Pendahuluan-pestisida-nabati-daun-sirsak.docx

  • Uploaded by: Eldi Benardi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pendahuluan-pestisida-nabati-daun-sirsak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,405
  • Pages: 22
1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman buah yang rasanya manis dan asam. Tanaman buah yang banyak tumbuh di pekarangan rumah dan diladang-ladang sampai ketinggian tempat kira 1000 m diatas permukaan laut. Sirsak memiliki manfaat yang besar bagi manusia, yaitu sebagai bahan makanan, bahan obat-obatan dan insektisida nabati (Setiawati, et al., 2008). Daun sirsak dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, repellent (penolak serangga) dan anti feedant (penghambat makan).Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin (Tenrirawe, et al., 2007).Beberapa jenis rayap di Indonesia sangat merugikan.Serangan rayap Coptotermes curvignathus Holmgren hampir pada semua jenis tanah dan serangannya meningkat setelah penutupan tajuk.Serangan rayap diketahui ketika bagian kulit pohon terserang ditutupi oleh tanah. Pohon yang telah terserang rayap tidak menunjukkan gejala awal yang jelas kecuali saat pohon akan mati, ditunjukkan dengan perubahan warna daun. Bagian pangkal batang pohon yang terserang rayap mengalami kerusakan dan mudah patah (Nandika, et al., 2003). Empat metode pengendalian rayap menurut Edward dan Mill (1986) dalam Eaton dan Hale (1993) yaitu memasukkan pestisida ke dalam kayu, metode pengumpanan, metode fisik dan pengendalian hayati. Di Indonesia metode aplikasi pengendalian rayap telah berkembang dengan baik diantaranya metode kontak langsung dan pengumpanan. Metode kontak langsung, yaitu secara langsung

2

menggunakan bahan beracun sehingga membuat rayap langsung mati. Metode pengumpanan yaitu penekanan populasi rayap melalui pemberian racun secara perlahan-lahan membunuh rayap. Racun dapat tersebar dengan mendistribusikan ke anggota yang lain, karena adanya sifat tropalaksis (berbagi makanan) pada rayap. Cabai merupakan salah satu jenis tanaman holtikultura yang banyak diminati konsumen di Indonesia. Tingkat konsumsi cabai cukup tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun. Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala terbesar dalam usaha budi daya cabai. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman, Ditjen Hortikultura, penurunan produksi dan meroketnya harga cabai pada Januari 2011 terjadi akibat serangan hama dan penyakit. Jenis hama yang banyak menyerang, diantaranya thrips, lalat buah, dan kutu persik (Neni Rostini. 2011 ). Salah satu hama penting yang menyerang tanaman cabai ialah kutu daun persik atau disebut dengan bahasa ilmiah Myzus persicae, Sulz. Serangga hama ini ditemukan pada bagian bawah daun. Kutu daun persik menghisap cairan sel sampai daun berwarna kekuningan. Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, daun berkeriput, layu, kemudian mati. Hama ini juga bertindak sebagai vector penyakit virus. Tak jarang para petani cabai mengeluhkan hal ini. Kerugian akibat keberadaan hama ini ialah pertumbuhan cabai tidak bagus, bahkan gagal panen (Anonim, 2013). Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan pembasmian atau pengusiran. Pembasmian dan pengusiran yang tidak tepat atau tidak ramah lingkungan dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembasmian atau pengusiran dengan cara yang ramah lingkungan seperti pestisida alami. Salah satu tanaman yang bisa dijadikan sebagai pestisida nabati yaitu sirsak (Annona muricata, L). Daun dan

3

biji sirsak dapat berperan sebagai insektisida, larvasida, revellent (penolak serangga), dan antifeedant (penghambat makanan) dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya. Kandungan aktif yang terdapat pada sirsak yaitu buah yang mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain yang bersifat racun pada serangga (Agus Kardinan. 2002).

1.2. Rumusan Masalah a.

Bagaimana langkah-langkah dalam pembuatan pestisida dari daun sirsak ?

b.

Apa pengaruh pestisida daun sirsak terhadap tanaman ?

c.

Apa keunggulan dan kelehaman dari pestisida dari daun sirsak ?

1.3. Tujuan a.

Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan pestisida dari daun sirsak.

b.

Untuk mengetahui pengaruh pemberian pestisida dari daun sirsak terhadap tanaman.

c.

Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pestisida dari daun sirsak.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA Pestisida

adalah

subtansi

yang

digunakan

untuk

membunuh

atau

mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Djojosumarto, 2008). Menurut Permenkes RI, No.258/Menkes/Per/III/1992 Semua zat kimia/bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk membrantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian, memberantas gulma, mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman tidak termasuk pupuk, mematikan dan mencegah hama-hama liar pada hewanhewan piaraan dan ternak, mencegah/memberantas hama-hama air, memberantas/mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat angkutan, memberantas dan mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

5

Menurut Rhudy (2003), pembagian jenis pestisida dapat dapat dibagi berdasarkan tujuannnya, bahan aktifnya, dan cara kerjanya. Berdasarkan tujuannya, pestisida dibagi menjadi beberapa jenis: 1.

Insektisida

: untuk serangga.

2.

Fungisida

: untuk cendawan (fungus).

3.

Herbisida

: untuk tanaman pengganggu.

4.

Bakterisida

: untuk bakteri.

Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1.

Pestisida organik, yaitu pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal: neem oil yang berasal dari pohon mimba.

2.

Pestisida elemen, yaitu pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.

3.

Pestisida kimia/sintetis, yaitu pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.

Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1.

Pestisida Sistemik, adalah pestisida yang diserap dan dialirkan keseluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh, Neem oil.

2.

Pestisida Kontak Langsung adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan.

6

Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini. Contoh, Sebagian besar pestisida kimia. Pestisida Nabati Petani selama ini sangat tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain harganya yang mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah hama menjadi kebal (resistensi), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia dan kecelakaan bagi pengguna (Gapoktan, 2009). Bahan- bahan alami di lingkungan sebenarnya memiliki dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit pada tanaman, akan tetapi memiliki beberapa kekurangan maupun kelebihan, yaitu: a) Kelebihan 1.

Degradasi yang cepat oleh sinar matahari

2.

Pengaruh terhadap hama cepat, dengan menghentikan nafsu makan serangga.

3.

Toksisitas umumnya rendah terhadap hewan dan relatif aman bagi manusia dan lingkungan.

4.

Memiliki spektrum pengendalian yang luas dan bersifat selektif.

b) Kekurangan 1.

Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya lebih sering

2.

Daya racunnya rendah, tidak langsung mematikan

7

3.

Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan bahan baku

4.

Kurang praktis

5.

Tidak tahan disimpan (Gapoktan, 2009). Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tumbuhan karena terbuat dari bahan-bahan alami, maka jenis pestisida ini mudah terurai di alam sehingga residunya mudah hilang sehingga relatif aman bagi manusia. Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisidan antara lain mimba, tembakau, mindi, srikaya, mahoni, sirsak, tuba, dan juga berbagai jenis gulma seperti babadotan (Samsudin, 2008 dalam Sinaga R, 2009) Setiap tanaman yang mengandung racun bagi serangga memiliki konsentrasi yang berbeda-beda, bahwa semakin tinggi konsentrasi, maka jumlah racun yang mengenai kulit serangga makin banyak, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian serangga lebih banyak (Sutoyo dan Wirioadmodjo, 1997). Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan Organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Menurut Grainge dkk, (1984) dalam Sastrosiswojo (2002),

8

melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung pestisida nabati yang dapat digunakan untuk pengendalian hama. Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan- bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000). Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi organisme pengganggu tidak berpengaruh terhadap fotisintesa, pertumbuhan atau aspek fisiologis tanama lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otog, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penolak, penarik, “anti makan” dan sistem pernafasan OPT (Rhudy, 2003). Menurut Rhudy (2003), secara evolusi tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia yang merupakan bahan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan alami bioaktif. Lebih dari 2 400 jenis tumbuhan yang termasuk kedalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida, oleh karena itu apabila tumbuhan tersebut dapat diolah menjadi bahan pestisida, maka masyarakat petani tersebut akan sangat terbantu dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitarnya. Ada 4 kelompok insektisida nabati yang telah lama dikenal yaitu:

9

a.

Golongan nikotin dan alkaloid lainnya, bekerja sebagai insektisida kontak, fumigan atau racun perut, terbatasnya pada serangga yang kecil dan bertubuh lunak.

b.

Piretrin, berasal dari Chrysanthemum cinerarifolium, bekerja menyerang urat syaraf pusat, dicampur dengan minyak wijen, talk atau tanah lempung digunakan untuk lalat, minyak, kecoa, hama gudang dan hama penyerang daun.

c.

Rotenone dan rotenoid, berasal dari tanaman Derris sp dan bengkuang (Pachyrrzus eroses) aktif sebagai racun kontak dan racun perut untuk berbagai serangga hama, tapi bekerja sangat lambat.

d.

Azadirachta indica, bekerja sebagai “antifeedant” dan selektif untuk serangga pengisap sejenis wereng dan penggulung daun, baru terurai setelah satu minggu. Senyawa bioaktif ini dapat dimanfaatkan seperti layaknya sintetik,

perbedaannya bahan aktif pestisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran). Bagian tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, batang dan sebagainya dapat digunakan dalam bentuk utuh, bubuk ataupun ekstrak (air atau senyawa pelarut organik). Bila senyawa (ekstrak) ini akan digunakan di alam, maka tidak boleh mengganggu kehidupan hewan lain yang bukan sasarannya (Rhudy, 2003). Di Indonesia, sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili (Kardinan, 1999). Menurut Morallo-Rijesus (1986) dalam Sastrosiswojo (2002), jenis tanaman dari famili Asteraceae, Fabaceae dan Euphorbiaceae, dilaporkan paling banyak mengandung bahan insektisida nabati.

10

Tumbuhan yang berfungsi sebagai pestisida nabati untuk dibudidayakan hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut (Octavia, Andriani, Qirom, & Azwar, 2008): a.

Efektif sebanyak maksimum 3-5% material tumbuhan yang didasarkan pada berat kering

b.

Mudah tumbuh, memerlukan waktu dan ruang yang sedikit untuk penanaman dan pengadaan

c.

Merupakan tumbuhan yang tetap hijau sepanjang tahun, pemulihan cepat setelah material dipanen

d.

Tidak menjadi rumput liar atau inang untuk tanaman patogen atau hama serangga

e.

Memiliki nilai ekonomi yang komplementer

f.

Tidak bersifat racun terhadap organisme yang bukan target, manusia atau lingkungan

g.

Mudah

dalam

persiapan

permanen,

persiapan

membutuhkan waktu atau input teknis yang berlebihan. Nama umum Sirsak Indonesia

: Sirsak, nangka sabrang, nangka walanda

Inggris

: Soursop

Melayu

: Durian Belanda, Durian Benggaka

Vietnam

: Mang Cau Xiem

Thailand

: Thurian Thet, Thurian Khaek

Philipina

: Guyabano, Atti, Illabanos

harus

sederhana,

tidak

11

Klasifikasi Sirsak Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Ordo

: Magnoliales

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Sub Kelas

: Magnoliidae

Famili

: Annonaceae

Genus

: Annona

Spesies

: Annona muricata L. Salah satu bahan dasar pestisida alami, yang dapat dimanfaatkan untuk

mengendalikan hama tanamanadalah daun sirsak, yang mengandung senyawa annonain dan resin. Daun sirsak dapat kita ramu sendirimenjadi pestisida yang dapat membunuh beberapa hama. Untuk membunuh hama yang lebih banyak, daunsirsak dapat di campur dengan berbagai jenis tumbuhan lainnya. Kandungan daun sirsak Daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Padakonsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, seranggahama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Kurniadhi, 2001).

12

Ekstrak daunsirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya (Kardinan, 2000). Kandungan kimia daun sirsak: a. Alkaloida Alkaloida merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloida mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian darisistem siklik. Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987). Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam skrining

fitokimiauntukmendeteksi

alkaloida

sebagai

pereaksi

pengendapan yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Bouchardat, dan pereaksi Dragendorff (Farnsworth, 1966). b.

Flavonoida Flavonoida mencangkup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada

seluruh dunia tumbuhanmulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan tinggi, flavonoida terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Pigmen bunga

flavonoida

berperan

jelas

dalam

menarik

burung

dan

serangga

penyerbuk bunga. Beberapa fungsi flavonoida pada tumbuhan ialah pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerjaantimikroba dan antivirus serta kerja terhadap serangga (Robinson, 1995). c.

Saponin Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai

sabun (bahasalatin sapo berarti sabun). Saponin tersebar luas diantara tanaman tinggi.

13

Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin adalah senyawaaktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok. Dalam larutan yang sangat encer saponinsangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin

telah

digunakan

sebagai

racun

ikan

selama beratus-ratus

tahun

(Robinson,1995: Gunawan, et al, 2004). d. Tanin Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang terdapat dalamtumbuhan, yang mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalamtumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1987). Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (herbivora) (Harborne, 1987). e.

Glikosida Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan gula dan bukan gula.

Bagian gula biasa disebut glikonsementara bagian bukan gula disebut aglikon atau genin (Gunawan, et al, 2002). Klasifikasi (penggolongan)glikosida sangat sukar. Bila ditinjau dari gulanya, akan dijumpai gula yang strukturnya belum jelas. Sedangkan bila ditinjau dari aglikonnya akan dijumpai hampir semua golongan konstituen tumbuhan, misalnya tanin, sterol, terpenoid, dan flavonoid. Hampir semua glikosida dapat dihidrolisis dengan pendidihan dengan asam mineral. Hidrolisis dalam tumbuhan juga terjadi karena enzim yang terdapat dalam tumbuhan tersebut.

14

Namaenzimnya secara umum adalah beta glukosidase, sedangkan untuk ramnosa nama enzimnya adalah ramnase (Anonimc, 2010). f.

Glikosida Antrakuinon Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon. Beberapa antrakuinon

merupakanzatwarna penting dan sebagai pencahar. Keluarga tumbuhan yang kaya ak an senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae. Antrakuinon biasanya berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik biasa, senyawa ini biasanya berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah (Robinson, 1995). Hama yang Dapat Dibasmi Pestisida Nabati Daun Sirsak a.

Belalang (Aphis) Pengaruh pemberian pestisida nabati dari daun sirsak terhadap belalang adalah belalang yang makanannya telah diberi pestisida nabati ini, belalangnya kurang aktif jika dibandingkan belalang yang tidak diberi pestisida nabati, dan dalam kurun waktu 3 hari belalang yang diberi pestisida nabati tersebut mati, dikarenakan memakan daun padi yang telah diberi pestisida daun sirsak. Sedangkan belalang yang makanannya yang berupa daun padi yang tidak diberi pestisida daun sirsak terlihat lebih aktif dibandingkan belalang yang diberi pestisida nabati daun sirsak dan dalam kurun waktu 3 hari terlihat baik – baik saja. Hal itu terjadi karena pestisida nabati dari daun sirsak ini berfungsi sebagai racun kontak dan perut. -

Racun kontak

15

Racun kontak adalah insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga lewat kulit (bersinggungan langsung). Serangga hama akan mati bila bersinggungan (kontak langsung) dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut. -

Racun lambung (racun perut, stomash poison)

Racun lambung (racun perut, stomash poison) adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan (misalnya ke susunan syaraf serangga). Oleh karena itu, serangga harus terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya. a.

Ulat (Spodoptera litura F). Ulat sangat merugikan karena menyerangan tanaman secara bergerombol dan massif sehingga kadang disebut juga sebagai ulat tentara (army worm). Ulat biasanya menyerang pada malam hari, tingkat serangan parah dan tingkat lanjut bisa menyebabkan seluruh pertanaman dalam satu hamparan bisa habis dalam waktu satu malam saja. Salah satu gejala awal serangan ulat ialah daun-daun meranggas dan berlubang-lubang.Ulat mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas maupun bawah daun. Pada tingkat serangan yang parah daun hanya tertinggal epidermisnya saja. Sehingga daun menjadi tidak berfungsi sebagai tempat fotosintesis, akibatnya produksi tanaman terhambat dan menurun. Dengan adanya praktikum tentang pembuatan pestisida botanis/alami dari daun

16

sirsak dapat digunakan untuk mengatasi ulat yang menyerang pada tanaman. Gejala awal dari pestida alami dari daun sirsak setelah disemprotkan ke daun sawi yang dimasukkan ulat, ulat tersebut seperti mencari celah atau tempat yang tidak terkontaminasi oleh pestisida botanis/alami dari daun sirsak dan kurang dari 5 menit ulat grayak tersebut tidak bergerak atau mati terkena racun yang terkandung dalam daun sirsak tersebut. -

Perbandingan Pestisida Nabati dengan Pestisida Kimia Masalah besar yang dihadapi petani dalam kegiatan produksi adalahhama

penyakit tanaman dan bencana alam. Untuk menanggulangiserangan hama dan penyakit tanaman petani menggunakan pestisidakimia. Pestisida kimia merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, hal ini disebabkan pestisida bersifat polutan dan menyebarkan radikal bebas yang dapat menyebabkankerusakan organ tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat.Seiring waktu di kembangkan pestisida nabati oleh karena pestisida nabatiyang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang sebenarnyayang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapatmengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah apabiladibandingkan dengan pestisida kimia -

Daun Sirsak Sebagai Pestisida Nabati

Gambar 1. Daun Sirsak

17

Menurut Jacobson, bahan alam yang paling menjanjikan prospeknya untuk dikembangkan sebagai pestisida ada pada tanaman-tanaman family Meliaceae (misalnya mimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae, Labiateae dan Canellaceae. Salah satu bahan dasar pestisida alami, yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tanamanadalah daun sirsak, yang mengandung senyawa annonain dan resin. Daunsirsak dapat kita ramu sendiri menjadi pestisida yang dapat membunuh beberapa hama. Untuk membunuh hama yang lebih banyak, daun sirsakdapat di campur dengan berbagai jenis tumbuhan lainnya.

18

III. PEMBUATAN PESTISDA NABATI DAUN SIRSAK Daun sirsak memang dapat digunakan untuk membasmi hama, akan tetapi hanya pada hama tertentu saja seperti pada macam-macam aphis/belalang yaitu Wereng

coklat

(Nilaparvata),Wereng

hijau

(Nephotettix

virescenns),Wereng

punggung putih (Sogatella furcifera) ,Kutu sisik hijau (Coccus viridis) dan pada macam-macam ulat yaitu Ulat Grayak (Spodoptera litura F),Ulat tritip (Plutella xylostella), Lalat buah (Ceratitis capitata),Kumbang labu merah (Aulachopora foveicollis),Kepik hijau, Hama kapas (Dysdercus koeniglii).

Gambar 2. Trhips sp Berikut adalah tahap-tahap dalam pembuatan Pupuk Nabati Daun Sirsak: 1.1 Alat & Bahan a.

Alat  Blender  Wadah  Pisau  Saringan

19

b.

Bahan  Daun Sirsak 100 lembar  Detergen 20 gr  Gula 2 sdm  Air 1 liter

2.1 Cara Pembuatan 1.

Potong daun menjadi kecil

2.

Beri air dan blender/tumbuk daun

3.

Buat larutan gula

4.

Campurkan Detergen (sebagi perekat agar pestisida nabati dapat menempel pada daun)

5.

Campurkan larutan gula

6.

Peras dan saring pada botol

3.1 Cara Aplikasi Pestisida Nabati Yaitu dengan cara menyemprotkan menggunakan sparyer pada bagian daun atas tamaman.

4.1 Keunggulan 1. Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resisten 2. Tidak mempunyai dampak terhadap musuh alami hama 3. Mengurangi terjadinya resiko letusa hama kedua 4. Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak

20

5.1 Kelemahan 1. Kurang stabil mudah terdegradasi 2. Sukar larut di air 3. Bahan nabati alami terkandung dalam kadar yang renda

21

IV. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Jadi dalam pembuatan Pupuk Nabati Daun Sirsak memerlukan daun sirsak 100 lembar, detergen 5 sdm gr, gula 2 sdm dan 1 L air dengan cara blender daun sirsak, tambahkan larutan gula dan detergen, kemudian peras dan saring. Pengaplikasiannya ialah denga menyemprotkan pada bagian daun atas tanaman.

22

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Pengaruh Pestisida Nabati Dun Sirsak Terhadap Hama Walang Sangit. http://drs-oeyo.blogspot.com/2012/06/pengaruh-pestisida-nabati-daun sirsak.html?m=1. Diakses pada tanggal 12/03/2019. Anonim. 2012. Manfaat Daun Sirsak Sebagai Pestisida Nabati. http://all-aboutaeyhunt.blogspot.com/2012/11/manfaat-daun-sirsak-sebagai pestisida.html?m=1. Diakses pada tanggal 12/03/2019. Anonim. 2017. Pestisida Nabati Dari Daun Sirsak. http://8villages.com/full/petani/article/id/5996c4d5d8734be45995f0f5. Diakses pada tanggal 12/03/2019. Jayanti, NN. 2019. Daun Sirsak Sebagai Pestisda Nabati. https://www.academia.edu/8202747/Daun_sirsak_sebagai_pestisida_nabati. Diakses pada tanggal 12/03/2019. Sari, Tri Eka dkk. 2014. Pemanfaatan Daun Sirsak (Annona muricata L.) pada Media Umpan sebagai Pengendali Rayap Tanah. Jurnal Protobiont. (Coptotermes curvignathus Holmgren). Vol (3) : 71-74 Hartini, Feri dan Yahdi. 2015. Potensi Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata, L.) Sebagai Insektisida Kutu Daun Persik (Myzus persicae, Sulz) Pada Daun Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens). Jurnal IPA Biologi FITK IAIN Mataram. Vol (3) : 1

More Documents from "Eldi Benardi"