1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Pott’s disease adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang. Infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang belakang terbanyak disebarkan melalui infeksi dari diskus. Mekanisme infeksi terutama oleh penyebaran melalui hematogen.1 Infeksi spinal oleh tuberkulosis, atau yang biasa disebut sebagai spondilitis tuberkulosis (TB), sangat berpotensi menyebabkan morbiditas serius, termasuk defisit neurologis dan deformitas tulang belakang yang permanen, oleh karena itu diagnosis dini sangatlah penting. Diagnosis dini spondilitis TB sulit ditegakkan dan sering disalahartikan sebagai neoplasma spinal atau spondilitis piogenik lainnya.1 Diagnosis biasanya baru dapat ditegakkan pada stadium lanjut, saat sudah terjadi deformitas tulang belakang yang berat dan defi sit neurologis yang bermakna seperti paraplegia.2,3 Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan China sebagai negara dengan populasi penderita TB terbanyak.4 Setidaknya hingga 20 persen penderita TB paru akan mengalami penyebaran TB ekstraparu.5 TB ekstraparu dapat berupa TB otak, gastrointestinal, ginjal, genital, kulit, getah bening, osteoartikular, dan endometrial. Sebelas persen dari TB ekstraparu adalah TB osteoartikular, dan kurang lebih setengah penderita TB osteoartikular mengalami infeksi TB tulang belakang.6 Tata laksana spondilitis TB secara umum adalah kemoterapi dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT), imobilisasi, dan intervensi bedah ortopedi/ saraf. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas
2
pendekatan penanganan spondilitis TB dengan hasil dan rekomendasi yang beragam. Varisela adalah penyakit infeksi yang ringan dan sangat menular, terutama pada anak-anak, ditandai secara klinis dengan erupsi vesikular generalisata kulit dan membran mukosa.1,2 Varisela dikenal juga dengan istilah chickenpox yang berasal dari kata ‘chiche-pois’, yang berasal dari kata chickpea, yang di Indonesia dikenal sebagai kacang garbanzo atau kacang arab yang merujuk pada ukuran dan tekstur permukaan vesikel pada varisela yang menyerupai kacang tersebut.3 Varisela pertama kali dikenal pada tahun 1875 oleh Steiner yang menginokulasikan cairan dari vesikel yang terdapat pada pasien varisela. Pada saat itu varisela menyebabkan banyak kematian, hingga akhirnya ditemukan vaksin terhadap virus herpes zoster yang mulai diperkenalkan pada tahun 1995.2 Penyakit ini disebabkan oleh infeksi primer virus Herpes zoster.4 Varisela menyebar dengan cepat melalui udara, baik pada saat batuk, bersin, bersentuhan, atau bernapas, dari individu yang terinfeksi ke individu lain yang tidak pernah menerima vaksin varisela.6 Di Eropa dan Amerika pada saat sebelum era vaksinasi, 90% kasus muncul pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan kurang dari 5 % pada individu yang berusia lebih dari 15 tahun.7 Insiden tertinggi yaitu 39% dari semua kasus terdapat pada kelompok usia 1-4 tahun. Reaktivasi infeksi varisela laten akan menimbulkan penyakit herpes zoster, yang dapat muncul pada 20% dewasa sehat dan 50% individu immunokompromais.3 Varisela adalah penyakit yang bersifat self-limited, namun kadang dapat menimbulkan komplikasi yang berat dan kematian, terutama pada bayi, dewasa, dan individu dengan sistem imun yang lemah.5,6 Sebagai dokter yang bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan tingkat 1, diperlukan kemampuan untuk mendiagnosis dan memberikan tatalaksana yang tepat untuk menghindari timbulnya komplikasi yang tidak diinginkan tersebut.
3
1.2.
TUJUAN PENULISAN 1.2.1. Tujuan Umum Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti Kepanitraan
Klinik
bagian
Kedokteran
Keluarga
Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 1.2.2. Tujuan Khusus Mahasiswa
belajar
menerapkan
prinsip-prinsip
pelayanan
kedokteran keluarga dalam mengatasi masalah tidak hanya pada penyakit pasien, tetapi juga faktor psikososial dari keluarga yang mempengaruhi timbulnya penyakit serta peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
1.3.
MANFAAT PENULISAN 1.3.1. Manfaat untuk Puskesmas Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi dalam rangka mengoptimalisasi peran puskesmas. 1.3.2. Manfaat untuk Mahasiswa Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan
kesehatan
dengan
menerapkan
prinsip-prinsip
kedokteran keluarga. 1.3.3. Manfaat untuk Masyarakat Sebagai sarana untuk mengetahui informasi mengenai penyakit pitiriasis versikolor serta mengetahui cara pengobatannya.