidupan, sehingga memungkinkan anak menjalani kehidupan secara seimbang dan tentram. Tercapainya perkembangan moral memberi arti bagi peningkatan sosialisasi sehingga anak benar-benar siap memasuki kehidupan dewasa atau remajanya. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian moral ? 2. Bagaimana perkembangan sosial bagi anak di sekolah dasar ? 3. Bagaimana peran gender pada anak usia SD ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian moral 2. Untuk mengetahui perkembangan sosial bagi anak di sekolah dasar 3. Untuk mengetahui perkembangan gender pada anak di usia SD
BAB II PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN MORAL DAN SOSIAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR A. Pengertian Moral Moral berasal dari bahasa latin: mores berarti tata krama atau kebiasaan. Perilaku moral di kendalikan oleh konsep moral yakni aturan aturan dalam bertingkah lak, dimana anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan oleh masyarakatnya, sedangkan perilaku immoral merupakan perilaku yang gagal menyesuaikan pada harapan sosial. Perilaku tersebut tidak dapat di terima oleh norma norma sosial. Perilaku unmoral adalah perilaku yang tidak menghiraukan harapan dari kelompok sosialnya.
B.
Apa perbedaan antara moral, etika, dan akhlak…? Moral adl suatu keyakinan tentang benar-salah, baik-buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yg mendasari tindakan. Benarkah, semakin baik kemampuan berpikir/kecerdasan anak, maka anak itu memiliki perkembangan moral yang baik pula…?
Pertimbangan Moral dan Isi Pertimbangan Moral
Pilihan untuk mengerjakan tugas bermain ð ISI PERTIMBANGAN MORAL. Alasan anak memilih alternatif yang ada ð PERTIMBANGAN MORAL.
“Ajarkan kepada anak mana yg BAIK dan SALAH, jangan pilihkan perilaku yang akan dilakukan.” Pendukung Dalam Mempelajari Moral
MENGABAIKAN. Abaikan jika anak mengiba/ingin diperhatikan padahal dia melakukan kesalahan. MENCONTOHKAN. Ini adalah cara pemberian pelajaran moral paling EFEKTIF. MEMBIARKAN. Membiarkan, sabar, tenang, tidak kesal, selama itu tidak membahayakan. Agar anak DAPAT MENILAI akibat tingkah lakunya sendiri. MENGALIHKAN PERHATIAN. Mengalihkan ke permainan lain, ke perhatian lain, atau menghentikannya.
Elemen Yang Berhubungan Dengan Moral
PERAN HARAPAN SOSIAL. Dengan banyak KEGIATAN SOSIAL, anak memiliki banyak HARAPAN SOSIAL. PERAN HATI NURANI (KATA HATI)
PERAN RASA SALAH DAN MALU. RASA SALAH: pengakuan adanya pelanggaran terhadap yang diyakini dan seharusnya ia patuhi. Contoh: anak yang merasa salah setelah adiknya terjatuh karena tidak diajak bermain. RASA MALU: perasaan tidak menyenangkan karena mendapat respon negatif. Contoh: anak yang ketahuan berbohong karena dia tidak bisa berenang. PERAN BERINTERAKSI SOSIAL. BERGUNA UNTUK: (1) Memberi standar perilaku; (2) Memotivasi mengembangkan perilaku; dan (3) Belajar dievaluasi orang lain.
Hambatan Dalam Mempelajari Moral
TINGKAT INTELEGENSI CARA PENGAJARAN
Tidak Boleh Vs Harus Gunakan kalimat POSITIF, hindari kalimat NEGATIF. Contoh: Dari pada mengatakan “TIDAK BOLEH MALAS” lebih baik mengatakan “HARUS RAJIN BELAJAR.” Komitmen dan Kesabaran, karena pendidikan moral membutuhkan waktu yg sangat lama.
PERUBAHAN NILAI SOSIAL. Perubahan nilai sosial di daerah lain akan merubah nilai moral anak. NILAI MORAL YANG BERBEDA. Misal: kadang orangtua “LUPA” memberi teladan apa yang ia ajarkan kepada anak. NILAI BERBEDA PADA SITUASI BERBEDA. Misal: anak boleh menyuruh mengasuhnya mengambilkan bola. “Tapi kenapa nggak boleh menyuruh gurunya?” KONFLIK DGN LINGKUNGAN SOSIAL. Misal: yang diajarkan di rumah berlawanan dgn yang diajarkan di sekolah.
Jujur Vs Bohong
– – – –
Jangan ajarkan: “BERBOHONG YG DIMAKLUMI” Namun, ajarkan: “TIDAK BERBOHONG TAPI TIDAK MENGATAKAN SEMUA.” Bentuk Bohong:
Memutar balik keadaan Melebih-lebihkan Membual Melempar kesalahan ke orang lain
Apa yang pertama Anda lakukan jika anak berbohong…?
Disiplin
DISIPLIN tidak identik dengan HUKUMAN. Sebaiknya, anak melakukan harapan dengan KESADARANNYA SENDIRI, bukan karena ingin IMBALAN atau takut HUKUMAN.
Syarat Disiplin
– – – –
Mudah diingat Mudah dimengerti Mudah diterima Mudah dilaksanakan anak.
– – – – –
PERATURAN sebagai batasan perilaku. Buat peraturan dengan cara DISKUSI. Syarat Peraturan:
KONSEKUENSI berhubungan dengan PELAKSANAAN PERATURAN, HUKUMAN, dan PENGHARGAAN. Penerapan KONSEKUENSI harus KONSISTEN, jangan ‘PLIN-PLAN’ SYARAT HUKUMAN
Sesuaikan pelanggaran dan segera laksanakan. Harus konsisten, hindari kasihan. Ingat, hukum perilaku anak, bukan pribadi anak. Mengembangkan hati nurani. Sertakan penjelasan.***
FUNGSI PENGHARGAAN: alat MENDIDIK, MEMOTIVASI, dan PENGUATAN. Penerapan penghargaan:
– Pelukan, ciuman, sentuhan – Pujian – Hadiah – Perlakuan istimewa. PENYESUAIAN DIRI DAN PENERIMAAN SOSIAL PADA USIA SD
PERKEMBANGAN SOSIAL adalah kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan harapan kelompok sosialnya. PROSES PERKEMBANGAN SOSIAL
– Belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan norma yang berlaku. – Anak membutuhkan teman dekat (kelompok sebaya). – Anak akan meniru perilaku kelompoknya. Setiap teman memiliki keunikan sendiri.
– – –
TIGA KATA AJAIB BERSOSIALISASI (TTM) Tolong Terima kasih Maaf
POLA TINGKAH LAKU KELOMPOK SEBAYA
– Anak cenderung mengikuti kelompok sebayanya, ketimbang orang tua maupun gurunya. – Terlalu peka/ sensitif. – Mudah terpengaruh teman lain. – Persaingan (baik persaingan antar anggota kelompok, kelompok dengan kelompok lain, kelompok dengan masyarakat). – Hubungan yang baik. – Bertanggung jawab. – Kesadaran sosial (empati). – Diskriminasi sosial. Hal-hal negatif bisa juga terjadi, misalnya gejala bullying (tingkah laku agresif yang direncanakan untuk menyebabkan ketidak-nyamanan orang lain), seperti Geng. PERKEMBANGAN PERAN GENDER PADA ANAK USIA SD
– – – –
IDENTITAS GENDER adalah perasaan menjadi laki-laki atau perempuan (mulai 3 tahun). PERAN GENDER adalah bagaimana laki-laki atau perempuan berpikir, bertingkah laku, dan merasakan. STEREOTYPE GENDER adalah keyakinan tentang karakteristik yang sesuai menjadi perempuan dan laki-laki. Yang mempengaruhi peran gender adalah: Pengaruh orang tua. Pengaruh kelompok sebaya. Pengaruh guru. Pengaruh media.
“Hendaknya menghargai apapun yang dilakukan anak bukan karena laki-laki atau perempuan.”
UNGKAPAN
“Bila seseorang membuat anda tidak nyaman, ikuti kata hati. Ajarkan anak anda untuk mempercayai nurani mereka juga dengan cara mendengarkan kata hati dan menghargai perasaannya.” “Cara terbaik dalam menasihati anak-anakmu adalah mencari tahu apa yang mereka inginkan dan lalu nasehatilah mereka bagaimana melakukannya.” (Harry S. Truman)
HAKIKAT BELAJAR ANAK SD DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Tujuan Tutorial adalah memahami:
Pengertian belajar anak SD Prinsip-prinsip belajar Faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar Kesulitan Belajar
Masalah Proses Belajar
Masalah belajar selama ini bersifat: FORMALISTIK, SENTRALISTIK, dan BIROKRATIK. Belajar adalah PROSES, bukan HASIL. Belajar tidak dibatasi TEMPAT, WAKTU, dan SUBYEK.
Pengertian Belajar Anak SD
Belajar adalah PERUBAHAN PERLAKU akibat dari suatu PENGALAMAN. Karakteristik belajar, yaitu:
1. INTENSIONAL: perubahan yang bertujuan, disengaja dan disadari, bukan kebetulan. 2. POSITIF: perubahan menuju ke arah yang lebih baik. 3. HASIL DARI PENGALAMAN: karena dia aktif belajar, bukan karena ‘instan’. 4. EFEKTIF: berguna untuk memecahkan masalah.
MENGAJAR berbeda dengan PEMBELAJARAN. Belajar harus melibatkan semua aspek: FISIOLOGIS, INTELEKTUAL, SOSIAL, EMOSIONAL, dan MORAL. Ungkapan: “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini, maka ia adalah orang yang beruntung. Dan sebaliknya.”
Prinsip-prinsip Belajar
Belajar harus membantu perkembangan optimal individu sebagai manusia utuh. Belajar sebagai proses terpadu harus memposisikan anak sebagai titik sentral. Aktivitas pembelajaran harus membuat anak terlibat sepenuh hati (senang). Belajar tidak hanya dilakukan secara individual dan kompetitif, melainkan secara kooperatif. Belajar harus dilakukan terus-menerus (berulang-ulang). *Pembiasaan = Dibiasakan – Terbiasa – Kebiasaan. Belajar harus memberi kesempatan siswa untuk maju berkelanjutan sesuai dengan potensi. Belajar memerlukan dukungan fasilitas dan kebijakan yang kondusif. Belajar bidang studi harus dilakukan secara terpadu. Belajar harus menjalin hubungan yang baik antara sekolah, keluarga dan masyarakat.
Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Hasil Belajar
Faktor ANAK: usia, kondisi kesehatan fisik, kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dsb. Faktor GURU: kompetensi paedagogik, professional, social, dan personal. Faktor TUJUAN: membuat perencanaan yang matang.
Faktor BAHAN BELAJAR: sesuai dengan SK, KD, dan indikator tujuan serta alokasi waktu. Faktor EKONOMIS dan ADMINISTRATIF: terkait dengan fasilitas dan sarana/prasarana.
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah ketidak-mampuan anak dalam mencapai taraf hasil belajar yang sudah ditentukan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dalam program kegiatan belajar, sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Kriteria dan Gejala Kesulitan Belajar
Nilai hasil belajar di bawah rata-rata kelas Nilai hasil belajar tidak sesuai dengan nilai dikelas sebelumnya Nilai hasil belajar tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya Lambat dalam mengerjakan tugas-tugas Bersikap kurang wajar (acuh, menentang/melawan guru, berpura-pura, bohong, dsb) Bertingkah laku bekelainan (membolos, terlambat, mengganggu, tidak mau mencatat, dsb) Emosional yang kurang wajar (murung, pemarah, tersinggungan, tidak gembira, dsb)
Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor STIMULUS/PENGALAMAN BELAJAR (metode dan fasilitas/interaksi) Faktor INDIVIDU SISWA (karakteristik pribadi dan kondisi psikofisik) Faktor RESPON (kognitif, afektif, dan psikomotor).
Penanganan Kesulitan Belajar
Selalu mengubah strategi mengajar baru agar anak tidak cepat bosan Utamakan ketekunan anak dalam mengerjakan sesuatu daripada kecepatan menyelesaikan Selalu menggunakan media untuk menjelaskan materi pembelajaran Terus mengulang-ulang tema pembelajaran yang sulit Tempatkan siswa jauh dari jendela, pintu atau hal lain yang menarik perhatiannya Kurangi gangguan visual, benda bergerak, dsb. Selalu melibatkan anak secara aktif dalam proses pembelajaran.
Yang perlu dihidari
Campur tangan yang berlebihan Kelenyapan Ketidak tepatan memulai dan mengahiri kegiatan Penyimpangan Bertele-tele (mengulang-ulangi, memperpanjang penjelasan, atau mengubah teguran menjadi ocehan yang panjang).
Ungkapan
“Saya menemukan 4 jenis siswa: Pertama, si dungu yang tetap dungu. Kedua, si dungu yang menjadi bijak. Ketiga, si bijak yang menjadi dungu. Keempat, si bijak yang tetap bijak.” (Martin H. Fischer) “Kau dapat mengajarkan sebuah pelajaran pada seorang siswa selama sehari; tapi jika kau mengajarinya belajar dengan menciptakan keingintahuan, dia akan lanjutkan proses belajarnya selama dia masih hidup.” (Clay P. Bedford)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK SD Tujuan Tutorial adalah memahami:
Pendekatan pembelajaran holistik dan konstruktivisme Pendekatan belajar experience learning dan multiple intelegence Pengembangan pendidikan anak di SD Inovasi pendidikan di SD
Pendekatan Holistik (Terpadu)
Obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang oleh individu sebagai suatu keseluruhan yang terorganisir, bukan jumlah bagian-bagian. Hasil pembelajaran tidak dilihat dampaknya dari satu aspek saja, melainkan harus dari seluruh aspek yaitu fisik, sosial, kognitif, emosi, moral, dan kepribadian secara utuh. Aplikasi pendekatan holistik di SD:
1. Wawasan pengetahuan yang mendalam (insight), yaitu keterkaitan antar unsur dan memecahkan masalah. 2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Misal: makna mengapa harus sehat, dan pengaruhnya terhadap keberhasilan, atau makna dibalik musibah (takdir). 3. Perilaku yang bertujuan (purpusive behavior), guru sampaikan tujuan pembelajaran. 4. Prinsip ruang hidup (life space). Materi harus terkait dengan kondisi lingkungan (CTL). 5. Transfer dalam pembelajaran, yaitu penerapan pada situasi/daerah lain yang berbeda.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Pembelajaran berfungsi membantu perkembangan individu. 2. Pembelajaran merupakan proses pengalaman yang menjadikan anak sebagai pusat. 3. Pembelajaran memberikan ruang gerak kepada siswa secara aktif dan intensif. 4. Pembelajaran menempatkan individu pada posisi terhormat.
5. 6. 7. 8.
Harus terus belajar tanpa terbatas ruang, waktu, dan guru. Pembelajaran adl proses menciptakan lingkungan dan suasana kondusif. Pembelajaran bidang studi yang tak terpisah (terpadu). Adanya hubungan keluarga, sekolah, dan lingkungan.
Pendekatan Konstruktivisme
Banyak anak yang salah paham/salah mengerti ketika menyimak penjelasan guru. Sebuah pepatah menyebutkan: I hear I forget, I see I Know, I do I Understand. De Porter mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak: 10% yang dibacanya, 20%yang didengarnya, 30% yang dilihatnya, 50% dari apa yang didengar dan dilihat, 70% dari apa yang dikerjakan. Pendekatan konstruktivisme adalah individu membentuk sendiri pengetahuannya. Pengetahuan adalah konstruksi kognitif terhadap obyek, pengalaman, dan lingkungan. Pengetahuan bukan barang yang dapat dipindah dari guru kepada siswa. Konstruktifisme dibedakan atas 3 level:
1. Konstruktivisme radikal (pengetahuan adl yang dikonstruksi oleh pikiran kita, bukan representasi kenyataan). 2. Realisme hipotesis (pengetahuan adl hipotesis yang terus berkembang). 3. Konstruktifisme biasa (pengetahuan dibentuk dari kenyataan).
Aplikasi pendekatan konstruktifisme di SD:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tidak hanya pada segi pencapaian prestasi belajar (nilai angka). Topik yang dipelajari dapat berdasarkan pengalaman anak sendiri. Metode pembelajaran harus berorientasi pada anak dan menyenangkan. Kesempatan anak untuk bermain dan bekerja sama lebih diprioritaskan. Materi pembelajaran diambil dari bahan yang konkrit. Membawa implikasi (dampak perubahan) terhadap guru.
Pendekatan Experience Learning
Experience adalah guru terbaik. Pendekatan Experience Learning adalah proses pembelajaran dimana anak langsung berinteraksi secara langsung dengan realitas yang dipelajari. Contoh: anak yang belajar menanam, menyirami, dan memupuk tanaman sendiri. “ANAK-ANAK LEBIH BUTUH CONTOH DARIPADA KRITIK.”
Pendekatan Multiple Intelegence
Masalah: Seringkali ada anggapan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan matematis (logic smart) telah mewakili sosok pintar. Padahal sudah banyak
contoh melalui siswa yang terkenal nakal atau malas di kelas seperti Thomas Alva Edison, justru lebih sukses dan terkenal ketimbang rekannya yg menjadi idola seperti John Lennon. Multiple Intelegence merupakan kecerdasan yang terbawa sejak lahir dan tidak dapat dibentuk (Profesor Howard Gardner). Kecerdasan majemuk lahir sebagai sebuah pembuktian bahwa kecerdasan itu tidaklah tunggal (IQ) saja, tetapi kecerdasan itu berwujud majemuk. Macam-macam Multiple Intelegence:
Bahasa – Kemampuan untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda. – Anak cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. – Tokoh: William Shakespeare, Martin Luther King, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail. Mereka para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, dan orator. Matematika-logika – Kemampuan dalam berpikir secara induktif/deduktif, menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. – Anak menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Dan permainan, seperti catur dan bermain teka-teki. – Contoh tokoh: Madame Currie, Blaise Pascal, B.J. Habibie. Pemahaman ruang – Kemampuan memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. – Cenderung menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi. – Contoh tokoh: Picasso, Walt Disney, Garin Nugroho. Kinestetik – Kemampuan untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. – Anak akan lebih unggul pada cabang-cabang olahraga. – Contoh tokoh: Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), Susi Susanti. Musikal – Kemampuan untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. – Anak cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah. – Contoh tokoh: Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik Puspa. Interpersonal/sosial – Kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain. – Anak cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain. – Contoh tokoh: Abraham Lincoln dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia. Intrapersonal – Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. “Bukan ADA APA DENGANMU, tapi ADA APA DENGANKU” – Cenderung menyukai kesunyian, kesendirian, dan merenung.
– Contoh: para pemimpin keagamaan dan para psikolog. Naturalis – Kemampuan untuk peka terhadap lingkungan alam. Ungkapan
“Anak-anak tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua. Namun anak-anak tidak pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua.” “Anak-anakmu lebih butuh kehadiranmu daripada hadiahmu.”
PENGEMBANGAN DAN INOVASI PENDIDIKAN SD Pengembangan Pendidikan Anak di SD
SD secara horizontal (melebar) bertujuan agar pendidikan mampu menjangkau semua anak berusia SD tanpa terkecuali. Setiap SD dituntut menggunakan strategi yang berbeda-beda sesuai dengan daerahnya. Rumpun pendidikan SD Konvensional
1. SD Biasa (fasilitas, guru, siswa yang lengkap; kurikulum nasional, sesuai kalender pend.) 2. SD Kecil (wilayah terpencil: 3 ruangan, 2 guru, kurikulum lokal, modul). 3. SD Pamong (menyesuaikan kondisi anak dan orang tua, untuk anak putus/tidak sekolah).
Rumpun SD Luar Biasa
1. SDLB (untuk anak ABK) 2. SLB (SLB Pembina dan SLB bukan pembina; pengelompokan ABK per kelas). 3. SD Terpadu (terpadu antara ABK dan anak normal: inklusif)
Rumpun Pendidikan Luar Sekolah. Paket A dan Ujian Persamaan SD Rumpun Sekolah Keagamaan
1. MI 2. Pondok pesantren (Madrasah Diniyah) Inovasi Pendidikan di SD
Inovasi adalah suatu upaya yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Contoh Inovai Pendidikan SD:
1. KTSP, yang guru menentukan indikator sendiri dan Mulok sesuai dengan ciri khas daerah. 2. Quantum Learning, kekuatan anak disesuaikan dengan masalah di lingkungannya.
Model Perencanaan Inovasi Pendidikan Proaktif dan Interaktif (MOPOPPI), meliputi urutan:
1. 2. 3. 4. 5.
Merumuskan tujuan Mengidentifikasi masalah Menentukan kebutuhan Mengidentifikasi pendukung dan penghambat Menentukan alternatif kegiatan, pemecahan masalah, pendayagunaan yang ada 6. Menentukan kriteria pemilihan alternatif 7. Pengambilan keputusan 8. Menentukan kriteria penilaian hasil inovasi.
KONVENSI HAK ANAK (KHA) Tujuan Tutorial adalah memahami:
Konvensi anak Latar belakang konvensi anak
Pengertian Konvensi Hak Anak
Konvensi adalah perjanjian di antara beberapa negara (hukum internasional). Hak adalah Hak Asasi Manusia. Hak anak yaitu:
1. Segala yang melekat pada anak sejak lahir (fisik dan psikologis). 2. Segala sesuatu yang menimbulkan kewajiban terhadap orang lain.
Kewajiban anak yaitu:
1. Menghormati hak anak-anak lain. 2. Menghormati orang tua dan guru, sekalipun mereka ada kekurangan.** 3. Belajar sepanjang hayat untuk masa depan.
Anak adalah setiap orang di bawah usia 18 tahun, kecuali undang-undang nasional menetapkan umur yang berbeda.
Latar Belakang KHA
1923 Eglantine Jebb membuat rancangan Deklarasi Hak Anak. 1924 Deklarasi Hak Anak diadopsi oleh Liga Bangsa-bangsa. 1948 Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Hak Asasi Manusia. 1945 PBB dibentuk. 1959 PBB mengadopsi Hak Anak untuk kedua kalinya. 1979 Tahun Anak Internasional 1989 Konvensi Hak Anak diadopsi oleh Umum PBB
1990 Konvensi Hak Anak diberlakukan hukum Internasional pada tanggal 2 September.
Ungkapan
Widodo Judarwanto: “Bagaimanapun kondisi biologis dan jiwa orangtua, kasih sayang dan kelembutan adalah hak yang setiap hari didambakan anak. Berikanlah selalu anak anda kecupan selamat malam, walaupun mereka telah tertidur.” Harold Hulbert: “Anak-anak membutuhkan cinta, khususnya saat mereka tidak berhak mendapatkannya.” Jika anak dibesarkan dengan CELAAN ia belajar MEMAKI, Jika anak dibesarkan dengan PERMUSUHAN ia belajar BERKELAHI, Jika anak dibesarkan dengan PENGHINAAN ia selalu MENYESALI DIRI, Jika anak dibesarkan dengan TOLERANSI ia belajar MENAHAN DIRI, Jika anak dibesarkan dengan MOTIVASI ia belajar PERCAYA DIRI, Jika anak dibesarkan dengan DUKUNGAN ia belajar MENGHARGAI, Jika anak dibesarkan dengan SEBAIK-BAIKNYA PERLAKUAN ia belajar KEADILAN, Jika anak dibesarkan dengan RASA AMAN ia belajar MENARUH KEPERCAYAAN, Dan jika anak dibesarkan dengan penuh rasa kasih sayang dan persahabatan ia akan belajar menemukan cinta dalam setiap peristiwa kehidupan…
JENIS HAK ANAK DAN CONTOHNYA Tujuan Tutorial adalah memahami:
Jenis-jenis hak anak Konvensi hak anak dan pendidikan Implikasi pelaksanaan hak anak pada pembelajaran di SD Contoh-contoh pelanggaran hak anak di SD Jenis-jenis hak anak
Berdasarkan strukturnya, KHA dibagi:
1. 2. 3. 4.
Preambule (Mukaddimah) Bagian Satu (Pasal 1-41 tentang Hak Bagi Semua Anak) Bagian Dua (Pasal 42-45 tentang Pemantauan dan Pelaksanaan KHA) Bagian Tiga (Pasal 46-54 tentang Pemberlakuan Konvensi).
Berdasarkan isinya, KHA dibagi:
1. Berdasarkan konvensi induk HAM: Hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. 2. Berdasarkan pihak yang bertanggung jawab: PENUHI, LINDUNGI, dan HARGAI.
3. Berdasarkan cakupannya: Hak atas kelangsungan hidup, Hak untuk berkembang, Hak untuk perlindungan, dan Hak untuk berpartisipasi dalam masyarakat. 4. Berdasarkan perumusan Komite Hak Anak PBB: Langkah-langkah implementasi umum, Definisi anak, Prinsip-prinsip umum, Hak sipil dan kemerdekaan, Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, Kesehatan dan kesejahteraan dasar, Pendidikan, waktu luang, dan kegiatan budaya, dan Langkah-langkah perlindungan khusus. Konvensi Hak Anak dan Pendidikan
Pendidikan wajib diperoleh oleh setiap anak tanpa diskriminasi, menghargai sosial budayanya Ada 3 pasal yang membahas tentang pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya: Pasal 28: pendidikan dasar merupakan hak semua anak, dan wajib disediakan oleh negara serta tersedia cuma-cuma untuk semua anak. Pendidikan menengah dalam berbagai bentuk serta pendidikan tinggi juga harus diusahakan agar dapat diperoleh oleh anak, dengan bantuan finansial dari negara apabila diperlukan. Pasal 29: tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan anak seoptimal mungkin, mengembangkan rasa hormat terhadap hak-hak asasi manusia, mempersiapkan anak untuk hidup yang bertanggung jawab dalam masyarakat yang bebas serta pluralistik, dan menghormati orang tua, identitas budaya, bahasa, nilai-nilai mereka serta lingkungan alam. Pasal 31: anak mempunyai hak untuk beristirahat dan bersantai, bermain dan turut serta dalam kegiatan rekreasi serta kehidupan budaya dan seni. “PEMAINAN BAGI ANAK SAMA HALNYA PEKERJAAN BAGI ORANG DEWASA.”
Implikasi Pelaksanaan Hak Anak pada Pembelajaran di SD
Lingkungan belajar meliputi: anak, keluarga, kelompok teman sebaya, masyarakat, sekolah, dan pemerintah. Kurikuler: kegiatan yang berkaitan dengan kurikulum (dikelas). Kokurikuler: kegiatan yang berada dalam sekolah (yang mendukung kegiatan kurikuler). Ekstrakurikuler: kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang telah terprogram sesuai keadaan dan kebutuhan. Tujuan kokurikuler: untuk menjelaskan suatu pokok bahasan (biasanya dilokasi sesuai dengan topik). Tujuan ekstrakurikuler: agar anak dapat mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Contoh-contoh Pelanggaran Hak Anak di SD
Di negara konflik anak mengikuti wajib militer. Di negara tidak konflik, masih ada pekerja anak, anak jalanan, seks anak, penculikan dan perdagangan anak, kekerasan anak, dan sebagainya. Angka kasus di Indonesia:
1. 2011, kekerasan terhadap anak: 2.508 kasus. 2. 2012, kekerasan terhadap anak: 2.637 kasus. 2.637 kasus kekerasan tersebut, 1.266 kasus adalah kekerasan seksual. 3. 2012 kasus pembuangan bayi mencapai 162 kasus atau hampir setiap 2 hari sekali ada saja bayi yang dibuang orangtuanya.
Rangking pendidikan Indonesia:
1. 2. 3. 4.
1997 dari 49 negara, Indonesia berada di urutan 39. 1999, dari 47 negara Indonesia berada di urutan 46. 2002 dari 49 negara, Indonesia berada diurutan 47. 2007 dari 55 negara, Indonesia berada diurutan 53.